Anda di halaman 1dari 17

Modul I Perencanaan Proses Kelompok 6

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berhadapan dengan hal-hal yang menuntut kita untuk
melakukan pengambilan keputusan (decision making). Proses perencanaan atau planning adalah
bagian dari daur kegiatan manajemen yang terutama berhubungan dengan pengambilan keputusan
(decision making) untuk masa depan, baik jangka panjang maupun jangka pendek, sehubungan
dengan pokok pertanyaan: apa, siapa, bagaimana, kapan, di mana, dan berapa, baik sehubungan
dengan lembaga yang dimanajemeni maupun usaha-usahanya.
Proses perencanaan dapat dilaksanakan menyeluruh, misalnya dalam perencanaan korporat,
perencanaan strategis, atau perencanaan jangka panjang. Bisa juga dilakukan per divisi atau unit bisnis
stategis menjadi rencana divisi atau anak perusahaan tertentu di dalam suatu korporasi yang lebih
besar. Bisa juga dilakukan per fungsi baik di dalam korporasi, di dalam divisi maupun unit bisnis
individual, misalnya rencana fungsi pemasaran, rencana fungsi keuangan, rencana fungsi produksidan
distribusi, dan rencana fungsi personalia. Bagaimanapun lingkup perencanaan yang dilakukan, pokok
pertanyaan yang dipikirkan sama saja: apa, siapa, bagaimana, kapan, di mana, dan berapa.
Perbedaannya menyangkut metode yang digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.
Menurut Patmonodewo (Misbach, Muzamil, 2010) kata Puzzle berasal dari bahasa Inggris yang
berarti teka-teki atau bongkar pasang, media Puzzle merupakan media sederhana yang dimainkan
dengan bongkar pasang.
Pembuatan laporan ini dilakukan dengan tujuan sebagai pembukuan tertulis dari praktikum
yang telah dilakukan yaitu praktikum Modul I yang mempelajari tentang Perencanaan Proses. Serta
untuk mengetahui tingkat penguasaan mahasiswa terhadap materi yang telah diberikan.
Laporan ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa di dalam menganalisis
praktek maupun teori pembubutan sehingga kelak dapat menunjang keterampilan dan kemampuan
mahasiswa di dalam menganalisis Bill of Material (BOM), Precendence Diagram, Assembly Chart
(APC), serta Operation Process Chart (OPC) dari suatu produk.

1.2 Tujuan Laporan Praktikum


Tujuan dalam pembuatan laporan ini adalah agar:
1. Mahasiswa dapat mengetahui Bill of Material (BOM) dari 3D Puzzle “Locomotive Train”.
2. Mahasiswa dapat mengetahui Precendence Diagram dari 3D Puzzle “Locomotive Train”.
3. Mahasiswa dapat mengetahui Assembly Chart (APC) dari 3D Puzzle “Locomotive Train”.
4. Mahasiswa dapat mengetahui Operation Process Chart (OPC) dari 3D Puzzle “Locomotive Train”.

1.3 Pembatasan Masalah


Supaya dalam perancangan ini tidak menyimpang dari ketentuan yang telah ada, maka terdapat
batasan-batasan masalah yang akan dibahas, meliputi:
1. Praktikum ini dilakukan pada Jumat, 8 Maret 2019 yang bertempat di Ruang Praktikum Ergonomi
Fakultas Teknik Universitas Pembangunan “Veteran” Jakarta.
2. Objek praktikum yaitu mainan maket 3D Puzzle Locomotive Train.

1.4 Sistematika Penulisan


Untuk mempermudah penulisan dan pembahasan maka penyusunan membuat suatu kerangka
agar dapat disajikan secara sistematis yaitu:
BAB I PENDAHULUAN

Salsabila Tyas Pradipta Haris 1


Modul I Perencanaan Proses Kelompok 6

Pada bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan
manfaat, pembatasan masalah dan sistematika penulisan.
BAB II STUDI PUSTAKA
Pada bab ini mencangkup seluruh teori ringkas serta prinsip yang digunakan untuk
membahas masalah dari modul yang dilaporkan dan berkaitan dengan kegiatan
praktikum.
BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Pada bab ini berisikan rekapitulasi seluruh data praktikan, perhitungan
menggunakan uji kenormalan, keseragaman, dan kecukupan data, perhitungan
persentil data, dan perancangan stasiun kerja untuk operator
BAB VI ANALISIS PENGOLAHAN DATA
Pada bab ini data yang telah diolah, dianalisa sesuai dengan hasil pengolahan
datanya.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisi kesimpulan dari hasil – hasil pengolahan data dan hasil dari
analisis data, dan juga saran – saran.

