Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH MATA KULIAH METROLOGI INDUSTRI

ALAT UKUR

Disusun oleh :

Rizky Andiarta 02.2008.1.07799

TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA
2018
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala
rahmad-NYA,yang mana telah memberikan kesehatan dan kesempatan kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah metrology industri ini dengan baik.
Dengan adanya makalah metrology industri ini kami berharap dapat membantu
memperbaiki nilai dan juga sebagai tugas.
Kami menyadari bahwa dalam makalah metrology industri ini masih sangat
banyak kekurangan yang dikarenakan keterbatasan ilmu dan kemampuan yang kami
miliki,oleh sebab dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk tercapainya kesempurnaan dari makalah ini.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat member ilmu pengetahuan maupun
wawasan bagi para pembacanya, khususnya para mahasiswa jurusan teknik mesin dan
mahasiswa teknik ITATS pada umumnya.

Surabaya, Oktober 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam fisika dan teknik, pengukuran merupakan aktivitas yang
membandingkan kuantitas fisik dari objek dan kejadian dunia-nyata. Alat ukur
adalah alat yang digunakan untuk mengukur benda atau kejadian tersebut.
Seluruh alat pengukur dapat terkena kesalahan peralatan yang bervariasi. Bidang
ilmu yang mempelajari cara-cara pengukuran dinamakan metrologi.
Fisikawan menggunakan banyak alat untuk melakukan pengukuran
mereka. Ini dimulai dari alat yang sederhana seperti penggaris dan stopwatch
sampai ke mikroskop elektron dan pemercepat partikel. Instrumen virtual
digunakan luas dalam pengembangan alat pengukur modern.
Alat-alat ukur dalam peralatan kerja itu sendiri sangat banyak dan berbeda-
beda bentuknya sesuai dengan fungsinya masing-masing.
Benda ukur menurut geometrisnya tidak selamanya mempunyai dimensi
ukuran dalam bentuk panjang. Akan tetapi ada kalanya disamping mempunyai
dimensi panjang juga mempunyai dimensi.
Peralatan kerja bengkel adalah sekumpulan alat/perkakas yang sering
dipakai oleh mekanik dalam melakukan pekerjaan di bengkel, misalnya dalam
kegiatan-kegiatan produksi, perawatan, perbaikan dan reparasi.Bagi seorang
mekanik yang sehari-harinya melakukan aktifitas tersebut, jelas memerlukan
peralatan guna membantu agar pekerjaannya bisa terselesaikan secara efektif dan
efisien. Penggunaan peralatan yang benar dan sesuai fungsinya merupakan
keharusan.

1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini:
1) Mengetahui bermacam-macam alat ukur langsung maupun alat ukur tak langsung.
2) Mengetahui cara menggunakan bermacam-macam alat ukur.
3) Mengetahui cara membaca skala alat-alat ukur dengan benar.
BAB II
PENGERTIAN

2.1 Pengertian
Definisi dari pengukuran ialah Pengukuran ini dilakukan dengan cara
membandingkan langsung sesuatu yang akan diukur dengan sebuah standar yang
dipakai sebagai alat ukur.
Kegiatan pengukuran memerlukan dua perangkat penting yaitu instrumen
(peralatan) sebagai perangkat kerasnya dan metoda pengukuran sebagai
perangkat lunaknya. Keduanya digunakan secara serempak untuk mendapatkan
data yang sebaik-baiknya. Sebelum pembahasan tentang pengukuran dilanjutkan,
ada baiknya kita mengetahui dulu watak‐watak hasil pengulkuran (data) yang
akan diperoleh. Data hasil pengukuran terhadap suatu besaran fisis tidak akan
memberikan suatu nilai yang tepat.
Hal ini disebabkan oleh banyak faktor antara lain keterbatasan jangkauan
ukur alat yang digunakan, kelemahan metoda pengukurannya, karakteristik
alamiah besaran itu sendiri, dan lain‐lain. Jadi data yang dapat disajikan nantinya
hanyalah merupakan perkiraan terbaik tentang nilai besaran yang diukur. Hasil
ukur biasanya ditampilkan dalam bentuk :

(x ± s)
dimana :
x adalah nilai perkiraan terbaiknya
s adalah galat (error) ukurnya.

