PENDAHULUAN
Sungai Siak merupakan salah satu sungai terbesar di Provinsi Riau yang
melintasi Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Kampar, dan
Kota Pekanbaru. Penurunan kualitas air sungai Siak yang terjadi sebagai akibat dari
meningkatnya pembuangan limbah yang tidak terkendali dari aktivitas industri dan
domestik di sepanjang sungai. Industri yang dimaksud seperti industri pengolahan
sawit, industri karet, industri kertas, industri kapal dan lain-lain. Limbah yang
langsung dibuang ke badan air sungai dan tidak diolah terlebih dahulu menyebabkan
senyawa kimia yang terkandung pada air berdampak cukup berbahaya bagi manusia
yang mengunakan air tersebut. Setiap senyawa memiliki nilai ambang batas
maksimum yang berbeda di perairan (Prihartanto, 2007).
Kualitas perairan sungai sangat tergantung dari aktivitas yang ada pada daerah
alirannya. Berbagai aktivitas baik domestik maupun kegiatan Industri akan
berpengaruh terhadap kualitas perairan, hal ini akan menambah tekanan dan beban
pencemaran pada badan sungai. Sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk dan
meningkatnya kegiatan masyarakat mengakibatkan perubahan fungsi lingkungan yang
berdampak negatif terhadap kuantitas dan kualitas sumberdaya air (BLH, 2009).
Daerah Aliran Sungai Siak sebagai bagian dari ruang yang memiliki
karakteristik tersendiri, wilayahnya melintasi 4 kabupaten dan 1 kota yang merupakan
satu kesatuan ekologis yang tidak dapat dipisahkan. Keempat kabupaten dan kota yang
termasuk ke dalam wilayah aliran Sungai Siak adalah Kabupaten Rokan Hulu,
Kabupaten Kampar, Kota Pekanbaru, Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten Siak.
Kerusakan sumber daya alam dan lingkungan di DAS Siak sudah mengarah pada taraf
yang dapat mengancam keberlanjutan pasokan sumber daya air.
Berdasarkan data Profil Puskesmas Rumbai yang terletak di sekitar sungai Siak
pada tahun 2014 terjadi peningkatan penyakit diare dibandingkan dengan tahun 2013
yakni dari 917 kasus menjadi 1063 kasus. Sedangkan penyakit kulit juga terjadi
peningkatan dari tahun ke tahun, tahun 2013 dibandingkan tahun 2014, dari 1.985 kasus
menjadi 2.336 kasus.
Sungai Siak mempunyai fungsi strategis, ekonomis dan ekologis. Sungai Siak
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sarana mandi cuci kakus (MCK), jalur
transportasi, tempat biota air hidup dan sekaligus tempat buangan limbah industri.
Salah satu jenis kegiatan industri yang ada pada DAS Siak adalah pabrik karet PT
Ricry yang terletak di Kota Pekanbaru
BAB II
GAMBARAN UMUM DAS SUNGAI SIAK
DAS Siak adalah DAS yang bertipe rawa dengan tanah gambut. Warna air DAS
Siak coklat kehitaman dengan nilai pH 5.25, dengan DO 5.7 mg/l dan COD 85 mg/l.
Luas total catchment area mencapai 1.132.776,05 ha. Di bagian hulu DAS Siak tata
guna lahan berupa perkebunan sawit dan perkebunan karet, sedangkan di bagian tengah
dimanfaatkan untuk industri dan perkebunan rakyat (Departemen PU, 2005).
Pembagian daerah aliran sungai pada WS Siak berikut dengan anak sungai dan
wilayah yang termasuk di dalamnya akan dideskripsikan sebagai berikut.
Tabel 2.2 Nama dan Luas DAS yang Masuk di dalam WS Siak
Sumber: Peta Rupa Bumi Bakosurtanal dan Keppres No. 12, 2012
Sumber: Peta Rupa Bumi Bakosurtanal dan Keppres No. 12, 2012
Sungai Siak dilengkapi dengan pintu air untuk mangatur debit air ketika meluap.
