Anda di halaman 1dari 14

STRUKTUR KAYU

DI BUAT OLEH:

RACHMAT SOFYAN
P3A1 15 039

D-III TEKNIK SIPIL


PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2017
SAMBUNGAN GIGI TUNGGAL DAN ALAT-ALAT PENYAMBUNG

A. Pembahasan Umum
Perluasan pengetahuan dan kemungkinan-kemungkinan sambungan serta alat-

alat penyambung adalah salah satu bidang yang penting dalam perkembangan

teknik konstruksi kayu rasional.


Dibanding dengan konstruksi baja di mana praktis kita hitung dengan

sambungan-sambungan dan titik-titik buhul yang kaku, maka karakteristik dalam

konstruksi kayu adalah juga adanya deformasi-deformasi atau pregeseran-

pergeseran pada sambungan-sambungan. Maka untuk sambungan-sambungan

konstruksi kayu tidak cukup memandang beban patah dan mengambil suatu safety

factor (factor keamanan), tetapi perlu diketahui pergeseran-pergeseran, yang juga

harus dibatasi.
Berdasarkan hasil penyelidikan-penyelidikan, untuk tiap alat penyambung

kayu ditetapkan syarat-syarat sambungan, seperti izin, jarak-jarak dan sebagainya.

Menganggap efisiensi suatu konstruksi kayu tanpa sambungan sama dengan 100%

maka, “overall efficiency” konstruksi-konstruksi dengan bermacam-macam alat

penyambung dalat dinilai sebagai berikut :

 Dengan sambungan baut 30%

 Dengan sambungan paku 50%

 Dengan sambungan pasak 60%

 Dengan sambungan perekat 100%

Dari angka-angka efisiensi di atas dapat dilihat bahwa hanya sambungan

dengan perekat dapat mencapai efisiensi 100%. Ini berarti bahwa untuk

sambungan-sambungan yang lain sering kali ukuran-ukuran batang konstruksi


kayu ditetapkan oleh tempat yang dibutuhkan untuk menempatkan alat-alat

penyambung.

B. Sambungan Dengan Baut


Baut sebagai alat penyambung yang dibebani, banyak dipakai meskipun

sebetulnya tidak begitu baik karena :

 Efisiensi rendah

 Deformasi besar

Tegangan-tegangan dalam arah sambungan maupun pada penampang baut

diambang rata dalam perhitungan. Indonesia telah menetapkan syarat-syarat dan

cara perhitungan serta perencanaan berdasarkan penyelidikan-penyelidikan

sendiri, yang telah ditetapkan dalam PKKI Pasal 14 oleh Ir. Suwarno Wirjomarto

(Universitas Gadjah Mada), syarat-syarat tersebut sebagai berikut :

1. Alat penyambung baut harus dibuat dari baja St. 37 atau dari besi yang

mempunyai kekuatan paling sedikit seperti St. 37.

2. Lubang baut harus dibuat secukupnya saja dan kelongggaran tidak boleh lebih

daari 1,5 mm.

3. Garis tengah baut paling kecil harus 10 mm (3/8”), sedang untuk sambungan, baik

bertampang satu maupun bertampang dua, dengan tebal kayu lebih besar dari 8

cm, harus dipakai baut dengan garis tengah paling kecil 12,7 mm (1/2”).

4. Baut harus di sertai pelat ikutan yang tebalnya minimum 0,3 d dan maksimum 5

mm dengan garis tengah 3 d, atau mempunyai bentuk persegi empat, lebarnya 3 d,

dimana d = garis tengah baut. Jika bautnya sebagai pelengkap, maka tebal pelat

ikutan dapat diambil minimum 4 mm.


5. Sambungan dengan baut dibagi dalam 3 golongan menurut kekuatan kayu, yaitu

golongan-golongan I, II dan III. Agar sambungan dapat memberi hasil kekuatan

yang sebaik-baiknya (uitgenut), hendaknya λb = diambil dari angka-angka

yang tertera di bawah ini (Gambar 9).