Nilai ukur yang dapat diterima dengan demikian adalah antara (x - s)


sampai dengan (x + s). Hasil pengukuran dikatakan sah hanya jika diserati
dengan ketelitiannya (ditampilkan oleh galat s). Pengukuran dapat dibagi menjadi
tiga jenis menurut cara kita melakukannya, yaitu:
1. Pengukuran langsung
2. Pengukuran tidak langsung
2.2 Pengukuran langsung
Pengukuran ini dilakukan dengan cara membandingkan langsung sesuatu
yang akan diukur dengan sebuah standar yang dipakai sebagai alat
ukurnya. Misalnya seseorang mengukur panjang seutas tali, ia akan
membandingkan panjang tali itu dengan mistar yang dimilikinya.
Contoh alat ukur langsung:
A. Mikrometer
Mikrometer merupkan alat ukur linier yang mempunyai kecermataan yang
lebih tinggi dari pada jangka sorong, mempunyai kecermatan sebesar 0.01 mm
(meskipun namanya “mikrometer”). Jenis khusus memang ada yang dibuat
dengan kecermataan 0.005 mm, 0.002 mm, 0.001 mm dab bahkan sampai dengan
0.0005 mm.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemakaian mikrometer ialah
sebagai berikut:
1) Permukaan benda ukur dan mulut ukur mikrometer harus dalam kondisi bersih.
2) Sebelum dipakai, kedudukan mikrometer harus diperiksa.
3) Bukalah mulut ukur sampai sedikit melebihi dimensi objek ukur.
4) Beda ukur dipegang dengan tangan kiri dan mikrometer dengan tangan kanan.
5) Pada waktu mengukur, penekanan poros ukur pada benda ukur tidak boleh terlalu
keras sehingga memungkinkan kesalahan ukur karena adanya deformasi.
6) Kalibrasi
7) Untuk melakukan kalibrasi mikrometer dapat dilakukan beberapa pemeriksaan
sebagai berikut:
a) Gerakan silinder putar/poros ukur. harus berputar dengan baik, rasakan tidak
terjadi goyangan karena keausan ulir utama.
b) Kedudukan nol apabila. Apabila mulut ukur dirapatkan garis referensi/indeks
harus menunjuk nol.
c) Keberfungsian beberapa bagian yang lain seperti gigi gelincir (ratchet) dan
pengunci poros ukur.
d) Kerataan dan kesejajaran muka ukur (permukaan sensor). Karena keausan,
muka ukur dapat menjadi tidak rata dan tidak sejajar sehinggia memungkinkan
kesalahan ukur.
e) Kebenaran penunjukan harga pengukuran. Sehingga harga yang ditunjukan
oleh mikrometer harus sesuai dengan ukuran standar yang benar 9 harga
nominal dengan toleransi yang diterapkan sesuai dengan standar)
Gambar 1.1 Mikrometer

B. Mistar ukur
Mistar ukur merupakan alat ukur linier yang paling dikenal, biasanya
berupa pelat baja atau kuningan dimana pada kedua tepi salah satu permukaannya
diberi skala (metrik dan inchi) dengan panjang ukurannya bervariasi dari 100 s.d.
300 mm dengan kecermatan ukuran yaitu pembagian skala dalam 0.5 atau 1.0
mm.
Cara Pengukuran
Cara pengukuran dengan mistar ini ialah dengan cara menempelkan mistar
pada objek ukur sampai tepi mistar berimpit dengan tepi benda yang diukur
sehingga secara tidak langsung panjang objek yang diukur tersebut dapat
langsung dibaca dengan memakai ujung objek ukur sebagai indeks pembacaan
skala.
Jenis – Jenis Mistar
a. Meteran Lipat
Merupakan gabungan dari mistar ukur degan sambungan engsel pada
ujungnya. Hasil dari pengukurannya kurang baik dibandingkan dengan
menggunakan mistar ukur biasa.

Gambar 1.2 Mistar lipat


b. Meteran Gulung
Merupakan meteran yang dibuat dari pelat baja tipis berbentuk pita yang
dapat digulung dan ditempelkan dalam suatu wadah.
Gambar 1.3 Mitar Gulung

C. Jangka Sorong
Merupakan alat ukur linear serupa dengan mistar ukur yang mana
mempunyai skala linier pada batang dengan ujungnya yang berfungsi sebagai
sensor penahan benda ukur (disebut rahang ukur tetap) dan juga terdapat
peluncur dengan sisi yang dibuat sejajar dengan permukaan rahang ukur(disebut
rahag ukur gerak) yang biasanya dapat digeserkan pada batang ukur.
Cara Pengukuran.
Cara kerjanya ialah benda ukur ditahan padasalah satu sisi permukaannya
oleh rahang ukur tetap, kemudian peluncur digeserkan sehingga rahang ukur
gerak menempel pada sisi lainnya, pada saat benda ukur dijepit maka orang
yang melakuka pengukuran dapat membaca posisi garis indeks pada skala ukur.
Hal – hal yang harus diperhatikan saat memakai mistar ingsut ialah sebagai
berikut :
1) Rahang ukur gerak (peluncur) harus dapat meluncur pada batang ukur dengan
bik tanpa bergoyang.
2) Periksa kedudukan nol serta kesejajaran permukaan ke dua rahang dengan cara
mengatupkan rahang.
3) Benda ukur sedapat mungkin jangan diukur hanya dengan menggunakan ujung
rahang ukur (harus agak kedalam), supaya kontak antara permukaan sensor
dengan benda ukur cukup panjang sehingga terjadi efek pemosisian mandiri
yang akan meniadakan kesalahan kosinus.
4) Tekanan pengukuran jangan terlampau kuat yang bisa melenturkan rahang
ukur ataupun lidah ukur kedalaman sehingga mengurangi ketelitian.
5) Pembacaan skala nonius mungkin dilakukan setelah jangka sorong diangkat
dari objek ukur dengan hati – hati.
Gambar 1.4 Jangka Sorong.

