Anda di halaman 1dari 19

1.

PENGUJIAN TITIK LEMBEK ASPAL DAN TER

1.1 Tujuan
1.1.1 Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat vmengetahui serta memahami
sifat sifat fisik, mekanik dan teknologi aspal sebagai bahan perkerasan jalan yang
benar.
1.1.2 Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan percobaan ini, anda dapat
a. Menentukan titik lembek aspal dan ter berkisar antara 30° C sampai 200°C
b. Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian titik lembek aspal dan ter dengan
benar
c. Menggunakan peralatan dengan terampil

1.2 Dasar teori


Yang dimaksud titik lembek adalah suhu pada saat bola baja dengan berat
tertentu mendesak turun suatu lapisan aspal atau ter yang tertahan dalam cincin
berukuran tertentu sehingga aspal atau ter tersebut menyentuh plat dasar.
Penentuan titik lembek (softening point) dilakukan antara lain untuk
mengetahui sampai suhu berapa aspal dapat di hamparkan dan bertahan dari
pengaruh suhu tanpa menjadi leleh.
1.3 Peralatan
a. Termometer sesuai dengan tabel 1.1 dan gambar 1.1.
b. Cincin kuningan, sesuai dengan gambar (1.2)
c. Bola baja, diameter 9.53 mm dengan berat 3.45 sampai 3.55 gram
d. Alat pengarah bola, sesuai dengan gambar (1.3)
e. Bejana gelas, diameter 8.5 cm, tinggi 12 cm ( tahan terhadap pemanasan
mendadak )
f. Dudukan benda uji, sesuai dengan gambar (1.4)
g. Penjepit
h. Pengukur waktu (stop watch)
i. Pemanas atau hot plate
1.4 Benda uji
a. Panaskan contoh perlahan-lahan sambil diaduk terus menerus ingga cair
merata. Pemanasan dan pengadukan dilakukan perlahan-lahan agar gelembung-
gelembung udara tidak masuk. Suhu pemanas untuk ter tidak boleh melebihi 56°C
di atas titik lembek, untuk aspal tidak lebih dari 111° C di atas titik lembek.
b. Panaskan 2 buah cincin sampai mencapai suhu tuang contoh, dan letakan kedua
cicin tersebut di atas plat kuningan yang telah di beri lapisan campuran talk dan
sabun.
c. Tuangkan contoh kedalam 2 buah cincin, diamkan pada suhu sekurang-
kurangnya 8°C di bawah titik lembeknya sekurang-kurangnya 30 menit.
d. Setelah dingin, ratakan permukaan contoh dalam cincin dengan pisau/ spatula
yang telah di panaskan.

1.5 Prosedur pelaksanaan


a. Pasang dan aturlah ke dua benda uji diatas dudukannya dan letakkan pengarah
bola di atasnya. Kemudian masukkan seluruh peralatan tersebut kedalam bejana
gelas. Isilah bejana dengan air suling bartu dengan suhu (5±1) °C, sehingga tinggi
permukaan air antara 101,6 mm sampai 108 mm. Letakkan termometer yang
sesuai untuk pengujian ini di antara kedua benda uji ( kurang lebih 12,7 mm) dari
tiap cincin.
Aturlah jarak antara permukaan pelat dasar dengan dasar benda uji sehingga
menjadi 25,4 mm.
b. Letakan bola-bola baja yang bersuhu 5°C diatas dan ditengah-tengah
permukaan masing-masing benda uji masing-masing dengan menggunakan
penjepit.
c. Panaskan bejana dengan kenaikan kecepatan pemanasan ini tidak boleh di
ambil dari kecepatan pemanasan rata-rata dari awal sampai akhir pekerjaan ini.
Untuk 3 menit yang pertama perbedaan kecepatan pemanasan tidak boleh
melebihi 0.5°C
1.6 Pelaporan
a. Laporkan suhu pada setiap bola baja menyentuh alat plat dasar.
b. Kesimpulan dari benda uji yang anda peroleh
Catatan:
a. Apabila kecepatan pemanasan melebihi ketentuan di atas, maka pekerjaan di
ulangi.
b. Apabila dari suatu pekerjaan duplo perbedaan suhu untuk kedua benda uji
melebihi 1°C, maka pekerjaan diulangi