Golongan I ;

Sambungan bertampang satu : S = 50 db1 (1 – 0,6 sin α) atau

λb = 4,8 S = 240 d2 (1 – 0,35 sin α)

Sambungan bertampang dua : S = 125 db3 (1 – 0,6 sin α) atau

λb = 3,8 S = 250 db1 (1 – 0,6 sin α) atau

S = 480 d2 (1 – 0,35 sin α)

Golongan II :

Sambungan bertampang satu : S = 40 db1 (1 – 0,6 sin α) atau

λb = 5,4 S = 215 d2 (1 – 0,35 sin α)

Sambungan bertampang dua : S = 100 db3 (1 – 0,6 sin α) atau

λb = 4,3 S = 200 db1 (1 – 0,6 sin α) atau

S = 4830 d2 (1 – 0,35 sin α)

Golongan III :

Sambungan bertampang satu : S = 25 db1 (1 – 0,6 sin α) atau

λb = 6,8 S = 170 d2 (1 – 0,35 sin α)


Sambungan bertampang dua : S = 60 db3 (1 – 0,6 sin α) atau

λb = 5,7 S = 120 db1 (1 – 0,6 sin α) atau

S = 340 d2 (1 – 0,35 sin α)

S = kekuatan sambungan dalam kg

α = sudut antara gaya dan arah serat kayu

b1 = tebal kayu tepi dalam cm

b3 = tebal kayu tengah dalam cm

d = garis tengah baut dalam cm.

Dari tiap-tiap golongan yang diambil adalah harga yang terkecil.

Yang termasuk di dalam golongan I ialah semua kayu dengan kelas kuat I

ditambah dengan kayu rasamala.

Yang termasuk dalam golongan II ialah semua kayu degan kelas kuat II. Yang

termasuk di dalam golongan III ialah semua kayu dengan kelas kuat III.

6. Jika pada sambungan bertampang satu, salah satu batangnya adalah dari besi

(baja) atau pada sambungan bertampang dua pelat-pelat penyambungnya dari besi

(baja), maka harga-harga S dalam rumus-rumus tersebut dapat dinaikan 25%.

7. Apabila baut tersebut dipergunakan pada konstruksi dalam keadaan selalu

terendam dalam air untuk bagian konstruksi yang tidak terlindungi dan

kemungkinan besar kadar lengas kayu akan selalu tinggi, maka di dalam

perhitungan, kekuatannya harus dikalikan dengan angka 2/3. Apabila baut tersebut

dipergunakan untuk konstruksi yang tidak terlindung tetapi kayu itu dapat
mongering dengan cepat, maka di dalam perhitungan, kekuatannya harus

dikalikan dengan angka 5/6.

8. Untuk bagian konstruksi yang tegangannya diakibatkan oleh muatan tetap dan

muatan angin atau untuk bagian-bagian konstruksi yang tegangannya diakibatkan

oleh muatan tetap dan muatan tidak tetap, maka kekuatan sambungan dapat

dinaikan dengan 25%.

C. Sambungan Dengan Paku


Di banding dengan sambungan baut maka sambungan dengan paku :

 Mempunyai efisiensi yang lebih besar

 Memberi perlemahan yang lebih kecil yaitu kira-kira 10%, yang sering kali

diabaikan saja

 Kekuatan tidak tergantung arah serat dan pengaruh cacat-cacat kayu juga kurang

 Lebih kaku

 Beban-beban pada penampang lebih merata

 Untuk kayu yang tidak terlalu keras dan bila kayu harus disambung tidak terlalu

tebal, maka tidak perlu dibor, sehingga dikerjakan oleh setengah tukang

Dalam PPKI syarat-syarat serta cara-cara perhitungan dan perencanaan

sambungan paku telah ditetapkan, yaitu sebagai berikut:

1. Paku yang dipergunakan dapat mempunyai tampang melintang yang berbentuk

bulat persegi atau beralur lurus.


2. Kekuatan paku bertampang bulat tidak tergantung dari besar sudut yaitu sudut

antara arah gaya dan arah serat kayu.


3. Ujung paku yang keluar dari sambungan sebaiknya dibengkokkan tegak lurus

arah serat, asal pembengkokan tersebut tidak dapat merusakkan kayu.