2.3 Pengukuran Tak Langsung.


Pengukuran Tak Langsung adalah proses pengukuran yang dilaksanakan
dengan memakai beberapa jenis alat ukur pembanding, standar, dan alat
ukur bantu.
Contoh alat ukur tak langsung:
A. Dial Indikator.

Dial indikator atau dial gage digunakan untuk mengukur kebengkokan, run
out, kekocakan, end play, back lash, kerataan, dan sebagainya. Didalam dial
indikator terdapat mekanisme yang dapat memperbesar gerakan yang kecil. Pada
saat spindle bergerak sepanjang permukaan yang diukur, gerakan tersebut
diperbesar oleh mekanisme pembesar dan selanjutnya ditunjukkan oleh jarum
penunjuk.

Gambar Dial Indikator


Cara penggunaan

1) Posisi spindle dial indikator harus tegak lurus dengan permukaan yang diukur.

2) Garis imajinasi dari mata si pengukur ke jarum penunjuk harus tegak lurus

pada permukaan dial indikator pada saat sedang membaca hasil pengukuran.

3) Dial indikator harus dipasang dengan teliti pada batang penyangganya, artinya

dial indikator tidak boleh goyang.

4) Putarlah outer ring dan stel pada posisi nol. Gerakkan spindle ke atas dan ke

bawah, kemudian periksalah bahwa jarum penunjuk selalu kembali ke posisi

nol setelah spindle dibebaskan.

5) Usahakan dial indicator tidak sampai terjatuh, karena terdapat mekanisme

pengubah yang sangat presisi.

6) Jangan memberi oli atau grease diantara spindle dan tangkainya, karena akan

menghambat gerakan spindle.

B. Bore Gage atau Cylinder Gage.

Bore gage adalah merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur
diameter silinder. Pada bagian atas terdapat dial gage dan pada bagian bawah
terdapat measuring point yang dapat bergerak bebas. Pada sisi lainnya terdapat
replacement rod yang panjangnya bervariasi tergantung keperluan. Dalam satu set,
terdapat bermacam-macam ukuran replacement rod dengan panjang tertentu.
Disamping itu juga terdapat replacement washer yang tebalnya mulai dari 1 – 3
mm. Replacement securing thread adalah semacam mur pengikat yang fungsinya
untuk mengunci agar replacement rod dan washernya tidak lepas pada saat bore
gage digunakan.
Gambar Bore Gage atau Cylinder Gage

Pengukuran diameter silinder dengan bore gage memerlukan alat ukur lain yaitu
mistar geser dan mikrometer. Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk mengukur
diameter silinder.
Cara I:
1) Ukurlah diameter silinder dengan mistar geser, misal diperoleh hasil
pengukuran : 75,40 mm.
2) Pilih replacement rod yang panjangnya lebih besar dari hasil pengukuran
tersebut, misal 76 mm.
3) Pasang replacement rod pada bore gage.
4) Ukur panjang replace-ment rod dengan mikrometer luar dan usaha-kan jarum
dial gage tidak bergerak, misal diperoleh hasil pengukuran = 76,20 mm.
5) Masukkan replacement rod ke dalam lubang (silinder), goyangkan tangkai
bore gage ke kanan dan ke kiri seperti pada gambar 37 sampai diperoleh
penyimpangan terbesar (posisi tegak lurus).
6) Baca besarnya penyimpangan yang ditunjukkan dial gage, misal diperoleh
0,13 mm.
7) Besarnya diameter silinder adalah selisih antara hasil pengukuran panjang
replacement rod dengan besarnya penyimpangan jarum bore gage.
8) Jadi diameter silinder = 76,20 – 0,13 = 76,07 mm.

Cara II:
1. Ukurlah diameter silinder dengan mistar geser, misal diperoleh hasil

pengukuran: 75,40 mm.


2. Pilih replacement rod yang panjangnya lebih besar dari hasil pengukuran

tersebut, misal 76 mm.

