Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

“PROSES REPLIKASI, TRANSKRIPSI, DAN TRANSLASI


PADA DNA”

Disusun oleh :
FITRIANA UTAMI
(171210007)
Prodi : S1- FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BORNEO CENDEKIA MEDIKA

PANGKALAN BUN

2019
1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum.wr.wb
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT atas
limpahan rahmat dan hidayahnya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “PROSES REPLIKASI, TRANSKRIPSI, DAN TRANSLASI PADA
DNA”. Makalah ini disusun menggunakan metode kepustakaan, yakni dengan
referensi website-website yang membahas tentang proses tersebut. Berdasarkan
pola penyajian tersebut, penyusun berharap makalah ini dapat menambah
pengetahuan pembaca dan banyak membantu dalam kegiatan belajar.
Pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan ucapan terima kasih
atas bimbingan, saran, arahan serta do’a yang dipanjatkan yaitu kepada :
Febri Nur Ngazizah,S.Pd.,M.Si selaku dosen pengajar.
Penyusun sangat menyadari bahwa masih ada kekurangan dari penampilan
dan penyajian makalah ini. Sesuai kata orang bijak, tidak ada yang sempurna
dalam hidup ini. Oleh karena itu dengan senantiasa penyusun menerima kritik dan
saran yang bersifat membangun dari para pembaca untuk memperbaiki mutu
makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memperkaya pengetahuan
pembaca dan berguna. Terimakasih dan selamat membaca.

Pangkalan Bun, 20 Maret 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................. 1
Kata Penghantar ............................................................................................... 2
Daftar Isi........................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 4
B. Tujuan ...................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Central Dogma ............................................................................. 5
B. DNA Sebagai Materi Genetik ................................................................... 5
C. Proses Replikasi, Transkripsi, dan Translasi pada DNA .......................... 6
D. Pembacaan Kode Genetik ......................................................................... 21
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 25

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asam nukleat merupakan suatu polinukleotida, yaitu polimer linier yang
tersusun dari monomer-monomer nukleotida yang berikatan melalui ikatan
fosfodiester. Fungsi utama asam nukleat adalah sebagai tempat penyimpanan
dan pemindahan informasi genetik. Informasi ini diteruskan dari sel induk ke
sel anak melalui proses replikasi. Sel memiliki dua jenis asam nukleat yaitu,
asam deoksiribonukleat (deoxyribonucleic acid/DNA) dan asam ribonukleat
(ribonucleic acid/RNA) (Marks Dawn, et al.,2000).
Istilah central dogma menjelaskan mengenai proses perubahan gen dari
DNA menjadi RNA, dan selanjutnya RNA menjadi protein. Dogma ini
menjelaskan bagaimana proses pembacaan materi genetik menjadi protein
yang berperan di setiap tahap metabolisme di dalam tubuh suatu
organisme. Dalam sentral dogma, menyatakan bahwa semua sel memiliki
DNA yang merupakan kode genetik yang dapat dipergunakan untuk
memproduksi protein dengan cara memproduksi mRNA. Perlunya mRNA
dalam produksi protein karena DNA merupakan kode genetik yang sangat
berharga sehingga perlu dibuat salinannya, yaitu dengan proses transkripsi.
Setelah diperoleh salinan, maka salinan tersebut ditranslasi (diterjemahkan)
menjadi urutan AA (asam amino).

B. Tujuan
1. Mengetahui sejarah central dogma.
2. Mengetahui fungsi DNA sebagai materi genetik.
3. Memahami tahapan replikasi, transkripsi, dan translasi pada DNA.
4. Mengetahui tentang pembacaan kode genetik (kodon).

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Central Dogma


Pada tahun 1956, Francis H. Crick memperkenalkan diagram alur yang
menggambarkan fungsi DNA dalam perjalanan informasi genetik yang
disebut sentral dogma (Watson, et al.1987).

Gambar 1. Dogma sentral aliran informasi genetik (Marks, et al., 2000)


Tanda panah yang melingkari DNA menunjukkan bahwa DNA berfungsi
sebagai template atau cetakan bagi replikasi dirinya. Tanda panah antara
DNA dan RNA menunjukkan pembentukkan molekul RNA dari DNA
cetakan (transkripsi) kemudian sintesis protein ditentukan oleh RNA cetakan
melalui proses translasi.

