Anda di halaman 1dari 8

BAB 3 KEBIJAKAN PEMERINTAH DI BIDANG TRANSPORTASI

1. Pendahuluan
Pembangunan perhubungan, khususnya bidang transportasi diarahkan untuk
lebih memperlancar arus barang dan jasa serta mobilitas manusia ke seluruh pelosok
tanah air secara merata dan berkelanjutan. Kelancaran bidang transportasi berdampak
langsung pada keseluruhan kegiatan pembangunan baik di daerah perkotaan maupun
di daerah pedesaan, perbatasan dan daerah terpencil. Kemajuan pembangunan bidang
transportasi yang dicapai selama ini masih belum merata di seluruh wilayah, akibatnya
upaya untuk mewujudkan sasaran pembangunan nasional, memperkokoh persatuan
dan kesatuan nasional serta perwujudan konsepsi wawasan nusantara belum tercapai
sepenuhnya. Kebijakan pembangunan yang bertumpu pada pusat-pusat pertumbuhan,
terutama di wilayah Indonesia bagian barat telah menimbulkan ketimpangan antar
daerah, ketimpangan sosial ekonomi dan ketimpangan antar golongan yang semakin
tajam.
Wilayah Indonesia bagian timur, daerah-daerah pedesaan, perbatasan maupun
daerah terpencil perlu mendapatkan prioritas dan dipercepat pembangunannya agar
mampu mendorong pertumbuhan dan kelancaran arus perhubungan, transportasi dan
komunikasi. Kebijakan pemerataan pembangunan tersebut diarahkan untuk menjawab
tantangan dan tuntutan masyarakat, seperti :
a. Kebutuhan masyarakat terhadap kelancaran transportasi barang/jasa dan mobilitas
manusia semakin meningkat sehingga harus dipenuhi dengan pembangunan sarana
dan prasarana transportasi yang mampu menjamin kegiatan transportasi berjalan
secara cepat, teratur, aman, tepat waktu, nyaman dan dengan tairf yang terjangkau
oleh masyarakat.
b. Harapan masyarakat terhadap dibukanya daerah terisolir, terpencil dan belum maju
untuk mengatasi kesenjangan dan kondisi sosial ekonomi antar daerah sehingga
standar dan kualitas kehidupan manusia dapat ditingkatkan sedang kecemburuan
sosial dapat diminimalisir.
c. Ketidak merataan pertumbuhan bidang transportasi telah menimbulkan berbagai
setimen kedaerahan yang mengarah pada gejala disintegrasi bangsa sehingga perlu
perhatian yang serius adil dan dapat dipertanggungjawabkan. Ketimpangan yang
34
sudah berlangsung lama mengharuskan pemerintah untuk segera membuka daerah
terpencil baik angkutan perintis, angkutan darat, laut maupun udara.
d. Pembangunan bidang transportasi yang merata dan mantab, mampu memberikan
pelayanan jasa angkutan yang memadai, dalam arti bahwa :
1) Transportasi mampu memberikan pelayanan secara cepat dan tapat baik ditinjau
dari waktu maupun sasarannya.
2) Kebutuhan pemakai jasa angkutan dapat dilayani setiap saat dan secara merata
di seluruh wilayah.
3) Terbuka peluang untuk menciptakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha
di seluruh wilayah
4) Terjadi kesetaraan dalam penyediaan bahan kebutuhan pokok dan kebutuhan
tambahan yang diperlukan masyarakat sehingga mampu meningkatkan standar
dan kualitas hidup masyarakat di seluruh wilayah.
5) Kelancaran transportasi di seluruh wilayah mampu mendorong berbagai inisiatif
dan inovasi untuk menciptakan sumber pendapatan sehingga secara akumulatif
mampu meningkatkan kemakmuran bangsa.
Pembangunan bidang transportasi perlu didukung oleh pengembangan dan
penerapan tehnologi mutakhir yang berupa penerapan tehnologi moderen, peningkatan
kualitas pendidikan dan latihan, peningkatan taraf hidup rakyat dan pengembangan
sarana dan prasarana transportasi yang diperlukan masyarakat. Ketimpangan antar
wilayah di satu sisi menunjukkan adanya perbedaan yang mendasar dalam menikmati
hasil pembangunan, di mana penduduk yang bertinggal di kota-kota besar cenderung
dapat menikmati berbagai fasilitas transportasi yang ada di lingkungannya. Sedang di
sisi lain, sebagian besar penduduk terutama yang bertinggal di daerah terpencil sama
sekali belum terjamah bahkan masing asing dengan fasilitas transportasi. Akibatnya
manfaat bidang transportasi hanya dinikmati oleh orang-orang yang berada di daerah
pusat pertumbuhan saja.
Untuk membangun bidang traasportasi di samping memerlukan dana yang
sangat besar juga waktu yang lama. Hal tersebut terjadi sebagai akibat dari kesalahan
kebijakan pembangunan di masa lalu yang menitik beratkan pemusatan pertumbuhan
ekonomi berada di kawasan barat wilayah Indonesia, khususnya pulau Jawa. Sedang
kawasan lain merupakan pusat sumber bahan dan pemasok utama kebutuhan industri
35
di pulau Jawa. Akibatnya, terjadi konglomerasi di pulau Jawa, sedang di luar Jawa
terjadi kemiskinan baik dalam pengertian struktur maupun kultur. Ketimpangan antar
daerah ini sudah menjadi persoalan bangsa yang bersifat mendasar, karena bukan saja
telah menciptakan kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan di daerah tertentu
tetapi juga menjadi sumber kerawanan dan mara bahaya bagi perwujuan persatuan
kesatuan bangsa, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta upaya untuk menjamin
keutuhan wilayah Negara Keatuan Republik Indonesia (NKRI).