4. Apabila dalam satu barisan terdapat lebih dari 10 batang paku, maka kekuatan

paku harus dikurangi dengan 10% dan jika lebih dari 20 batang harus dikurangi

20%.
5. Pada sambungan dengan paku paling sedikit harus digunakan 4 batang paku.
6. Jarak paku minimum harus memenuhi syarat-syarat seperti ditunjukkan dalam

gambar 2 :
a. Dalam arah gaya.
12 d untuk tepi kayu yang dibebani
5 d untuk tepi kayu yang tidak dibebani
10 d jarak antara paku dalam satu barisan
b. Dalam arah tegak lurus arah gaya
5 d untuk jarak sampai tepi kayu
5 d untuk jarak barisan paku.
7. Apabila ada banyak kemungkinan, bahwa paku akan berkarat, maka hendaknnya

dipakai paku yang disepuh seng atau cadmium.


8. Apabila baut tersebut dipergunakan pada konstruksi dalam keadaan selalu

terendam dalam air untuk bagian konstruksi yang tidak terlindungi dan

kemungkinan besar kadar lengas kayu akan selalu tinggi, maka di dalam

perhitungan, kekuatannya harus dikalikan dengan angka 2/3. Apabila baut tersebut

dipergunakan untuk konstruksi yang tidak terlindung tetapi kayu itu dapat

mongering dengan cepat, maka di dalam perhitungan, kekuatannya harus

dikalikan dengan angka 5/6.


9. Untuk bagian konstruksi yang tegangannya diakibatkan oleh muatan tetap dan

muatan angin atau untuk bagian-bagian konstruksi yang tegangannya diakibatkan

oleh muatan tetap dan muatan tidak tetap, maka kekuatan sambungan dapat

dinaikan dengan 25%.

D. Sambungan Dengan Pasak


Pada prinsipnya suatu pasak adalah suatu benda yang dimasukkan sebagian, pada

bidang sambungan, dalam tiap bagian-bagian kayu yang disambung, untuk

memindahkan beban dari bagian yang satu kepada yang lain. Menurut

pemasangannya pasak-pasak dapat dibagi dalam 3 macam sebagai berikut :

a. Yang pada bidang sambungan dimasukkan ke dalam takikan-takikan di dalam

bagian-bagian kayu yang disambung.

b. Yang pada bidang sambungan dimasukkan di dalam bagian-bagian kayu dengan

cara dipres.

c. Kombinasi dari a dan b.

Peraturan mengenai pasak diberikan dalam PKKI pasal 13 hanya sebagai berikut :

1. Yang disebut pasak ialah alat yang dimasukkan ke dalam takikan-takikan di

dalam kayu, dan yang dibebani tekanan dan geseran. Pasak hanya boleh dibuat

dari kayu keras, besi atau baja.

2. Pasak kayu keras yang mempunyai tampang persegi empat panjang,

memasangnya harus sedemikian sehingga serat-seratnya terletak sejajar dengan

serat-serat batang-batang kayu yang disambung. Antara masing-masing pasak,

demikian pula antara pasak dan ujung kayu harus diberi baut pelekap dengan garis

tengah minimum 1,27 cm (1/2”).

Pasak kayu yang agak modern dan yang sudah diselidiki dan banyak

dipergunakan di Indonesia sebelum perang dunia ke-II adalah pasak kayu model

Kubler, yang berbentuk bulat. Pasak kayu Kubler telah banyak dipakai dalam

konstruksi-konstruksi kayu rangka batang. Dalam konstruksi kayu rangka batang

dikenal prinsip pendukungan pada sambungan-sambungan, yang karena prinsip


mana telah dilaksanakan untuk pertama kali oleh Kubler secara konsekuen,

prinsio itu dibahas disini : prinsip pendukung dalam teknik sambungan batang-

batang rangka batang kayu sekiranya menjadi cukup jelas dengan memandang

kedua pemecahan rencana pada gambar 4 mengenai sambungan batang-batang

tepi, vertikal dan diagonal.


Berikut ini pasak-pasak modern yang sudah biasa dipakai di luar negeri seperti

Amerika dan Eropa anatara lain adalah :


1. Split-ring Connector
Cincin dari baja dimasukkan ke dalam takikan yang berbentuk seperti cincinnya.

Takikan dibuat dengan alat khusus. Maksud daripada belahan (split) adalah untuk

mendapatkan fleksibilitas sehingga memungkinkan adanya pemikulan yang

bersamaan pada teras kayu di dalam cincin maupun pada kayu luar cincin.