B. Dna Sebagai Materi Genetik


DNA (deoxyribonucleic acid) adalah asam nukleat yang merupakan
biomolekul penyusun organisme yang terdapat dalam sel, umumnya pada inti
sel (nukleus) yang berperan sebagai materi genetik, yang terdiri dari gugus
fosfat, gula deoksiribosa,dan basa nitrogen, yang terdiri dari Adenin (A),
5
Guanin (G), Sitosin (C) Timin (T). DNA dan RNA mempunyai sejumlah sifat
kimia dan fisika yang sama sebab antara unit-unit mononukleotida terdapat
ikatan yang sama yaitu melalui jembatan fosfodiester antara posisi 3′ suatu
mononukleotida dan posisi 5′ pada mononukleotida lainnya (Harper, 1980).
Setelah terbukti bahwa DNA merupakan materi genetik pada sebagian besar
organisme, kita akan melihat fungsi yang harus dapat dilaksanakan oleh
molekul tersebut sebagai materi genetik. Dalam beberapa dasawarsa pertama
semenjak gen dikemukakan sebagai faktor yang diwariskan dari generasi ke
generasi, sifat-sifat molekulernya baru sedikit sekali terungkap. Meskipun
demikan, ketika itu telah disepakati bahwa gen sebagai materi genetik, yang
sekarang ternyata adalah DNA, harus dapat menjalankan tiga fungsi pokok
berikut ini.
1. Materi genetik harus mampu menyimpan informasi genetik dan dengan
tepat dapat meneruskan informasi tersebut dari tetua kepada
keturunannya, dari generasi ke generasi. Fungsi ini merupakan fungsi
genotipik, yang dilaksanakan melalui replikasi. Bagian setelah ini akan
membahas replikasi DNA.
2. Materi genetik harus mengatur perkembangan fenotipe organisme.
Artinya, materi genetik harus mengarahkan pertumbuhan dan diferensiasi
organisme mulai dari zigot hingga individu dewasa. Fungsi ini
merupakan fungsi fenotipik, yang dilaksanakan melalui ekspresi gen.
3. Materi genetik sewaktu-waktu harus dapat mengalami perubahan
sehingga organisme yang bersangkutan akan mampu beradaptasi dengan
kondisi lingkungan yang berubah. Tanpa perubahan semacam ini, evolusi
tidak akan pernah berlangsung. Fungsi ini merupakan fungsi evolusioner,
yang dilaksanakan melalui peristiwa mutasi(Suryo, 2012).

C. Tahapan Replikasi, Transkripsi, dan Translasi Pada DNA


1. Replikasi
Replikasi adalah sintesis molekul Dna menggunakan molekul DNA
sebagai cetakan (template). Enzim utama yang berperan dalam proses ini
6
adalah DNA polimerase. Enzim hanya dapat bekerja apabila terdapat
ujung 3’-OH bebas sehingga diperlukan adanya molekul primer. Oelh
karena itu, sebelum enzim DNA polimerase bekerja terlebih dahulu
diperlukan enzim primase untuk membentuk molekul primer. Komponen
penyusun polimerase DNA yaitu molekul deoksinukleosida trifosfat
(dNTP), yang terdiri atas deoksiadenosin trifosfat (dATP),
deoksiguanosin trifosfat (dGTP), deoksisitidin trifosfat (dCTP), dan
deoksitimidin trifosfat (dTTP).

Gambar 2. Tiga Cara Teoritis Replikasi DNA


Tiga cara teoritis replikasi DNA yaitu, konservatif, semikonservatif, dan
dispersif.
a. Replikasi konservatif seluruh tangga berpilin DNA awal tetap
dipertahankan dan akan mengarahkan pembentukan tangga berpilin
baru.
b. Replikasi semikonservatif tangga berpilin mengalami pembukaan
terlebih dahulu sehingga kedua untail polinukleotida akan saling
berpisah. Namun, masing-masing untai ini tetap dipertahankan dan
akan bertindak sebagai cetakan (template) bagi pembentukan untai
polinukleotida baru.
c. Replikasi dispersif kedua untai polinukleotida mengalami
fragmentasi di sejumlah tempat. Kemudian, fragment-fragment
polinukleotida yan terbentuk akan menjadi cetakan bagi fragment
lama dan baru akan di jumpai berselang-seling di dalam tangga
berpilin yang baru.