2. Arah Kebijakan
Arah dan kebijakan pembangunan sektor transportasi pada dasarnya merupa-
kan upaya untuk meningkatkan taraf hidup rakyat, merangsang pembangunan ekonomi
yang lebih merata di seluruh wilayah, menyediakan armada transportasi yang murah,
cepat, aman, tepat waktu dan sasaran, teratur dan efisien. Oleh karena itu kebijakan
pembangunan bidang transportasi perlu dilakukan secara terpadu, berlanjut dan merata
di seluruh wilayah. Mengingat wilayah Indonesia sangat luas dan permasalahan yang
dihadapi sangat kompleks, maka kebijakan pembangunan bidang transportasi harus
dilakukan dengan menetapkan skala prioritas, dalam arti bahwa :
a. Hasil pembangunan bidang transportasi mampu menunjang pembangunan
ekonomi secara menyeluruh, khususnya dalam distribusi barang/jasa dan mobilitas
manusia.
b. Hasil pembangunan bidang transportasi harus mampu meletakkan kerangka dan
landasan yang kuat bagi terciptanya lapangan kerja, kesempatan berusaha, tingkat
kemakmuran rakyat dan mampu menjamin keutuhan wilayah nasional.
Pembangunan jaringan transportasi darat, seperti pembangunan jalan raya,
angkutan sungai dan danau, seharusnya mengutamakan jaringan jalan yang mampu
menghubungkan antara pusat sumber bahan dengan pusat produksi dan pusat pasar.
Peningkatan dan pembangunan jalan raya di kota-kota besar semakin mendesak karena
kepadatan lalulintas semakin tinggi sehingga terjadi kemacetan di mana-mana. Bentuk
kebijakan yang diperlukan adalah bagaimana mengatur dan memperluas jaringan jalan
raya yang ada, termasuk pembangunan jalan baru sehingga tidak terjadi kemcetan ?.
Kesan yang berkembang selama ini adalah berbicara tentang kota besar tidak dapat
dipisahkan dengan masalah kemacetan lalulintas. Oleh karena itu perlu dipikirkan
36
pembangunan jalan bawah tanah (subway), jalan bebas hambatan (jalan tol) dan jalan
bertingkat (Highway). Kebijakan ini menjadi pilihan yang tepat karena keterbatasan
luas tanah kota yang tidak mungkin dierlebar lagi, sedang pemakai jalan raya kian hari
semakin bertambah banyak.
Berbeda dengan kota-kota besar, pembangunan jalan raya di daerah terpencil,
termasuk jaringan jalan menuju pemukiman transmigran, permasalahannya justeru
berpangkal dari manfaat jalan raya tersebut. Penduduk di daerah terpencil dan daerah
transmigran pada umumnya berjumlah relatif sedikit, alat transportasi yang digunakan
masih sederhana dan jangkauan perdagangan relatif terbatas sehingga kontribusi jalan
raya relatif kecil dibanding dengan jumlah innvestasi yang dikeluarkan. Untuk menga-
tasi kondisi tersebut, langkah awal yang harus dilakukan adalah pembukaan jaringan
jalan yang mampu menghubungkan berbagai tempat meskipun kondisi jalan masih
berupa jalan tanah. Hal ini penting karena pengerasan atau pengaspalan jalan dapat
dilakukan sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan daerah sekitar.
Wilayah Indonesia yang berbentuk kepulauan, di dalamnya terdapat 17.559
pulau yang dihubungkan, didekatkan dan dipersatukan oleh laut. Dari jumlah pulau
tersebut hanya terdapat lima pulau besar, yaitu pulau Irian barat, Kalimantan, Sumatra,
