Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sungai Siak merupakan salah satu sungai terbesar di Provinsi Riau yang
melintasi Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Kampar, dan
Kota Pekanbaru. Penurunan kualitas air sungai Siak yang terjadi sebagai akibat dari
meningkatnya pembuangan limbah yang tidak terkendali dari aktivitas industri dan
domestik di sepanjang sungai. Industri yang dimaksud seperti industri pengolahan
sawit, industri karet, industri kertas, industri kapal dan lain-lain. Limbah yang
langsung dibuang ke badan air sungai dan tidak diolah terlebih dahulu menyebabkan
senyawa kimia yang terkandung pada air berdampak cukup berbahaya bagi manusia
yang mengunakan air tersebut. Setiap senyawa memiliki nilai ambang batas
maksimum yang berbeda di perairan (Prihartanto, 2007).

Kualitas perairan sungai sangat tergantung dari aktivitas yang ada pada daerah
alirannya. Berbagai aktivitas baik domestik maupun kegiatan Industri akan
berpengaruh terhadap kualitas perairan, hal ini akan menambah tekanan dan beban
pencemaran pada badan sungai. Sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk dan
meningkatnya kegiatan masyarakat mengakibatkan perubahan fungsi lingkungan yang
berdampak negatif terhadap kuantitas dan kualitas sumberdaya air (BLH, 2009).

Daerah Aliran Sungai Siak sebagai bagian dari ruang yang memiliki
karakteristik tersendiri, wilayahnya melintasi 4 kabupaten dan 1 kota yang merupakan
satu kesatuan ekologis yang tidak dapat dipisahkan. Keempat kabupaten dan kota yang
termasuk ke dalam wilayah aliran Sungai Siak adalah Kabupaten Rokan Hulu,
Kabupaten Kampar, Kota Pekanbaru, Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten Siak.
Kerusakan sumber daya alam dan lingkungan di DAS Siak sudah mengarah pada taraf
yang dapat mengancam keberlanjutan pasokan sumber daya air.

Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak Sektor Leighton I


Teknik Lingkungan Universitas Riau 11
Sesuai dengan Keputusan Gubernur Riau Nomor : 12 tahun 2013 tentang
peruntukan dan baku mutu air, Sungai Siak di bagi dalam 2 ruas yaitu : ruas I
peruntukan kelas 2; ruas II peruntukan kelas 3. Ruas I dimulai dari Sungai Tapung
Kiri, di Bukit Suliki Desa Tandun Kecamatan Tandun Kabupaten Rokan Hulu dan
Hulu Sungai Tapung Kanan, di Bukit Suliki Desa Tandun Kecamatan Tandun
Kabupaten Rokan Hulu sampai disekitar Jembatan Siak II, Kelurahan Tampan
Kecamayan Tampan Kota Pekanbaru. Ruas II dari Jembatan Siak II Kelurahan
Tampan Kota Pekanbaru sampai di Muara Sungai Siak, di Desa Sungai Apit
Kecamatan Sungai Apit Kabupaten Siak (BLH Provinsi Riau 2009). Pola aliran Sungai
Siak ditunjukkan seperti pada Gambar 1.1.

Aliran Sungai Siak

Gambar 1.1. Peta Aliran Sungai Siak

Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak Sektor Leighton I


Teknik Lingkungan Universitas Riau 12
Seiring dengan berkembang dan pertumbuhan penduduk yang meningkat,
bertambahnya perusahaan yang beroperasi, serta peningkatan aktivitas lainnya
disepanjang Sungai Siak, maka akan menyebabkan perubahan kualitas air sungai.

Berdasarkan laporan kegiatan pemantauan kualitas air sungai Siak di


Pekanbaru yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Provinsi Riau tahun 2013,
didapati beberapa parameter di bawah standar baku mutu kualitas air sungai, yaitu :
pH 5,25, DO 5,7 mg/L dan COD 85 mg/L. Kondisi Sungai Siak yang telah melebihi
ambang batas tentunya membawa dampak buruk terhadap kesehatan masyarakat yang
tinggal di sekitar Sungai Siak. Penyakit infeksi yang dapat ditimbulkan adalah diare
dan penyakit kulit.

Berdasarkan data Profil Puskesmas Rumbai yang terletak di sekitar sungai Siak
pada tahun 2014 terjadi peningkatan penyakit diare dibandingkan dengan tahun 2013
yakni dari 917 kasus menjadi 1063 kasus. Sedangkan penyakit kulit juga terjadi
peningkatan dari tahun ke tahun, tahun 2013 dibandingkan tahun 2014, dari 1.985 kasus
menjadi 2.336 kasus.

Sungai Siak mempunyai fungsi strategis, ekonomis dan ekologis. Sungai Siak
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sarana mandi cuci kakus (MCK), jalur
transportasi, tempat biota air hidup dan sekaligus tempat buangan limbah industri.
Salah satu jenis kegiatan industri yang ada pada DAS Siak adalah pabrik karet PT
Ricry yang terletak di Kota Pekanbaru

1.2 Tujuan penelitian

1. Mengetahui penyebab kerusakan DAS Sungai Siak


2. Mengetahui perencanaan pengelolaan DAS siak secara terpadu dan berkelanjutan
dalam pemecahan masalah pengelolaan sumber daya air

Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak Sektor Leighton I


Teknik Lingkungan Universitas Riau 13
3. Mengetahui tantangan dalam pengelolaan DAS siak secara terpadu dan
berkelanjutan

BAB II
GAMBARAN UMUM DAS SUNGAI SIAK

2.1 Gambaran Umum


Sungai siak merupakan sungai yang terletak di Provinsi Riau. Luas WS Siak
sekitar ± 14.239 𝑘𝑚2 yang membentang dari hulunya di perbukitan Kubu Beringin dan
Bukit Suligi-Bukit Pandan di Kabupaten Rokan Hulu hingga hilirnya bermuara di Selat
Malaka. Secara geografis WS Siak berada pada posisi antara 100º28’ BT - 102º12’BT
dan 0º20’ LU - 1º16’ LU dengan batasan-batasan sebagai berikut:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Siak,


Kabupaten Bengkalis.
2. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Siak dan Selat Malaka.
3. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Kampar, Kabupaten Siak,
Kabupaten Pelalawan.
4. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hulu.
Untuk lebih jelasnya mengenai luas WS Siak beserta kabupaten/kota yang
masuk di dalamnya disajikan pada Tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1 Luas WS Siak Ditinjau dari Kabupaten/Kota di dalamnya


Luas Persentase Luas
No. Kabupaten
Km² %
1 Kabupaten Rokan Hulu 979 6,88
2 Kabupaten Kampar 3.589 25,21
3 Kabupaten Bengkalis 2.813 19,76

Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak Sektor Leighton I


Teknik Lingkungan Universitas Riau 14
4 Kabupaten Siak 6.304 44,27
5 Kota Pekanbaru 553 3,88
Total 14.239 100
Sumber: Keppres No. 12 Tahun 2012 dan Hasil Analisis, Tahun 2012

DAS Siak adalah DAS yang bertipe rawa dengan tanah gambut. Warna air DAS
Siak coklat kehitaman dengan nilai pH 5.25, dengan DO 5.7 mg/l dan COD 85 mg/l.
Luas total catchment area mencapai 1.132.776,05 ha. Di bagian hulu DAS Siak tata
guna lahan berupa perkebunan sawit dan perkebunan karet, sedangkan di bagian tengah
dimanfaatkan untuk industri dan perkebunan rakyat (Departemen PU, 2005).
Pembagian daerah aliran sungai pada WS Siak berikut dengan anak sungai dan
wilayah yang termasuk di dalamnya akan dideskripsikan sebagai berikut.
Tabel 2.2 Nama dan Luas DAS yang Masuk di dalam WS Siak