Salsabila Tyas Pradipta Haris 2


Modul I Perencanaan Proses Kelompok 6

BAB II
STUDI PUSTAKA

2.1 Perencanaan Proses


Dalam buku “Process Planning”, Peter Scallian mendefinisikan Process Planning sebagai
“comprises the selection and sequence of processes and operation to transform a chosen raw material
into a finished component”. Serupa dengan definisi di atas, Bedworth dalam bukunya yang berjudul
“Computer-Integrated Design and Manufacturing” juga menyebutkan bahwa Process Planning adalah
“the preparation of asset of instruction that describe how to fabricate a part or buildi an assembly wich
will satisfy engineering design spesification”. Berdasarkan kedua definisi di atas, dapat disimpulkan
bahwa perencanaan proses merupakan sebuah kegiatan mempersiapkan instruksi kerja secara detail
untuk membuat komponen produk. Proses ini meliputi seleksi terhadap proses manufaktur yang
dibutuhkan, dan mesin-mesin serta peralatan lengkap yang diperlukan untuk proses produksi tersebut,
material yang akan digunakan sampai kepada parameter pemesinan yang digunakan.

2.2 Bill Of Material


Bill of Material (BOM) merupakan rangkaian struktur semua komponen yang digunakan untuk
memproduksi suatu barang. BOM adalah daftar dari bahan baku, material, atau komponen yang
dibutuhkan untuk dirakit, dicampur, atau membuat produk akhir. Beberapa format dari Bill of Material
(BOM) yaitu single-level yang menggambarkan hubungan sebuah induk dengan satu level
komponenkomponen pembentuknya, dan multi-level yang menggambarkan struktur produk lengkap
dari level 0 sampai level paling bawah.
Menurut Scott (1994), BOM merupakan sebuah kunci dalam menghubungkan struktur produk
dan system perencanaan material (material planning systems). Sangat baik apabila produk yang akan
dibuat atau dirakit dipresentasikan oleh BOM produk tersebut karena di dalam BOM digambarkan
komponen-komponen atau part-part produk dalam sebuah hubungan orang tua (parent) dan anak kecil
(child). Penggambaran komponen dengan level yang lebih rendah lagi pun ditunjukkan pada BOM.
Jadi, BOM merupakan gambaran hierarki, dimana terdapat banyak level untuk sub-assemblies dari
produk.
Untuk praktikum kali ini, digunakan format BOM dengan tabel yang kolom-kolomnya
memuat informasi mengenai:
1. Part Number (nomor part),
2. Description (nama part dan keterangan lain yang perlu dicantumkan),
3. Quantity for Each Assembly (kuantitas part untuk setiap satu produk jadi),
4. Unit of Measure (unit ukuran part), dan
5. Decision (keputusan untuk membeli atau memproduksi part tersebut).
Bila ditinjau dari komponen-komponen penyusun produknya, BOM dibedakan menjadi dua macam:
Single Level Bill of Material dan Multilevel Bill of Material.
Single Level Bill of Material (BOM) tidak cukup untuk menggambarkan produk yang memiliki
subassembly. Untuk produk dengan subassembly, digunakan Multilevel Tree dan Multilevel Bill of
Material. Multilevel Tree berupa “pohon” dengan beberapa level yangmenggambarkan struktur produk.
Produk akhir berada pada level 0 (nol), dan nomor level bertambah untuk level-level di bawahnya.

Salsabila Tyas Pradipta Haris 3


Modul I Perencanaan Proses Kelompok 6

Gambar 2.1. Contoh Multilevel Bill Of Material Tree

Gambar 2.2. Contoh Multilevel Bill Of Material

2.3 Precendence Diagram


Precendence Diagram adalah diagram yang menggambarkan urutan dan keterkaitan antar
elemen kerja perakitan sebuah produk. Pendistribusian elemen kerja yang dilakukan untuk setiap
stasiun kerja harus memperhatikan Precendence Diagram.
Prosedur keseimbangan lintasan bertujuan meminimalkan harga balance delay dari lintasan
untuk nilai waktu siklus yang ditetapkan. Jumlah ini diharapkan dapat pula meminimalkan jumlah
stasiun kerja. Prosedur dasar yang dilaksanakan adalah dengan menambah elemen-elemen aktivitas
dengan setiap stasiun kerja sampai jumlahnya mendekati sama, tetapi tidak melebihi harga waktu
siklus. Biasanya juga akan dijumpai hambatan-hambatan dari elemen-elemen aktivitas yang
ditempatkan dalam suatu stasiun kerja. Untuk itu yang terpenting adalah tetap memperhatikan the
precendence constraint.

Salsabila Tyas Pradipta Haris 4


Modul I Perencanaan Proses Kelompok 6

Precendence Constraint (atau bisa diistilahkan dengan ketentuan hubungan suatu aktivitas
untuk mendahului aktivitas yang lain) bisa digambarkan dalam bentuk “Precendence Diagram”, dimana
secara sederhana diagram ini akan bisa dimanfaatkan sebagai prosedur dasar untuk mengalokasikan
elemen-elemen aktivitas. Adapun tanda-tanda yang dipakai adalah sebagai berikut:
• Simbol lingkaran dengan huruf atau nomor didalam untuk mempermudah identifikasi suatu proses
operasi.
• Simbol panah menunjukkan ketergantungan dari urutan proses operasi. Operasi pada pangkal
panah berarti mendahului operasi kerja yang ada di ujung panah.
• Angka di atas symbol adalah waktu standar yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap operasi.