Namun, kondisi pintu air yang dipenuhi sampah membuat pintu air tersebut tidak
berfungsi dengan baik sehingga setiap tahun apabila air Sungai Siak meluap akan
mengakibatkan banjir. Banjir terbesar terjadi pada tahun 2008 yang berlangsung hingga
4 hari. Hingga sekarang sudah mulai ada tanggapan dari pemerintah,dimana
menerapkan peraturan di daerah Leighton agar tidak membuang sampah sembarang
yang akan mengakibatkan potensi banjir
Pencemaran Sungai Siak sulit diidentifikasi karena salah satu karakteristik
Sungai Siak adalah pasang surut yang terjadi 6 jam sekali. Limbah cair industri, saluran
drainase kota, kamar mandi masyarakat belum sepenuhnya menggunakan septictank
dan sampah pemukiman penduduk sekitar dibuang ke Sungai Siak . Hal ini yang
menjadi inti masalah dari menurunnya kualitas air Sungai Siak.
Ketika dilakukan survey ternyata pintu air yang berada di sungai siak banyak
terdapat sampah, sampah tersebut menghambat aliran air, sehingga ketika debit air
tinggi akibat hujan memungkinkan terjadinya banjir.
Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak Sektor Leighton I
Teknik Lingkungan Universitas Riau 19
Gambar 2.4. Pintu air yang dipenuhi sampah
Warga yang berdomisili di sekitar DAS Siak masih banyak yang menggunakan WC
umum untuk kegiatan MCK. Hal itu dikarenakan ketidakmampuan finansial mereka
untuk membangun wc pribadi. Sehingga mereka harus mengantri setiap harinya untuk
sekedar mandi, mencuci piring ataupun mencuci baju. Sedangkan untuk minum
ataupun kebutuhan memasak, mereka harus mengangkut air dengan menggunakan
ember, lalu berjalan dengan jarak yang lumayan jauh. Dan mirisnya kegiatan tersebut
kebanyakan dilakukan oleh wanita dan anak-anak.
Gambar 2.6. Salah satu rumah warga yang belum dilengkapi drainase
Air sumur artesis merupakan sumber air yang biasanya digunakan oleh warga
setempat yang tidak memiliki WC pribadi. Sumur ini bersifat komunal dan tidak
dialirkan kerumah-rumah warga. Warga dengan ekonomi rendah biasanya
memanfaatkan fasilitas sumur ini untuk dikonsumsi dan kegiatan MCK. Air tersebut
tidak di alirkan ke rumah-rumah penduduk disebabkan karena tekanan ataupun debit
aliran air yang tidak mencukupi. Padahal di tempat sumur bor itu air dibiarkan mengalir
tanpa henti selama 24 jam, dan ketika tidak ada warga yang mengambil, air akan
terbuang begitu saja. Sedangkan untuk mendapatkan air tersebut terkadang warga harus
ngantri dan tidak jarang menimbulkan perselisihan. Walaupun telah dibangun wc
umum dan sumur artesis, tetap saja ada warga yang masih melakukan kegiatan MCK
Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak Sektor Leighton I
Teknik Lingkungan Universitas Riau 111
di sungai. Alasannya adalah jarak wc umum yang jauh dari rumahnya serta malas untuk
mengantri. Sehingga mereka lebih memilih untuk mandi, mencuci bahkan buang air ke
sungai.
Gambar 2.8. Salah seorang warga yang melakukan aktivitas MCK di sungai Siak
Gambar 2.11. Pipa buangan limbah pabrik yang mengalir langsung ke Sungai Siak
Tidak dapat dipungkiri bahwa aktivitas yang terjadi di hulu dapat mempengaruhi
kondisi sungai yang berada di tengah ataupun hilir, hal ini yang terjadi pada sungai Siak.
Aktivitas perkebunan kelapa sawit yang berada di daerah Tapung menyebabkan
Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak Sektor Leighton I
Teknik Lingkungan Universitas Riau 115
menurunnya kualitas sungai Siak di daerah jembatan Leighton 1. Menurut penuturan
warga, sekitar tahun 1980an terjadi kebocoran kanal kelapa sawit sehingga airnya turun
ke badan sungai yang menyebabkan air sungai Siak menjadi berwarna. Selain itu
aktivitas perkebunan kelapa sawit juga menggunakan pupuk, ketika hujan terjadi pupuk
tersebut akan larut bersama air menjadi run off dan mengalir ke sungai. Hal tersebut
menyebabkan sungai mengalami kelebihan nutrient akibat kandungan unsur N, P, K
dalam pupuk yang menyebabkan Alga Blooming.
