PENDAHULUAN
Limfoma maligna adalah tumor ganas primer dari kelenjar limfe dan jaringan limfatik di
organ lainnya. Penyakit ini dibagi dalam 2 golongan besar, yaitu penyakit Hodgkin dan
limfoma non Hodgkin (LNH). Sel ganas pada penyakit Hodgkin berasal dari sel retikulum.
Limfosit yang merupakan bagian integral proliferasi sel pada penyakit ini diduga merupakan
manifestasi reaksi kekebalan seluler terhadap sel ganas tersebut. Limfoma non Hodgkin pada
Belakangan ini insiden limfoma meningkat relatif cepat. Sekitar 90% limfoma Hodgkin
timbul dari kelenjar limfe, hanya 10% timbul dari jaringan limfatik di luar kelenjar limfe.
Sedangkan limfoma non Hodgkin 60% timbul dari kelenjar limfe, 40% dari jaringan limfatik di
luar kelenjar. Jika diberikan terapi segera dan tepat, angka kesembuhan limfoma Hodgkin
dapat mencapai 80% lebih. Prognosis limfoma non Hodgkin lebih buruk, tapi sebagian dapat
disembuhkan. Dengan semakin mendalam riset atas limfoma maligna, kini dalam hal klasifikasi
jenis patologik, klasifikasi stadium, metode terapi, diagnosis dan penilaian atas lesi residif dan
berbagai aspek lain limfoma telah mengalami kemajuan pesat, hal ini sangat membantu dalam
BAB II
LIMFOMA HODGKIN DAN NON HODGKIN
2.1 Definisi
1
Limfoma Maligna adalah keganasan primer jaringan limfoid yang bersifat padat. Penyakit ini
dibagi dalam 2 golongan besar, yaitu penyakit Hodgkin dan limfoma non Hodgkin (LNH).
Limfoma Non-Hodgkin (LNH) adalah kelompok keganasan primer limfosit yang dapat berasal
dari limfosit B, limfosit T dan kadang (amat jarang) berasal dari NK sel (“natural killer”) yang
berada dalam sistem limfe; yang sangat heterogen baik secara histologist, gejala, perjalanan
ETIOLOGI
sering dikaitkan dengan virus, khususnya virus Epstein Barr yang ditemukan pada limfoma
Burkitt. Terdapat kaitan jelas antara limfoma Hodgkin dan infeksi virus Epstein Barr. Pada
kelompok terinfeksi HIV, insiden limfoma Hodgkin agak meningkat dibanding masyarakat
umum, selain itu manifestasi klinis limfoma Hodgkin yang terkait HIV sangat kompleks, sering
regio
kali terjadi pada stadium lanjut penyakit, mengenai yang jarang ditemukan, seperti
limfoma non Hodgkin, bahkan kedua mekanisme tersebut saling berinteraksi. Virus
RNA, HTLV-1 berkaitan dengan leukemia sel T dewasa, virus imunodefisiensi humanus (HIV)
yang menyebabkan AIDS, defek imunitas yang diakibatkan berkaitan dengan timbulnya
keganasan limfoma sel B yang tinggi, virus hepatitis C (HCV) berkaitan dengan timbulnya
limfoma sel B indolen. Gen dari virus DNA, virus Epstein Barr (EBV) telah ditemukan
terdapat di dalam genom sel limfoma Burkitt Afrika. Infeksi kronis Helicobacter pylori
berkaitan jelas dengan timbulnya limfoma lambung, terapi eliminasi H. Pylori dapat
menghasilkan remisi pada 1/3 lebih kasus limfoma lambung. Defek imunitas dan menurunnya
regulasi imunitas berkaitan dengan timbulnya limfoma non Hodgkin, termasuk AIDS, reseptor
2
Terdapat 25% penyakit herediter langka yang berhubungan dengan terjadinya LNH antara
Sistem Limfatik
Sistem limfatik adalah bagian dari sistem imun. Sistem limfatik terdiri dari:3,4
1) Pembuluh limfe
tubuh.3,4
2) Limfe
Pembuluh-pembuluh limfe membawa cairan jernih yang disebut limfe. Limfe terdiri
dari sel-sel darah putih, khususnya limfosit seperti sel B dan sel T.3
3) Nodus Limfatikus
Pembuluh-pembuluh limfe terhubung ke sebuah massa kecil dan bundar dari jaringan
yang disebut nodus limfatikus. Kumpulan dari nodus limfatikus ditemukan di leher,
bawah ketiak, dada, perut, dan lipat paha. Nodus limfatikus dipenuhi sel-sel darah
putih. Nodus limfatikus menangkap dan membuang bakteri atau zat-zat berbahaya
Bagian sistem limfe lainnya terdiri dari tonsil, timus, dan limpa. Sistem limfatik juga
ditemukan di bagian lain dari tubuh yaitu pada lambung, kulit, dan usus halus.4
3
Sistim limfatik adalah suatu bagian penting dari sistem kekebalan tubuh, membentengi tubuh
terhadap infeksi dan berbagai penyakit, termasuk kanker. Suatu cairan yang disebut getah
bening bersirkulasi melalui pembuluh limfatik, dan membawa limfosit (sel darah putih)
mengelilingi tubuh. Pembuluh limfatik melewati kelenjar getah bening. Kelenjar getah bening
berisi sejumlah besar limfosit dan bertindak seperti penyaring, menangkap organisme yang
sekelompok besar di ketiak, di leher dan lipat paha. Ketika suatu bagian tubuh terinfeksi atau
bengkak, kelenjar getah bening terdekat sering membesar dan nyeri. Hal berikut ini terjadi,
sebagai contoh, jika seseorang dengan sakit leher mengalami ‘pembengkakan kelenjar’ di leher,
cairan limfatik dari tenggorokan mengalir ke dalam kelenjar getah bening di leher, dimana
organisme penyebab infeksi dapat dihancurkan dan dicegah penyebarannya ke bagian tubuh
lainnya.3,4
Sel T
Sel B
Seperti jenis sel darah lainnya, limfosit dibentuk dalam sumsum tulang. Kehidupannya
dimulai dari sel imatur yang disebut sel induk. Pada awal masa kanak-kanak, sebagian limfosit
bermigrasi ke timus, suatu organ di puncak dada, dimana mereka menjadi matur menjadi sel T.
Sisanya tetap tinggal di sumsum tulang dan menjadi matur disana sebagai sel B. Sel T dan sel
infeksi seperti bakteri dan virus. Dalam keadaan normal, kebanyakan limfosit yang bersirkulasi
dalam tubuh adalah sel T. Mereka berperan untuk mengenali dan menghancurkan sel tubuh
yang abnormal (sebagai contoh sel yang telah diinfeksi oleh virus).3,4
4
Sel B mengenali sel dan materi ‘asing’ (sebagai contoh, bakteri yang telah menginvasi
tubuh). Jika sel ini bertemu dengan protein asing (sebagai contoh, di permukaan bakteri),
mereka memproduksi antibodi, yang kemudian ‘melekat’ pada permukaan sel asing dan
menyebabkan perusakannya3,8
Limfoma adalah suatu penyakit limfosit. Ia seperti kanker, dimana limfosit yang
terserang berhenti beregulasi secara normal. Dengan kata lain, limfosit dapat membelah secara
abnormal atau terlalu cepat, dan atau tidak mati dengan cara sebagaimana biasanya. Limfosit
abnormal sering terkumpul di kelenjar getah bening, sebagai akibatnya kelenjar getah bening
juga dapat terbentuk di bagian tubuh lainnya selain di kelenjar getah bening. Limpa dan
sumsum tulang adalah tempat pembentukan limfoma di luar kelenjar getah bening yang sering,
tetapi pada beberapa orang limfoma terbentuk di perut, hati atau yang jarang sekali di otak.
Bahkan, suatu limfoma dapat terbentuk di mana saja. Seringkali lebih dari satu bagian tubuh
5
BAB III
LIMFOMA NON HODGKIN
DEFINISI
Limfoma malignum non Hodgkin atau limfoma non Hodgkin adalah suatu keganasan primer
jaringan limfoid yang bersifat padat. Limfoma non Hodgkin merupakan penyakit yang
heterogen, tergantung dari gambaran klinik, imunofenotiping dan respons terhadap terapi.
