Anda di halaman 1dari 9

Volume7, Nomor 2, Desember 2016

e-ISSN : 2540-9611 | p-ISSN :2087-8508

T
IN
GG
I ILM
U
K
E
Jurnal Medika Saintika Vol 7 (2)

S
EH
A
S EKO L
Jurnal Medika Saintika

AT A N
SY E NT I K A
D Z A SA I

http://syedzasaintika.ac.id/jurnal

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN JENIS KELAMIN PERAWAT DENGAN


PENERAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK
KEPADA PASIEN

Vino Rika Nofia


Stikes Syedza Saintika

ABSTRAK

Perilaku perawat saat berkomunikasi terapeutik dengan pasien berhubungan dengan apa yang
diketahui perawat dan seharusnya berbuat seperti yang diketahuinya. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan dan Jenis Kelamin Perawat dengan Penerapan
Komunikasi Terapeutik kepada Pasien. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif
analitik dengan pendekatan cross sectional study. Penelitian ini telah dilakukan di Ruangan
Rawat Inap Interne dan Bedah RSUD Pariaman dimulai bulan September 2015 - bulan Februari
2016. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja di Ruangan Rawat Inap
Interne dan Bedah RSUD Pariaman yang berjumlah 33 orang. Sampel diambil secara total
sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuesioner untuk diisi langsung oleh
responden. Tahap pengolahan data melalui editing, coding, entry, cleaning dan tabulating
dengan menggunakan analisa univariat dan bivariat. Hasil penelitian univariat menunjukkan
responden dengan penerapan komunikasi terapeutik yang kurang baik yaitu 57,6%, responden
dengan tingkat pengetahuan yang rendah mengenai komunikasi terapeutik yaitu 72,7%, dan
responden dengan jenis kelamin perempuan 69,7%, laki-laki 30,3%. Dan hasil penelitian
bivariat menggunakan uji chi square terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat
pengetahuan perawat dengan penerapan komunikasi terapeutik (p = 0,019), terdapat hubungan
yang bermakna antara jenis kelamin perawat dengan penerapan komunikasi terapeutik (p =
0,021). Kesimpulan penelitian ini bahwa semakin baik pengetahuan perawat maka pelaksanaan
komunikasi terapeutik semakin baik, dan pelaksanna komunikasi terapeutik lebih baik pada
perawat perempuan dibandingkan pada perawat laki-laki.
Kata Kunci : Komunikasi terapeutik, pengetahuan, jenis kelamin

PENDAHULUAN
Perawat adalah orang yang mengasuh Komunikasi ini merupakan proses yang
dan merawat orang lain yang mengalami berkesinambungan dan dinamis, dimana
masalah kesehatan. Perawat merupakan perawat dan pasien mengembangkan
tenaga profesional yang mempunyai hubungan tidak hanya untuk berbagi
kemampuan, tanggung jawab dan informasi tetapi juga untuk membantu
wewenang dalam melaksanakan atau penyembuhan pasien (Sheldon, 2015).
memberikan perawatan kepada pasien yang Komunikasi terapeutik adalah
mengalami masalah kesehatan (Rifiani dan komunikasi yang direncanakan dan
Hartanti, 2013). dilakukan untuk membantu
Masalah kesehatan pada pasien dapat enyembuhan/pemulihan pasien.
diketahui oleh perawat melalui komunikasi. Komunikasi terapeutik merupakan