1.7 Referensi
a. AASHTO T-53-74
b. ASTM D-36-70
c. PEDC. Bandung. Pengujian Bahan. Edisi 1983

Tabel 1.2 Data Pengujian Titik Lembek

Waktu (detik) Titik Lembek


No Suhu yang Diamati (°C)
I II I II

1 0 0 0
2 5 38 38
3 10 1.19 1.19
4 15 2.15 2.15
5 20 3.15 3.15 41 (°C) 49 (°C)
6 25 4.14 4.14 8.33 s 8.55 s
7 30 5.18 5.18
8 35 6.35 6.35
8 40 7.55 7.55

1.8 Kesimpulan
Dari data di atas dapat diketahui bahwa dengan waktu 8.33 detik bola
baja 1 mendesak turun lapisan aspal pada suhu 41 °C dan dengan waktu
8.55 detik bola baja 2 mendesak turun lapisan aspal pada suhu 49 °C.
1.9 Dokumentasi Pengujian Titik Lembek Aspal dan Ter

Gambar 1.1 Memanaskan Ter Gambar 1.2 Persiapan


dengan suhu tertentu Alat dan Bahan

Gambar 1.3 Menyiapkan Gambar 1.4


4 buah cincin Menuangkan Ter ke
dalan cincin
Gambar 1.5 Meratakan Gambar 1.6 Mengatur
permukaan cincin dengan kedua benda uji diatas
spatula kedudukannya

Gambar 1.6 Menetralkan Gambar 1.7 menaruh


suhu air dalam bejana dudukan pada air dalam
bejana
2. PENGUJIAN PENETRASI BAHAN-BAHAN BITUMEN

2.1 Tujuan
2.1.1 Tujuan Intruksional Umum
Setelah melakukan percobaan ini anda akan dapat mengetahui serta
memahami sifat-sifat fisik, mekanik dan teknologi aspal sebagai bahan perkerasan
jalan dengan benar.
2.1.2 Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan percobaan ini, anda dapat :
a) Menentukan nilai penetrasi bitumen keres atau lembek (solid or semi solid)
b) Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian penetrasi bitumen keras atau
lembek dengan memasukkan jarum penetrasi ukuran tertentu, beban dan waktu
tertentu ke dalam bitumen pada suhu tertentu
c) Menggunakan peralatan dengan terampil

2.2 Dasar Teori


Penentuan penetrasi adalah suatu cara untuk mengetahui konsistensi aspal.
Konsistensi aspal merupakan derajat kekentalan yang sangat dipengaruhi oleh
suhu. Untuk aspal keras atau lembek penetuan konsentransi dilakukan dengan
perometer.
Konsistensi dinyatakan dengan angka penetrasi, yaitu masuknya jarum
penetrasi dengan beban tertentu ke dalam bend uji aspal pada suhu 25º C selama 5
detik. Penetrasi dinyatakan dengan angka dalam satuan 1/10 mm. Bila jarum
penetrasi masuk sedalam 10 mm, dikatakan aspal tersebut mempunyai angka
pentrasi 100. Jadi semakin tinggi angka penetrasi semakin lembek aspal tersebut.
Penetuan konsistensi dengan cara ini efektif terhadap dengan aspal dengan angka
aspal penetrasi berkisar 50-200.

2.3 Peralatan
a) Termometer, sesuai dengan ketentuan
b) Alat penetrasi yang dapat menggerakkanpemegang jarum naik turun tanpa
gesekan dan dapat mengukur penetrasi sampai 0,1 mm.
c) Pemegang jarum seberat (47,5 ± 0,05) gram yang dapat dilepas dengan
mudahdari alat penetrasi untuk peneraan.
d) Pemberat dari (50 ± 0,05) gram dan (100 ± 0,05) gram, masing-masing
dipergunakan untuk pengukuran penetrasi dengan beban 100 gram dan 200 gram.
e) Jarum penetrasi terbuat dari stainless steel mutu 440C, atau HRC 54 sampai 60
dengan ukuran dan bentuk gambar (2.1). ujung jarum harus berbentuk kerucut
terpancung.
f) Cawan contoh terbuat dari logam atau gelas berbentuk silinder dengan dasr rata
dengan ukuran sebagai berikut:

Penetrasi Diameter (mm) Dalam (mm)


Di bawah 200 55 35
200 sampai 300 70 45

g) Bak perendam (water bath), terderi dari bejana dengan isi tidak kurang dari
10liter dan dapat menahan suhu tertentu dengan ketelitian ± 0,1º C. Bejana
dilengkapi dengan plat dasr berlubang-berlubang, terletak 50 mm diatas dasr
bejanadan tidak kurang dari 100 mm di bawah permukaan air dalam bejana.
h) Nampan air untuk merendam benda uji, dengan isi tidak kurang dari 350 mL
dang tinggi yang cukup untuk merendam benda uji tanpa bergerak.
i) Pengukur waktu (stop watch) dengan skala pembagian terkecil 0,1 detik atau
kurang dari kesalahan tertinggi 0,1 detik per 60 detik.

2.4 Benda Uji


a) Panaskan contoh perlahan-lahan sambil diaduk terus menerus hingga cair
merata. Pemanasan dan pengadukan dilakukan perlahan-lahan agar gelembung-
gelembung udara tak masuk. Suhu pemanasan untuk ter tidak boleh melebihi 60º
C di atas titik lembek, untuk aspal tidak lebih dari 90º C di atas titik lembek.
Waktu pemanasan tidak boleh melebihi 30 menit.
b) Setelah contoh cair merata, tuangkan contoh ke dalam cawan dan diamkan
hingga dingin tinggi contoh dalam cawan tersebut tidak kurang dari angka
penetrasi ditambah 10 mm.
c) Tutuplah benda uji agar bebas dari debu dan diamkan pada suhu ruang selama 1
sampai 1,5 jam untuk benda uji kecil dan 1,5 samapai 2 jam untuk benda uji besar.

2.5 Prosedur Pelakasanaan


a) Letakan benda uji dalam nampan dan masukkan ke dalam bak perendam yang
telah berda pada suju yang ditentukan. Diamlan dalam bak tersebut selama 1
samapai 1,5 jam untuk benda uji kecil dan 1,5 samapai 2 jam untuk benda uji
besar.
b) Periksalah pemegang jarum pada alat pentrometer agar jarum da[at dipasang
dengan baik dan bersihkan jarum penetrasi dengan pelarut/minyak kemudian
keringkan jarum tersebut dengan lap/kain bersih dan pasanglah jarum pada
pemegang jarum.
c) Pasanglah pemberat 50 gram diatas jarum untuk memperoleh beban sebesar
100 ± 0,1 gram.
d) Pindahkan nampan air yang berisi benda uji dari bak perendam ke bawah alat
penetrasi.
e) Turunkan jarum perlahan-lahansehingga jarum tersebut menyentuh permukaan
bendauji. Kemudaian aturlah arloji (jarum penunjuk penetrasi) penetrometer pada
angka nol (0).
f) Lepaskan pemegang jarum dan secara bersamaan jalankan stopwatch selama
jangka waktu (5 ± 0,1) detik.
g) Putarlah arloji penetrometer dan bacalah angka penetrasi yang berimpit/
ditunjukkan dengan jarum penunjuk.
h) Lepaskan jarum dari pemegang jarum pada alat penetrometer, bersihkan dan
siapkan alat penetrasi untuk pembacaan berikutnya.
i) Lakukan pembacaan penetrasi diatas tidak kurang dari 5 kali benda uji yang
sama, dengan ketentuan setiap titik pemeriksaan berjarak satu sama lain dan dari
tepi dinding cawan tidak kurang dari 10 mm

2.6 Pelaporan
a) Laporkan angka penetrasi rata-rata dari sekurang-kurangnya 3 pembacaan
dalam bilangan bulat.
b) Kesimpulan dari hasil uji yang anda peroleh.