Gambaran penyakit yang progresif lebih sering didapatkan pada anak dibanding dewasa.
Demikian pula gambaran histopatologik difus sering didapatkan pada anak (90%) daripada
gambaran noduler atau fotikuler pada dewasa. 1 Lebih dari 45.000 pasien didiagnosis sebagai
limfoma non Hodgkin (LNH) setiap tahun di Amerika Serikat. Limfoma non Hodgkin,
khususnya limfoma susunan saraf pusat biasa ditemukan pada pasien dengan keadaan
defisiensi imun dan yang mendapat obat-obat imunosupresif, seperti pada pasien dengan
EPIDEMIOLOGI
Limfoma merupakan penyakit keganasan yang sering ditemukan pada anak, hampir sepertiga
dari keganasan pada anak setelah leukemia dan keganasan susunan syaraf pusat. Angka
kejadian tertinggi pada umur 7-10 tahun dan jarang dijumpai pada usia di bawah 2 tahun. Laki-
laki lebih sering bila dibandingkan dengan perempuan dengan perbandingan 2,5:1. Angka
kejadiannya setiap tahun diperkirakan meningkat dan di AS 16,4 persejuta anak di bawah usia
14 tahun. Angka kejadian limfoma malignum di Indonesia sampai saat ini belum diketahui
dengan pasti. Sampai saat ini belum diketahui mengenai angka kejadian LNH terus meningkat.
Adanya hubungan yang erat antara penyakit AIDS dan LNH kiranya memperkuat dugaan
GAMBARAN HISTOLOGIK
6
Anggapan pertama adalah bahwa status diferensiasi limfosit dapat dilihat dari ukuran dan
konfigurasi intinya, sel-sel limfoid yang kecil dan bulat dianggap sebagai sel-sel yang
berdiferensiasi baik, dan sel-sel limfoid kecil yang tidak beraturan bentuknya dianggap sebagai
limfosit yang berdiferensiasi buruk. Anggapan kedua adalah sel-sel limfoid besar dengan inti
vesikular dan mempunyai banyak sitoplasma yang biasanya berwarna pucat dianggap berasal
membingungkan. Klasifikasi yang banyak dipergunakan adalah dari Rappaport (R), Kiel (K),
Lukes dan Collins, WHO, dan Working Formulation (WF) (tabel II.1).1
Tabel 3.1 Klasifikasi histopatologik LNH pada anak.1
Kiel Rappaport Working Formula
High grade High grade
Limfoma Burkitt’s dan bentuk Difuse undifferentiated Small non cleaved cell
lainnya (Burkitt’s & non burkitt’s)
Limfoblastik konvoluted Limfoblastik difus Limfoblastik
Limfoblastik non klasifikasi
Imunoblastik Histositik difus Imunoblastik sel besar
Sentroblastik Intermediate grade
Difus sel besar
Limfoma non Hodgkin pada anak seringkali mempunyai gambaran yang difus dan
khususnya dengan ditemukannya antibodi monoklonal yang dapat diidentifikasi adanya antigen
permukaan baik pada sel B maupun sel T juga pada tingkat pematangan sel. Antibodi tersebut
7
Dengan pemeriksaan tersebut di atas limfoma non Hodgkin pada anak dapat
permukaan sel.
2) Proliferasi sel T
3) Proliferasi non T-non B
Pembagian ini nampaknya hampir sama pada LLA.
Pemeriksaan sitogenetik dan biologi molekuler saat ini sangat berarti dalam membantu kita
mengetahui proses limfoma non Hodgkin lebih mendalam tetapi belum dapat dipergunakan
untuk tindakan terapi. Pada limfoma Burkitt’s sel tumor ditandai oleh adanya translokasi pada
lengan panjang kromosom 8, regio q 23-q 24 t (8;14) (q24;q32), beberapa versi lainnya t(2;8)
abnomalitas sitogenik, seperti translokasi kromosom dan infeksi virus. Translokasi kromosom
dan perubahan molekular sangat berperan penting dalam patogenesis limfoma, dan
translokasi kromosomal abnormal yang paling sering dihubungkan dengan LNH. Beberapa
infeksi virus berperan dalam patogenesis LNH, seperti virus Epstein Barr yang merupakan
Terdapat beberapa faktor resiko yang diketahui berpengaruh pada LNH, walaupun demikian,
faktor-faktor resiko ini tidak diperhitungkan melebihi bagian kecil dari jumlah seluruh kasus
limfoma non Hodgkin. Pada kebanyakan pasien dengan limfoma non Hodgkin, tidak ada
8
penyebab penyakit yang dapat ditemukan. Lebih jauh lagi, banyak orang yang terpapar pada
salah satu faktor resiko yang diketahui tidak menderita limfoma non Hodgkin.3 Beberapa
Beberapa infeksi virus telah memperlihatkan adanya hubungan dengan peningkatan limfoma
non Hodgkin. Hal ini mungkin berhubungan dengan kemampuan virus dalam menginduksi
stimulasi antigen kronik dan disregulasi sitokin yang menyebabkan stimulasi, proliferasi, dan
limfomagenesis yang tidak terkontrol dari sel B dan sel T.3Beberapa virus tersebut antara lain:
Orang dengan HIV positif lebih mungkin mengidap limfoma non Hodgkin dari pada orang
lainnya. Munculnya limfoma non Hodgkin pada orang dengan HIV positif mengindikasikan
disebabkan oleh infeksi HIV. AIDS-yang berhubungan dengan limfoma non Hodgkin
memberikan gambaran tidak seperti umumnya atau timbul disisi yang tidak umum
9
Virus Epstein-Barr adalah virus yang umum, menyerang kebanyakan orang pada suatu
waktu tertentu dalam masa hidupnya, dan mengakibatkan infeksi singkat atau demam
glandular. Akan tetapi, dalam sejumlah kecil kasus ekstrim, ia dikaitkan dengan Limfoma
Burkitt dan bentuk limfoma non Hodgkin yang berhubungan dengan imunosupresi. 2,3
Human T-cell leukaemia-lymphoma virus-1 (HTLV-1), aslinya berasal dari Jepang dan
Karibia, juga suatu penyebab yang sangat jarang dari limfoma non Hodgkin, terdapat suatu
dengan infeksi virus. Akan tetapi, infeksi dengan Helicobacter pylori, yang dapat menyebabkan
tukak lambung dan menyerang lambung, dihubungkan dengan bentuk limfoma yang jarang
yang dikenal sebagai limfoma MALT, yang biasanya timbul di lambung. Antibiotik untuk
mengeradikasi infeksi bakteri sering menyembuhkan kondisi ini, jika diberikan cukup dini. 2,3
(Infeksi bakterial lebih jarang dikaitkan dengan limfoma non Hodgkin dibandingkan dengan
infeksi virus)6
risiko terserang limfoma non Hodgkin. Hal ini mungkin karena kontrol multiplikasi sel B
tergantung pada fungsi normal sel T. Jika fungsi sel T menjadi abnormal, seperti pada kasus
orang dengan imunosupresi, sel B dapat berlipat ganda melalui suatu cara yang tidak
penolakan dari organ yang ditransplantasikan atau transplantasi sumsum tulang. Pasien yang
10
mendapatkan transplantasi organ mempunyai peningkatan risiko menderita limfoma non
Hodgkin. 2,3
Limfoma non Hodgkin indolen kadang-kadang dikenal sebagai limfoma non Hodgkin tumbuh
lambat atau level rendah. Sesuai dengan namanya, limfoma non Hodgkin indolen tumbuh
sangat lambat. Secara tipikal ia pada awalnya tidak menimbulkan gejala, dan mereka sering
tetap tidak terdeteksi untuk beberapa saat. Tentunya, mereka sering ditemukan secara
kebetulan, seperti ketika pasien mengunjungi dokter untuk sebab lainnya. Dalam hal ini, dokter
mungkin menemukan pembesaran kelenjar getah bening pada pemeriksaan fisik rutin.