7
Diantara ketiga cara replikasi DNA yang diusulkan tersebut, hanya cara
semikonservatif yang dapat dibuktikan kebenarannya melalui percobaan
yang dikenal dengan nama sentrifugasi seimbang dalam tingkat
kerapatan atau equilibirium density-gradient centrifugation. Percobaan
pembuktian tersebut dilaporkan hasilnya pada tahun 1958 oleh
M.S.Meselson dan F.W.Stahl.
Ada beberapa penyebab terganggunya proses replikasi DNA seperti
radiasi, paparan bahan kimia, mutasi dan senyawa karsinogen.
Proses replikasi DNA merupakan proses yang rumit namun teliti. Proses
sintesis rantai DNA baru memiliki suatu mekanisme yang mencegah
terjadinya kesalahan pemasukan monomer yang berakibat fatal. Karena
mekanisme inilah kemungkinan kesalahan sintesis amatlah kecil.
Tahap-tahap dalam replikasi DNA yaitu,
a. Tahap inisiasi
Dimulainya (inisiasi) replikasi DNA terjadi di suatu tempat tertentu
di dalam molekul DNA yang dinamakan titik awal replikasi atau
origin of replication (ori). Proses inisiasi ini ditandai oleh saling
memisahnya kedua untai DNA, yang masing-masing akan berperan
sebagai cetakan bagi pembentukan untai DNA baru sehingga akan
diperoleh suatu gambaran yang disebut sebagai garpu replikasi .
Biasanya, inisiasi replikasi DNA, baik pada prokariotik maupun
eokariotik, terjadi dua arah (bidireksional).
b. Garpu replikasi
Garpu replikasi atau cabang replikasi (replication fork) ialah struktur
yang etrbentuk ketika DNA bereplikasi. Garpu replikasi ini dibentuk
akibat enzim helikase yang memutuskan ikatan-ikatan hidrogen yang
menyatukan kedua untai DNA, membuat terbukanya untaian ganda
tersebut menjadi dua cabang yang masing-masing terdiri dari sebuah
untai tunggal DNA. Masing-masing cabang tersebut menjadi
“cetakan” untuk pembentukan dua untai DNA baru berdasakan
urutan nukleotida komplementernya. DNA polimerase membentuk
8
untaian DNA baru dengan memperpanjang oligonukleotida (rna)
yang dibentuk oleh enzim primase dan disebut primer.
DNA polimerase membentuk untaian DNA baru dengan
menambahkan nukleotida, dalam hal ini, deoksiribonukleotida ke
ujung 3’-OH bebas nukleotida rantai DNA yang sedang tumbuh.
Dengan kata lain, rantai DNA baru (DNA “anak”) disintesis dari arah
5’3’, sedangkan DNA polimerase bergerak pada DNA “induk”
dengan arah 3’5’. Namun demikian, salah satu untaian DNA induk
pada garpu replikasi berorientasi 3’5’,sementara untaian lainnya
berorientasi 5’3’. Oleh karena itu replikasi harus berlangsung dari
kedua arah berlawanan tersebut.
c. Pembentukan leading strand
Pada replikasi DNA, untaian pengawal (leading strand) ialah untaian
DNA yang disintesis dengan arah 5'→3' secara berkesinambungan.
Pada untaian ini, DNA polimerase mampu membentuk DNA
menggunakan ujung 3'-OH bebas dari sebuah primer RNA dan
sintesis DNA berlangsung secara berkesinambungan, searah dengan
arah pergerakan garpu replikasi.
d. Pembentukan lagging strand
Lagging strand ialah untaian DNA yang terletak pada sisi yang
berseberangan dengan leading strand pada garpu replikasi. Untaian
ini disintesis dalam segmen-segmen yang disebut fragmen Okazaki.
Pada untaian ini, primase membentuk primer RNA. DNA polimerase
dengan demikian dapat menggunakan gugus OH 3' bebas pada primer
RNA tersebut untuk mensintesis DNA dengan arah 5'→3'. Fragmen
primer RNA tersebut lalu disingkirkan (misalnya dengan RNase H
dan DNA Polimerase I) dan deoksiribonukleotida baru ditambahkan
untuk mengisi celah yang tadinya ditempati oleh RNA. DNA ligase
lalu menyambungkan fragmen-fragmen Okazaki tersebut sehingga
sintesis lagging strand menjadi lengkap.

9
Gambar 3. Replikasi DNA
1) Replikasi pada kedua untai DNA
Proses replikasi DNA yang kita bicarakan di atas sebenarnya
barulah proses yang terjadi pada salah satu untai DNA. Untai
DNA tersebut sering dinamakan untai pengarah (leading strand).
Sintesis DNA baru pada untai pengarah ini berlangsung secara
kontinyu dari ujung 5’ ke ujung 3’ atau bergerak di sepanjang
untai pengarah dari ujung 3’ ke ujung 5’.
Pada untai DNA pasangannya ternyata juga terjadi sintesis DNA
baru dari ujung 5’ ke ujung 3’ atau bergerak di sepanjang untai
DNA cetakannya ini dari ujung3’ ke ujung 5’. Namun, sintesis
DNA pada untai yang satu ini tidak berjalan kontinyu sehingga
menghasilkan fragmen terputus-putus, yang masing-masing
mempunyai arah 5’→ 3’. Terjadinya sintesis DNA yang tidak
kontinyu sebenarnya disebabkan oleh sifat enzim DNA
polimerase yang hanya dapat menyintesis DNA dari arah 5’ ke 3’
serta ketidakmampuannya untuk melakukan inisiasi sintesis
DNA.
Untai DNA yang menjadi cetakan bagi sintesis DNA tidak
kontinyu itu disebut untai tertinggal (lagging strand). Sementara
itu, fragmen-fragmen DNA yang dihasilkan dari sintesis yang
tidak kontinyu dinamakanfragmen Okazaki, sesuai dengan nama