55
Volume7, Nomor 2, Desember 2016
e-ISSN : 2540-9611 | p-ISSN :2087-8508

komunikasi profesional bagi perawat nilai, latar belakang sosial budaya, emosi,
(Damaiyanti, 2010). Komunikasi terapeutik jenis kelamin, pengetahuan, peran-
merupakan komunikasi yang dilakukan hubungan, lingkugan dan jarak. Tingkat
secara sadar, bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan mempengaruhi komunikasi
kesehatan dan kegiatannya dipusatkan yang dilakukan. Seseorang dengan tingkat
untuk penyembuhan pasien (Rifiani dan pengetahuan rendah sulit merespon
Hartanti, 2013). pertanyaan yang mengandung bahasa verbal
Komunikasi sangat penting pada dengan tingkat pengetahuan yang lebih
proses keperawatan yaitu sebagai sarana tinggi. Penerapan komunikasi terapeutik di
yang sangat efektif dalam memudahkan Rumah Sakit akan terlaksana dengan baik
perawat melaksanakan peran dan fungsinya bila didukung oleh pengetahuan perawat
dengan baik, tanpa komunikasi pelayanan mengenai komunikasi terapeutik ; baik
keperawatan sulit untuk diaplikasikan. tujuan, manfaat, prinsip, tahapan, maupun
Dalam proses asuhan keperawatan, teknik-teknik dari Komunikasi terapeutik
komunikasi ditujukan untuk mengubah (Potter & Perry dalam Damaiyanti, 2010).
prilaku pasien guna mencapai tingkat Jenis kelamin mempengaruhi
kesehatan yang optimal, yang bertujuan kemampuan komunikasi terapeutik perawat
untuk terapi, maka komunikasi dalam (Damaiyanti, 2010). Menurut Friedman
keperawatan disebut sebagai komunikasi (2012) mengatakan bahwa Pria memiliki
terapeutik (Suryani, 2006). sifat agresif dan Wanita memiliki sifat
Memiliki keterampilan berkomunikasi pengasuh. Menurutnya sebagian besar
yang terapeutik, perawat akan lebih mudah energi wanita dicurahkan untuk hamil,
menjalin hubungan saling percaya dengan melahirkan dan menyusui, sehingga insting
klien, sehingga akan lebih efektif dalam maternal ini menjadikan wanita memiliki
mencapai tujuan asuhan keperawatan yang kelebihan dalam merawat dan menjalin
telah diterapkan dan memberikan kepuasan komunikasi yang baik dengan orang lain.
profesional dalam pelayanan keperawatan. Hal ini akan sangat mempengaruhi
Manfaat dari komunikasi terapeutik adalah komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh
mendorong kerja sama antara perawat perawat wanita yang memiliki sifat
dengan pasien melalui hubungan perawat- mengasuh dan merawat dibandingkan
pasien dan mengidentifikasi, dengan perawat pria.
mengungkapkan perasaan, mengkaji Di Indonesia penelitian yang dilakukan
masalah dan mengevaluasi tindakan yang oleh Mahmud (2014) tentang “Hubungan
dilakukan oleh perawat (Damaiyanti, 2010). Pengetahuan Komunikasi Terapeutik
Berhasilnya komunikasi terapeutik Perawat dengan kemampuan Komunikasi
dipengaruhi oleh beberapa faktor Terapeutik dalam Melaksanakan Asuhan
diantaranya adalah perkembangan, persepsi, Keperawatan pada Pasien di Ruang Rawat

56
Volume7, Nomor 2, Desember 2016
e-ISSN : 2540-9611 | p-ISSN :2087-8508

Inap Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango tahun 2015 yaitu 1347 orang, dengan rata-
tahun 2014” menunjukkan bahwa sebagian rata pasien rawat inap perbulannya
besar responden (74,4%) dengan berjumlah 135 orang dimana Bed
pengetahuan komunikasi terapeutik kurang Occupation Rate (BOR) adalah 78,23%.
baik, memiliki kemampuan yang kurang Dan jumlah pasien yang dirawat Di
baik pula dalam penerapan komunkasi Instalasi Rawat Inap Bedah bulan Januari
terapeutik yaitu sebagan besar responden sampai Oktober tahun 2015 yaitu 1458
(76,9%). Dan Menurut Nurmeila (2014) orang, dengan rata-rata pasien rawat inap
dalam penelitiannya tentang “Hubungan perbulannya berjumlah 145 orang dimana
Pengetahuan dan Sikap Perawat dengan Bed Occupation Rate (BOR) adalah
Penerapan Komunikasi Terapeutik kepada 67,81%.
Pasien di Ruangan Rawat Inap Penyakit Berdasarkan survei awal penelitian
Dalam dan Bedah RSU Mayjen H. A pada tanggal 2 September 2015 terhadap 10
Thalib Kabupaten Kerinci Tahun 2014” (sepuluh) orang perawat yang bekerja di
menunjukkan bahwa lebih dari separuh Instalasi Rawat Inap Interne dan Bedah
responden (60%) dengan pengetahuan RSUD Pariaman mengenai pengetahuan
rendah terhadap komunikasi terapeutik, perawat tentang penerapan komunikasi
memiliki kemampuan yang kurang baik terapeutik, 8 orang menyatakan tidak
dalam penerapan komunikasi terapeutik mengetahui pengertian komunikasi
yaitu sebagian besar responden (85,7%). terapeutik, 7 orang mengatakan tidak
Rumah Sakit Umum Daerah mengetahui tujuan dari komunikasi
Pariaman merupakan Rumah Sakit Umum terapeutik, 6 orang mengatakan tidak
Milik Pemerintah Provinsi Sumatera Barat mengetahui manfaat dari komunikasi
yang dijadikan rujukan bagi Puskesmas dan terapeutik, 7 orang mengatakan tidak
Rumah Sakit yang ada diwilayah kerja mengetahui tahapan komunikasi terapeutik
Sumatera Barat bahagian barat. Ruang dan 8 orang mengatakan tidak mengetahui
Instalasi Rawat Inap Interne dan Bedah teknik dari komunikasi terapeutik. Dan dari
merupakan ruang rawat inap dengan jumlah pengamatan selama survei awal kepada
pasien terbanyak dibandingkan dengan perawat laki-laki dan perawat perempuan
ruang rawat inap lain. Perawat yang yang bekerja di Ruangan Rawat Inap
bekeraja di Ruang Rawat Inap Interne Interne dan Bedah, menunjukkan bahwa 1
berjumlah 33 orang, Interne 17 orang (4 dari 4 orang perawat laki-laki sudah
orang perawat S1 dan 13 orang perawat menyapa pasien dengan ramah sambil
DIII) dan Bedah berjumlah 16 orang (6 memperkenalkan diri dengan baik.
orang perawat S1 dan 10 orang perawat Sedangkan 2 dari 4 perawat perempuan
DIII). Adapun jumlah pasien rawat inap sudah menyapa pasien dengan ramah
Interne pada bulan Januari sampai Oktober sambil memperkenalkan diri dengan baik.