2. Toothed Ring

Macam connector ini yang juga dibuat dari baja memberikan kekuatan setinggi

pasak cincin dan tidak membutuhkan takikan dalam kayu tetapi dimasukkan ke

dalam bagian-bagian kayu dengan cara dipres dengan menggunakan alat khusus.

Pasak cincin bergigi ini dipakai hanya untuk sambungan kayu pada kayu

3. Bulldog connector
Pelat kokot Bulldog dari baja ini yang berbentuk bulat atau persegi, pelaksanaan

penggunaannya sama seperti pasak cincin bergigi tetapi mempunya perbedaan

sebagai berikut :
o Pelatnya menjamin penetrasi yang rata ke dalam bidang-bidang kayu yang

disambung.
o Sambungan kayu pada logam (timber to metal connection) dapat dibuat dengan

menggunakan single-sided Bulldog.


4. Claw-plate connector
Pasak pelat kuku ini yang dibuat dari besi dimasukkan ke dalam takikan yang

dibuat dengan alat khusus tetapi lebih lanjut dipres kuku-kukunya ke dalam kayu,

juga dengan alat khusus. Pasak-pasak dipergunakan dalam pasangan (male and

famale) untuk sambungan kayu pada kayu. Untuk sambungan kayu pada logam

dipakai sendiri. Pasak pelat kuku sangat cocok untuk sambungan batang-batang

yang pembebannya utama berbolak-balik (tekan dan tarik).

5. Shear-plate connector

Macam pasak pelat ini dibuat dari baja atau besi dan dapat dipakai untuk

sambungan kayu pada kayu maupun sambungan kayu pada logam. Karena kedua

bagian pasak pada sambungan alat adalah rata pada bidang sambungan maka

macam pasak ini sangat cocok konstruksi-konstruksi yang harus dapat dibongkar

dan untuk komponen-komponen yang dibuat dalam pabrik yang kemudian

dipasang setempat dalam hal mana pasak-pasak dipaku ke dalam takikannya

untuk menghindarkan lepasnya dalam transport.

6. Spike-gird

Pasak ini telah direncanakan untuk sambungan kayu pada kayu dimana bidang-

bidang hubungan adalah rata atau melengkung. Pasak dipaksa ke dalam kayu

dengan cara dipres dengan alat khusus. Macam pasak ini memberikan kekuatan

tinggi pada sambungan bagian-bagian yang berukuran besar seperti dapat

dipergunakan dalam pekerjaan jembatan, dok dan pelabuhan.

E. Sambungan Dengan Perekat


Sambungan dengan perekat berlainan dengan sambungan-sambungan

baut, paku atau pasak, bagian-bagiannya kayu tidak disambung pada titik
melainkan pada bidang-bidang, sedangkan mempunyai kekakuan yang jauh lebih

tinggi. Kekakuan tersebut merugikan dalam sambungan rangka batang karena

timbulnya tegangan-tegangan sekunder yang besar. Akan tetapi untuk balok-balok

tersusun, sambungan dengan perekat lebih menguntungkan.


Perekat-perekat yang terdapat untuk konstruksi kayu dapat dibagi dalam golongan

sebagai berikut :

1. Vegetable adhesives (perekat-perekat tumbuhan) dibuat dari starch (pati) atau

suatu bahan yang banyak mengandung starch.

2. Animal glues (perekat-perekat binatang) dibuat dari tulang, kulit dan ikan.

3. Casein glue (perekat casein) dibuat dari casein yang dikeringkan dari susu.

4. Blood albumen glues (perekat-perekat darah tercampur zat putih telur) dibuat dari

darah binatang yang dikeringkan.

Vegetable dan animal adhesives dari tipe 1 dan 2 dapat memberikan

kekuatan tinggi dalam keadaan-keadaan tertentu tetapi tidak tahan lengas dengan

konsekuensi penurunan kekuatan. Dalam keadaan lembab dapat diserang jamur

serta bakteria dan bila dalam keadaan kena air dapat larut. Perekat-perekat

tersebut murah dan mudah penggunaannya, tetapi pemakaiaanya pada umumnya

terbatas pada interior non-load bearing assemblies (pemasangan di bawah atap

yang tidak dibebani primer) seperti mebel, dimana kadar lengas kayu biasanya

rendah dan regluing dapat dilaksanakan tanpa banyak kesulitan.