10
penemunya. Fragmen-fragmen Okazaki akan disatukan menjadi
sebuah untai DNA yang utuh dengan bantuan enzim DNA ligase.
2) Enzim Telomerase
Telomere adalah segmen DNA yang terletak pada bagian terminal
kromosom eukaryot. Bentuk yang tepat dari enzim ini bisa
berbeda antara satu spesies dengan spesies lainnya, tapi masing-
masing versi mempunyai RNA specific template untuk
membentuk subunit telomeric yang baru. Ketika suatu sel
bereplikasi, maka sel anak (daughter cell) akan menerima satu set
gen yang lengkap sehingga sel anak hasil pembelahan tersebut
memiliki kode genetik yang sama persis dengan sel inangnya.
Bila ada beberapa unit gen yang hilang, maka sel tersebut akan
mengalami gangguan fungsi (malfunction) dan bahkan bisa
sampai mati.
Pada tahun 1972 James D.Watson, menemukan bahwa DNA
polymerase yaitu suatu enzym untuk replikasi DNA ternyata tidak
bisa meng'copy' seluruh panjang kromosom, ada suatu daerah di
bagian ujung kromosom (telomer) yang tidak di 'copy', sehingga
telomere akan bertambah pendek pada sel anak, akibatnya akan
mengancam kehidupan dan proses replikasi sel. Oleh karena itu
pada telomer terdapat subunit DNA yang harus tetap dibuat
‘copy’ nya agar panjang kromosom tetap dan sel dapat bertahan
untuk terus mengalami mitosis. Keadaan ini disebut sebagai "end
replication problem" dan hal ini dapat diatasi oleh enzim
telomerase.

11
Gambar 4. Telomer
Pada saat kromosom bereplikasi, mula-mula terjadi pembelahan
double helix DNA, kemudian masing-masing rantai/ single
strands DNA sebagai template akan membentuk ‘copy’ DNA
bagi kromosom turunannya dengan bantuan enzim DNA
polimerase. Namun demikian ada gap / celah di bagian ujung
kromosom turunannya yang tidak diisi oleh nukleotida , sehingga
terdapat pemendekan pada ujung kromosom turunannya. Enzim
telomerase mengatasi hal tersebut dengan membuat rantai DNA
tambahan yang terdiri dari urutan nukleotida yang berulang
12
(merupakan subunit telomer). Tambahan tersebut dibuat sebelum
proses replikasi berlangsung, akibatnya ujung kromosom
(telomer) akan memiliki panjang yang tetap sama dengan
kromosom inangnya (Ratnawati, 2002).
2. Transkripsi DNA
Transkripsi merupakan tahap awal ekspresi gen berupa perubahan urutan
basa molekul DNA menjadi urutan basa molekul RNA. Dengan perkataan
lain, transkripsi merupakan proses sintesis RNA menggunakan salah satu
untai molekul DNA sebagai cetakan (template)nya.
Transkripsi mempunyai ciri-ciri kimiawi yang serupa dengan
sintesis/replikasi DNA yaitu :
a. Adanya sumber basa nitrogen berupa nukleosida trifosfat. Bedanya
dengan sumber basa untuk sintesis DNA hanyalah pada molekul gula
pentosanya yang tidak berupa deoksiribosa tetapi ribosa dan tidak
adanya basa timin tetapi digantikan oleh urasil. Jadi, keempat
nukleosida trifosfat yang diperlukan adalah adenosin trifosfat (ATP),
guanosin trifosfat (GTP), sitidin trifosfat (CTP), dan uridin trifosfat
(UTP).
b. Adanya untai molekul DNA sebagai cetakan. Dalam hal ini hanya
salah satu di antara kedua untai DNA yang akan berfungsi sebagai
cetakan bagi sintesis molekul RNA. Untai DNA ini mempunyai
urutan basa yang komplementer dengan urutan basa RNA hasil
transkripsinya, dan disebut sebagai pita antisens. Sementara itu, untai
DNA pasangannya, yang mempunyai urutan basa sama dengan urutan
basa RNA, disebut sebagai pita sens. Meskipun demikian, sebenarnya
transkripsi pada umumnya tidak terjadi pada urutan basa di sepanjang
salah satu untai DNA. Jadi, bisa saja urutan basa yang ditranskripsi
terdapat berselang-seling di antara kedua untai DNA.
c. Sintesis berlangsung dengan arah 5’→ 3’ seperti halnya arah sintesis
DNA.