Sumber: Keppres No. 12 Tahun 2012 dan Hasil Analisis, 2012

Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak Sektor Leighton I


Teknik Lingkungan Universitas Riau 15
1. DAS Siak
DAS Siak memiliki luas areal sebesar 11.527 km2.Wilayah ini didominasi oleh
penutupan lahan berupa kebun sawit, lahan pertanian, lahan terbuka, hutan,
kebun karet dan sebagian kecil merupakan lahan terbangun, semak belukar,
kebun campuran serta badan air.
2. DAS Siak Kecil
DAS Siak Kecil ini meliputi areal sebesar 2.712 km2. Wilayah ini didominasi
oleh penutupan lahan berupa kebun campuran, lahan pertanian, hutan, semak
belukar, lahan terbuka, kebun sawit dan sebagian kecil merupakan lahan
terbangun dan badan air.
Gambar 2.1. Peta Administrasi WS Siak

Sumber: Peta Rupa Bumi Bakosurtanal dan Keppres No. 12, 2012

Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak Sektor Leighton I


Teknik Lingkungan Universitas Riau 16
Gambar 2.2. Peta Daerah Aliran Sungai di WS Siak

Sumber: Peta Rupa Bumi Bakosurtanal dan Keppres No. 12, 2012

Kawasan WS Siak memiliki kondisi permukaan bumi bervariasi yaitu datar


sampai berbukit di segmen wilayah DAS bagian hulu dan datar sampai bergelombang
di segmen wilayah DAS bagian tengah dan hilir. Sedangkan berdasarkan topografinya
kawasan DAS Siak memiliki ketinggian bervariasi 0 m dpl di pesisir pantai hingga 525
m dpl di perbukitan di segmen wilayah DAS bagian hulu. Secara rinci pembagian
kawasan WS Siak berdasarkan kelas kelerengan dan kondisi topografi disajikan pada
Tabel 2.3 berikut ini.

Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak Sektor Leighton I


Teknik Lingkungan Universitas Riau 17
Tabel 2.3 Luas dan Persentase yang ada di WS Siak

Sumber: Peta Bakosurtanal, Tahun 2010 dan Hasil Analisis, 2011

Sungai Siak dilengkapi dengan pintu air untuk mangatur debit air ketika meluap.
Namun, kondisi pintu air yang dipenuhi sampah membuat pintu air tersebut tidak
berfungsi dengan baik sehingga setiap tahun apabila air Sungai Siak meluap akan
mengakibatkan banjir. Banjir terbesar terjadi pada tahun 2008 yang berlangsung hingga
4 hari. Hingga sekarang sudah mulai ada tanggapan dari pemerintah,dimana
menerapkan peraturan di daerah Leighton agar tidak membuang sampah sembarang
yang akan mengakibatkan potensi banjir
Pencemaran Sungai Siak sulit diidentifikasi karena salah satu karakteristik
Sungai Siak adalah pasang surut yang terjadi 6 jam sekali. Limbah cair industri, saluran
drainase kota, kamar mandi masyarakat belum sepenuhnya menggunakan septictank
dan sampah pemukiman penduduk sekitar dibuang ke Sungai Siak . Hal ini yang
menjadi inti masalah dari menurunnya kualitas air Sungai Siak.

2.2 Kondisi Eksisting


Kondisi Eksisting DAS Siak dikelompokkan menjadi berbagai aspek berikut :
2.2.1 Segi Teknis
Di daerah DAS Siak dapat dikatakan tidak memiliki sarana pengelolaan
persampahan yang baik, hal itu dikarenakan kurangnya jumlah bak sampah

Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak Sektor Leighton I


Teknik Lingkungan Universitas Riau 18
yang ada di sekitar sungai, yang menyebabkan warga membuang sampah nya
ke sungai. Faktor lain adalah letak Tempat Pembuangan Sementara (TPS) yang
jauh dari pemukiman penduduk, yakni hanya terdapat satu TPS untuk satu
kelurahan. Untuk bak komunal sendiri hanya terdapat di sepanjang jalan
protokol dan fasilitas pengangkutan sampah hanya melayani daerah sekitar
jalan protokol juga dengan menggunakan truk, sedangkan untuk jalan-jalan
kecil tidak terdapat layanan pengelolaan sampah.
Menurut pengakuan warga, mereka harus membayar retribusi sebesar
Rp.50.000,00-Rp.100.000,00 agar bisa mendapatkan layanan pengangkutan sampah.
Retribusi itulah yang menyebabkan warga memilih untuk tidak mendapatkan
pelayanan pengangkutan sampah, dikarenakan ketidakmampuan mereka untuk
membayar retribusi tersebut setiap bulannya. Oleh sebab itu mereka lebih memilih
membuang sampah ke sungai atau membakarnya. Namun menurut penuturan warga,
banyak masyarakat yang bukan berdomisili di sekitar Siak membuang sampahnya ke
sungai pada malam hari.

Gambar 2.3. Sampah yang dibuang langsung ke Sungai Siak

Ketika dilakukan survey ternyata pintu air yang berada di sungai siak banyak
terdapat sampah, sampah tersebut menghambat aliran air, sehingga ketika debit air
tinggi akibat hujan memungkinkan terjadinya banjir.
Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak Sektor Leighton I
Teknik Lingkungan Universitas Riau 19
Gambar 2.4. Pintu air yang dipenuhi sampah

Warga yang berdomisili di sekitar DAS Siak masih banyak yang menggunakan WC
umum untuk kegiatan MCK. Hal itu dikarenakan ketidakmampuan finansial mereka
untuk membangun wc pribadi. Sehingga mereka harus mengantri setiap harinya untuk
sekedar mandi, mencuci piring ataupun mencuci baju. Sedangkan untuk minum
ataupun kebutuhan memasak, mereka harus mengangkut air dengan menggunakan
ember, lalu berjalan dengan jarak yang lumayan jauh. Dan mirisnya kegiatan tersebut
kebanyakan dilakukan oleh wanita dan anak-anak.