Gambar 2.3. Contoh Precedence Diagram

Diagram kerja memiliki dua peranan, yang pertama sebagai alat perencanaan proses dan
kedua sebagai ilustrasi secara grafik dari kegiatan-kegiatan suatu proyek. Dari suatu diagram jaringan
kerja dapat dilihat gambaran antara hubungan antara komponen-komponen kegiatan secara
menyeluruh dan arus operasi yang dijalankan sejak awal sampai berakhirnya suatu proyek. Konsep dan
lambang/symbol yang ada dalam precendence diagram adalah sebagai berikut:
a. Events Suatu events (kejadian/peristiwa) adalah suatu keadaan tertentu yang terjadi pada saat
tertentu, atau dapat pula diartikan sebagai awal atau akhir dari satu atau beberapa kegiatan.
Events bisa dilambangkan dengan sebuah lingkaran atau node.
b. Aktivitas Suatu aktivitas adalah pekerjaan yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu kejadian
tertentu. Kegiatan berlangsung dalam jangka waktu tertentu (duration) dengan pemakaian
sejumlah sumber daya. Symbol yang digunakan adalah anak panah yang menghubungakn kedua
lingkaran (Wignjosoebroto, Sritomo. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Surabaya: Guna Widya.
1995).

2.4 Assembly Chart


Assembly Chart atau Peta Rakitan ialah suatu deskripsi grafis urutan aliran komponen dari rakitan-sub
assembly ke rakitan suatu produk. Fungsinya ialah untuk menunjukkan komponen penyusun suatu
produk dan menjelaskan urutan perakitan komponen-komponen yang dibuat. Rakitan yang terbentuk
menunjukan cara yang mudah untuk memahami :
• Komponen-komponen yang membentuk produk
• Bagaimana komponen-komponen ini bergabung bersama
• Komponen yang menjadi bagian suatu rakitan-bagian
• Aliran komponen ke dalam sebuah rakitan
• Keterkaitan antara komponen dengan rakitan-bagian
• Gambaran menyeluruh dari proses rakitan
• Urutan waktu komponen bergabung bersama
• Suatu gambaran awal dari pola aliran bahan

Salsabila Tyas Pradipta Haris 5


Modul I Perencanaan Proses Kelompok 6

Gambar 2.4. Format Asembly Chart

Salsabila Tyas Pradipta Haris 6


Modul I Perencanaan Proses Kelompok 6

2.5 Operation Process Chart


Menurut Wignjosoebroto (2006), peta proses operasi (operation process chart) atau disingkat OPC
adalah peta kerja yang menggambarkan urutan kerja dengan jalan membagi pekerjaan tersebut ke
dalam elemen-elemen operasi secara detail. Sutalaksana (1979) berpendapat bahwa peta proses
operasi menggambarkan langkah-langkah operasi dan pemeriksaan yang dialami bahan dalam urutan-
urutannya sejak awal sampai menjadi produk utuh maupun sebagai bahan setengah jadi. Jadi dapat
dikatakan peta proses operasi merupakan peta yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis
dan memuat informasi yang diperlukan untuk analisis lebih lanjut, seperti waktu yang dihabiskan,
material yang digunakan, dan mesin yang dipakai.
Informasi-informasi yang dicatat melalui peta proses operasi ini memiliki banyak kegunaan.
Kegunaan tersebut antara lain dapat mengetahui kebutuhan mesin dan penganggarannya,
memperkirakan kebutuhan material, membantu menentukan tata letak pabrik, serta untuk pelatihan
kerja.

Gambar 2.5. Contoh Operation Process Chart

Salsabila Tyas Pradipta Haris 7


Modul I Perencanaan Proses

BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

3.1 Rekapitulasi Data Part


Pengumpulan data dari hasil praktikum perencanaan proses 3D Puzzle Locomotive Train dapat
dilihat pada Tabel 3.1 dan Gambar 3.1. Tampilan dari 3D Puzzle Locomotive Train dapat dilihat pada
Gambar 3.2.
Tabel 3.1. Pengumpulan Data 3D Puzzle Locomotive Train

No. Nama Part Quantity


1. Cab 1
2. Atap Cab 1
3. Kaca Depan Cab 1
4. Dinding Cab 2
5. Alas Cab 1
6. Body Tender 1
7. Alas Tender 1
8. Boiler 1
9. Dinding Boiler 2
10. Penyangga Boiler 2
11. Smoke Box 1
12. Kepala Depan Smoke Box 1
13. Dinding Smoke Box 2
14. Peyangga Smoke Box 2
15. Bell 1
16. Safety Valve 1
17. Chimney 1
18. Headlamp 1
19. Leading Drive Wheel 4
20. Front Truck Wheels 4
21. Wheels of Truck 4
22. Cylinder Depan 2
23. Cylinder Belakang 2
24. Cowcather 1
25. Firebox 1
26. Whistle 1
27. Smoke Stack 1
28. Badan Bawah 1
29. Konektor Depan 2
30. Konektor Belakang 2