13
d. Gugus 3’- OH pada suatu nukleotida bereaksi dengan gugus 5’-
trifosfat pada nukleotida berikutnya menghasilkan ikatan fosofodiester
dengan membebaskan dua atom pirofosfat anorganik (PPi). Reaksi ini
jelas sama dengan reaksi polimerisasi DNA. Hanya saja enzim yang
bekerja bukannya DNA polimerase, melainkanRNA polimerase.
Perbedaan yang sangat nyata di antara kedua enzim ini terletak pada
kemampuan enzim RNA polimerase untuk melakukan inisiasi sintesis
RNA tanpa adanya molekul primer.
Transkripsi menghasilkan 3 macam RNA yaitu mRNA, tRNA, dan rRNA
yaitu :
1) mRNA (messenger RNA) fungsinya membawa informasi DNA dari
inti sel ke ribosom. Pesan-pesan ini berupa triplet basa yang ada pada
mRNA yang disebut kodon. Kodon pada mRNA merupakan
komplemen dari kodogen (agen pengode), yaitu urutan basa-basa
nitrogen pada DNA yang dipakai sebagai pola cetakan. Peristiwa
pembentukan mRNA oleh DNA di dalam inti sel, disebut transkripsi.
2) tRNA (RNA transfer) fungsinya mengenali kodon dan
menerjemahkan menjadi asam amino di ribosom. Peran tRNA ini
dikenal dengan nama translasi (penerjemahan). Urutan basa nitrogen
pada tRNA disebut antikodon. Bentuk tRNA seperti daun semanggi
dengan 4 ujung yang penting, yaitu: 1) Ujung pengenal kodon yang
berupa triplet basa yang disebut antikodon. 2) Ujung perangkai asam
amino yang berfungsi mengikat asam amino. 3) Ujung pengenal
enzim yang membantu mengikat asam amino. 4) Ujung pengenal
ribosom.
3) rRNA (RNA Ribosom) fungsinya sebagai tempat pembentukan
protein. rRNA terdiri dari 2 sub unit, yaitu: 1) Sub unit kecil yang
berperan dalam mengikat mRNA. 2) Sub unit besar yang berperan
untuk mengikat tRNA yang sesuai.
Secara garis besar transkripsi berlangsung dalam empat tahap, yaitu
pengenalan promoter, inisiasi, elongasi, dan teminasi. Agar molekul DNA
14
dapat digunakan sebagai cetakan dalam sintesis RNA, kedua untainya
harus dipisahkan satu sama lain di tempat-tempat terjadinya penambahan
basa pada RNA. Selanjutnya, begitu penambahan basa selesai dilakukan,
kedua untai DNA segera menyatu kembali. Pemisahan kedua untai DNA
pertama kali terjadi di suatu tempat tertentu, yang merupakan tempat
pengikatan enzim RNA polimerase di sisi 5’(upstream) dari urutan basa
penyandi (gen) yang akan ditranskripsi. Tempat ini dinamakan promoter.
Tahap-tahap Transkripsi DNA :
a. Inisiasi (Permulaan)
Jika pada proses replikasi dikenal daerah pangkal replikasi, pada
transkripsi ini dikenal promoter, yaitu daerah DNA sebagai tempat
melekatnya RNA polimerase untuk memulai transkripsi. RNA
polymerase melekat atau berikatan dengan promoter, setelah promoter
berikatan dengan kumpulan protein yang disebut faktor transkripsi.
Kumpulan antara promoter, RNA polimerase, dan faktor transkripsi
ini disebut kompleks inisiasi transkripsi. Selanjutnya, RNA
polymerase membuka rantai ganda DNA (Wang, 2005).
b. Elongasi (Pemanjangan)
Setelah membuka pilinan rantai ganda DNA, RNA polimerase ini
kemudian menyusun untaian nukleotida-nukleotida RNA dengan arah
5´ ke 3´. Pada tahap elongasi ini, RNA mengalami pertumbuhan
memanjang seiring dengan pembentukan pasangan basa nitrogen
DNA. Pembentukan RNA analog dengan pembentukan pasangan basa
nitrogen pada replikasi. Pada RNA tidak terdapat basa pirimidin timin
(T), melainkan urasil (U). Oleh karena itu, RNA akan membentuk
pasangan basa urasil dengan adenin pada rantai DNA. Tiga macam
basa yang lain, yaitu adenin, guanin, dan sitosin dari DNA akan
berpasangan dengan basa komplemennya masing-masing sesuai
dengan pengaturan pemasangan basa. Adenin berpasangan dengan
urasil dan guanin dengan sitosin.