Gambar 2.5. WC umum yang dibuat oleh pemerintah

Ketika kami melakukan survey di sekitar DAS Siak, banyak rumah


warga yang tidak dilengkapi drainase, sedangkan drainase merupakan syarat
rumah sehat, sehingga ketika hujan besar terjadi air akan melimpah dan

Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak Sektor Leighton I


Teknik Lingkungan Universitas Riau 110
menggenang di sekitar rumah warga. Namun sebagian warga rumahnya telah
dilengkapi oleh drainase, tetapi drainase tersebut tidak dapat berfungsi dengan
baik karena terdapat banyak sampah. Sehingga air tidak dapat mengalir dengan
baik, dan ketika terjadi hujan lebat dapat menimbulkan banjir. Selain itu
kebiasaan warga lainnya adalah langsung mengalirkan air buangan BAB/BAK
dari kamar mandi ke sungai. Hal itu dikarenakan rumah mereka tidak
dilengkapi fasilitas septick tank. Yang lebih parahnya lagi adalah WC umum
yang dibangun pemerintah juga mengalirkan air buangan dari saluran
BAK/BAB ke sungai. Padahal kita ketahui bahwa air buangan tersebut pasti
mengandung banyak bakteri E. Coli dan bakteri lainnya

Gambar 2.6. Salah satu rumah warga yang belum dilengkapi drainase

Air sumur artesis merupakan sumber air yang biasanya digunakan oleh warga
setempat yang tidak memiliki WC pribadi. Sumur ini bersifat komunal dan tidak
dialirkan kerumah-rumah warga. Warga dengan ekonomi rendah biasanya
memanfaatkan fasilitas sumur ini untuk dikonsumsi dan kegiatan MCK. Air tersebut
tidak di alirkan ke rumah-rumah penduduk disebabkan karena tekanan ataupun debit
aliran air yang tidak mencukupi. Padahal di tempat sumur bor itu air dibiarkan mengalir
tanpa henti selama 24 jam, dan ketika tidak ada warga yang mengambil, air akan
terbuang begitu saja. Sedangkan untuk mendapatkan air tersebut terkadang warga harus
ngantri dan tidak jarang menimbulkan perselisihan. Walaupun telah dibangun wc
umum dan sumur artesis, tetap saja ada warga yang masih melakukan kegiatan MCK
Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak Sektor Leighton I
Teknik Lingkungan Universitas Riau 111
di sungai. Alasannya adalah jarak wc umum yang jauh dari rumahnya serta malas untuk
mengantri. Sehingga mereka lebih memilih untuk mandi, mencuci bahkan buang air ke
sungai.

Gambar 2.7. Sumber Air (Air Sumur Bor Umum RW 004)


Masyarakat dengan ekonomi menengah ke atas, menggunakan air PDAM untuk
MCK, sedangkan untuk air minum biasanya mereka membeli air galon. Untuk dapat
menggunakan air PDAM, warga wajib membayar retribusi perbulan berkisar
Rp.80.000,00-Rp.150.000,00. Menurut pengakuan warga kualitas air PDAM yang
dihasilkan tidak selalu baik, terkadang air yang dihasilkan keruh dan sedikit lengket.

Gambar 2.8. Salah seorang warga yang melakukan aktivitas MCK di sungai Siak

Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak Sektor Leighton I


Teknik Lingkungan Universitas Riau 112
2.1.1 Segi Lingkungan
Kondisi lingkungan sungai Siak termasuk dalam kategori yang
mengkhawatirkan, dilihat dengan mata telanjang saja dapat diketahui bahwa sungai
tersebut telah mengalami pencemaran yang berat. Salah satu penyebabnya adalah
pembuangan limbah domestik ke badan sungai itu. Limbah domestik disini berupa
sampah rumah tangga seperti dedaunan, plastik, kaca ataupun yang berupa air buangan
(BAB dan BAK) yang dialirkan langsung ke sungai Siak.

Gambar 2.9. Kondisi DAS Siak Leighton I

Gambar 2.10. Limbah domestik yang tergenang dibadan sungai Siak

Di daerah jembatan Leighton 1 terdapat suatu pabrik karet yang disinyalir


menjadi salah satu penyebab dari tercemarnya air sungai Siak. Berdasarkan hasil
tinjauan lapangan, kami melihat ada tiga pipa yang mengalirkan limbah pabrik tersebut
ke sungai. Limbah tersebut berwarna coklat pekat. Diduga bahwa limbah tersebut
banyak mengandung zat kimia yang berbahaya bagi kehidupan biota sungai. Menurut

Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak Sektor Leighton I


Teknik Lingkungan Universitas Riau 113
penuturan seorang warga, sebenarnya sudah lama pemerintah berencana untuk
merelokasi pabrik tersebut. Namun hal tersebut belum terealisasi sampai saat ini.
Padahal warga telah mengeluh sering mengalami pusing mual akibat bau yang
dihasilkan dari pabrik karet tersebut.

Gambar 2.11. Pipa buangan limbah pabrik yang mengalir langsung ke Sungai Siak

Lahan kritis dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya pendangkalan di


sungai. Lahan yang tidak ditanami oleh pepohonan akan mengalami erosi yang tinggi.
Karena saat hujan tanah akan terbawa oleh air, akhirnya tanah tersebut akan
mengendap di dasar sungai dan menyebabkan pendangkalan dan kekeruhan.
Pendangkalan merupakan salah satu hal yang menyebabkan kualitas sungai
menjadi menurun. Pendangkalan dapat menyebabkan banjir, hal ini dikarenakan sungai
mengalami penurunan kemampuan dalam menampung air sehingga air akan meluap
dari badan sungai. Pendangkalan sungai juga mengakibatkan banyak kapal yang dahulu
dapat melintas di sungai, sekarang tidak dapat lagi melintas. Padahal kita tahu bahwa
sungai Siak merupakan sungai terdalam se Indonesia, namun sekarang untuk dapat
dilintasi kapal yang ukurannya tidak terlalu besar saja, sungai Siak sudah tidak bisa
lagi.
Saat ini kedalaman sungai siak memang telah berkurang, namun luas nya
semakin besar. Rumah yang semula terletak dengan jarak 50 meter, kini terletak di
Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak Sektor Leighton I
Teknik Lingkungan Universitas Riau 114
pinggir sungai. Hal ini dapat diakibatkan karena tidak adanya penahan tebing seperti
pepohonan, sehingga terjadilah abrasi. Faktor penyebab lainnya adalah intensitas
angkutan sungai yang sangat padat baik dari ukuran kapal dan kecepatan, secara
signifikan telah merusak tebing sungai. Gelombang-gelombang yang dihasilkan akibat
lewatnya kapal-kapal tersebut secara perlahan dapat mengikis tebing sungai.
Salah penataan ruang merupakan suatu hal yang krusial yang dapat
menyebabkan turunnya kualitas sungai Siak. Misalnya tidak diperbolehkan membangun
suatu bangunan di daerah sampadan sungai. Namun kenyataannya banyak rumah yang
berdiri kokoh di daerah sempadan sungai. Bahkan pabrik karet selain menyalahi aturan
karena membuang limbahnya ke sungai, pabrik ini juga berada di sempadan sungai. Dan
menurut tata ruang pabrik ini tidak layak lagi untuk berada di daerah tersebut, karena di
lingkungan tersebut telah menjadi suatu kota yang tempat masyarakat bermukim. Selain
itu banyak masyarakat yang berjualan di sepanjang sempadan sungai. Sehingga mereka
menggunakan air sungai siak untuk mencuci piring, padahal sabun cuci piring yang
digunakan mengandung zat kimia yang berbahaya bagi biota sungai.

Gambar 2.12. Masyarakat berjualan di sepanjang sempadan sungai Siak

Tidak dapat dipungkiri bahwa aktivitas yang terjadi di hulu dapat mempengaruhi
kondisi sungai yang berada di tengah ataupun hilir, hal ini yang terjadi pada sungai Siak.
Aktivitas perkebunan kelapa sawit yang berada di daerah Tapung menyebabkan
Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak Sektor Leighton I
Teknik Lingkungan Universitas Riau 115
menurunnya kualitas sungai Siak di daerah jembatan Leighton 1. Menurut penuturan
warga, sekitar tahun 1980an terjadi kebocoran kanal kelapa sawit sehingga airnya turun
ke badan sungai yang menyebabkan air sungai Siak menjadi berwarna. Selain itu
aktivitas perkebunan kelapa sawit juga menggunakan pupuk, ketika hujan terjadi pupuk
tersebut akan larut bersama air menjadi run off dan mengalir ke sungai. Hal tersebut
menyebabkan sungai mengalami kelebihan nutrient akibat kandungan unsur N, P, K
dalam pupuk yang menyebabkan Alga Blooming.