2.2.4 Kesehatan
Secara garis besar masyarakat yang bermukim disekitar sungai Siak terjangkit
penyakit gatal-gatal terutama pada saat selesai hujan. Hal ini terjadi dikarenakan ketika
hujan turun air dari daratan terbawa mengalir ke dalam sungai dan ikut mengotori air
sungai Siak.
DAN BERKELANJUTAN
Lama
Usia Kelas
No Nama Pendidikan Pekerjaan Menetap
(tahun) Rumah
(tahun)
semi
1 Hertati 52 SLTA Wiraswasta 20
Permanen
Ari semi
2 65 SLTA Wiraswasta 1
Yusuf Permanen
Indra Ketua
3 46 SLTP Permanen 46
Jaya RT/Penjahit
Remond
4 44 SLTA Wiraswasta Permanen 30
Efendi
Semi
5 Emon 37 SLTA Security 27
Permanen
semi
6 Wawah 43 SMA Wiraswasta 10
Permanen
7 Zainal 48 SMA Wiraswasta Permanen 18
Berdasarkan tabel 3.1 diatas dari 8 orang responden, diketahui bahwa rata-rata
penduduk sekitar pinggiran sungai siak dekat Jembatan Siak Leighton 3 berusia diatas
30 tahun dengan pendidikan rata-rata SMA atau sederajat. Kelas masyarakat sekitar
pinggiran sungai siak dekat Jembatan Siak Leigton 3 dapat dilihat dari kondisi rumah
yang hampir semua responden sudah menempati rumah semi permanen. Lama
menetap didekat sungai siak, rata-rata kesemua responden sudah menetap lama disana
dengan paling lama sudah ada yang menetap 46 tahun.
Berikut ini tabel pendapat responden tentang kualitas Sungai Siak tahun 2016:
Berikut ini tabel sistem saluran buangan oleh responden sekitar Sungai Siak:
Tabel 3.3. Sistem Saluran Buangan Oleh Responden Sekitar Sungai Siak
Berdasarkan tabel 3.3 diatas disimpulkan bahwa sistem saluran buangan oleh
responden sekitar Sungai Siak lebih banyak di WC rumah menggunakan septictank,
yaitu sebesar 52,5% dan paling sedikit yaitu menggunakan jamban ditepi sungai siak
dengan persentase 22,5%.
Berikut ini tabel 3.4 memaparkan sumber perolehan air bersih oleh responden
sekitar Sungai Siak dan tabel 3.5 memaparkan sumber perolehan air minum oleh
responden sekitar Sungai Siak :
Tabel 3.4. Sumber Perolehan Air Bersih Oleh Responden Sekitar Sungai Siak
Tabel 3.5. Sumber Perolehan Air Minum Oleh Responden Sekitar Sungai Siak
Berdasarkan tabel 3.4 dan 3.5 diatas, sumber perolehan air bersih dan air minum
berbeda. Untuk perolehan sumber air bersih persentase terbesar diperoleh dari air
sumur bor yaitu sebesar 52,5% dan paling kecil 22,5% dari air sungai, sedangkan untuk
c. Kondisi masyarakat
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 Kesimpulan
1. Permasalahan sumber daya air disekitar DAS Siak Leighton 3:
a. Tingkat pendidikan : Tingkat pendidikan yang rendah sangat berkaitan
dengan tingkat kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan.
b. Pekerjaan dan perekonomi : Tingkat ekonomi masyarakat yang rendah
bergantungan dana terhadap pemerintah pusat untuk penyediaan air bersih
dan air minum.
c. Kesadaran Sosial : Kesadaran masyarakat untuk tidak mengkonsumsi air
sungai siak sudah tergolong baik namun penggunaan air sungai siak untuk
MCK masih belum baik.
d. Lingkungan : abrasi pinggiran sungai, lahan kritis, pembuangan limbah
domestik dan industri ke sungai, eutrofikasi, penataan ruang yang kurang
baik, dll.
Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak Sektor Leighton I
Teknik Lingkungan Universitas Riau 138
e. Kelembagaan: sistem informasi yang minim, tidak tegasnya sanksi terhadap
pelanggar peraturan, kurangnya koordinasi antar lembaga terkait.