15
Gambar 5. Proses elongasi pada transkripsi
c. Terminasi (Pengakhiran)
Penyusunan untaian nukleotida RNA yang telah dimulai dari daerah
promoter berakhir di daerah terminator. Setelah transkripsi selesai,
rantai DNA menyatu kembali seperti semula dan RNA polymerase
segera terlepas dari DNA. Akhirnya, RNA terlepas dan terbentuklah
mRNA yang baru. Pada sel prokariotik, RNA hasil transkripsi dari
DNA, langsung berperan sebagai mRNA. Sementara itu, RNA hasil
transkripsi gen pengkode protein pada sel eukariotik, akan menjadi
mRNA yang fungsional (aktif) setelah melalui proses tertentu terlebih
dahulu. Dengan demikian, pada rantai tunggal mRNA terdapat
beberapa urut-urutan basa nitrogen yang merupakan komplemen
(pasangan) dari pesan genetik (urutan basa nitrogen) DNA. Setiap tiga
macam urutan basa nitrogen pada nukleotida mRNA hasil transkripsi
ini disebut sebagai triplet atau kodon.
3. Translasi
Sintesis protein (Translasi m-RNA) merupakan penerjemah urutan
nukleotida yang ada pada molekul m-RNA menjadi rangkaian asam
amino yang menyusun suatu polipeptida atau protein. Perlu dipahami
bahwa hanya molekul m-RNA yang ditranslasi, sedangkan r-RNA dan t-
RNA tidak ditranslasi. Proses translasi berlangsung melalui empat

16
tahapan utama yaitu inisiasi, elongasi, translokasi, dan terminasi dengan
empat aksi antibiotika (Yuwono, 2009).
Bila dibandingkan dengan transkripsi, translasi merupakan proses yang
lebih rumit karena melibatkan fungsi berbagai makromolekul. Oleh
karena kebanyakan di antara makromolekul ini terdapat dalam jumlah
besar di dalam sel, maka sistem translasi menjadi bagian utama mesin
metabolisme pada tiap sel. Makromolekul yang harus berperan dalam
proses translasi tersebut meliputi :
1) Lebih dari 50 polipeptida serta 3 hingga 5 molekul RNA di dalam tiap
ribosom.
2) Sekurang-kurangnya 20 macam enzim aminoasil-tRNA sintetase yang
akan mengaktifkan asam amino.
3) Empat puluh hingga 60 molekul tRNA yang berbeda.
4) Sedikitnya 9 protein terlarut yang terlibat dalam inisiasi, elongasi, dan
terminasi polipeptida.
Translasi berlangsung di dalam ribosom, suatu struktur organel yang
banyak terdapat di dalam sitoplasma.Ribosom terdiri atas dua subunit,
besar dan kecil, yang akan menyatu selama inisiasi translasi dan terpisah
ketika translasi telah selesai. Ukuran ribosom sering dinyatakan atas dasar
laju pengendapannya selama sentrifugasi sebagai satuan yang
disebut satuan Svedberg (S). Pada kebanyakan prokariot ribosom
mempunyai ukuran 70S, sedangkan pada eukariot biasanya sekitar 80S.
Tiap ribosom mempunyai dua tempat pengikatan tRNA, yang masing-
masing dinamakan tapak aminoasil (tapak A) dan tapak peptidil (tapak P).
Molekul aminoasil-tRNA yang baru memasuki ribosom akan terikat di
tapak A, sedangkan molekul tRNA yang membawa rantai polipeptida
yang sedang diperpanjang terikat di tapak P.
Mekanisme translasi menurut Yuwono, (2005) adalah :
1) Inisiasi. Proses ini dimulai dari menempelnya ribosom sub unit kecil
ke mRNA. Penempelan terjadi pada tempat tertentu yaitu pada 5′-
AGGAGGU-3′, sedang pada eukariot terjadi pada struktur tudung
17
(7mGpppNpN). Selanjutnya ribosom bergeser ke arah 3′ sampai
bertemu dengan kodon AUG. Kodon ini menjadi kodon awal. Asam
amino yang dibawa oleh tRNA awal adalah metionin. Metionin
adalah asam amino yang disandi oleh AUG. pada bakteri, metionin
diubah menjadi Nformil metionin. Struktur gabungan antara mRNA,
ribosom sub unit kecil dan tRNA-Nformil metionin disebut kompleks
inisiasi. Pada eukariot, kompleks inisiasi terbentuk dengan cara yang
lebih rumit yang melibatkan banyak protein initiation factor.
2) Elongasi. Tahap selanjutnya adalah penempelan sub unit besar pada
sub unit kecil menghasilkan dua tempat yang terpisah . Tempat
pertama adalah tempat P (peptidil) yang ditempati oleh tRNA-Nformil
metionin. Tempat kedua adalah tempat A (aminoasil) yang terletak
pada kodon ke dua dan kosong. Proses elongasi terjadi saat tRNA
dengan antikodon dan asam amino yang tepat masuk ke tempat
A. Akibatnya kedua tempat di ribosom terisi, lalu terjadi ikatan
peptide antara kedua asam amino. Ikatan tRNA dengan Nformil
metionin lalu lepas, sehingga kedua asam amino yang berangkai
berada pada tempat A. Ribosom kemudian bergeser sehingga asam
amino-asam amino-tRNA berada pada tempat P dan tempat A
menjadi kosong. Selanjutnya tRNA dengan antikodon yang tepat
dengan kodon ketiga akan masuk ke tempat A, dan proses berlanjut
seperti sebelumnya.