Catatan :
a. Hasil-hasil pembacaan tidak boleh melampaui toleransi di bawah ini :
Hasil Penetrasi 0-49 50-149 150-249 200
Toleransi 2 4 6 8

b. Apabila perbedaan antara masing-masing pembacaan melebihi toleransi,


maka pemeriksaaan harus diulangi
c. Termometer untuk bak perendam harus ditera secara teratur.
d. Bitumen dengan penetrasi kurang dari 150 dapat diuji dengan alat-alat dan
cara pemeriksaan ini, sedangkan bitumen dengan penetrasi antara 350-500 harus
dilakukan dengan alat lain.
e. Apabila pembacaan stopwatch lebih dari 5 ± 0,1 detik, hasil tersebut tidak
berlaku / diabaikan.

2.7 Referensi
a. AASHTO T-49-68
b. ASTM D-5-71
c. PEDC. Bandung. Pengujian Bahan. Edisi 1983
Tabel 2.1 Data Pengujian Penetrasi
Pembacaan Penetrasi Benda Uji
No. (mm)
I II
1 85 84
2 87.5 84.5
3 84 86
4 85.5 85
5 84.5 84
6 86.5 86
7 84.5 84
8 86 83.5
9 87 84
10 84 83.5
Rata-rata 84.95

2.8 Kesimpulan
Dari data di atas diperoleh besarnya penetrasi yaitu 84.9 Jadi, konsistensi
aspal sesuai dengan batas toleransi karena sebesar 84.9 pada batas 10 kali
percobaan.
2.9 Dokumentasi Pengujian Penetrasi Bahan-Bahan Bitumen

Gambar 2.1 alat Gambar 2.2


penetrasi yang Menuangkan benda uji
dilengkapi jarum ke dalam cawan

Gambar 2.4
Gambar 2.3
memanaskan benda cawan
uji
Gambar 2.5 Alat
penetrometer yang
dilengkapi dengan jarum
dan beban
3. PENGUJIAN BERAT JENIS BITUMAN DAN TER

3.1 Tujuan
3.1.1 Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui serta
memahami sifat-sifat fisik, mekanik dan teknologi aspal sebagai bahan
pengerasan jalan dengan benar.
3.1.2 Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan percobaan ini, anda dapat:
a. Menentukan berat jenis bitumen keras dan ter dengan picnometer.
b. Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian berat jenis bitumen keras dan ter
dengan benar.
c. Membandingkan berat bitumen atau ter dan berat air suling dengan isi yang
sama dengan berat tertentu.
d. Menggunakan alat dengan terampil

3.2 Dasar Teori


Relatif density (kadang-kadang masih disebut berat jenis) aspal tanpa
campuran, biasanya berkisar antara 1,025 – 1,035 pada suhu 25°C. Makin keras
aspal pada umumnya berat jenis makin tinggi. Berat jenis dapat dipengaruhi oleh
perubahan suhu dan pemuaian yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan
volume.
Nilai berat jenis aspal di butuhkan untuk membuat bermacam-macam
variasi campuran aspal atau untuk jenis jenis pengujian aspal lainnya.

3.3 Peralatan
a. Termometer sesuai dengan ketentuan.
b. Bak perendam yang dilengkapi pengaturan suhu dengan ketelitian (25±0,1) °C.
c. Piknopmeter.
d. air suling sebanyak 1000cm3..
e. Nampan.
f. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.
3.4 Benda Uji
a. Panaskan contoh bitumen keras atau ter sebanyak ± 50 gram, sampai
menjadi cair dan aduklah untuk mencegah pemanasan setempat. Suhu
pemanasan tidak boleh melebihi 56°C di atas titik lembek, dan dalam
waktu 30 menit.
b. Tuangkan contoh tersebut ke dalam piknometer yang telah kering hingga
terisi ¾ bagian dan diamkan pada suhu ruangan sampai dingin.