Gambar 2.13. Eceng gondok banyak hidup di perairan sungai Siak


2.1.2 Segi Kelembagaan
Pengelolaan sungai siak bisa dikatakan belum memiliki suatu manajemen
pengelolaan yang baik. Hal itu dapat terlihat dari banyaknya masalah yang
membelenggu. Hal ini diakibatkan karena tidak adanya peraturan hukum yang tegas
mengenai pengelolaan DAS Siak. Peraturan yang ada tidak disertai sanksi yang keras
sehingga masyarakat tidak segan untuk melakukan pelanggaran seperti membuang
sampah ke sungai, dll.
Masalah kelembagaan pengelolaan sungai Siak lainnya adalah tumpang
tindihnya kebijakan tentang lembaga yang harus mengelola sungai Siak. Padahal
disadari dalam pengelolaan suatu sungai membutuhkan multi disiplin ilmu untuk dapat
menyelesaikannya. Karena permasalahan Siak tidak hanya tentang bagaimana agar
sungai itu tetap bersih, tetapi bagaimana agar sungai Siak dapat menjadi sungai yang

Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak Sektor Leighton I


Teknik Lingkungan Universitas Riau 116
produktif lagi dan dapat dijadikan sebagai sumber ekonomi bagi masyarakat di
sekitarnya. Namun kenyataannya, ketika sungai mengalami kerusakan seperti sekarang
ini, lembaga terkait seperti Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kebersihan Kota Dinas
Energi Sumber Daya Mineral, Badan Lingkungan Hidup, Dinas Kehutanan, serta Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata seperti angkat tangan. Mereka saling menyalahkan satu
sama lain, dan tidak melakukan kebijakan untuk bersama-sama memperbaiki kondisi
lingkungan sungai Siak seperti semula.
Menurut pengakuan warga, Pemerintah tidak pernah melakukan test kualitas
sungai Siak. Sehingga mereka tidak mengetahui seberapa parah kondisi sungai Siak
saat ini. Mereka mengatakan selama mereka tidak terkena penyakit karena
menggunakan sungai Siak, sungai Siak masih dapat digunakan untuk kegiatan MCK.
Padahal sudah sangat jelas bahwa sungai tersebut sangat tercemar dan tidak layak untuk
digunakan untuk kegiatan MCK sekalipun.
Minimnya informasi terhadap kualitas dan kuantitas Sungai Siak juga
mempengaruhi dalam keberlanjutan ketersediaan airnya. Dimana fenomena yang
ditemukan di masyarakat, mereka masih menggunakan air sebagai sumber daya alam
yang tiada batas. Dengan kurangya sistem penginformasian kepada masyarakat dan
pihak-pihak terkait akan dapat menimbulkan miskomunikasi dan kurangnya koordinasi
dan partisipasi masyarakat dan dinas terkait untuk pengelolaan DAS.
Menurut pengakuan warga, badan-badan instansi pemerintah pernah
melakukan sosialisasi dan simulasi mengenai daerah aliran sungai dan pengolahan air
secara sederhana, namun kegiatan tersebut tidak dilakukan secara rutin. Sehingga
masyarakat tidak begitu paham mengenai sosialisasi tersbut. Sosialisasi mengenani
banjir juga pernah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Riau, namun kegiatan
tersbut juga hanya dilakukan sekali. Namun menurut penuturan warga setempat, Badan
Lingkungan Hidup tidak pernah datang untuk meninjau kawasan Sungai siak di sektor
Leighton 1.

Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak Sektor Leighton I


Teknik Lingkungan Universitas Riau 117
2.2.4 Segi Sosial
Lemahnya kesadaran masyarakat di sekitar DAS Siak akan konservasi
lingkungan menyebabkan semakin buruknya kualitas sungai Siak. Masyarakat masih
saja melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan beban pencemar di Sungai tersebut.
Sedangkan untuk dapat memperbaiki kualitas sungai Siak perlu dilakukan kegiatan
konservasi. Karena air merupakan kebutuhan primer yang dibutuhkan oleh semua
makhluk hidup sehingga kita harus melakukan tindakan-tindakan yang untuk menjaga
kelestariannya.
Kebudayaan atau kebiasaan merupakan suatu hal yang sangat sulit untuk
diubah. Walaupun seseorang memiliki pendidikan yang tinggi dan memiliki kecukupan
finansial sekalipun. Jika sedari kecil sudah terbiasa untuk membuang sampahnya ke
sungai, maka hal tersebut sudah dianggap biasa dan akan dilakukan secara terus
menerus.
Jumlah sarana WC umum dengan jumlah warga yang memakai sarana tersebut
tidak berbanding lurus. Akibatnya ketika waktu sibuk seperti pagi hari sebelum anak-
anak pergi sekolah atau para orang tua ingin pergi kerja terjadi antrian untuk
menggunakan WC umum tersebut. Tidak jarang antrian tersebut menimbulkan gesekan
antar warga karena ketidak sabaran mereka untuk mengantri. Alhasil warga malah
merusak fasilitas tersebut.
Pendidikan serta pengetahuan yang rendah menjadi salah satu faktor kenapa
masyarakat masih saja membuang sampahnya ke sungai. Masyarakat tidak mengetahui
apa dampak yang terjadi jika mereka membuang sampahnya ke sungai. Mereka
menganggap ketika mereka membuang sampahnya, sampah akan hanya hanyut dibawa
air dan hilang begitu saja. Serta mereka menganggap jumlah sampah yang mereka
buang tidak sebanding dengan jumlah air yang ada. Sehingga tidak akan memberikan
dampak yang signifikan terhadap kualitas sungai.
Menurut penuturan warga, mereka jarang melakukan gotong royong untuk
membersihkan sungai. Mereka menganggap bahwa pemerintah telah membayar orang
Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak Sektor Leighton I
Teknik Lingkungan Universitas Riau 118
untuk membersihkan sungai Siak tersebut secara rutin. Sehingga mereka tidak perlu
buang-buang tenaga untuk membersihkan sungai Siak lagi. Padahal gotong royong
bukan saja bertujuan untuk membersihkan sungai Siak. Namun gotong royong dapat
dijadikan sarana untuk meningkatkan rasa peduli warga terhadap sungai. Ketika
mereka merasa letih telah membersihkan sungai, maka timbul rasa marah ketika ada
orang lain yang ingin mengotori sungai tersebut. Ketika rasa peduli tersebut telah
terbangun maka sungai Siak yang bebas dari sampah bukanlah sebuah angan lagi.