18
Gambar 6. Proses elongasi pada translasi
Keterangan :
a. tRNA membawa antikodon AAA & asam amino (fenilalanin)
b. Antikodon AAA berpasangan dengan kodon mRNA
c. Pembentukan ikatan peptida
d. pemanjangan rantai polipeptida & ribosom siap menerima tRNA
selanjutnya.
3) Translokasi. Langkah berikutnya adalah translokasi, yang melibatkan
(1) perpindahan f-met- ala- tRNAala dari tapak A ke tapak P dan (2)
pergeseran posisi mRNA pada ribosom sepanjang tiga basa sehingga
triplet kodon yang semula berada di tapak A masuk ke tapak
P. Dalam contoh ini triplet kodon yang bergeser dari tapak A ke P
tersebut adalah triplet kodon untuk alanin. Triplet kodon berikutnya,
misalnya penyandi serin, akan masuk ke tapak A dan proses seperti di
atas hingga translokasi akan terulang kembali. Translokasi
memerlukan aktivitas faktor elongasi berupa enzim yang biasa
dilambangkan dengan EF-G.
4) Terminasi. Proses translasi akan berhenti bila tempat A bertemu
kodon akhir yaitu UAA, UAG, UGA. Kodon-kodon ini tidak
memiliki tRNA yang membawa antikodon yang sesuai. Selanjutnya
masuklah release factor (RF) ke tempat A dan melepaska rantai
polipeptida yang terbentuk dari tRNA yang terakhir. Kemudian
ribosom berubah menjadi sub unit kecil dan besar.

19
Gambar 7. Tahap-tahap Translasi
Gambaran penting sintesis protein adalah bahwa proses ini
berlangsung dengan arah tertentu sebagai berikut.
a. Molekul mRNA ditranslasi dengan arah 5’→ 3’, tetapi tidak dari
ujung 5’ hingga ujung 3’.
b. Polipeptida disintesis dari ujung amino ke ujung karboksil dengan
menambahkan asam-asam amino satu demi satu ke ujung
karboksil. Sebagai contoh, sintesis protein yang mempunyai
urutan NH -Met-Pro-Gly-Ser COOH pasti dimulai dengan
metionin dan diakhiri dengan sering.
Sebuah molekul mRNA akan terikat pada permukaan ribosom yang
kedua subunitnya telah bergabung. Pengikatan ini terjadi karena pada
mRNA prokariot terdapat urutan basa tertentu yang disebut
sebagai tempat pengikatan ribosom (ribosom binding site) atau urutan
Shine-Dalgarno. Sementara itu, pada eukariot pengikatan ribosom
dilakukan oleh ujung 5’ mRNA. Selanjutnya, berbagai aminoasil-
tRNA akan berdatangan satu demi satu ke kompleks ribosom-mRNA
ini dengan urutan sesuai dengan antikodon dan asam amino yang
dibawanya. Urutan ini ditentukan oleh urutan triplet kodon pada

20
mRNA. Ikatan peptida terbentuk di antara asam-asam amino yang
terangkai menjadi rantai polipeptida di tapak P ribosom.
Penggabungan asam-asam amino terjadi karena gugus amino pada
asam amino yang baru masuk berikatan dengan gugus karboksil pada
asam amino yang terdapat pada rantai polipeptida yang sedang
diperpanjang.

D. Pembacaan Kode Genetik (Kodon)


Kode genetik ialah suatu cara untuk menetapkan jumlah serta urutan
nukleotida yang berperan dalam menentukan posisi yang tepat dari tiap asam
amino dalam rantai peptida yang bertambah panjang (Redana, 2011).Suatu
kode triplet basa nitrogen akan menghasilkan suatu jenis asam amino. Urutan
dan jenis asam amino di dalam sel akan menetukan jenis dan fungsi protein
yang dihasilkan. Nirenberg et al. melakukan percobaan dengan membuat
ARN-d buatan (artificial m-RNA) dan memperoleh hasil seperti berikut :
1. Jika sebuah kodon (yaitu suatu set nukleotida yang spesifik untuk suatu
asam amino tertentu) hanya terdiri dari satu nukleotida saja, maka akan
didapatkan 4 = 4 kodon, yaitu A, G, S, dan U. Kode genetika yang
menggunakan kodon terdiri dari satu nukleotida disebut kode singlet.
Berhubung jumlah asam amino 20, maka kode singlet ini tidak
memenuhi syarat, sebab baru dapat mengkode empat asam amino saja.
2. Jika sebuah kodon terdiri dari dua nukleotida akan didapatkan 42 = 16
kodon. Kode dublet inipun belum memenuhi syarat, karena baru 16 asam
amino saja yang dapat diberi kode.
3. Jika sebuah kodon terdiri dari tiga nukleotida akan didapatkan 43 = 64
kodon. Kode genetik ini disebut kode triplet. Walaupun dengan kode
triplet didapatkan kelebihan 64-20 = 44 kodon tidak menjadi soal, karena
beberapa macam asam amino dapat diberi kode oleh beberapa kodon.