Salsabila Tyas Pradipta Haris


Modul I Perencanaan Proses

Gambar 3.1. 3D Puzzle Locomotive Train

Gambar 3.2. Gambar Part Locomotive Train

3.2 Bill of Material 3D Puzzle Locomotive Train


Pengolahan data 3D Puzzle Locomotive Train dengan Multilevel Bill of Material dapat dilihat
pada Tabel 3.2 dan Gambar 3.3 (terdapat di lampiran).

Tabel 3.2. Multilevel Bill of Material 3D Puzzle Locomotive Train

Part Number Description Quantity For Unit of Decision


Each Measure
Assembly
1 Body Cab 1 Each Make
1.1 Atap Cab 1 Each Make
1.1.1 Kaca Depan Cab 1 Each Make
1.1.2 Dinding Cab 2 Each Make
1.1.3 Alas Cab 1 Each Make
1.2 Boiler 1 Each Make

Salsabila Tyas Pradipta Haris


Modul I Perencanaan Proses

1.2.1 Dinding Boiler 2 Each Make


1.2.2 Penyangga Boiler 2 Each Make
1.2.3 Smoke Stack 1 Each Make
2 Smoke Box 1 Each Make
2.1 Kepala Depan Boiler 1 Each Make
2.2 Dinding Smoke Box 2 Each Make
2.3 Peyangga Smoke Box 2 Each Make
2.4 Firebox 1 Each Make
2.4.1 Chimney 1 Each Make
2.5 Bell 1 Each Make
2.5.1 Safety Valve 1 Each Make
2.5.2 Whistle 1 Each Make
3 Badan Bawah 1 Each Make
3.1 Cylinder Depan 2 Each Make
3.1.1 Konektor Depan 2 Each Make
3.1.1.1 Front Truck Wheels 4 Each Make
3.2 Cylinder Belakang 2 Each Make
3.2.1 Konektor Belakang 2 Each Make
3.2.1.1 Wheels of Truck 4 Each Make
3.3 Leading Drive Wheels 4 Each Make
3.4 Cowcather 1 Each Make
4 Body Tender 1 Each Make
4.1 Alas Tender 1 Each Make

3.3 Precedence Diagram 3D Puzzle Locomotive Train


Pengolahan data 3D Puzzle Locomotive Train dengan Precedence Diagram dapat dilihat pada
Tabel 3.3 dan Gambar 3.4.

Gambar 3.4. Precedence Diagram 3D Puzzle Locomotive Train

Nomor Nama Kegiatan


1 Pemisahan Part dari plat
2 Perakitan Boiler dan Body Cab
3 Perakitan Smoke Box
4 Perakitan Smoke Box dan Boiler
5 Perakitan Smoke Box dan Boiler ke badan Bawah
6 Memasang Roda ke badan Bawah
7 Memasang Cylinder Depan ke Badan Bawah
8 Memasang Cylinder Belakang ke Badan Bawah
9 Memasang Body Tender ke Badan Bawah

Salsabila Tyas Pradipta Haris


Modul I Perencanaan Proses

3.4 Assembly Chart 3D Puzzle Locomotive Train


Pengolahan data 3D Puzzle Locomotive Train dengan Assembly Chart dapat dilihat pada
Gambar 3.5 (terdapat di lampiran).

3.5 Operation Process Chart 3D Puzzle Locomotive Train


Pengolahan data 3D Puzzle Locomotive Train dengan Precedence Diagram dapat dilihat pada
Gambar 3.6 (terdapat di lampiran).

Salsabila Tyas Pradipta Haris


Modul I Perencanaan Proses

BAB IV
ANALISIS PENGOLAHAN DATA

4.1 Analisis Bill of Material 3D Puzzle Locomotive Train


3D Puzzle Locomotive Train terdiri dari 45 komponen yang dapat di susun dengan menggunakan Bill of
Material menjadi 5 level. Kelima level pada Bill of Material yang kami buat diantaranya Level 0 yaitu produk
3D Puzzle Locomotive Train, Level 1, Level 2, Level 3, dan Level 4 yang masing-masing dapat dilihat pada
Tabel 4.1 beserta jumlah kuantitas dari setiap komponen. Seluruh komponen didapat dengan cara dibuat
(Make).
Tabel 4.1. Analisis Bill of Material 3D Puzzle Locomotive Train