Kadangkala, suatu pemeriksaan, seperti pemeriksaan darah, atau suatu sinar-X, dada, mungkin
menunjukkan sesuatu yang abnormal, kemudian diperiksa lebih lanjut dan ditemukan terjadi
akibat limfoma non Hodgkin. Akan tetapi, beberapa pasien limfoma non Hodgkin indolen
sebagai benjolan, biasanya di leher, ketiak dan lipat paha. Pada saat diagnosis pasien juga
mungkin mempunyai gejala lain dari limfoma non Hodgkin. Limfoma non Hodgkin indolen
tumbuh lambat dan sering tanpa menyebabkan stadium banyak diantaranya sudah dalam
MANIFESTASI KLINIK
Limfoma non Hodgkin mempunyai gambaran klinis oleh massa abdominal dan intrathorakal
(massa mediastinum) yang sering kali disertai dengan adanya efusi pleura. Pada anak yang
lebih besar massa mediastinal ini seringkali (25-35%) ditemukan khususnya pada limfoma
limfoblastik sel T. Gejala yang menonjol adalah nyeri, disfagia, sesak napas, pembengkakan
daerah leher, muka, dan sekitar leher akibat adanya obstruksi vena cava superior.
11
supraklavikula atau aksiler, tetapi jarang sekali retroperitoneal. Adanya pembesaran kelenjar
limpa dan hati menunjukkan adanya keterlibatan sumsum tulang dan seringkali pasien
menunjukkan gejala-gejala leukemia limfoblastik akut, jarang sekali melibatkan gejala susunan
Gambaran laboratorium biasanya masih dalam batas normal, dengan kadar LDH dan asam urat yang meningkat sebagai akibat adanya tumor lisis maupun adanya
nekrosis jaringan.
1
Gejala awal yang dapat dikenali adalah pembesaran kelenjar getah bening di suatu tempat
(misalnya leher atau selangkangan) atau di seluruh tubuh. Kelenjar membesar secara perlahan
dan biasanya tidak menyebabkan nyeri. Kadang pembesaran kelenjar getah bening di tonsil
(amandel) menyebabkan gangguan menelan. Pembesaran kelenjar getah bening jauh di dalam
dada atau perut bisa menekan berbagai organ dan menyebabkan: 1,2,3
-gangguan pernapasan
- sembelit berat
- nyeri perut
- pembengkakan tungkai.
Jika limfoma menyebar ke dalam darah bisa terjadi leukemia. Limfoma dan leukemia
tulang, saluran pencernaan dan kulit. Pada anak-anak, gejala awalnya adalah masuknya sel-sel
limfoma ke dalam sumsum tulang, darah, kulit, usus, otak dan tulang belakang; bukan
pembesaran kelenjar getah bening. Masuknya sel limfoma ini menyebabkan anemia, ruam kulit
dan gejala neurologis (misalnya kelemahan dan sensasi yang abnormal). Biasanya yang
12
Kemungkinan timbulnya
Gejala Penyebab
gejala
Gangguan pernapasan Pembesaran kelenjar getah bening
20-30%
Pembengkakan wajah di dada
Hilang nafsu makan
Sembelit berat Pembesaran kelenjar getah bening
30-40%
Nyeri perut atau perut di perut
kembung
Penyumbatan pembuluh getah
Pembengkakan tungkai 10%
bening di selangkangan atau perut
Penurunan berat badan
Diare Penyebaran limfoma ke usus halus 10%>
Malabsorbsi
Pengumpulan cairan di sekitar
Penyumbatan pembuluh getah
paru-paru 20-30%
bening di dalam dada
(efusi pleura)
Daerah kehitaman dan
menebal di kulit yang terasa Penyebaran limfoma ke kulit 10-20%
gatal
Penurunan berat badan
Penyebaran limfoma ke seluruh
Demam 50-60%
tubuh
Keringat di malam hari
Perdarahan ke dalam saluran
pencernaan
Penghancuran sel darah merah
oleh limpa yang membesar &
terlalu aktif
Penghancuran sel darah merah
Anemia
oleh antibodi abnormal (anemia 30%, pada akhirnya bisa
(berkurangnya jumlah sel
hemolitik) mencapai 100%
darah merah)
Penghancuran sumsum tulang
karena penyebaran limfoma
Ketidakmampuan sumsum tulang
untuk menghasilkan sejumlah sel
darah merah karena obat atau
terapi penyinaran
Penyebaran ke sumsum tulang dan
kelenjar getah bening,
Mudah terinfeksi oleh bakteri 20-30%
menyebabkan berkurangnya
pembentukan antibodi
13
STADIUM LIMFOMA NON HODGKIN
Penentuan stadium sangat penting untuk diagnosis, adanya keterlibatan beberapa jaringan
limfoid serta implikasinya pada pengobatan. Penentuan stadium yang paling banyak digunakan
DIAGNOSIS
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik sangat penting, diagnosis ditegakkan dengan biopsi,
pemeriksaan sitologis cairan efusi maupun aspirasi sumsum tulang, bila dimungkinkan dengan
pemeriksaan imunologik dan sitogenik untuk membedakan antara sel B atau sel T. Kriteria
hati dan funsi ginjal, cairan serebrospinal, asam urat, LDH, USG abdomen, bone scan.1
DIAGNOSIS BANDING
1. LIMFADENITIS TB
Definisi
Limfadenitis adalah peradangan pada kelenjar yang terjadi akibat terjadinya infeksi dari
suatu bagian tubuh maka terjadi pula peradangan kelenjar getah bening regioner dari lesi
primer. Limfadenitis TB atau TB kelenjar getah bening termasuk salah satu penyakit TB di
luar paru (TB ekstraparu). Penyakit ini disebabkan oleh M. Tuberculosis, kemudian
Manifestasi klinis juga bervariasi pada berbagai etnik dan geografi dari populasi. Lebih dari
sepertiga pasien akan melaporkan adanya riwayat TB sebelumnya atau riwayat keluarga
menderita TB. Manifestasi tersering yaitu limfadenopati nontender kronik pada pasien
dewasa muda tanpa gejala sistemik. Massa ini dapat berkembang sampai lebih 12 bulan
sebelum dewasa. Dari pemeriksaan fisik ditemukan massa yang terpisah-pisah atau “kusut
node” yang terfiksasi ke jaringan sekitarnya, kadang disertai dengan indurasi kulit di
15
Gambar 3.1 bayangan kalsifikasi pada limfonodus pada leher bilateral
CT Scan
lymphadenitis-5)
Nodul yang tidak jelas pada segmen apical lobus atas, terutama sebelah kiri, terdapat
beberapa cavitas.
USG
lymphadenitis-2)
Lesi yang terdeefinisi dengan baik dicatat antara IJV dan vena subklavia. Tidak ada lemak
hilar yang dicatat. Tidak ada vaskularitas yang signifikan. Beberapa nodul kecil di sekitar
lesi.10
2. MONONUCLEOSIS INFECTION
Definisi
Infeksi mononucleosis adalah penyakit menular akut, yang disebabkan oleh virus Epstein-
Barr (EBV) yang termasuk herpesviridae. Hal ini sering terjadi pada usia remaja dan anak
muda. Mekanisme utama infeksi adalah melalui air liur yang terinfeksi. Karena itu
16
Gejala Klinis
Secara klinis mononucleosis ditandai dengan suhu tinggi, limfadenopati, dan splenomegali.