Sulawesi dan Jawa. Pada pulau-pulau tertentu baik besar maupun kecil terdapat selat,
sungai dan danau yang memungkinkan untuk digunakan sebagai sarana transportasi.
Pembangunan angkutan sungai, danau dan penyeberangan perlu lebih ditingkatkan
lagi terutama untuk menunjang jaringan transportasi darat, kereta api dan kapal ferry
sehingga jangkauan dan mobilitas armada angkutan dapat semakin jauh, murah dan
efisien. Dampak pembangunan jaringan transportasi sungai, danau dan penyeberangan
akan sangat luas, terutama dalam distribusi fisis dan percepatan pembangunan daerah
terpencil, pedalaman dan daerah transpmigrasi.
Pembangunan jaringan angkutan kereta api ditujukan untuk meningkatkan
arus barang/jasa dan mobilitas manusia serta meningkatkan mutu pelayanan sehingga
kereta api dapat berfungsi sebagai sarana angkutan umum yang murah, cepat, aman
dan tertib waktu. Sampai saat ini, jaringan rel kereta api hanya ada di pulau jawa dan
sumatra, sedang pulau-pulau lain belum terjangkau sama sekali. Kebutuhan angkutan
kereta api akan selalu melonjak terutama pada hari-hari besar nasional seperti lebaran,
liburan sekolah, libur kerja. Untuk menghadapi lonjakan permintaan jasa angkutan
37
perlu diefektifkan penggunaan dan produktivitas sarana dan prasarana jaringan kereta
api yang ada seperti pemampatan jadual pemberangkatan, penggunaan kereta cepat
dan pengoperasian khusus dan sebagainya. Peningkatan sarana dan prasarana jaringan
kereta api harus dilengkapi dengan sistem sinyal, telekomunikasi, peningkatan fasilitas
operasional, proyek-proyek khusus. Program-program yang perlu dikembangkan pada
masa mendatang yaitu penggantian dan pembangunan lokomotif, gerbong dan rel
baru, rehabilitasi jembatan, dan sebagainya.
Pembangunan perhubungan laut ditujukan untuk menyediakan pelayanan jasa
angkutan yang lebih luas, tertib, teratur, aman, lancar, murah dan efisien, terutama
untuk menjangkau daerah terpencil dan pedalaman. Transportasi laut, sampai sekarang
masih menjadi andalan dalam pengangkutan domestik dan internasional. Pelayanan
dalam negeri, diarahkan pada peranan dan fungsinya untuk mendukung pertumbuhan
antar pulau dan perdagangan luar negeri. Kemampuan untuk melayani kebutuhan
transportasi nasional dan internasional perlu lebih ditingkatkan terutama kemampuan
daya saingnya sehingga keberadaan transportasi laut mampu meningkatkan tingkat
kemakmuran masyarakat.
Pembangunan angkutan udara perlu lebih ditingkatkan agar pelayanan jasa
angkutan udara mampu memenuhi kebutuhan masyarakat baik nasional maupun inter-
nasional. Perhubungan udara dalam negeri, telah menjangkau seluruh ibukota propinsi
di Indonesia dan telah dimulai angkutan perintis untuk daerah terpencil seperti ibukota
kabupaten di pulau sumatra, kalimantan dan irian. Angkutan perintis terutama di irian
menjadi pilihan yang tepat karena transportasi darat dan laut masih belum berfungsi
maksimal. Transportasi udara internasional, di samping untuk melayani transportasi
penumpang reguler sebagai tujuan utamanya, dalam banyak hal telah dimanfaatkan
untuk angkutan jema’ah haji, kunjungan pejabat ke luar negeri, carteran wisata dan
sebagainya.