Level Nama Part Quantity


Body Cab 1
Smoke Box 1
1
Bagian Bawah 1
Body Tender 1
Atap Cab 1
Boiler 1
Dinding Smoke Box 2
Penyangga Smoke Box 2
Firebox 1
Bell 1
2
Kepala Depan Smoke Box 1
Cylinder Depan 2
Cowcather 1
Cylinder Belakang 2
Leading Drive Wheels 4
Alas Tender 1
Keca Depan Cab 1
Dinding Cab 2
Alas Cab 1
Dinding Boiler 2
Penyangga Boiler 2
3 Smoke Stack 1
Chimney 1
Saftely Valve 1
Whistle 1
Konektor Depan 2
Konektor Belakang 2
Front Truck Wheels 4
4
Wheels of Truck 4

Salsabila Tyas Pradipta Haris


Modul I Perencanaan Proses

4.2 Analisis Precendence Diagram 3D Puzzle Locomotive Train


Precendence diagram pada perakitan model kapal tempur dingyuan ini menggunakan 5 tingkat atau
step pemasangan part per-partnya, yang terdiri dari 9 node. Node nomor 1 di kerjakan pertama kali, lalu
kemudian dilanjutkan dengan node nomor 2 dan 3 yang dapat dilakukan bersamaan. Selanjutnya node
nomor 4 yang di lanjutkan lagi node nomor 5. Node yang dikerjakan selanjutnya terdiri dari 3 node yang bisa
dilakukan secara bersamaan yaitu node nomr 6, 7, dan 8. Lalu yang terakhir adalah node nomor 9.

4.3 Analisis Assembly Process Chart 3D Puzzle Locomotive Train


Berdasarkan Assembly Process Chart (APC) yang telah kami buat (dapat dilihat pada Gambar 3.5),
dapat dilihat bahwa 3D Puzzle Locomotive Train terdiri dari 41 part. Lalu, dapat dilihat juga bahwa terdapat
13 sub-assembly yaitu S1, S2, S3, sampai S13. A sendiri merupakan satu kesatuan 3D Puzzle Locomotive
Train yang sudah utuh. Ada 2 buah S1, yaitu S1A1, S1A2. Ada 2 buah S2, yaitu S2A1, S2A2. Selanjutnya,
ada 3 buah S3, yaitu S3A1, S3A2, S3A3. Kemudian yang terakhir, ada 4 buah S4, yaitu S4A1, S4A2, S4A3,
dan S4A4. Selanjutnya ada 5 buah S5, 5 buah S6, 5 buah S7, 4 buah S8, 2 buah S9, 2 buah S10, 2 buah
S11, 2 buah S12, dan 1 buah S13.
Jadi, sesuai dengan aturan penyusunan Assembly Chart, diperoleh 41 lingkaran dengan diameter 6 mm
yang merupakan jumlah dari seluruh komponen penyusun 3D Puzzle ini. Selain itu terdapat 40 subassembly
yang digambarkan dengan lingkaran yang berdiameter 9 mm dengan keterangan SiAj didalam lingkarannya,
yang mana nilai i bertambah dari kanan ke kiri dan nilai j bertambah dari atas ke bawah. Sedangkan produk
akhir digambarkan dengan lingkaran berdiameter 12 mm yang diberi lambang A.

4.4 Analisis Operation Process Chart (OPC) 3D Puzzle Locomotive Train


Berdasarkan Operation Process Chart (OPC) yang telah kami buat, didapati bahwa operasi yang
dilakukan untuk membuat 3D Puzzle Locomotive Train adalah 251 kali, yang dilambangkan dengan
lingkaran. Operasi yang dilakukan adalah pengukuran (software), pembuatan pola (software), pewarnaan
(coloring machine), pencetakan (molding machine), dan pemotongan (cutting machine). Total waktu yang
dibutuhkan dalam operasi pembuatan 3D Puzzle Locomotive Train ini adalah 41 menit 50 detik.
Berdasarkan Operation Process Chart (OPC) yang telah kami buat, didapati bahwa inspeksi yang
dilakukan untuk membuat 3D Puzzle Locomotive Train adalah 80 kali, yang dilambangkan dengan persegi.
Total waktu yang dibutuhkan dalam pengecekan (checking) pembuatan 3D Puzzle Locomotive Train ini
adalah 6 menit 40 detik.
Berdasarkan Operation Process Chart (OPC) yang telah kami buat, didapati bahwa Penyimpanan yang
dilakukan untuk membuat 3D Puzzle Locomotive Train adalah 1 kali, yang dilambangkan dengan segitiga
terbalik.
Jadi, total waktu yang dibutuhkan dalam pembuatan 3D Puzzle Locomotive Train adalah 48 menit 30
detik. Hasil ini didapatkan apabila part-part 3D Puzzle Locomotive Train dibuat secara terpisah (satu-satu).