Proses penularan didapatkan pada penderita yang terinfeksi EBV lebih dari enam bulan.10
Gambaran Radiologi
CT Scan
Gambar 3.5 kelenjar getah getah bening servikal yang mengalami pembesaran dengan ekogenesitas heterogen
TOXOPLASMOSIS
Definisi
Toxoplasmosis merupakan penyekit zoonosis yaitu penyakiit pada hewan yang dapat
ditularkan ke manusia. Penyakit ini disebabkan oleh sporozoa yang dikenal dengan nama
Toxoplasma gondii, yaitu suatu parasit intraseluler yang banyak terinfeksi pada manusia
dan hewan peliharaan. Penyakit toxoplasmosis biasanya ditularkan dari kucing atau anjing
tetapi penyakit ini juga dapat menyerang hewan lain, seperti babi, sapi, domba, dan hewan
peliharaan lainnya.11
Gejala Klinis
17
Toxoplasmosis gondii yang tertelan melalui makanan akan menembus epitel usus dan
difagositosis oleh makrofag atau masuk ke dalam limfosit akibatnya terjadi penyebaran
limfogen . toxoplasmosis gondii akan menyerang seluruh sel inti, membelah diri, dan
menimbulkan lisis, sel tersebut destruksi akan berhenti bila tubuh telah membentuk
antibody. Pada alat tubuh seperti susunan saraf dan mata, zat ini tidak dapat masuk karena
yaitu demam, malaise, nyeri sendi, pembengkakan kelenjar getah bening (toxoplasmosis
limfonodosa acuta). Gejala mirip dengan mononucleosis infeksiosa. Infeksi yang mengenai
yang masuk ke dalam otot jantung menyebabkan peradangan. Lesi pada mata akan
ophithal mica akuta). Bayi dengan toxoplasmosis congenital akan lahir sehat tetapi dapat
Gambaran Radiologi
Gambar 3.6 massa ringan pada lobus parietal kiri, lesi hipodens di ganglia basal kanan dan serebelum kanan serta
18
Gambar 3.7MRI Axial T1, T2, dan Axial FLAIR berupa lesi dengan peningkatan cincin yang tidak beraturan pada
toxoplasmosis)
TATALAKSANA
Limfoma non Hodgkin khususnya limfoma limfoblastik sel T seringkali disertai dengan
dengan kemoterapi harus diperhatikan terlebih dahulu problem jalan napas, pembuluh darah
pada pasien dengan tumor yang cukup luas untuk mencegah terjadinya nefropati akibat lisis
19
tumor yang seringkali terjadi pada limfoma limfoblastik sel T.1 Terapi yang dilakukan biasanya
tujuan paliasi.
3. Derajat Keganasan Tinggi (DKT)
DKT Limfoblastik (LNH-Limfoblastik)
- Selalu diberikan pengobatan seperti Leukemia Limfoblastik Akut (LLA)
- Re-evaluasi hasil pengobatan dilakukan pada:
a. Setelah siklus kemoterapi keempat
b. Setelah siklus pengobatan lengkap
Pasien dengan limfoma non Hodgkin agresif dapat didiagnosis pada stadium dini
(stadium I atau II). Ini disebabkan karena mereka umumnya menyadari pertumbuhan yang
cepat dari kelenjar getah bening yang terkena dan karenanya mengunjungi dokter dan cepat
stadium dini adalah beberapa jadwal kemoterapi, kombinasi, dengan lebih dari satu obat
kemoterapi yang diberikan, biasanya bersama dengan steroid, seperti prednisolon (contohnya,
pada saat yang sama. Radioterapi ditujukan secara spesifik terhadap kelenjar getah bening yang
terkena. Pengobatan stadium dini (stadium I dan II) limfoma non Hodgkin agresif dapat
20
mencapai kesembuhan atau remisi pada sekitar 80% pasien. Beberapa pasien tidak memberikan
respon terhadap terapi standar. Pada pasien-pasien ini, dan pada mereka yang mengalami
Pasien yang didiagnosis dengan limfoma non Hodgkin agresif pada stadium lanjut
(stadium III atau IV) diberi kemoterapi kombinasi dengan ataupun tanpa antibodi monoklonal.
Meski demikian, kemoterapi kadang-kadang diberikan lebih lama daripada pada penyakit
stadium awal dan mungkin juga diberikan radioterapi. Secara keseluruhan, antara 40% dan
70% pasien dengan limfoma non Hodgkin agresif dapat disembuhkan dengan pengobatan
pertama. 2,3,7
PROGNOSIS
Banyak pasien yang dapat mencapai respons sempurna, sebagian diantaranya dengan limfoma
sel besar difus, dapat berada dalam keadaan bebas gejala dalam periode waktu yang lama dan
dapat pula disembuhkan. Pemberian regimen kombinasi kemoterapi agresif berisi doksorubisin
21
BAB IV
PENYAKIT HODGKIN
Sampai saat ini masih belum diketahui dengan jelas etiologi maupun patologi penyakit
Hodgkin, namun diakui bahwa banyak di antara anak dengan penyakit Hodgkin yang mampu
bertahan hidup dalam beberapa tahun. Masih banyak kontroversi tentang tumor yang seringkali
DEFINISI
Penyakit Hodgkin adalah kanker yang berawal dari sel-sel sistem imun. Penyakit Hodgkin
berawal saat sel limfosit yang biasanya adalah sel B (sel T sangat jarang) menjadi abnormal.
yang terus membelah membentuk begitu banyak sel limfosit abnormal. Sel-sel abnormal ini
tidak mati saat waktunya tiba dan mereka juga tidak melindungi tubuh dari infeksi maupun
penyakit lainnya. Pembelahan sel abnormal yang terus menerus ini menyebabkan terbentuknya
Jaringan limfatik banyak terdapat dalam banyak bagian tubuh, sehingga penyakit
Hodgkin dapat berawal dari mana saja. Biasanya penyakit Hodgkin pertama kali ditemukan
pada nodus limfatikus di atas diafragma, pada otot tipis yang memisahkan rongga thoraks dan
rongga abdomen. Tetapi penyakit Hodgkin mungkin juga dapat ditemukan di kumpulan nodus
limfatikus.8
EPIDEMIOLOGI1,12
Angka kejadian penyakit Hodgkin mempunyai kurva bimodal yang khas baik pada laki-laki
maupun pada perempuan, dengan salah satu puncaknya pada usia 15-30 tahun yang diikuti
22
Di negara-negara industri umur puncak pertama dicapai pada umur 20 tahun. Di
antaranya yang dominan adalah jenis nodular sklerotik, dan puncak kedua pada umur 50 tahun.
Sementara di negara sedang berkembang seperti Indonesia, umur puncak terjadi pada umur
sebelum remaja.1,12
Studi epidemiologi menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bentuk dari penyakit
mendasarinya:12
1) Bentuk yang ditemukan pada masa kanak-kanak, banyak ditemukan pada usia 14
FAKTOR RESIKO
meningkatkan risiko penyakit Hodgkin. Sering terjadi pada stadium lanjut penyakit,
mengenai region yang jarang ditemukan , seperti sumsum tulang, kulit, meninges, dll.
organ).
3) Usia
Penyakit Hodgkin umumnya terdapat pada usia remaja dan dewasa muda berumur 15-
23
Anggota keluarga khususnya kakak atau adik dari seseorang dengan penyakit Hodgkin
penyakit Hodgkin.
Ketepatan diagnosis hanya mungkin dilakukan dengan pemeriksaan patologi yang benar, bahan
pemeriksaan yang berasal dari biopsi jarum dan irisan beku segar pada jaringan kurang dapat
menggambarkan struktur dan stroma sel secara baik. Untuk itu dibutuhkan pemeriksaan
jaringan limfonodi secara mikroskopis dan ditemukan adanya sel Reed Sternberg yang spesifik.
Sel Reed Sternberg merupakan sel limfoid yang besar dengan banyak nukleus yang
mengelilingi nuklei sehingga memberikan gambaran seperti halo. 1 Sel Reed Sternberg secara
konsisten menghasilkan antigen CD15 dan CD30. CD15 adalah marker dari sel granulosit,
monosit, dan sel T teraktifasi yang normalnya tidak dihasilkan oleh garis keturunan sel B.
CD30 adalah marker dari aktifasi limfosit yang dihasilkan oleh sel limfosit reaktif dan
malignan dan pada awalnya diidentifikasi sebagai antigen permukaan sel-sel Reed Sternberg.