3. Pasang replacement rod pada bore gage.

4. Set mikrometer luar pada 76 mm, kemudian tempatkan replacement rod antara

anvil dan spindle micrometer.

5. Set jarum dial gage pada posisi nol dengan cara memutar outer ring.

6. Masukkan replacement rod ke dalam lubang (silinder), goyangkan tangkai

bore gage ke kanan dan ke kiri sampai diperoleh penyimpangan terbesar

(posisi tegak lurus).

7. Baca besarnya penyimpangan yang ditunjukkan dial gage.

8. Apabila penyimpangan jarum dial gage:

Di sebelah kanan nol: Ǿsilinder = 76 – penyimpangan

Di sebelah kiri nol : Ǿsilinder = 76 + penyimpangan

C. Caliper Gage

Caliper gage adalah merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur

diameter dengan ukuran kecil, misalnya diameter lubang laluan katup, diameter

dalam rocker arm dan sebagainya.

Pada bagian atas caliper gage terdapat dial gage dan pada bagian bawah

terdapat kaki (lug) yang dapat bergerak bebas. Fungsi tombol yang terdapat pada

dial gage untuk menggerakkan kaki-kaki. Apabila tombol ditekan, maka kaki-kaki

tersebut akan saling berhimpitan (menyempit). Untuk menset nol dapat dilakukan

dengan memutar outer ring sehingga jarum penunjuk bertepatan dengan angka nol

pada skala pengukuran.


Gambar 2.7 Caliper Gage

Cara penggunaan Caliper Gage:

Pengukuran komponen mesin dengan caliper gage memerlukan alat ukur lain yaitu

mistar geser dan mikrometer. Adapun prosedur pengukuran diameter dalam dengan

caliper gage dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Ukur diameter dalam dengan mistar geser, misal diperoleh hasil pengukurannya

= 8,40 mm.

2. Set mikrometer luar mendekati hasil pengukuran dengan mistar geser, misal :

8,50 mm.

3. Tempatkan kaki-kaki caliper diantara anvil dan spindle mikrometer luar.

4. Gerakkan caliper sampai diperoleh penunjukan jarum maksimal (posisi tegak

lurus).

5. Putar outer ring sampai angka nol pada skala pengukuran lurus dengan jarum

penunjuk.

6. Tekan tombol caliper, kemudian masukkan kaki-kaki caliper ke dalam lubang

dan bebaskan tombol.

7. Gerakkan caliper sampai diperoleh penunjukkan maksimal.


8. Baca penunjukkan jarum penunjuk pada caliper gage. Apabila hasil pembacaan

= 0,07 mm, maka diameter dalam lubang tersebut adalah = 8,50 – 0,07 = 8,43

mm.

D. Telescoping gage

Telescoping gage atau pengukur T merupakan alat ukur pembanding yang

biasa digunakan untuk mengukur diameter dalam komponen yang agak ke dalam.

Hal tersebut dimungkinkan karena alat ukur ini mempunyai batang ukur yang

cukup panjang. Poros ukur atau sensornya dapat bergerak memanjang sendiri

karena adanya pegas didalamnya. Pada batang pengukur dilengkapi dengan

pengunci yang dihubungkan dengan poros ukur sehingga dengan pengunci

tersebut, poros ukur dapat dimatikan gerakannya.

Alat ukur ini biasanya terdiri atas satu set yang berisi beberapa pengukur T

yang masing-masing mempunyai kapasitas pengukuran yang berbeda. Pada batang

ukurnya biasanya sudah dicantumkan kapasitas pengukurannya, misalnya 10 – 25

mm. Ini berarti ukuran terkecil yang dapat diukur adalah 10 mm dan ukuran

maksimumnya 25 mm.

Gambar 2.8 Telescoping gage

Prosedur penggunaan Telescoping gage adalah sebagai berikut :


1) Pilihlah telescoping gage dengan kapasitas ukur tertentu sesuai dengan range

dari komponen yang akan diukur.

2) Masukkan telescoping gage ke dalam lubang dan kendorkan penguncinya

sehingga poros ukur benar-benar menyentuh bidang yang diukur.

3) Kuncilah gerakan poros ukur dengan cara memutar pengunci ke kanan

sehingga poros ukur tidak dapat bergerak lagi.

4) Keluarkan telescoping gage yang sudah terkunci tersebut dari lubangnya.

5) Ukurlah panjang poros ukur dengan mikrometer luar. Besarnya diameter

lubang sama dengan angka yang ditunjukkan pada mikrometer.


Daftar Pustaka

 http://faishal-mukhlish.blogspot.com/2014/06/alat-ukur.html
 http://arieeffendipranata.blogspot.com/2014/06/alat-ukur-linier-langsung-dan-

tak.html

Anda mungkin juga menyukai