Salsabila Tyas Pradipta Haris


Modul I Perencanaan Proses

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. 3D Puzzle Locomotive Train terdiri dari 45 komponen yang dapat di susun dengan menggunakan
Bill of Material menjadi 5 level.
2. Precendence diagram pada perakitan model kapal tempur dingyuan ini menggunakan 5 tingkat atau
step pemasangan part per-partnya, yang terdiri dari 9 node.
3. 3D Puzzle Kapal Dingyuan terdiri dari 41 part. Lalu, terdapat 13 sub-assembly yaitu S1, S2, S3,
sampai S13. A sendiri merupakan satu kesatuan 3D Puzzle Kapal Dingyuan yang sudah utuh. Ada
41 lingkaran dengan diameter 6 mm dan 40 subassembly yang digambarkan dengan lingkaran
yang berdiameter 9 mm.
4. Berdasarkan Operation Process Chart yang telah kami buat, didapati bahwa didapati bahwa
operasi yang dilakukan untuk membuat 3D Puzzle Locomotive Train adalah 251 kali, 80 kali, dan
penyimpanan 1 kali. Jadi total waktu yang dibutuhkan dalam pembuatan 3D Puzzle Locomotive
Train adalah 48 menit 30 detik.

5.2 Saran
Ada beberapa saran dari hasil praktikum kali ini, yaitu:
1. Sebaiknya tingkat kesulitan puzzle semua kelompok disama ratakan (jumlah partnya disamakan).
2. Sebaiknya nomor dan nama part pada puzzle sudah jelas.
3. Sebaiknya meja-meja diatur sedemikian rupa untuk menghindari tertukarnya part-part puzzle antar
kelompok.

Salsabila Tyas Pradipta Haris


Modul I Perencanaan Proses Kelompok 6

LAMPIRAN

Locomotive Train Level 0

Body Smoke Badan Body


Cab Box Bawah Tender
Level 1

Dinding Penyangga Kepala Cylinder


Atap Cylinder Leading Drive Alas
Boiler Smoke Box Smoke Box Firebox Bell Depan Cowchatcer Belakang Level 2
Cab Depan (2) Wheels (4) Tender
(2) (2) Smoke Box (2)

Konektor
Kaca Dinding Alas Dinding Penyangga Smoke Safetly Konektor
Depan Cab Cab (2) Cab Boiler (2) Boiler (2) Stack
Chimney
Valve
Whistle
Depan (2)
Belakang Level 3
(2)

Front Truck Wheels of


Wheels (4) Truck (4)
Level 4

Gambar 3.3. Multilevel Bill of Material 3D Puzzle Locomotive Train

Salsabila Tyas Pradipta Haris


Modul I Perencanaan Proses

Body Cab 1

Alas Cab 2 S3A1


S7A1

Dinding Cab 3
S6A1

Dinding Cab 4 S5A1

Kaca Depan Cab 5 S4A1


S2A1
Atap Cab 6

Dinding Boiler 7
S8A1
8
Dinding Boiler S7A2

Penyangga Boiler 9 S6A2

10 S5S2
Penyangga Boiler
S4A2
Smoke Stack 11

Boiler 12
S3A2

Chimney 13
S7A3

Safety Valve 14
S6A3

Whistle 15 S5S3

Bell 16 S4A3

Firebox 17
S8A2

Penyangga Smoke Box 18


S7A4

Dinding Smoke Box 19 S6A4

Kepala Depan Boiler 20 S5A4

Smoke Box 21

Konektor Depan 22
S13A1

Front Truck Wheels 23


S12A1

Front Truck Wheels 24


S11A1

Front Truck Wheels 25 S10A1

Front Truck Wheels 26 S9A1

S8A3
Cylinder Depan 27

Badan Bawah 28
S1A1
29
Konektor Belakang
S12A2

Wheels of Truck 30
S11A2 S7A5

Wheels of Truck 31
S10A1 S6A5

Wheels of Truck 32 S9A2 S5A5

S8A4
Wheels of Truck 33 S4A4
A
Cylinder Belakang 34 S3A3

S2A2
Leading Drive Wheels 35

Leading Drive Wheels 36

Leading Drive Wheels 37

Leading Drive Wheels 38

Cowhatcher 39

Body Tender 40
S1A2
Alas Tender 41

Gambar 3.5. Assembly Chart 3D Puzzle Locomotive Train

Salsabila Tyas Pradipta Haris


Modul I Perencanaan Proses Kelompok 6
Atas Tender Body Tender Wheels of Truck Cylinder Belakang Cowcater Front Truck Wheels Leading Drive Wheels Cylinder Depan Badan Bawah Whistle Safety Valve Bell Chimney Fire Box Penyangga Smoke Box Dinding Smoke Box Smoke Box Smoke Stack Penyangga Boiler Kepala Depan Boiler Dinding Boiler Boiler Atas Cab Dinding Cab Kaca Depan Cab Atap Cab Body Cab