3.5 Prosedur Pelaksanaan


a. Isilah nampan dengan air suling sehingga di perkirakan bagian atas
piknometer yang tidak terendam 40mm. Kemudian rendam piknometer ke
dalam nampan sehingga terendam sekurang-kurangnya 100mm dan
masukkan nampan kedalam bak perendam serta atur suhu bak perendam
pada 25°C.
b. Bersihkan, keringkan dan timbanglah piknometer dan penutupnya dengan
ketelitian 1mg (A)
c. Angkatlah nampan dari bak perendam. Isilah piknometer dengan air
suling, kemudian tutuplah piknometer tanta di tekan,
d. Letakkan piknometer kedalam nanpan lalu tekanlah penutup hingga rapat,
kemudian masukkan nampan dan piknometer kedalam bak perendaman.
Diamkan dalam bak perendam sekurang-kurangnya 30 menit, kemudian
angkatlah piknometer dan keringkan dengan lap/kain. Timbanglah
piknometer berisi air suling dan penutup dengan ketelitan 1mg (B)
e. Keringkan piknometer dan penutupnya, kemudian tuangkan contoh uji
bitumen kadalam piknometer sehingga terisi ¾ bagian.
f. Biarkan piknometer sampai dingin, waktu pendingin tidak kurang dar 40
menit dan timbanglah piknometer yang berisi benda uji dengan
penutupnya denga ketelitian 1mg (C).
g. Isilah piknometer yang berisi benda uji dengan air suling dan tutuplah
tanpa di tekan, diamkan agar gelembung-gelembung udara keluar.
h. Masukkan poikno meter kedalam nampan dan tekanlah penutup hingga
rapat, kemuddian rendamlah dalam bak perendam sekurang-kurangnya
30menit.
i. Angkat, keringkan dan timbanglah piknometer yang berisi benda uji, air
suling dan penutupnya dengan ketelitian 1 mg.

3.6 Perhitungan
Hitunglah berat jenis dengan rumus
(C–A)
Berat jenis Asp =
(B–A)–(D–C)

Dimana A = Berat piknometer + penutup


B = Berat piknometer + air + penutup
C = Berat piknometer + bitumen + penutup
D = Berat piknometer + bitumen + air + penutup

3.7 Pelaporan
a. Laporkan nilai berat jenis rata-rata, minimal dari dua benda uji dengan 3
desimal
b. Kesimpulan dari hasil uji yang di peroleh.

3.8 Referensi
a. AASHTO T-228-68
b. ASTM D-70-72
C. PEDC. Bandung. Pengujian Bahan. Edisi 1983
Tabel 3.1 Data Pengujian Berat Jenis Aspal
Benda Uji
Pemeriksaan
I II
Berat Piknometer + penutup (A)
29 27.1

Berat Piknometer + air + penutup (B)


79 77.1

Berat Piknometer + bitumen + penutup (C)


66.6 69.3

Berat Piknometer + bitumen + air + penutup (D)


78.9 79.9

(C – A)
Berat jenis aspal = 0.98 1.07
(B – A) – (D – C)
Berat jenis aspal rata – rata 1.025

3.9 Kesimpulan
Dari data di atas diperoleh berat jenis aspal yaitu sebesar 1,025 pada suhu
25°C. Jadi, dari hasil percobaan dapat diketahui bahwa berat jenis aspal sesuai
dengan kisaran antara 1, 025 – 1,035 pada suhu 25°C yang berarti aspal tersebut
bersifat keras karena berat jenisnya tinggi.
3.10 Dokumentasi Pengujian Berat jenis Bitumen dan Ter

Gambar 3.1 Perendaman Gambar 3.2


piknometer ke dalam nampan menimbang
piknometer dan
tutupnya

Gambar 3.3 Gambar 3.4 Penuangan benda uji


Piknometer berisi air bitumen kedalam piknometer
Gambar 3.5 Gambar 3.6 Piknometer
Pendinginan berisi benda uji bitumen
piknometer

Gambar 3.8 Penuangan benda uji


Gambar 3.7 Corong
bitumen kedalam piknometer
Gambar 3.9 piknometer Gambar 3.10 Piknometer
dan tutup berisi benda uji bitumen dan
air

Anda mungkin juga menyukai