Klasifikasi patologi yang diterima secara umum adalah klasifikasi dari Rye yang
Penyakit Hodgkin merupakan suatu tumor ganas yang berhubungan erat dengan limfoma
malignum. Oleh karena itu untuk membahas mengenai patologi dari penyakit Hodgkin ada
Klasifikasi patologis yang sering dipakai sekarang ini adalah menurut Lukas dan Butler
sesuai keputusan simposium penyakit Hodgkin dan Ann Arbor. Menurut klasifikasi ini penyakit
24
1. Tipe Lymphocyte Predominant
Pada tipe ini gambaran patologis kelenjar getah bening terutama terdiri dari sel-sel
limfosit yang dewasa, beberapa sel Reed Sternberg. Biasanya didapatkan pada anak
Mempunyai gambaran patologis yang pleimorfik dengan sel plasma, eosinofil, neutrofil,
limfosit dan banyak didapatkan sel Reed Sternberg. Dan merupakan penyakit yang luas
dan mengenai organ ekstra nodul. Sering pula disertai gejala sistemik seperti demam,
Gambaran patologis mirip diffuse histiocytic lymphoma, sel Reed Sternberg banyak
sekali dan hanya ada sedikit sel jenis lain. Biasanya pada orang tua dan cenderung
merupakan proses yang luas (agresif) dengan gejala sistemik. Prognosis buruk.8
dilaporkan sel Reed Sternberg yang atipik yang disebut sel Hodgkin. Sering didapatkan
Nodular Sclerosis (NS) ada yang limfositnya banyak (Lymphocyte Predominant NS=LP-
Demikian pula golongan Mixed Cellularity (MC), ada yang limfositnya banyak (LP-
MC), ada yang sedikit (LD-MC). Penyakit ini mula-mula terlokalisasi pada daerah
sistem limfatik. Mungkin bahwa sel Reed Sternberg yang khas dan sel lebih kecil,
25
abnormal, bersifat neoplastik dan mungkin bahwa sel radang yang terdapat bersamaan
untuk jangka waktu yang bervariasi, perkembangan alamiah penyakit ini adalah
Berdasarkan klasifikasi dari WHO penyakit Hodgkin dibagi menjadi 5 tipe, 4 tipe
merupakan tipe-tipe seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, keempat tipe ini sering
disebut sebagai penyakit Hodgkin klasik, sedangkan tipe ke-5 adalah nodular lymphocyte
kasus penyakit Hodgkin. Berbeda dengan subtipe histologis lain, sel Reed Sternberg yang
khas jarang atau bahkan tidak ada pada NLPHD. Sebaliknya yang paling banyak justru
adalah sel limfositik atau histiositik (L&H), atau yang sering disebut “sel popcorn”
karena inti mereka yang berbentuk menyerupai jagung meledak, yang terlihat sebagai
latar belakang sel-sel inflamasi, terutama sel limfosit yang jinak. Tidak seperti sel Reed
Sternberg, sel L&H positif untuk antigen sel B, seperti CD19 dan CD20, dan negatif
MANIFESTASI KLINIK
Pembesaran kelenjar limfe daerah servikal dan supraklavikular yang hilang timbul dan tidak
menimbulkan rasa nyeri (asimtomatik). Pada 80% anak dengan penyakit Hodgkin pembesaran
kelenjar leher yang menonjol, 60% diantaranya juga disertai pembesaran massa di mediastinal
yang akan menimbulkan gejala kompresi pada trakea dan bronkus. Pembesaran kelenjar juga
ditemukan di daerah inguinal, aksiler, dan supra diafragma meskipun jarang. Gejala konstitusi
yang menyertai diantaranya adalah demam, keringat malam hari, dan penurunan berat badan
yang tidak dapat dijelaskan, ditemukan pada 40% pasien, sedangkan demam intermittent
26
diobservasi pada 35% kasus. Demam pada kasus HL adalah tipe Pel-Ebstein.
Hepatosplenomegali, neuropati juga dapat terjadi. Tanda obstruksi seperti edema ekstremitas,
limfopenia, eosinofilia, dan monositosis. Gambaran laboratorium ini merupakan refleksi dari
aktifitas yang meningkat di sistem retikuloendotelial (misalnya meningkatnya laju endap darah,
kadar serum feritin, dan kadar serum tembaga) dipergunakan untuk mengevaluasi perjalanan
penyakit setelah terdiagnosis. Anemia yang timbul merupakan deplesi dari imobilisasi zat besi
yang terhambat ini menunjukkan adanya penyakit yang telah meluas. Anemia hemolitik pada
penyakit Hodgkin menggambarkan tes Coomb positif menunjukkan adanya retikulosis dan
yang abnormal. Pathological staging ini dinyatakan pula pada hasil biopsi organ, yaitu:
Staging yang dianut saat ini adalah staging menurut Ann Arbor yang di modifikasi sesuai
konferensi Cotswald.
Stage I : Penyakit menyerang satu regio kelenjar getah bening atau satu struktur
Stage II : Penyakit menyerang dua atau lebih regio kelenjar pada satu sisi
27
angka, misal: II2, II3, dsb.
Stage III : Penyakit menyerang regio atau struktur limfoid di atas dan di bawah
diafragma.
I Pembesaran kelenjar limfe regional tunggal atau pembesaran organ ekstra limfatik
tunggal atau sesisi.
II Pembesaran kelenjar limfe regional dua atau lebih yang masih sesisi dengan
diafragma atau pembesaran organ ekstralimfatik satu sisi atau lebih yang masih
sesisi dengan diafragma
III Pembesaran kelenjar limfe pada kedua sisi diafragma disertai dengan pembesaran
limpa atau pembesaran organ ekstra limfatik sesisi atau kedua sisi
IV Pembesaran organ ekstra limfatik dengan atau tanpa pembesaran kelenjar limfe
28
DIAGNOSIS
Untuk membuat diagnosis penyakit Hodgkin pada anak dibutuhkan beberapa tahap
ukuran.
b. Pemeriksaan darah lengkap dengan hitung jenis sel, laju endap darah, tes fungsi hati
1. Klinis (anamnesis)
Keluhan penderita terbanyak adalah pembesaran kelenjar getah bening di leher, aksila ataupun
lipatan paha, berat badan semakin menurun dan kadang-kadang disertai demam, keringat dan
gatal. 7,8
2. Pemeriksaan Fisik
Palpasi pembesaran kelenjar getah bening yang tidak nyeri dapat ditemukan di leher terutama
supraklavikular (60-80%), aksiler (6-20%), dan yang paling jarang adalah di daerah inguinal
(6-20%) dengan konsistensi kenyal sepert karet. Mungkin lien dan hati teraba membesar.
Pemeriksaan THT perlu dilakukan untuk menentukan kemungkinan cincin Waldeyer ikut
terlibat. Sindrom vena cava superior mungkin didapatkan pada pasien dengan masif limfa
29
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin, uji fungsi hati dan uji fungsi ginjal merupakan bagian penting dalam
pemeriksaan medis, tetapi tidak memberi keterangan tentang luas penyakit, atau keterlibatan
organ spesifik.7 Pada pemeriksaan faal hati terdapat gangguan fungsi hati yang tidak sejalan
dengan keterlibatan limfoma pada hati. Peningkatan alkali fosfatase dan adanya ikterus
kolestatik dapat merupakan gejala paraneuroplastik. Tanpa keterlibatan hati. Dapat terjadi
obstruki biliaris ekstrahepatik karena terjadi pembesaran KGB porta hepatis. Pada pasien
penyakit Hodgkin serta pada penyakit neoplastik atau kronik lainnya mungkin ditemukan
anemia normokromik normositik derajat sedang yang berkaitan dengan penurunan kadar besi
dan kapasitas ikat besi, tetapi dengan simpanan besi yang normal atau meningkat di sumsum
tulang sering terjadi reaksi leukomoid sedang sampai berat, terutama pada pasien dengan gejala
Eosinofilia absolut perifer ringan tidak jarang ditemukan, terutama pada pasien yang
menderita pruritus. Juga dijumpai monositosis absolut, limfositopenia absolut (<1000 sel per
millimeter kubik) biasanya terjadi pada pasien dengan penyakit stadium lanjut. Telah dilakukan
Sampai saat ini, laju endap darah masih merupakan pemantau terbaik, tetapi
pemeriksaan ini tidak spesifik dan dapat kembali ke normal walaupun masih terdapat penyakit
residual. Uji lain yang abnormal adalah peningkatan kadar tembaga, kalsium, asam laktat,
fosfatase alkali, lisozim, globulin, protein C-reaktif dan reaktan fase akut lain dalam serum. 8
Biopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJAH) sering digunakan pada diagnosis limfadenopati untuk
identifikasi penyebab kelainan tersebut seperti reaksi hiperplastik kelenjar getah bening,
30
Penyulit lain dalam diagnosis sitologi biopsi aspirasi LH ataupun LNH adalah adanya
negatif palsu, dianjurkan melakukan biopsi aspirasi multiple hole di beberapa tempat
permukaan tumor. Apabila ditemukan juga sitologi negatif dan tidak sesuai dengan gambaran
5. Histopatologi
Biopsi tumor sangat penting, selain untuk diagnosis juga untuk identifikasi subtipe
histopatologi LH ataupun LNH. Biopsi dilakukan bukan sekedar mengambil jaringan, namun
harus diperhatikan apakah jaringan biopsi tersebut dapat memberi informasi yang adekuat.