10" O-221 Pengukuran


10" O-216 Pengukuran
10" O-196 Pengukuran
10" O-176 Pengukuran
10" O-171 Pengukuran
10" O-151 Pengukuran
10" O-131 Pengukuran
10" O-121 Pengukuran
10" O-116 Pengukuran
10" O-111 Pengukuran
10" O-106 Pengukuran
10" O-101 Pengukuran
10" O-96 Pengukuran
10" O-91 Pengukuran
10" O-81 Pengukuran
10" O-71 Pengukuran
10" O-66 Pengukuran
10" O-61 Pengukuran
10" O-51 Pengukuran
10" O-46 Pengukuran
10" O-36 Pengukuran
10" O-31 Pengukuran
10" O-26 Pengukuran
10" O-16 Pengukuran
10" O-11 Pengukuran
10" O-6 Pengukuran
10" O-1 Pengukuran
(Software) (Software) (Software) (Software) (Software) (Software) (Software) (Software) (Software) (Software) (Software) (Software) (Software) (Software) (Software) (Software) (Software) (Software) (Software) (Software) (Software) (Software) (Software) (Software) (Software) (Software) (Software)

10" O-222 Pembuatan Pola


10" O-217 Pembuatan Pola
10" O-197 Pembuatan Pola
10" O-177 Pembuatan Pola
10" O-172 10"
Pembuatan Pola
O-152 Pembuatan Pola
10" O-132 Pembuatan Pola
10" O-122 10"
Pembuatan Pola
O-117 Pembuatan Pola
10" O-112 Pembuatan Pola
10" O-107 10"
Pembuatan Pola
O-102 10"
Pembuatan Pola
O-97 10"
Pembuatan Pola
O-92 10"
Pembuatan Pola
O-82 Pembuatan Pola
10" O-72 Pembuatan Pola
10" O-67 Pembuatan Pola
10" O-62 Pembuatan Pola
10" O-52 Pembuatan Pola
10" O-47 Pembuatan Pola
10" O-37 10"
Pembuatan Pola
O-32 Pembuatan Pola
10" O-27 Pembuatan Pola
10" O-17 Pembuatan Pola
10" O-12 Pembuatan Pola
10" O-7 Pembuatan Pola
10" O-2 Pembuatan Pola
(Software) (Software) (Software) (Software) (Software) (Software) (Software) (Software) (Software) (Software) (Software) (Software) (Software) (Software) (Software) (Software) (Software) (Software) (Software) (Software) (Software) (Software) (Software) (Software) (Software) (Software) (Software)

10" O-223 Pewarnaan


10" O-218 Pewarnaan
10" O-198 Pewarnaan
10" O-178 Pewarnaan
10" O-173 Pewarnaan
10" O-153 Pewarnaan
10" O-133 Pewarnaan
10" O-123 Pewarnaan
10" O-118 Pewarnaan
10" O-113 Pewarnaan
10" O-108 Pewarnaan
10" O-103 Pewarnaan
10" O-98 Pewarnaan
10" O-93 Pewarnaan
10" O-83 Pewarnaan
10" O-73 Pewarnaan
10" O-68 Pewarnaan
10" O-63 Pewarnaan
10" O-53 Pewarnaan
10" O-48 Pewarnaan
10" O-38 Pewarnaan
10" O-33 Pewarnaan
10" O-28 Pewarnaan
10" O-18 Pewarnaan
10" O-13 Pewarnaan
10" O-8 Pewarnaan
10" O-3 Pewarnaan
(Coloring Machine) (Coloring Machine) (Coloring Machine) (Coloring Machine) (Coloring Machine) (Coloring Machine) (Coloring Machine) (Coloring Machine) (Coloring Machine) (Coloring Machine) (Coloring Machine) (Coloring Machine) (Coloring Machine) (Coloring Machine) (Coloring Machine) (Coloring Machine) (Coloring Machine) (Coloring Machine) (Coloring Machine) (Coloring Machine) (Coloring Machine) (Coloring Machine) (Coloring Machine) (Coloring Machine) (Coloring Machine) (Coloring Machine) (Coloring Machine)

10" O-224 Pencetakan


10" O-219 Pencetakan
10" O-199 Pencetakan
10" O-179 Pencetakan
10" O-174 Pencetakan
10" O-154 Pencetakan
10" O-134 Pencetakan
10" O-124 Pencetakan
10" O-119 Pencetakan
10" O-114 Pencetakan
10" O-109 Pencetakan
10" O-104 Pencetakan
10" O-99 Pencetakan
10" O-94 Pencetakan
10" O-84 Pencetakan
10" O-74 Pencetakan
10" O-69 Pencetakan
10" O-64 Pencetakan
10" O-54 Pencetakan
10" O-49 Pencetakan
10" O-39 Pencetakan
10" O-34 Pencetakan
10" O-29 Pencetakan
10" O-19 Pencetakan
10" O-14 Pencetakan
10" O-9 Pencetakan
10" O-4 Pencetakan
(Molding Machine) (Molding Machine) (Molding Machine) (Molding Machine) (Molding Machine) (Molding Machine) (Molding Machine) (Molding Machine) (Molding Machine) (Molding Machine) (Molding Machine) (Molding Machine) (Molding Machine) (Molding Machine) (Molding Machine) (Molding Machine) (Molding Machine) (Molding Machine) (Molding Machine) (Molding Machine) (Molding Machine) (Molding Machine) (Molding Machine) (Molding Machine) (Molding Machine) (Molding Machine) (Molding Machine)