3. Hasil dan proyeksi pertumbuhan bidang transportasi


Pembangunan bidang transportasi pada dasarnya menyangkut obyek yang
sangat luas dan saling mengkait, seperti : (1) pembangunan sarana dan prasarana jalan,
jembatan, terminal, pelabuhan, bandara dan sebagainya, (2) Pengadaan alat angkut
yang digunakan misalnya Sepeda motor, truk, bus, mobil, lokomotif, gerbong, kapal
38
laut, tangker, pesawat terbang dan sebagainya, (3) Pengaturan jalan misalnya traffic
light, rambu lalulintas, jembatan timbang, kendaraan penguji dan sebagainya, (4) Jasa
asuransi misalnya asuransi pengangkutan, asurasi jasa raharja, asuransi kecelakaan dan
sebagainya. Pemerintah baik sebagai pelaku transportai maupun pengambil keputusan
dalam pembangunan bidang transportasi perlu mengambil langkah-langkah yang tepat
sehingga keseluruhan tujuan pembangunan dapat dicapai secara maksimal.
Program-program pembangunan masing-masing bidang angkutan baik darat,
laut, udara maupun angkutan lainnya, dilakukan dengan membentuk sub-sektor seperti
direktorat jenderal perhubungan. Lingkup dirjen yang sudah dikembangkan selama ini
antara lain adalah :
a. Dirjen perhubungan darat, meliputi sub-sektor :
!) Angkutan jalan raya
2) Angkutan kereta api
3) Angkutan sungai, danau dan penyeberangan (ASDP)
b. Dirjen perhubungan laut, meliputi sub-sektor :
1) Angkutan laut
2) Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL)
3) Angkutan regional
4) Angkutan khusus
c. Dirjen perhubungan udara, meliputi sub-sektor :
1) Angkutan dalam negeri
2) Angkutan internasional
3) Angkutan khusus
Pemerintah dalam menangani pembangunan bidang transportasi membentuk
BUMN sebagai badan yang secara khusus mengelola perusahaan jasa transportasi
yang bernaung di bawah pemilikan negara. BUMN yang bergerak di bidang jasa
transportasi maupun pengadaan jasa terminal atau pelabuhan sebenarnya merupakan
bagian kecil dari keseluruhan sistem transportasi yang ada di Indonesia. Hampir semua
perusahaan jasa transportasi dimiliki oleh swasta, sedang fasilitas terminal dan jalan
raya termasuk pelabuhan dikelola/dimiliki oleh negara. Keterkaitan antara jasa-jasa
transportasi dengan fasilitas transportasi milik BUMN nampak sebagai berikut :

39
No BUMN bidang jasa Utilisasi Terminal/pelabuhan
1 Perum Kereta api Angkutan barang dan penum- Stasiun
pang
2 Perum DAMRI Angkutan Penumpang Terminal Bus
3 Perum PPD Angkutan penumpang kota Terminal Bus
4 PT(Persero) ASDP Angkutan penyeberangan Pelabuhan penyebe-
penumpang dan barang rangan
5 PT Garuda Indonesia Angkutan penumpang dan Bandara/Angkasa
barang pura
6 PT Merpati Nusantara Angkutan penumpang dan Bandara/Angkasa
barang pura
7 PT Pelabuhan Indonesia Fasilitas pelabuhan Pelabuhan laut
(Pelindo I-IV)
8 PT Pelayaran Nasional Angkutan penumpang dan Pelabuhan laut
Indonesia (Pelni) barang
9 PT Jakarta Lloyd Angkutan ekspor Pelabuhan laut
10 PT Bahtera Adiguna Angkutan Regional Pelabuhan laut
11 dan lain-lain
Pengembangan bidang transportasi perlu didukung sistem pelayanan yang
melibatkan banyak instansi dan seluruh komponen masyarakat seperti Bea dan cukai,
dinas pendapatan daerah, departemen PU, Polri, pasar, hotel/penginapan, restoran, tata
ruang daerah, perangkat hukum dan sebagainya. Dengan kata lain, pengembangan
bidang transportasi pada akhirnya akan menimbulkan multiplier efek dalam semua
aspek kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Sebagai ilustrasi, misalnya
pembangunan pelabuhan laut memiliki keterkaitan dengan :
a. Instansi Administrasi pelabuhan
b. Instansi bea cukai
c. Perusahaan Pelayaran
d. Usaha jasa perbaikan kapal (dok)
e. Perusahaan jasa bongkar muat
f. Persewaan gudang
g. Tempat penampungan sementara atau karantina
40
h. Polisi pelabuhan
i. Hotel, restoran dan tempat hiburan
j. Perusahaan jasa angkutan dari dan ke pelabuhan
k. Terminal angkutan penumpang
l. Rumah sakit
m. Halaman parkir, ruang tunggu dan ruang pemberangkatan
n. PDAM, PLN dan fasilitas komunikasi
o. Dan sebagainya
Proyeksi kebutuhan terhadap pembangunan bidang transportasi akan selalu
meningkat sejalan dengan upaya pemerataan hasil pembangunan yang dituntut oleh
berbagai daerah di tanah air. Berdasar tuntutan tersebut, pemerintah harus mengubah
pendekatan pembangunan dari pembangunan kawasan barat ke arah pemerataan hasil
ke seluruh wilayah trutama wilayah Indonesia bagian timur. Perubahan pendekatan ini
bukanlah pekerjaan yang mudah, karena pemusatan penduduk sudah terlanjur berada
di wilayah Indonesia bagian barat. Oleh karena itu, meskipun biayanya sangat mahal
pemerintah harus menciptakan pemerataan hasil pembangunan di seluruh wilayah.
Dampak perubahan pendekatan pembangunan ini sekaligus untuk menjawab tuduhan
eksploitasi terhadap sumberdaya di luar jawa untuk memupuk kekayaan orang di jawa.

41

Anda mungkin juga menyukai