Biopsi biasanya dipilih pada rantai KGB di leher. Kelenjar getah bening di inguinal, leher
bagian belakang dan submandibular tidak dipilih disebabkan proses radang, dianjurkan agar
biopsi dilakukan dibawah anestesi umum untuk mencegah pengaruh cairan obat suntik lokal
6. Radiologi
Termasuk didalamnya: 7
7. Laparatomi
Laparotomi abdomen sering dilakukan untuk melihat kondisi KGB pada iliaka, para aortal dan
mesenterium dengan tujuan menentukan stadium. Berkat kemajuan teknologi radiologi seperti
USG dan CT-Scan ditambah sitologi biopsi aspirasi jarum halus, tindakan laparotomi dapat
DIAGNOSIS BANDING
31
Diagnosis banding serupa dengan yang dijelaskan untuk limfoma non Hodgkin pada pasien
dengan limfadenopati di leher, infeksi misalnya faringitis bakteri atau virus, mononucleosis
infeksiosa dan toksoplasmosis harus disingkirkan. Keganasan lain, misalnya limfoma non
Hodgkin, kanker nasofaring dan kanker tiroid dapat menimbulkan adenopati leher local.
Adenopati ketiak harus dibedakan dengan limfoma non Hodgkin dan kanker payudara. 7
Adenopati mediastinum harus dibedakan dengan infeksi, sarkoid dan tumor lain. Pada
pasien tua, diagnosis banding mencakup tumor paru dan mediastinum, terutama karsinoma sel
kecil dan non sel kecil. Mediastinitis reaktif dan adenopati hilus akibat histoplasmosis dapat
mirip dengan limfoma, karena penyakit tersebut timbul pada pasien asimtomatik. Penyakit
abdomen primer dengan hepatomegali, splenomegali dan adenopati massif jarang ditemukan,
dan penyakit neoplastik lain, terutama limfoma non Hodgkin harus disingkirkan dalam keadaan
Cytomegalovirus
Infectious Mononucleosis
Kanker paru
Lymphoma, Non-Hodgkin
Sarcoidosis
Serum Sickness
Syphilis
Systemic Lupus Erythematosus
Toxoplasmosis
Tuberculosis
TATALAKSANA
Untuk mendapatkan hasil pengobatan yang baik perlu adanya pendekatan multidisiplin segera
setelah didiagnosis. Faktor yang berpengaruh terhadap hasil pengobatan diantaranya adalah
umur pasien, psikologi, stadium penyakit dan gejala sisa pengobatan. Pengobatan yang
disease free survival (DFS) yang seimbang dengan risiko pengobatan yang paling rendah.
Protokol pengobatan pada anak saat ini hanya menggunakan kemoterapi saja kadang-kadang
dengan hanya memberikan dosis rendah radiasi pada daerah yang terbatas.1
32
Obat-obatan yang sering digunakan diantaranya adalah nitrogen mustard, onkovin,
siklofosfamid, onkovin, prokarbasin, prednison (COPP) dan banyak lagi protokol lainnya yang
digunakan.1
bertumpu pada kemoterapi kombinasi dipadukan dengan radioterapi. Dalam upaya mencapai
angka kuratif tinggi, perhatikan untuk mengurangi insiden timbulnya tumor sekunder yang
PROGNOSIS
Prognosis penyakit Hodgkin ini relatif baik. Penyakit ini dapat sembuh atau hidup lama dengan
pengobatan meskipun tidak 100%. Tetapi oleh karena dapat hidup lama, kemungkinan
mendapatkan late complication makin besar. Late complication itu antara lain:4
3. Penyakit CVS terutama mereka yang mendapat kombinasi radiasi dan pemberian
4. Penyakit pada paru pada mereka yang mendapat radiasi dan bleomisin yang juga dose
related
Ada tujuh faktor resiko independen untuk memprediksi masa bebas penyakit FFR (Freedom
From Progression), yaitu 1) Jenis Kelamin, 2) Usia >45 tahun; 3) Stadium IV; 4) Hb<10 gr%;
5) Leukosit >15.000/mm3; 6) Limfosit <600/mm3 atau <8% leukosit; 7) Serum albumin <4 gr
%.5
33
Pasien tanpa faktor resiko FFP = 84%, dengan satu faktor resiko FFP = 77%, dengan dua faktor
resiko FFP = 67%, tiga faktor resiko FFP = 60%, empat faktor resiko FFP = 51%, lima faktor
34
BAB V
GAMBARAN RADIOLOGI
X-Ray
Penampilan massa mediastinum pada radiografi dada tidak spesifik, dengan diagnosis yang
luas, dan diferensiasi lesi jinak dan ganas mungkin tidak dapat dilakukan. Tujuan utama
menggunakan sinar x adalah mengamati kelenjar getah bening hilus/regional, kelenjar getah
bening mediastinum, kelenjar getah bening karina dan mengamati pintu paru apakah adanya
invasi tumor. Kemungkinan adanya Pembesaran dari kelenjar getah bening mediastinum
anterior dan kelenjar getah bening hilus menjadi limfoma ganas, perlu menyingkirkan
diagnosis TB extra pulmo, infeksi jamur atau tumor lain yang disebabkan oleh pembengkakan
kelenjar getah bening.5
LIMFOMA HODGKIN
Gambar 5.1 Rontgen dada menunjukkan pelebaran garis besar mediastinum dan pelebaran garis partrakeal kanan.
Proyeksi lateral mengkonfirmasikan massa mediastinum anterior yang dominan. (Sumber: https://radiopedia.org)
35
Gambar 5.2 pemindahan loop usus secara lateral ooleh massa perut bagian tengah yang besar. (Sumber:
https://radiopedia.org)
Pemeriksaan radiografi dengan menggunakan kontras pada colon in loop misalnya juga
membantu menemukan pembesaran kelenjar getah bening, Limfoma primer kolon adalah
tumor langka saluran gastrointestinal (GI) dan hanya terdiri dari 0,2-1,2% dari semua
keganasan kolon. Jenis limfoma kolon yang paling umum adalah limfoma non-Hodgkin
(NHL).biasanya gambaran yang didapatkan sulit untuk dibedakan dengan keganasan lain,
gambaran yang dihasilkan tidak spesifik karenanya pemeriksaan colon in loop jarang
digunakan untuk menegakan diagnosis limfoma maligna.12
36
Gambar 5.4 keruntuhan sebagian dari corpus vertebra T4 dan T5 dengan massa paraspinal simetris bilateral
disertai efusi bilateral kecil (Sumber: https://radiopedia.org)
Gambar 5.5. Rontgen dada posteroanterior menunjukkan massa yang besar di wilayah parahilar meluas ke zona
atas dan tengah kanan, dengan silhouetting dari arteri paru-paru kanan. massa yang lebih kecil terlihat di pinggiran
zona kanan bawah. Massa tidak berespon dengan percobaan antibiotik.Biopsi dari lesi yang lebih besar terungkap
deposito NHL di paru-paru.