10" O-225 Pemotongan


10" O-220 Pemotongan
10" O-200 Pemotongan
10" O-180 Pemotongan
10" O-175 Pemotongan
10" O-155 Pemotongan
10" O-135 Pemotongan
10" O-125 Pemotongan
10" O-120 Pemotongan
10" O-115 Pemotongan
10" O-110 Pemotongan
10" O-105 Pemotongan
10" O-100 Pemotongan
10" O-95 Pemotongan
10" O-85 Pemotongan
10" O-75 Pemotongan
10" O-70 Pemotongan
10" O-65 Pemotongan
10" O-55 Pemotongan
10" O-50 Pemotongan
10" O-40 Pemotongan
10" O-35 Pemotongan
10" O-30 Pemotongan
10" O-20 Pemotongan
10" O-15 Pemotongan
10" O-10 Pemotongan
10" O-5 Pemotongan
(Cutting Machine) (Cutting Machine) (Cutting Machine) (Cutting Machine) (Cutting Machine) (Cutting Machine) (Cutting Machine) (Cutting Machine) (Cutting Machine) (Cutting Machine) (Cutting Machine) (Cutting Machine) (Cutting Machine) (Cutting Machine) (Cutting Machine) (Cutting Machine) (Cutting Machine) (Cutting Machine) (Cutting Machine) (Cutting Machine) (Cutting Machine) (Cutting Machine) (Cutting Machine) (Cutting Machine) (Cutting Machine) (Cutting Machine) (Cutting Machine)

5" I-45 5" I-44 5" I-40 5" I-36 5" I-35 5" I-31 5" I-27 5" I-25 5" I-24 I-23 5" I-22 5" I-21 5" I-20 5" I-19 5" I-17 5" I-15 5" I-14 5" I-13 5" I-11 5" I-10 5" I-8 5" I-7 5" I-6 5" I-4 5" I-3 5" I-2 5" I-1
Inspeksi Inspeksi Inspeksi Inspeksi Inspeksi Inspeksi Inspeksi Inspeksi Inspeksi 5" Inspeksi Inspeksi Inspeksi Inspeksi Inspeksi Inspeksi Inspeksi Inspeksi Inspeksi Inspeksi Inspeksi Inspeksi Inspeksi Inspeksi Inspeksi Inspeksi Inspeksi
Inspeksi

15" O-250 Perakitan dan 15" O-239 Perakitan dan O-237 O-226
I-1 Pemgecekan 4x 4x 4x 4x 2x I-1 Pemgecekan 15" I-1 Perakitan dan 2x 2x 2x 2x 2x 15" I-1 Perakitan dan
I-79 I-69 I-67 Pemgecekan
I-56 Pemgecekan

O-247
I-1 15" O-243
I-1
Perakitan dan O-240
I-1 Perakitan dan O-235 O-230 O-227 Perakitan dan
Perakitan dan Pemgecekan 15" 15"
15" I-77 I-73 I-70 Pemgecekan 15" I-1 Perakitan dan 15" I-1 Perakitan dan I-1 Pemgecekan
Pemgecekan I-65 Pemgecekan I-60 Pemgecekan I-57

15" O-244 Perakitan dan


I-1
I-74 Pemgecekan O-236 Perakitan dan 15" O-231 Perakitan dan O-228
15" I-1 I-1 15" I-1 Perakitan dan
I-66 Pemgecekan I-61 Pemgecekan I-58 Pemgecekan

15"
O-245 Perakitan dan
I-1
I-75 Pemgecekan
O-238 O-232
15" I-1 Perakitan dan 15" I-1 Perakitan dan
I-68 Pemgecekan I-62 Pemgecekan
O-229 Perakitan dan
15" I-1
I-59 Pemgecekan

O-246 O-233
15" I-1 Perakitan dan O-241 Perakitan dan 15" I-1 Perakitan dan
I-76 Pemgecekan 15" I-1 I-63 Pemgecekan
I-71 Pemgecekan

O-248
I-1
15" Perakitan dan
I-77 Pemgecekan
O-234
I-1 Perakitan dan
15"
I-64 Pemgecekan

O-242 Perakitan dan


15" I-1
I-72 Pemgecekan

O-249 Perakitan dan


15" I-1
I-78 Pemgecekan

Ringkasan O-251
I-1 Perakitan dan
15"
I-80 Pemgecekan

KEGIATAN JUMLAH WAKTU


Penyimpanan

OPERASI 251 41'50"

80 6'40"
PEMERIKSAAN

TOTAL 331 48'30"

Gambar 3.6 Operation Process Chart 3D Puzzle Locomotive Train

Salsabila Tyas Pradipta Haris

Anda mungkin juga menyukai