Gambar 2.14. Terlihat petugas kebersihan dari pemerintah


2.2.5 Segi Ekonomi
Tidak dapat dipugkiri bahwa anggaran dana untuk pengelolaan DAS sangatlah
minim. Pengelolaan DAS dianggap suatu hal yang tidak begitu mendesak
dibandingkan berbagai masalah lainnya seperti kemiskinan, pendidikan, kesehatan, dll.
Sehingga berbagai kegiatan yang telah direncanakan untuk kegiatan konservasi DAS
tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya dana yang mendukung. Selain itu
ketergantungan dana pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat mengenai dana
begitu besar. Sehingga pemerintah daerah tidak memiliki lingkup yang besar untuk
mengalokasikan dana yang ada untuk pengelolaan DAS. Faktor lainnya adalah dana
yang telah dialokasikan untuk pengelolaan DAS belum digunakan secara efektif dan

Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak Sektor Leighton I


Teknik Lingkungan Universitas Riau 119
efisien. Sehingga dana yang tersebut seperti lenyap begitu saja tanpa terlihat dampak
positifnya.
Tingkat ekonomi masyarakat yang masih rendah juga dapat menurunkan
kualitas air sungai Siak. Misalnya masyarakat yang tidak mampu untuk membayar
retribusi pelayanan pengangkutan sampah lebih memilih membuang sampahnya ke
sungai. Masyarakat yang tidak memiliki WC pribadi, menggunakan sungai utnuk
kegiatan MCK. Serta kegiatan lain yang dapat meningkatkan beban cemar dari sungai
tersebut.

2.2.2 Pekerjaan dan Perekonomian


Pekerjaan masyarakat yang bermukim di sepanjang DAS siak bermacam-
macam, yaitu wiraswasta, tukang kara, nelayan, PNS, Ibu Rumah Tangga, buruh dan
pedagang kaki lima. Dominasi pekerjaan masayarakat disekitar DAS siak adalah
pedagang atau buruh dengan penghasilan berkisar 500.000 rupiah sampai 2.000.000
rupiah.
Masyarakat dengan penghasilan ≥1.000.000 rupiah sanggup untuk membeli air
isi ulang dan membayar air PDAM sehingga mereka jarang berinteraksi dengan sungai
bahkan tidak pernah sama sekali. Untuk masyarakat yang berpenghasilan lebih rendah
dari < 500.000 rupiah tidak mampu untuk membeli air kemasan maupun membayar air
PDAM dikarenakan mereka harus membayar lebih untuk memenuhi kebutuhan air
bersih, serta lebih memilih mengangkat air ke rumah untuk kebutuhan domestik dari
sumur artesis yang dibuat secara langsung oleh pemerintah dengan jarak yang lumayan
jauh untuk mendapatkan air bersih tanpa adanya pemungutan biaya.

2.2.3 Kesadaran Sosial

Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak Sektor Leighton I


Teknik Lingkungan Universitas Riau 120
Kesadaran masyarakat terhadap buruknya kualitas air Sungai Siak bisa
dikatakan cukup sehingga tidak ada masyarakat yang menggunakan air Sungai Siak
untuk dikonsumsi. Masyarakat masih menggunakan air Sungai Siak hanya untuk
kegiatan MCK di WC umum yang dibangun masyarakat diatas sungai dan mencuci
pakaian serta mandi di sungai siak disaat terjadi krisis air PDAM dan naik nya debit
sungai siak.
Namun, kesadaran sosial masyarakat terhadap pengelolaan sumber daya air
terpadu dan berkelanjutan masih rendah. Masyarakat masih belum puas pelayanan
bantuan sumur artesis dari pemerintah,serta penyedaian air oleh PDAM dan air
kemasan. Padahal ketiga sumber air bersih diatas bisa dianggap sebagai sumber air
bersih yang berkelanjutan bagi kebanyakan orang. Sumur artesis semakin lama
alirannya semakin kecil dan akan mati. Air PDAM yang didistribusikan ke masyarakat
tidak selamanya bersih dan hanya masyarakat dengan penghasilan tertentu yang bisa
membeli air kemasan.
Budaya gotong royong sudah hampir punah dari masyarakat yang bermukim di
sekitar DAS Siak. Tidak ada gerakan untuk membersihkan lingkungan atau jika ada
sedikit masyarakat yang mau berpartisipasi. Padahal gotong royong ini sangat penting
untuk membersihkan lingkungan, seperti di pinggir sungai yang terdapat tumpukan
sampah sehingga pintu air tidak bisa bekerja secara optimal yang dapat mendatangkan
bencana banjir.

2.2.4 Kesehatan
Secara garis besar masyarakat yang bermukim disekitar sungai Siak terjangkit
penyakit gatal-gatal terutama pada saat selesai hujan. Hal ini terjadi dikarenakan ketika
hujan turun air dari daratan terbawa mengalir ke dalam sungai dan ikut mengotori air
sungai Siak.

2.3 Sarana dan Prasarana


Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak Sektor Leighton I
Teknik Lingkungan Universitas Riau 121
Pemerintah memiliki peran dalam penyediaan air bersih dengan membuat
sumur bor artesis berkedalaman ±300m dari permukaan tanah. Setiap RW tersedia satu
sampai dua sumur. Terdapat beberapa sumur yang telah mati atau tidak beroperasi,
namun pemerintah tetap memberi bantuan dengan membuat sumur baru. Sumur-sumur
ini dibuat berdasarkan proposal yang diajukan oleh RW setempat.
Selain sumur artesis, pendistribusian PAM ke masyarakat sudah baik, meskipun
sesekali dijumpai air yang masih keruh sehingga masyarakat juga tidak dapat
menggunakan air PAM tersebut. Namun, sangat disayangkan air PAM ini hanya bisa
dinikmati oleh mereka yang mampu membayar. Tagihan air PAM perbulan berkisar
80.000-150.000 rupiah. Selain itu, air PAM tidak terdistribusi kerumah-rumah yang
tidak tersedia kamar mandi. Sebenarnya ada penampungan PAM yang dibuat didepan
rumah tetapi sudah beralih fungsi menjadi tempat sampah,
Didaerah sekitar DAS Siak ini tidak tersedia sarana pembuangan sampah yang
seharusnya. Dinas kebersihan juga hanya mengumpulkan sampah dari daerah yang
masih dekat dengan jalan protokol, sedangkan kawasan yang sudah berada dekat
dengan sungai tidak terlayani selain mereka tidak mampu membayar retribusi. Tidak
memadainya sarana ini menyebabkan masyarakat masih membakar sampah dan/atau
yang lebih sering membuang sampah kesungai, biasanya masyarakat datang dari luar
kawasan sungai DAS siak juga membuang sampah ke sungai pada saat malam hari .
Pernah dilakukan sosialisasi dan simulasi oleh badan-badan instansi pemerintah
mengenai daerah aliran sungai dan pengolahan air secara sederhana. Sosialisi yang
pernah dilakukan mengenani banjir oleh Dinas Kesehatan Provinsi Riau. Namun
menurut keterangan warga hanya sekedar sosialisi tanpa adanya implementasi yang di
laksanakan.

Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak Sektor Leighton I


Teknik Lingkungan Universitas Riau 122
BAB III
KONSEP PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TERPADU

DAN BERKELANJUTAN

3.1 HASIL DATA

Berdasarkan hasil survey wawancara kelompok I pada hari Kamis, 28 September


2016 di pemukiman penduduk sekitar pinggiran sungai siak dekat Jembatan Siak
Leighton 3, didapatkan hasil sebagai berikut :

Lama
Usia Kelas
No Nama Pendidikan Pekerjaan Menetap
(tahun) Rumah
(tahun)
semi
1 Hertati 52 SLTA Wiraswasta 20
Permanen
Ari semi
2 65 SLTA Wiraswasta 1
Yusuf Permanen
Indra Ketua
3 46 SLTP Permanen 46
Jaya RT/Penjahit
Remond
4 44 SLTA Wiraswasta Permanen 30
Efendi
Semi
5 Emon 37 SLTA Security 27
Permanen
semi
6 Wawah 43 SMA Wiraswasta 10
Permanen
7 Zainal 48 SMA Wiraswasta Permanen 18

Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak Sektor Leighton I


Teknik Lingkungan Universitas Riau 123
Tidak Tidak
8 Jusna 77 SD 20
bekerja Permanen

Tabel 3.1. Data Responden Sekitar Pinggiran Sungai Siak

Berdasarkan tabel 3.1 diatas dari 8 orang responden, diketahui bahwa rata-rata
penduduk sekitar pinggiran sungai siak dekat Jembatan Siak Leighton 3 berusia diatas
30 tahun dengan pendidikan rata-rata SMA atau sederajat. Kelas masyarakat sekitar
pinggiran sungai siak dekat Jembatan Siak Leigton 3 dapat dilihat dari kondisi rumah
yang hampir semua responden sudah menempati rumah semi permanen. Lama
menetap didekat sungai siak, rata-rata kesemua responden sudah menetap lama disana
dengan paling lama sudah ada yang menetap 46 tahun.

Berikut ini tabel pendapat responden tentang kualitas Sungai Siak tahun 2016:

No Kualitas Air Sungai Jumlah (orang) Persen (%)


1 Bersih (baik) 2 25
2 Kotor (buruk) 4 50
3 Berasa, Berbau dan Berwarna 2 25

Tabel 3.2.Pendapat Responden Tentang Kualitas Sungai Siak

Berdasarkan tabel 3.2 diatas dapat disimpulkan sebesar 50% responden


menyatakan bahwa kualitas Sungai Siak tahun 2015 adalah kotor atau buruk.

Berikut ini tabel sistem saluran buangan oleh responden sekitar Sungai Siak:

No Sistem Saluran Buangan Jumlah (orang) Persentase (%)


1 WC dirumah 6 52,5%
menggunakan
septictank

Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak Sektor Leighton I


Teknik Lingkungan Universitas Riau 124
2 WC umum 4 25%
menggunakan
septictank
3 Jamban di tepi sungai 3 22,5%

Tabel 3.3. Sistem Saluran Buangan Oleh Responden Sekitar Sungai Siak

Berdasarkan tabel 3.3 diatas disimpulkan bahwa sistem saluran buangan oleh
responden sekitar Sungai Siak lebih banyak di WC rumah menggunakan septictank,
yaitu sebesar 52,5% dan paling sedikit yaitu menggunakan jamban ditepi sungai siak
dengan persentase 22,5%.

Berikut ini tabel 3.4 memaparkan sumber perolehan air bersih oleh responden
sekitar Sungai Siak dan tabel 3.5 memaparkan sumber perolehan air minum oleh
responden sekitar Sungai Siak :

No Sumber Air Bersih Jumlah (Orang) Persentase (%)


1 Sumur Bor 5 52,5%
2 Sungai 1 22,5%
3 PDAM 2 25%

Tabel 3.4. Sumber Perolehan Air Bersih Oleh Responden Sekitar Sungai Siak

No Sumber Air Jumlah (Orang) Persentase (%)


Minum
1 Sumur Bor 2 25%
2 PDAM 6 75%

Tabel 3.5. Sumber Perolehan Air Minum Oleh Responden Sekitar Sungai Siak

Berdasarkan tabel 3.4 dan 3.5 diatas, sumber perolehan air bersih dan air minum
berbeda. Untuk perolehan sumber air bersih persentase terbesar diperoleh dari air
sumur bor yaitu sebesar 52,5% dan paling kecil 22,5% dari air sungai, sedangkan untuk

Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak Sektor Leighton I


Teknik Lingkungan Universitas Riau 125
sumber perolehan air minum lebih besar menggunakan air PDAM dengan persentase
75% dan 25% nya dari air sumur bor.

Dari hasil wawancara 8 orang responden, sebagian besar responden dalam


menggunakan air Sungai Siak untuk kebutuhannya tidak dikelola terlebih dahulu
sebelum digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Air dari sungai langsung dibiarkan
masuk kedalam jaringan pipa dan langsung digunakan, bisanya hanya untuk kebutuhan
MCK (mandi, cuci dan kakus) bukan untuk konsumsi.

Sebagian besar responden yang menetap di pinggir Sungai Siak menyatakan


bahwa sering terjadi banjir di pemukiman mereka ketika musim hujan datang. Menurut
responden, penyebab terbesar terjadinya banjir disekitar pinggiran Sungai Siak ini
adalah karena pergantian musim dari musim kemarau ke musim hujan yang
mengakibatkan air sungai meluap ke pemukiman, tetapi ada juga yang menyatakan
sampah yang dibuang sembarangan ke sungai juga termasuk salah satu faktor banjir.

Upaya yang dilakukan penduduk ketika banjir hanya meninggikan permukaan


teras tetapi untuk upaya penanganan banjir dari pemerintah telah dibuat bangunan
turap dan pintu air respon umumnya bekerja tetapi dikarnakan pembuangan sampah
sembarangan mengakibatkan tersumbat nya pintu air yang mengaliri air hujan ke
badan sungai, serta mereka hanya menunggu hingga air sungai surut. Akibat dari banjir
ini banyak penduduk yang terkena wabah penyakit seperti diare dan terjangkit
penyakit kulit. Kebanyakan responden menyebutkan bahwa sumber-sumber penghasil
limbah di Sungai Siak adalah limbah pabrik karet didekat Sungai Siak yang langsung
dibuang ke badan sungai dan sampah yang dibuang masyarakat langsung ke Sungai
Siak. Menurut responden yang kami wawancarai, sebagian besar responden
menyatakan pemerintah cukup tanggap dalam masalah banjir yang terjadi di sekitar
Sungai Siak. Pemerintah selalu memberikan bantuan berupa obat dan makanan.Namun
demikian, solusi ini hanya bersifat jangka pendek. Solusi pemerintah dalam mengatasi

Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak Sektor Leighton I


Teknik Lingkungan Universitas Riau 126
banjir jangka panjang cukup berhasil dengan membangun turap dan pintu air. Warga
menyatakan bahwa semenjak delapan tahun terakhir banjir tidak lagi membahayakan.

3.2 Strategi Perencanaan


Dalam perwujudan rencana pengelolaan sumber daya air dan menjaga
keberlanjutan ketersediaan air di Sungai Siak, maka dilakukan beberapa strategi yang
dikelompokkan menjadi beberapa aspek yang antara lain sebagai berikut:
3.1.1 Dari segi teknis
1. Pengelolaan Persampahan
Saat ini masyarakat di pinggiran sungai masih membuang sampahnya
ke aliran sungai. Oleh sebab itu perlu disediakannya tempat pembuangan
sampah secara komunal sehingga masyarakat bisa mengumpulkan sampah
mereka di satu wadah dan membuangnya di tempat sampah yang telah di
sediakan di masing-masing gang perumahan mereka, lalu digunakan becak
motor untuk mengangkut sampah dari bak tersebut ke TPS yang ada di
keluarahan. Dari TPS, sampah tersebut akan diangkut oleh truk ke TPA.
Kemudian dilakukan pemungutan retribusi bagi masyarakat untuk mengelola
persampahannya. Namun pemungutan retribusi dikenakan bagi masyarakat
dengan penghasilan >Rp.1.000.000 sedangkan masyarakat dengan penghasilan
<Rp.1.000.000 tidak dikenakan biaya retribusi.
Untuk daerah di pinggir sungai perlu disediakan bak sampah di tempat-
tempat biasanya warga atau pengunjung sungai berkumpul atau untuk sekedar
duduk. Namun untuk wilayah ini pengangkutan langsung menggunakan truk.

Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak Sektor Leighton I


Teknik Lingkungan Universitas Riau 127
Gambar 3.1. Bak dan truk pengangkut sampah

2. Pembersihan Pintu Air


Pintu air merupakan alat yang digunakan untuk mengatur jumlah debit
air di sungai. Alat ini di design untuk dapat dibuka dan ditutup. Pintu ini dapat
dibuka saat muka air sungai tinggi, sehingga dapat mengurangi debit dari air
sungai tersebut.
Banyaknya sampah yang terdapat di pintu air sungai Siak dapat
menghambat aliran air sungai tersebut. Oleh sebab itu perlu dilakukan
pembersihan secara berkala yakni sebulan sekali, agar pintu tersebut bebas dari
sampah, dan ketika terjadi hujan lebat pintu tersebut dapat dibuka dan banjir
tidak akan terjadi.

Gambar 3.3. Pembersihan pintu air menggunakan alat berat

Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak Sektor Leighton I


Teknik Lingkungan Universitas Riau 128
3. Pembersihan Secara Berkala dan Pembangunan Drainase Baru
Untuk menjaga agar saluran drainase dapat mengalirkan air dengan
lancar, perlu dilakukan pembersihan secara berkala, yakni dua minggu sekali.
Program pembangunan drainase dilakukan di setiap gang yang telah padat
penduduk namun belum dilengkapi fasilitas drainase. Drainase dirancang
berbentuk trapesium dengan ukuran :
Lebar bawah : 40 cm
Lebar atas : 50 cm
Kedalaman : 70 cm

Gambar 3.4. Pembuatan Drainase

4. Penyaluran Air dari Sumur Artesis


Sumur artesis adalah sumur yang bertekanan tinggi karena airnya
terjebak dalam batuan yang memiliki tekanan, sehingga ketika di lakukan
pengeboran, air hasil pengeboran dapat naik sendiri dan menyembur ke
permukaan tanpa menggunakan pompa.
Sumur artesis di design dengan dilengkapi keran untuk mengatur
keluarnya air agar tidak boros. Pipa yang digunakan adalah pipa yang terbuat
dari besi. Mengingat tekanan yang ditimbulkan jika keluarnya air tertahan oleh
keran, dibutuhkan pipa yang terbuat dari besi agar tidak terjadi kebocoran
akibat tekanan tersebut.
Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak Sektor Leighton I
Teknik Lingkungan Universitas Riau 129
5. Pembuatan Septic Tank Komunal
Pembuatan septic tank ini dilakukan untuk setiap RT. Ukuran septick
tank tergantung dari jumlah penduduk dari RT tersebut. septick tank di design
terdiri dari tangki septik dan sumur resapan. Tangki septik terdiri dari dua
ruangan yakni ruang pertama merupakan ruang untuk pengendapan lumpur dan
ruang kedua merupakan ruang bagi padatan yang tidak terendapkan pada ruang
pertama. Tangki septik terbuat dari material fiber glass agar kedap air.
Sedangkan sumur resapan berfungsi meresapkan cairan yang keluar dari tangki
septik ke tanah secara horiziontal dan vertical melalui pori-pori tanah.

Gambar 3.5. Desain Tangki Septic

Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak Sektor Leighton I


Teknik Lingkungan Universitas Riau 130
Gambar 3.6. Desain sumur serapan

6. Penggurukan sedimentasi dasar sungai


Penggurukan bertujuan untuk menjaga kedalaman dan kelebaran
sungai dan memperbaiki alur sungai dengan cara pengambilan material –
material pengganggu seperti sampah – sampah dan lumpur pada sungai
menggunakan alat berat seperti excavator, dll.

Gambar 3.8. Penggerukan sedimentasi sungai menggunkan alat berat


3.1.2 Segi Lingkungan
Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak Sektor Leighton I
Teknik Lingkungan Universitas Riau 131
1. Rehabilitasi Lahan dan Reboisasi
Rehabilitasi dilakukan pada lahan kritis guna memperbaiki unsur hara
dari tanah tersebut. Sedangkan reboisasi dilakukan agar lahan tesebut dapat
menjadi lahan yang produktif dan dapat digunakan kembali, serta dapat
menahan unsur hara agar tidak hanyut terbawa air yang menyebabkan lahan
tersebut kembali menjadi lahan kritis.

Gambar 3.9. Reboisasi lahan kritis


2. Pembuatan Lubang Biopori
Lubang biopori adalah teknologi tepat guna dan ramah lingkungan untuk
mengatasi banjir dengan cara:
a. Meningkatkan daya resap air
b. Mengubah sampah organik menjadi kompos
c. Memanfaatkan peranan aktivitas fauna tanah dan akar tanaman

Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak Sektor Leighton I


Teknik Lingkungan Universitas Riau 132
Gambar 3.11. Lubang Biopori

3.1.3 Segi Kelembagaan

1. Pembentukan Organisasi Pemberi Informasi Mengenai Sungai Siak


Perlu dibentuknya suatu organisasi yang dapat memberikan info terkini
mengenai sungai siak. Baik itu tentang kualitas maupun kuantitas dari sungai
tersebut. Informasi tersebut dapat disebarkan melalui media elektronik seperti
internet ataupun media sosial maupun dari media cetak seperti selebaran dan
koran.

2. Sanksi berupa yang tinggi bagi pelanggar peraturan


Membuang sampah : Rp. 500.000,-
Membuang limbah industri : Rp. 100.000.000,-
Buang air : Rp. 500.000,-

3. Cek laboratorium tentang kualitas air sungai


Cek laboratorium untuk mengukur tingkat pencemaran yang terjadi di
sungai Siak. Test dilakukan menggunakan beberapa parameter yakni tingkat
kekeruhan, TSS, TDS, Kandungan zat kimia, logam berbahaya, pH, BOD,
COD dan DO. Test dilakukan secara berkala yakni setiap dua bulan sekali. Dan
hasilnya harus di publish agar masyarakat mengetahui bagaimana kualitas dari
sungai siak itu sendiri.

4. Pengawasan Kanal dan Memperketat Izin Pembukaan Lahan Sawit


Kanal yang bocor diakibatkan karena kurangnya pengawasan terhadap
kanal tersebut. Sehingga perlu dilakukannya pengawasan secara berkala dan
izin pembukaan lahan kelapa sawit yang lokasi berdekatan dengan sungai perlu
diperketat lagi.

Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak Sektor Leighton I


Teknik Lingkungan Universitas Riau 133
5. Adanya koordinasi dari lembaga terkait
Perlu dilakukannya koordinasi dari lembaga-lembaga agar permasalahan
sungai Siak dapat diselesaikan. Berikut peran dari beberapa lembaga :
a. Peranan Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup
Lembaga ini berperan dalam kegiatan penghijauan dan
rehabilitasi hutan yang gundul, dimana hutan berfungsi untuk menjebak
air agar tidak langsung mengalir ke sungai.
b. Peranan Dinas Pertanian
Dinas pertanian berperan dalam pemberian penyuluhan kepada
para petani maupun perusahaan perkebunan di bagian hulu terhadap
pengendalian penggunaan pupuk dan pestisida yang kemungkinan besar
akan masuk ke badan air dan mencemari air.
c. Peranan Dinas Sumber Daya Alam dan Energi
Bertanggung jawab dalam Perumusan, penetapan, dan
pelaksanaan serta pengawasan kebijakan di bidang energi dan sumber
daya mineral. Misalnya terjadinya eksploitasi Sumber Daya Alam dari
kegiatan pertambangan yang mencemari sumber air. Contohnya:
Limbah hasil pertambangan yang dialirkan kebadan sungai.
d. Peranan Dinas Pekerjaan Umum
Dinas Pekerjaan Umum berperan dalam pembangunan
infrastruktur, sarana dan prasarana yang berhubungan dengan kualitas
sungai Siak.
e. Peranan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Dinas ini berperan bagaimana agar sungai Siak dapat dijadikan
sebagai ekowisata yang dapat menghasilkan devisa bagi pemerintah
daerah
f. Peranan Dinas Kebersihan Kota
Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak Sektor Leighton I
Teknik Lingkungan Universitas Riau 134
Dinas ini bertanggung jawab dalam menjaga kebersihan dari sungai
Siak.

3.1.4 Segi Sosial


1. Sosiliasasi
Pengendalian berdasarkan aspek sosial ialah melakukan sosialisasi
berupa penyuluhan dan pendidikan kepada masyarakat untuk meningkatkan
kemampuan dan meningkatkan persepsi masyarakat untuk dapat
menginterpretasikan kesan-kesan sensoris berupa tindakan nyata dalam
mengelola lingkungan. Sosialisasi dapat dilakukan melalui Kementrian
Lingkungan Hidup langsung maupun dari lembaga swadaya masyarakat,
dimana sosialisasi ini harus dilakukan secara periodik dan berkesinambungan
karena perubahan perilaku membutuhkan proses mulai dari keingintahuan dan
kemauan sehingga masyarakat mampu melakukan pelestarian sungai dalam
pengelolaan sumber daya air.
Sosialisasi yang dapat dilakukan antara lain adalah:
1. Sosialisasi tentang pentingnya konservasi lingkungan
2. Sosialisasi tentang bahaya pembuangan sampah ke sungai
3. Sosialisasi tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan

Gambar 3.12. Sosialisasi kepada masyarakat

Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak Sektor Leighton I


Teknik Lingkungan Universitas Riau 135
2. Penggalakan budaya gotong royong
Kebiasaan gotong royong perlu untuk digalakkan lagi, agar rasa peduli
masyarakat akan sungai siak terbangun lagi. Gotong royong dapat dilakukan dua
kali seminggu yang dipimpin langsung oleh ketua RT setempat.

Gambar 3.14. Gotong royong membersihkan sungai

3. Relokasi penduduk dan Pedagang yang berada di sempadan Sungai


Penduduk dan pedagang yang berada di sempadan sungai perlu di
relokasi agar mereka terhindar dari banjir saat sungai sedang meluap.

Gambar 3.15. Relokasi bangunan

3.1.5 Segi Ekonomi


1. Penerapan Prinsip Pemanfaat Membayar
a. Pengguna Membayar (users pay principle)

Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak Sektor Leighton I


Teknik Lingkungan Universitas Riau 136
Pengguna memiliki kewajiban dalam penggunaan air, dimana
kontribusi yang diberikan akan digunakan untuk pemeliharaan (maintenance)
dan peningkatan kinerja alat – alat teknis pengelolaan sumber daya air
sehingga memberikan hasil yang maksimal.
b. Pembuat Polutan Membayar (poluters pay principle)
Badan usaha maupun kegiatan yang menimbulkan pencemaran wajib
membayar denda terhadap pemerintah sebagai tanda ganti rugi atas kerusakan
dan pencemaran lingkungan. Dimana biaya tersebut akan digunakan dalam
pelaksanaan konservasi air.

2. Penyediaan APBD untuk pengelolaan DAS


Pemerintah bertanggung jawab menyediakan anggaran dalam
pembangunan sarana dan prasarana teknis pelaksanaan Pengelolaan Sumber Daya
Air yang berupa subsidi pemerintah. Sumber dana dapat diperoleh dari
Kementrian Lingkungan Hidup, BAPEDALDA, dan pemerintah daerah.

3.2 FAKTOR PENGHAMBAT PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR SUNGAI


SIAK

Faktor-faktor penghambat dalam pengelolaan sumber daya air di Sungai Siak


antara lain sebagai berikut : (Tolong diuraikan 1 atau 2 paragraf, dibandingkan
dengan UU No 7 Tahun 2004 ttg PSDA. Seharusnya begini dan begitu)

a. Koordinasi tidak berjalan antara pemerintah provinsi dengan pemerintah


kabupaten/kota

b. Tidak ada integrasi antar dinas-dinas terkait.

c. Kondisi masyarakat

d. Tidak adanya anggaran khusus

Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak Sektor Leighton I


Teknik Lingkungan Universitas Riau 137
e. Maraknya pabrik yang belum jelas status sertifikasi IPAL nya.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 Kesimpulan
1. Permasalahan sumber daya air disekitar DAS Siak Leighton 3:
a. Tingkat pendidikan : Tingkat pendidikan yang rendah sangat berkaitan
dengan tingkat kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan.
b. Pekerjaan dan perekonomi : Tingkat ekonomi masyarakat yang rendah
bergantungan dana terhadap pemerintah pusat untuk penyediaan air bersih
dan air minum.
c. Kesadaran Sosial : Kesadaran masyarakat untuk tidak mengkonsumsi air
sungai siak sudah tergolong baik namun penggunaan air sungai siak untuk
MCK masih belum baik.
d. Lingkungan : abrasi pinggiran sungai, lahan kritis, pembuangan limbah
domestik dan industri ke sungai, eutrofikasi, penataan ruang yang kurang
baik, dll.
Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak Sektor Leighton I
Teknik Lingkungan Universitas Riau 138
e. Kelembagaan: sistem informasi yang minim, tidak tegasnya sanksi terhadap
pelanggar peraturan, kurangnya koordinasi antar lembaga terkait.

2. Strategi perencanaan Pengelolaan Sumber Daya Air yang Terpadu dan


Berkelanjutan disekitar DAS Siak Leighton 1:
a. Teknis : Penyediaan tempat sampah dan sarana pengangkutan sampah,
semenisasi tebing sungai, pembuatan WC umum, pembangunan drainase,
penggurukan sedimentasi sungai, dll.
b. Lingkungan : rehabilitasi lahan dan reboisasi, menanam tanaman pagar dan
pembuatan lubang biopori.
c. Kelembagaan: pembuatan organisasi untuk memberikan informasi tentang
sungai kepada masyarakat, pemberlakuan sanksi yang tegas, memperketat
izin pembukaan lahan sawit, dll.
d. Sosial : mengadakan sosialisasi, menggalakkan budaya gotong royong,
membudayakan antri sejak dini, dll.
e. Ekonomi :penerapan prinsip pemanfaat membayar, pelatihan
kewirausahaan dan pembuatan anggaran tersendiri untuk pengelolaan sungai
Siak.
4.1 Saran
1. Sebaiknya masyarakat lebih memperhatikan dan peduli terhadap kondisi air
sungai Siak disekitar tempat tinggal mereka.
2. Sebaiknya pemerintah lebih tegas dalam penanganan terhadap permasalahan
sumber daya air di DAS Siak Leighton 1.

Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak Sektor Leighton I


Teknik Lingkungan Universitas Riau 139

Anda mungkin juga menyukai