Sebelum era CT, pasien dnegan diagnosis limfoma maligna akan diperika menggunakan
radiografi dada, pyelografi intravena, limfangiografi, isotope scan. Berdasarkan pemeriksaan
37
tersebut banyak pasien HD harus masuk ke stadium laparotomy dengan risiko yang ada/
kehadiran CT pada 1970 sebagai trobosan baru untuk non-invasif imaging, dan hal ini
membuat limfoma maligna bisa teridentifikasi dan teratasi secara cepat dan akurat.13
CT scan dapat memperlihatkan jika kelenjar getah bening atau organ dalam tubuh anda
membesar. CT scan berguna untuk mencari limfoma di perut, panggul, dada, kepala, dan leher.
CT Scan lebih banyak digunakan daripada radiografi konvensional karena lebih jelas untuk
mendiagnosis limfoma dan membedakannya apakah jenis jinak atau ganas. Selain itu dapat
digunakan bersama dengan tomografi emisi positron (PET) . Untuk scan PET, disuntikan suatu
kontras (18-fluorodeoxyglucose/FDG ) yang terserap terutama dalam sel-sel kanker. Kemudian
digunakan CT Scan untuk melihat gambaran yang menangkap kontras tersebut. PET dengan
CT scan biasanya digunakan karena dapat membantu mengetahui apakah kelenjar getah bening
yang membesar mengandung limfoma, membantu menemukan area kecil dalam tubuh yang
mungkin limfoma, bahkan jika daerah terlihat normal pada CT scan biasa. Mengetahui apakah
limfoma merespons pengobatan. Beberapa dokter akan mengulangi PET scan setelah 1 atau 2
program kemoterapi. Jika kemoterapi bekerja, kelenjar getah bening tidak akan lagi mengambil
kontrasnya. PET dapat digunakan setelah perawatan dalam membantu memutuskan apakah
kelenjar getah bening yang membesar masih mengandung limfoma atau hanya jaringan parut.14
CT-scan merupakan pemeriksaan yang palin sering digunakan, karena efektif untuk
mendiagnosis serta menunjukan stadium pada limfoma maligna, meskipun memiliki
kekurangan untuk mengidentifikasi limfoma maligna pada keadaan organ yang normal.FDG-
PET menjadi alternative untuk masalah itu. Penggunaan gabungan FDG-PET/Scan menjadi
pemeriksaan yang memiliki sensitivitas mencapai 100% dengan 95% spesifisitas.13
38
LIMFOMA HODGKIN
Gambar 5.6 limfadenopati ekstensif ditunjukkan di sisi kiri leher. Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
yang terlihat di sisi kanan leher. (Sumber: https://radiopedia.org)
Gambar 5.7 massa mediastinum heterogen yang besar. disertai hepatosplenomegali dan didapatkan artefak
cincin (Sumber: https://radiopedia.org)
39
Gambar 5.8 lesi massa mesenterika dengan limfadenopati. Disertai dengan splenomegali. (Sumber:
https://radiopedia.org)
40
LIMFOMA NON HODGKIN
Gambar 5.9 massa tumor besar di daerah femoralis dan inguinal kanan, limfadenopati mengikutii pembuluh
iliaka ke panggul yang terkait dengan limfodenopati retroperitoneal. Dilatasi ureter proksimal kanan (Sumber:
https://radiopedia.org)
Gambar 5.10. bentuk klasik dari limfoma di hati. a: beberapa nodul hipodens dari tahap 4 large B-sel NHL; b:
massa besar hipodens tanpa repercussion empedu distal, tidak ada kapsuler retraksi atau invasi vaskular; c:
perihilar hipodens infiltrasi tanpa dampak vaskular pada struktur Portal; d: nodul hipodens pada pasien dengan
transplantasi ginjal untuk polycystosis.
41
Gambar 5.12. CT scan lesi limfoma paru. a: nodul limfoma ireguler MALT; b: nodul menyebar-sel B NHL ; c:
kondensasi atelektasis dari limfoma MALT; d: lobus kanan bawah opacity dan posterior segmental kondensasi
lobus tengah kanan pada penyakit Hodgkin.
Gambar 5.13 kasus limfoma folikular; limfadenopati yang diisolasi pada hilum kanan menyebabkan penyempitan
bronkus. Tidak ada limfadenopati hilar kiri, mediastinum, aksila, atau bagian atas abdomen. Tidak ada lesi paru
(Sumber: https://radiopedia.org)
42
Gambar 5.14 massa jaringan lunak homogen paa rongga panggul, retroperitoneal serta superior paha kiri
Gambar 5.15. Pria 93 tahun dengan diffuse large B-cell limfoma. A: gambar ct-scan dengan kontras yang
ditingkatkan. B: gambaran dengan FDG PET/CT terlihat masa di dinding dada yang menyerap kontras dengan
sangat tinggi.
43
Gambar 5.17 Pretherapy (A) dan follow up posttherapy (B) PET scan pasien dengan limfoma Burkitt yang
melibatkan banyak vertebra (panah). Pemindaian lanjutan menunjukkan serapan sumsum tulang yang menyebar
sekunder akibat pemberian faktor pertumbuhan dengan penurunan serapan yang terlihat pada area keterlibatan
sumsum tulang sebelumnya (Sumber: https://radiopedia.org)
44
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Seperti CT scan, MRI scan menunjukkan gambar rinci dari jaringan lunak dalam tubuh.
Tapi MRI scan menggunakan gelombang radio dan magnet yang kuat bukan x-ray. Tes ini tidak
digunakan sesering CT scan untuk limfoma, tetapi jika curiga menyebar ke sumsum tulang
belakang atau otak, MRI sangat berguna untuk melihat daerah-daerah tersebut.14
LIMFOMA HODGKIN
(a) (b)
(c) (d)
45
Gambar 5.18 MRI spine (a) sagital T1, (b) sagital T2, (c) axial T1, dan (d) axial T2 spine berupa penambahan bodi
vertebra diffuse pada v T3, T4, dan T5. Adanya gibbus resultan pada vertebra T4 dan T5. (Sumber:
https://radiologi.org)
46
LIMFOMA NON HODGKIN
Gambar 5.19 MRI limfoma Burkitt axial T2, koroner T2, sagital T1, dan axial FLAIR yang menunjukkan tingkat
tumor multiple sebelum kemoterapi di dasar tengkorak meluas ke tulang sphenoid. Tumor lebih tampak pada
aspek lateral bola mata kiri (ekstraconal) yang tidak dapat dipisahkan dari otot rektus lateral.