21
Gambar 8. Kode Genetik
Beberapa kodon dinamakan kodon nonsens (tidak berarti), karena tidak
merupakan kode untuk salah satu asam amino pun, misalnya UAA,
UAG, dan UGA. Sedangkan kodon UAG (kodon untuk
terjemahan metionin) disebut sebagai kodon permulaan (starting codon),
karena proses penerjemahan kodon-kodon pada ARN-d di ribosom selalu
dimulai dengan kodon AUG, dan diakhiri dengan salah
satu kodon nonsens (stop codon) di atas (Stanley dan Andrykovitch,
1984).
Menurut Bawa (1991), kode genetik mempunyai sifat-sifat sebagai
berikut :
a. Kode genetik adalah kode triplet ; masing-masing kodon dari 64
kodon yang ada bersifat unik, terdiri atas kombinasi tiga jenis
nukleotida yang terdapat pada molekul ARN-d sebagai hasil salinan
dari kode genetik yang terdapat dalam molekul AND.
b. Dari kodon-kodon yang memerinci 120 asam amino, terdapat 18
kodon yang sinonim, artinya beberapa kodon memerinci sebuah
asam amino. Dengan demikian, kodon-kodon tersebut mengalami
degenerasi. Jika tidak mengalami degenerasi, maka dari 64 kodon

22
yang ada, terdapat 44 kodon yang tidak berguna. Asam amino yang
dirinci oleh sebuah kodon hanyalah metionin dan triptofan. Pada
asam amino yang dirinci oleh kodon-kodon yang sinonim, dua huruf
yang pertama tetap, sedangkan huruf yang ketiga dapat berubah.
Misalnya, alanin dirinci oleh kodon GSU, GSS, GSA, dan GSG;
semua kodon yang mulai dengan huruf AS (ASU, ASS, ASA, ASG)
memerinci treonin.
c. Di antara 64 kodon tersebut ada tiga buah kodon yang tidak ikut
memerinci asam amino, yaitu: UAA, UAG, dan UGA. Ketiga kodon
ini dinamai kodon nonsense (tidak mempunyai arti) atau kodon
terminal (stop codon), karena jika kodon tersebut dibaca di ribosom,
maka penyusunan satu rantai polipeptida harus diakhiri. Jadi, yang
benarbenar merupakan kodon yang memerinci asam amino hanya 61
buah, itupun banyak yang sinonim.
d. Kodon pada ARN-d harus dibaca dari suatu titik permulaan tertentu
dan dengan arah yang tertentu pula sehingga penerjemahan kode
genetik tidak salah. Pembacaan kode genetik dimulai dari ujung 5’
ke arah ujung 3’, sedangkan kodon permulaan (starting codon)
untuk mulai membaca adalah AUG, yaitu kode untuk asam
aminometionin. Walaupun proses penerjemahan kode selalu dimulai
dari kodon AUG, tidaklah berarti bahwa pada setiap rantai
polipeptida yang telah selesai dibentuk, asam amino yang pertama
harus metionin sebab metionin permulaan sering dibuang dari suatu
rantai polipeptida.
e. Kode genetik bersifat universal, artinya kodon yang sama berlaku
untuk asam amino yang sama, baik untuk asam amino pada virus,
bakteri, fungi, maupun untuk asam amino pada tumbuhan dan hewan
yang derajatnya lebih tinggi. Dalam hal ini yang merupakan
perkecualian adalah kodon pada beberapa siliata, mitokondria, dan
kloroplast.

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Istilah central dogma diperkenalkan oleh Francis H. Crick pada tahun
1956.
2. Tiga fungsi pokok DNA sebagai materi genetik yaitu menyimpan
informasi genetik, mengatur perkembangan fenotipe organisme, serta
mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang berubah.
3. Dalam central dogma DNA harus melewati tahap replikasi, transkripsi dan
translasi untuk dapat membentuk protein (asam amino).
4. Kode genetik merupakan cara untuk menetapkan jumlah serta urutan
nukleotida.

24
DAFTAR PUSTAKA

Makalah Central Dogma. http://ciciiswanti.blogspot.com/2017/07/makalah-


central-dogma.html, diakes pada tanggal 20 Maret pukul 08.00.

25

Anda mungkin juga menyukai