57
Volume7, Nomor 2, Desember 2016
e-ISSN : 2540-9611 | p-ISSN :2087-8508

Berdasarkan hal tersebut maka penulis telah telah dilakukan di Ruangan Rawat Inap
melakukan penelitian tentang "Hubungan Interne dan Bedah RSUD Pariaman,
Pengetahuan dan Jenis Kelamin Perawat dimulai dari bulan September 2015 s/d
dengan Penerapan Komunikasi Terapeutik bulan Februari 2016. Populasi dalam
kepada Pasien di Ruangan Rawat Inap penelitian ini adalah seluruh perawat yang
Interne dan Bedah RSUD Pariaman Tahun bekerja di Ruangan Rawat Inap Interne dan
2016”. Bedah RSUD Pariaman pada bulan
METODE PENELITIAN Februari 2016 yang berjumlah 33 orang.
Desaian penelitian ini adalah Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian deskriptif analitik dengan penelitian ini adalah Total Populasi, dalam
pendekatan cross sectional study, Pada hal ini yang menjadi sampel adalah seluruh
penelitian ini variabel independen adalah perawat yang bekerja di Ruangan Rawat
komunikasi terapeutik perawat, sedangan Inap Interne dan Bedah RSUD Pariaman
variabel dependennya adalah Pengetahuan sebanyak 33 orang responden.
dan Jenis Kelamin perawat. Penelitian ini
HASIL PENELITIAN
Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penerapan Komunikasi
Terapeutik Perawat
Penerapan Komunikasi f %
Terapeutik
Kurang Baik 19 57,6
Baik 14 42,4
Jumlah 33 100
Berdasarkan tabel 1.1 diketahui lebih komunikasi terapeutik yang kurang baik
dari separoh responden memiliki Penerapan yaitu 57,6%.
Tabel 1.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Perawat
Tentang Komunikasi Terapeutik
Tingkat Pengetahuan f %
Rendah 24 72,7
Tinggi 9 27,3
Jumlah 33 100
Berdasarkan tabel 1.2 diketahui pengetahuan yang rendah mengenai
sebagian besar responden memiliki tingkat komunikasi terapeutik yaitu 72,7%.
Tabel 1.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Perawat
Jenis Kelamin f %
Laki-laki 10 30,3
Perempuan 23 69,7
Jumlah 33 100
Berdasarkan tabel 1.3 diketahui
bahwa sebagian besar responden memiliki