Catatan di atas pada umumnya berlaku juga untuk casein, tetapi perekat ini

dapat dibuat lebih banyak tahan air sedangkan dengan tambahan bahan pengawet

seperti chlorinated phenols, perekat casein menjadi lebih tahan terhadap

pembusukan oleh jamur dan bakteria. Perekat ini mempunyai kekuatan yang
relatif rendah jika dalam keadaan basah, kembali mendapat kekuatan semula jika

dalam keadaan kering.

Blood albumen glues adalah perekat-perekat yang paling tahan air dan awet.

Dikombinir dengan formaldehyde, blood albumen memberikan perekat yang

sangat tahan air tetapi membutuhkan hot-pressing untuk mendapatkan

kekuatannya yang tinggi. Sekarang perakat ini dipakai dalam kombinasi dengan

resins, pada umumnya berhubungan dengan penekanan harga resins glues.

Synthetic resin glues yang dipakai panas maupun dingin, semuanya

memberikan kekuatan yang tinggi, sangat bertahan terhadap pengaruh lengas dan

tidak diserang jamur. Akan tetapi perekat lebih mahal dari pada perekat lain,

sedangkan membutuhkan jauh lebih banyak perhatian dalam penyimpanan,

pencampuran dan penggunaan.

Penggunaan perekat dalam konstruksi kayu dapat dibedakan sebagai berikut :

o Sebagai alat penyambung batang-batang kayu

o Untuk konstruksi kayu berlapis majemuk.

Contoh-contoh sebagai alat penyambung batang-batang kayu

F. Sambungan Gigi
Syarat-syarat dalam PKKI untuk sambungan gigi adalah sebagai berikut

1. Pada sambungan gigi, gerakan antara kayu dengan kayu di dalam perhitungan

harus diabaikan. Untuk sambungan gigi tunggal dalamanya gigi tidak boleh

melebihi sesuatu batas, yaitu :


tm b untuk 50o

tm b untuk 60o

h adalah tinggi batang mendatar.

Untuk harga antara 50o dan 60o besarnya gigi maksimum harus

disisipkan lurus.
Gigi dibuat menurut garis bagi sudut luar.
Panjang kayu muka harus dihitung lm = tetapi juga lm 5 cm, di

sini b berarti lebar batang mendatar.

2. Untuk sambungan dengan gigi rangkap dalamnya gigi kedua harus memenuhi

syarat seperti pada sambungan gigi tunggal.

Untuk perhitungan sambungan gigi masih perlu ditambah penjelasan sebagai

berikut :

1. Sambungan gigi tunggal


S diuraikan dalam arah-arah tegak lurus bidang-bidang sambungan. Pemikulan D

tidak menjadi soal sehingga perhitungan meliputi pemikulan N pada bidang desak

II. Dapat dibuktikan bahwa garis bagi II memberikan tm yang pali ekonomis.
2. Sambungan gigi rangkap dua

G. Pelat Penyambung
Syarat-syarat menurut PKKI adalah sebagai berikut:
1. Pada sambungan yang menahan gaya tarik, pelat-pelat penyambung harus

diletakkan setangkup terhadap sumbu batang yang disambung. Lebarnya (atau

tingginya) harus sama besar dengan lebar (atau tinggi) batang yang disambung.

Ukuran pelat penyambung didasarkan atas gaya yang besarnya 1,5 kali gaya tarik

yang ditahannya.

2. Pada sambungan yang menahan gaya tekan ujung-ujung kayu yang akan

disambung harus melekat benar atau sama lain. Pelat-pelat penyambungnya harus

diletakan setangkup untuk menahan gerakan batang ke samping. Pelat-pelat

penyambung harus harus mempunyai momen lembam yang paling sedikit sama

besarnya dengan momen lembam batang yang disambung.

3. Bila sambungan itu berganti-ganti menahan gaya tarik dan gaya tekan, maka pelat

penyambungnya harus diperhitungkan terhadap gaya yang besarnya sama dengan

1,3 kali gaya tarik atau tekan yang terbesar.

4. Pada sambungan yang menahan momen lentur, momen penahan pelat

penyambung paling sedikit harus sama dengan momen penahan balok yang

disambung. Di samping itu pelat tersebut harus cukup kuat untuk menahan gaya

melintang yang timbul pada sambungan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai