Anda di halaman 1dari 5

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.1.1 Struktur Bidang


Jurus Strike Struktur Bidang Sebuah garis jurus stike line dapat didefinisikan
sebagai sebuah garis horizontal yang terletak pada suatu struktur bidang. Kemiringan
sebenarnya true dip dari suatu struktur bidang adalah sudut antara struktur bidang
tersebut dan sebuah bidang horizontal yang diukur pada bidang vertikal tertentu.
Apperent dip (kemiringan semu): sudut yang terbentuk antara suatu bidang dengan
bidang horisontal yang diukur tidak tegaklurus perpotongan bidang.
Sesar Normal : Hanging wall relatif turun terhadap foot wall, bidang sesarnya
mempunyai kemiringan yang besar sesar ini biasanya di sebut juga sesar turun. Sesar
Mendatar : Pergerakan sesar ini horizontal sesar mendatar di tentukan dengan
menghadap bidang sesar, bila bidang di depan bergerak ke kiri seperti diagram
tersebut mendatar sinistal dan sebaliknya sesar mendatar dekstral. Sesar omblique :
Pergerakan dari sesar ini gabungan antara horizontal dan vertikal, gaya yang bekerja
menyebabkan sesar mendatar dan sesar normal. Sesar Translasi : sesar ini mengalami
pergeseran sepanjang garis lurus. Biasanya hanging wall relative naik terhadap foot
wall dengan kemiringan bidang sesar besar. Sesar ini biasanya di sebut juga sesar
naik umumnya sesar normal dan sesar naik pergerakannya hanya vertikal. Jadi sering
di sebut sebagai sesar dip slip. Sesar Gunting : Pergerakan dari sesar ini juga sama
dengan sesar oblique yaitu horizontal dan vertikal. Sesar yang pergeserannya
berhenti pada titik tertentu sepanjang jurus sesar. Gaya yang bekerja sama dengan
sesar normal. Buat konstruksi grafis. Mulai dengan menggambar sumbur koordinat
N-S dan E-W. Letakkan titik A pada perpotongan sumbu-sumbu koordinat. Gambar
garis PQ yang mewakili garis jurus, yang dibayangkan memiliki ketinggian yang
sama dengan titik A. Gambar garis AB yang sejajar dengan arah kemiringan semu.
Jadikan AB sebagai garis lipat F1, dan putar proyeksi penampang (bidang
penambangan) ke bidang proyeksi peta. Gambar garis AB’ yang memiliki sudut
180 terhadap AB, gambar garis tegak lurus AB memotong garis AB’ (BB’). Sedapat
mungkin, jadikan panjang garis BB’ memiliki angka bulat dalam satuan millimeter.
Beda tinggi (jarak) antara B dan B’ adalah sebesar d. Gambarkan garis XY sejajar
dengan jurus (garis PQ) dan melalui titik B. Gambar garis dari A yang tegak lurus
garis jurus dan memotong XY. Namakan perpotongan ini sebagai titik C. Dapat
dilihat bahwa garis AC sejajar dengan arah kemiringan sebenarnya. Tentukan titik C'
yang terletak di bawah titik C sejauh d. Penentuan ini dilakukan dengan cara
memplot titik C' di sepanjang garis XY dan memiliki jarak sejauh d dari titik C.
Gambar garis AC'. Sudut CAC' adalah kemiringan sebenarnya ( φ ) dari bidang
perlapisan. Pengukuran dengan busur derajat menghasilkan = 290.
3.1.2 Struktur Garis
Dari praktikum Geologi Struktur mata acara struktur garis dapat kita ketahui
bahwa , Arah penunjaman (trend) adalah jurus dari bidang vertikal yang melalui
garis dan menunjukkan arah penunjaman garis tersebut (hanya menunjukkan satu
arah tertentu) (Siburian, 2014).
Arah kelurusan (bearing) adalah Jurus dari bidang vertikal yang melalui garis
tetapi tidak menunjukkan arah penunjaman garis tersebut (menujukkan arah-arah
dimana salah satu arahnya merupakan sudut pelurusannya) (Siburian, 2014).
Rake (pitch) adalah besar sudut antara garis dengan garis horizontal, yang diukur
pada bidang dimana garis tersebut terdapat. Besarnya rake sama dengan atau lebih
kecil 90o (Siburian, 2014).
Plunge merupakan Sudut penunjaman atau sudut yang dibentuk antara
struktur garis dengan bidang proyeksi horizontal (Siburian, 2014).
Dari praktikum garis juga kita dapat mengetahui cara menentukan kedudukan
struktur garis pada perpotongan dua stuktur bidan , apparent plunge , trend , pitch
dan plunge.
3.1.3 Tebal dan Kedalaman
Setelah melakukan praktikum secara langsung dan meyelesaikan laporan
kesimpulan yang diperoleh ialah:
1. Ketebalan adalah garis tegak lurus antara dua buah bidang sejajar yang merupakan
batas lapisan batuan. Sedangkan kedalaman adalah jarak vertikal dan ketinggian
tertentu (umumnya permukaan bumi) kearah bawah, terhadap satu titik, garis atau
bidang.
2. Menghitung ketebalan dan kedalaman dapat dilakukan dengan cara mengetahui
data-data lapangan seperti kedudukan, slope, dip serta ketebalan semu dari suatu
singkapan, dapat juga dihitung volume dari lapisan batuan tersebut.
3.1.4 Problema 3 Titik dan Pola Penyebaran Batuan
Problema tiga titik merupakan metode pencarian kedudukan lapisan bawah
permukaan dari data yang ada, dengan syarat lapisan tersebut belum terganggu
struktur. Kedudukan suatu singkapan umumnya terdapat di bawah permukaan
bumi. Sehingga untuk mengetahui kedudukan dari suatu singkapan tersebut dapat
dilakukan dengan menggunakan metode ini. Pola penyebaran singkapan batuan dapat
diperkirakan dari hubungan antara kedudukan lapisan batuan tersebut dengan kontur
topografinya. Aturan – aturan yang mengatur mengenai hubungan tersebut disebut
dengan Hukum ”V”.
3.1.5 Proyeksi Streografis
Proyeksi streografi memproyeksikan poin bola dari lingkup utara ketitik
dalam bidang bersinggungan dengan kutub selatan. Proyeksi stereogarfi ini juga
memilik dua cara penggambaran, yaitu proyeksi streografi yang pengambilan
sudutnya dari bagian luar lingkaran ke bagian dalam dan proyeksi kutub. Yang cara
pengambilan sudutnya dari dalam lingkaran ke bagian luar lingkaran dan juga saling
berlawanan dengan proyeksi streografi.
Dengan bidang proyeksi yang berbentuk lingkaran (stereonet) dengan sudut
yang terbentuk rapi, penentuan unsur-unsur struktur pun jadi lebih mudah.
Contohnya dengan struktur garis dan juga data App. Dip dan arah Bearing akan
mudah untuk mencari kedudukan dan kemiringan sebenarnya suatu lapisan. Selain
itu, dengan beberapa kedudukan yang saling berpotongan maka akan lebih mudah
untuk mengetahui zona mineralisasinya. Dengan pemahaman yang baik mengenai
unsur-unsur struktur, maka penggambaran proyeksi stereografi akan lebih simpel dan
mudah untuk diterapkan.
3.1.6 Analisis Struktur Geologi 1
Berdasarkan praktikum tentang kekar ini dapat disimpulkan bahwa
kekar adalah sebutan untuk struktur rekahan dalam batuan dimana tidak ada atau
sedikit sekali mengalami pergeseran. Cara untuk menganalisa kekar dapat
menggunakan beberapa metode, seperti : diagram kipas, diagram rosset, diagram
kontur dan diagram histogram, akan tetapi setiap diagram sebenarnya mengandung
informasi tentang arah umum kekar yang sama.
Kegunaan analisis kekar dalam bidang keteknikan adalah melalui analisis
kekar, bisa diketahui gaya-gaya yang bekerja pada saat pembentukan kekar tersebut,
dan itu berarti dapat dijadikan sebagai salah satu acuan untuk dapat mengidentifikasi
proses-proses geologi yang dahulu pernah terjadi. Dari analisis ini, juga bisa
diselidiki lebih lanjut, untuk perkiraan adanya lipatan yang terbentuk karena biasanya
kekar terbentuk dari suatu proses perlipatan suatu bahan, yang dimana bahan tersebut
tidak mampu lagi menahan gaya, maka terbentuklah kekar sebelum mengalami
patahan atau sesar, dan juga dapat menjadi bahan acuan adanya zona sesar yang
sudah terjadi setelah kekar ini.
Manfaat dalam mempelajari kekar dalam dunia pertambangan adalah dapat
menganalisa zona lemah dan arah umum serta jenis bencana longsor yang kemungkinan
akan terjadi, sehingga dapat di antisipasi terjadinya bencana tersebut dengan beberapa
tindakan seperti rock bolt, jaring baja, penyemenan, dll. Dalam beberapa hal, analisis kekar
dapat bermanfaat pula dalam pengidentifikasian suatu reservoir. Pada hal ini, yang lebih
berpengaruh adalah sistem kekarnya, dimana sistem kekar tersebut bisa mempengaruhi
proses-proses mineralisasi yang terjadi, yang merupakan saluran dan tempat berkumpulnya
mineral-mineral berharga (seperti misalnya endapan hydrothermal : Au, Cu, Pb, Zn, dll).
3.1.7 Analisis Struktur Geologi 2
Lipatan adalah suatu gelombang pada lapisan tanah yang terjadi
karena adanya diatropisme. Proses diatropisme merupakan suatu proses
pembentukan pada lapisan bumi yang tidak dicampuri oleh aktivitas vulkanisme.
Lipatan mempunyai berbagai macam jenis seperti lipatan tegak, lipatan miring,
lipatan menggantung, lipatan isoklinal, lipatan rebah dan lipatan sesar sungkup.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya lipatan seperti adanya intrusi
batuan beku dan kekuatan tektonik yang mempengaruhi terjadinya lipan

3.2. Saran

3.2.1 Laboratorium
Agar kiranya sudah dilengkapi seluruh peralatan laboratorium geologi
struktur kedepannya.
3.2.2 Asisten
Selalu mempertahankan kesabaran dan senyuman baik pada saat praktikum
dimulai maupun saat asistensi.
3.2.3 Praktikum Selanjutnya
Agar diberikan materi yang lebih banyak lagi baik itu cara penggambaran
maupun teori pada setiap praktikum.

Anda mungkin juga menyukai