Ultrasonography:
47
untuk melihat ke dalam perut anda untuk pembesaran kelenjar getah bening atau organ seperti
hati dan limpa.Hal ini juga dapat mendeteksi ginjal yang telah menjadi bengkak karena aliran
urin telah diblokir oleh pembesaran kelenjar getah bening. (Hal ini tidak dapat digunakan untuk
melihat kelenjar getah bening di dada karena tulang rusuk memblokir gelombang suara.)15
48
LIMFOMA HODGKIN
49
Gambar 5.21 kelenjar getah bening yang abnormal pada leher dan fossa supraklavikula (Sumber:
https://radiopedia.org)
Gambar 5.22 massa jaringan lunak yang tidak teratur di supraklavikula kiri (Sumber: https://radiopedia.org)
50
LIMFOMA NON HODGKIN
Gambar 5.23 USG pada anterior paha menunjukkan massa bulat yang terdefinisi dengan baik yang tampaknya
51
BAB VI
KAJIAN ISLAM
Menurut Prof. Dr. Quraish Shihab sebagaimana yang dikutip oleh Ade
Hasman dalam bukunya Rahasia Kesehatan Rasulullah, ada dua istilah yang
berkaitan dengan kesehatan yang sering digunakan dalam kitab suci, yaitu “sehat”
dan “afiat”. Dalam kamus bahasa arab, kata afiat diartikan sebagai perlindungan
Allah untuk Hamba-Nya dari segala macam bencana dan tipu daya. Perlindungan
itu tentu tidak dapat diperoleh secara sempurna. Kecuali bagi mereka yang
mengindahkan petunjuk-petunjuk-Nya.20
Oleh karena itu, kata afiat dapat diartikan berfungsinya anggota tubuh
baik bagi segenap anggota badan maka agaknya dapat dikatakan mata yang sehat
adalah mata yang dapat meihat dan membaca tanpa menggunakan kacamata.Akan
tetapi, mata yang afiat adalah yang dapat melihat dan membaca objek-objek yang
kondisi manusia baik jasmani, rohani ataupun akal, sosial dan bukan semata-mata
memberantas penyakit. Dalam bahasa arab kata sehat diungkapkan dengan kata “as-
sihhah” atau yang seakar dengan keadaan baik, bebas dari penyakit dan kekurangan
52
Sedunia sebagiamana berikut: “health is defined as a state of complete physical,
mental, and social wellbeing and not merely the absense of disease or infirmity”.21
Tujuan utama pengobatan adalah memenuhi tujuan kedua shari'at,
dengan fungsi gizi yang baik. Pengetahuan medis digunakan untuk mencegah
manusia menghadapi ujian berupa sakit.Tentu keadaan sakit ini lebih sedikit dan
sebentar dibanding keadaan sehat. Yang perlu diketahui oleh setiap muslim adalah
tidaklah Allah menetapkan (mentaqdirkan) suatu taqdir melainkan di balik taqdir itu
terdapat hikmah, baik diketahui ataupun tidak. Dengan demikian, hati seorang
‘alaihissalam, “Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku.” [QS Asy
Syu’ara: 80]
Maka obat dan dokter hanyalah cara kesembuhan, sedangkan kesembuhan
hanya datang dari Allah. Karena Dia sendiri menyatakan demikian, “Dialah yang
menciptakan segala sesuatu.” Semujarab apapun obat dan sesepesialis dokter itu,
namun jika Allah tidak menghendaki kesembuhan, kesembuhan itu juga tidak akan
didapat. Bahkan jika meyakini bahwa kesembuhan itu datang dari selain-Nya,
53
berarti ia telah rela keluar dari agama dan neraka sebagai tempat tinggalnya kelak
jika tidak juga bertaubat. Dan fenomena ini kerap dijumpai di banyak kalangan,
entah sadar atau tidak. Seperti ucapan sebagian orang, “Tolong sembuhkan saya,
Dok .”Meski kalimat ini amat pendek, namun akibatnya sangat fatal, yaitu dapat
segala hal yang tidak diinginkan atau bahkan merugikan jika hal itu terjadi. Jika
memperhatikan soal kesehatan dengan cara antara lain mengajak dan menganjurkan
untuk menjaga dan mempertahankan kesehatan yang telah dimiliki setiap orang.
perhatian Islam terhadap kesehatan ini bisa dilihat dari anjuran sungguh-sungguh
Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa Al-Qur’an merupakan pedoman yang telah diturunkan
oleh Allah Swt sebagai penyembuh bagi segala jenis penyakit baik penyakit jasmani maupun
rohani.24
54
BAB VI
KESIMPULAN
Limfoma atau limfoma maligna adalah istilah umum untuk berbagai tipe kanker darah
yang muncul dalam sistem limfatik, yang menyebabkan pembesaran kelenjar getah bening.
Limfoma disebabkan oleh sel-sel limfosit B atau T, yaitu sel darah putih yang dalam keadaan
normal dapat menjaga daya tahan tubuh dengan menangkal infeksi bakteri, jamur, parasit, dan
virus, yang menjadi abnormal dengan membelah lebih cepat dari sel biasa atau hidup lebih
lama dari biasanya.
DAFTAR PUSTAKA
55
1. Sudarmanto M, Sumantri AG. Limfoma Maligna. Dalam: Buku Ajar Hematologi
Onkologi. IDAI. Ed-3. Jakarta: 2012. h. 248-54.
2. Hudson MM. Limfoma Non Hodgkin. Dalam: Ilmu Kesehatan Anak Nelson. 15th ed.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2012.h. 1780-83.
3. Ballentine JR. Non Hodgkin Lymphoma. Jan 20, 2012 (Cited Feb 9th, 2018). Available
at http://emedicine.medscape.com/article/203399-overview
4. Alarcone P. Hodgkin Lymphoma.Oct 11,2011 (Cited Feb 9th,2018). Available at
http://emedicine.medscape.com/article/987101-overview#a0101
5. Setiati Siti et all. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keenam Jilid III. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2015. P. 2977-88.
6. Hudson MM. Penyakit Hodgkin. Dalam: Ilmu Kesehatan Anak Nelson. 15 th ed. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.2012.h. 1777-83.
7. Gillchrist G. Lymphoma. Dalam: Nelson Textbook of Pediatrics. 17 th ed. Wisconsin:
Elsevier. 2007.h. 1701-6.
8. Stoppler MC. Hodgkin Lymphoma. May 1st2011 (Cited Feb 10th,2018) .Available at
(http://www.medicinenet.com/Hodgkin’s disease/article.htm)
9. Rahmi, dkk. Sari Pustaka Limfadenitis Tuberkulosis. Universitas Sumatera Utara. 2011.
Available:https://dokumen.tips/documents/limfadenitis-tuberkulosis-
55c8167b493c3.html. Diakses 10 Februari 2018.
10. Available at: https://radiopedia.org. Diakses pada 11 Februari 2018.
11. Hiswani. Toxoplasmosis Penyakit Zoonosis yang Perlu Diwaspadai Oleh Ibu Hamil.
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
12. Kaelany HD, Islam dan Aspek-aspek Kemasyarakatan. Jakarta: Bumi Aksara.2005.
13. Desen Wan. Buku Ajar Onkologi Klinis Edisi II. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2013. P. 547-63.
14. Ahuja A, Ying M. Grey-scale sonography in assessment of cervical lymphadenopathy:
review of sonographic appearances and features that may help a beginner. Br J Oral
Maxillofac Surg. 2000;38:451.
15. Ho SS, Ahuja AT, Yeo W, Chan TC, Kew J, Metreweli C. Longitudinal colour Doppler
study of superficial lymph nodes in non- Hodgkin's lymphoma patients on
chemotherapy. Clin Radiol. 2000;55:110.
16. Koch P, Valle FD, Berdel W, et al: Primary gastrointestinal non-Hodgkin’s lymphoma:
I. Anatomic and histologic distribution, clinical features, and survival data of 371
patients registered in the German Multicenter study GIT NHL 01/92. J Clin Oncol
19:3861-3873, 2001
56
17. Dragoni F, Cartoni C, Pescarmona E, et al. The role of high resolution pulsed and color
Doppler ultrasound in the differential diagnosis of benign and malignant
lymphadenopathy: results of multivariate analysis. Cancer. 1999;85:2485.
18. de Jong PA, Quarles van Ufford HM, Baarslag HJ, de Haas MJ, Wittebol SH, Quekel
LG, et al. CT and 18F-FDG PET for noninvasive detection of splenic involvement in
patients with malignant lymphoma. AJR Am J Roentgenol 2009;192(3):745—53.
19. Quarles van Ufford HME, Kwee TC, Beek FJ, van Leeuwen MS, Takahara T, Fijnheer
R, et al. Newly diagnosed lym- phoma: initial results with whole-body T1-weighted,
STIR, and diffusion-weighted MRI compared with 18F-FDG PET/CT. AJR Am J
Roentgenol 2011;196(3):662—9.
20. M.S.Levine,S.E.Rubesin,L.Pantongrag-Brown,J.L.Buck,and H. Herlinger, “Non-
Hodgkin’s lymphoma of the gastrointestinal tract: radiographic findings,” American
Journal of Roentgenol- ogy, vol. 168, no. 1, pp. 165–172, 1997.
21. Wahyudi MN. Pola Hidup Sehat Dalam Perspektif Al-Qur-an.
eprints.walisongo.ac.id/5397/1/114211050.pdf. Diakses pada tanggal 3 November
2017.
22. Sehat menurut WHO. repository.unand.ac.id/20049/3/BAB%20I.pdf. diakses pada
tanggal 3 November 2017.
23. Soularto DS. Petunjuk Kesehatan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.
https://misc09.files.wordpress.com/.../petunjuk-kesehatan-dalam-al-quran-dan-sunnah.
Diakses pada tanggal 3 Novemberl 2017.
24. Budiyanto, Carko.Dalil-Dalil Tentang Berobat. Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2010.Https://Ackogtg.Wordpress.Com/2010/06/16/Dalil-Dalil-Tentang-Berobat/.
Diakses 2 November 2017.
57