58
Volume7, Nomor 2, Desember 2016
e-ISSN : 2540-9611 | p-ISSN :2087-8508

jenis kelamin perempuan yaitu 69,7% dan kelamin laki-laki yaitu 30,3%.
sebagian kecil responden memiliki jenis
Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat dengan Penerapan Komunikasi
Penerapan komunikasi terapeutik hubungan yang signifikan antara tingkat
yang kurang baik lebih banyak pada pengetahuan perawat dengan penerapan
responden dengan tingkat pengetahuan komunikasi terapeutik di ruangan rawat
rendah (70,8%) dibandingkan pada tingkat inap interne dan bedah RSUD Pariaman
pengetahuan tinggi (22,2%). Hasil uji tahaun 2016 dengan nilai p = 0,019 (p value
statistik chi square didapatkan, ada < 0,05).
Hubungan Jenis kelamin Perawat dengan Penerapan Komunikasi Terapeutik
Tabel 1.4 Penerapan Komunikasi Terapeutik
Penerapan Komunikasi
Terapeutik p-value
Jenis kelamin Kurang Baik Total
Baik
f % f % f %
Laki-laki 9 90,0 1 10,0 10 100
0,021
Perempuan 10 43,5 13 56,5 23 100
Jumlah 19 57,6 14 42,4 33 100
Berdasarkan tabel 1.4 diketahui ada hubungan yang signifikan antara jenis
bahwa penerapan komunikasi terapeutik kelamin perawat dengan penerapan
yang kurang baik lebih banyak pada komunikasi terapeutik di ruangan rawat
responden dengan jenis kelamin laki-laki inap interne dan bedah RSUD Pariaman
(90,0%) dibandingkan pada responden tahaun 2016 dengan nilai p = 0,021 (p value
dengan jenis kelamin perempuan (43,5%). < 0,05).
Hasil uji statistik chi square didapatkan,
PEMBAHASAN
1. Hubungan Tingkat Pengetahuan statistik chi square didapatkan, ada
dengan Penerapan Komunikasi hubungan yang signifikan antara tingkat
Terapeutik pengetahuan perawat dengan penerapan
Berdasarkan hasil penelitian komunikasi terapeutik di ruangan rawat
diketahui bahwa penerapan komunikasi inap interne dan bedah RSUD Pariaman
terapeutik yang kurang baik lebih banyak tahaun 2016 dengan nilai p = 0,019 (p value
pada responden dengan tingkat pengetahuan < 0,05).
rendah (70,8%) masih ditemukan sebagian Hasil penelitian ini sejalan dengan
kecil responden yang memiliki pengetahuan penelitian yang dilakukan oleh Diana
tinggi (22,2%) namun kurang baik dalam (2006) tentang hubungan pengetahuan
penerapan komunikasi terapeutik. Hasil uji komunikasi terapeutik perawat terhadap

59
Volume7, Nomor 2, Desember 2016
e-ISSN : 2540-9611 | p-ISSN :2087-8508

kemampuan komunikasi terapeutik perawat tingkat pengetahuan perawat dengan


di Rumah Sakit Elisabeth Purwokerto penerapan komunikasi terapeutik
menggunakan uji chi-square dengan tingkat disebabkan karena semakin tinggi tingkat
signifikansi (alfa = 0,05) diperoleh hasil p- pengetahuan seorang perawat maka
value = 0,001 (p value < 0,05). Dari hasil motivasi dan kesadaran untuk menerapkan
penelitian tersebut membuktkan bahwa ada komunikasi terapeutik akan semakin tingg
hubungan yang bermakna antara tingkat pula. Sebaliknya jika pengetahuan rendah
pengetahuan perawat dengan penerapan maka adanya kecendrungan perawat untuk
komunikasi terapeutik dalam memberikan tidak menerapkan komunikasi terapeutik
asuhan keperawatan kepada pasien. dengan baik. Masih ditemukan sebagian
Terbukti bahwa pengetahuan akan kecil responden yang memiliki pengetahuan
mempengaruhi penerapan komunikasi tinggi (22,2%) namun kurang baik dalam
terapeutik pada perawat. Hal ini sesuai penerapan komunikasi terapeutik hal ini
dengan pendapat Damaiyanti (2010), bahwa disebabkan oleh kurangnya motivasi dan
Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi tidak adanya reword dari rumah sakit itu
komunikasi yang dilakukan. Seseorang sendiri bagi perawat yang menerapkan
dengan tingkat pengetahuan rendah akan komunikasi terapeutik yang baik, serta juga
sulit merespon pertanyaan yang dipengaruhi oleh persepsi, nilai,
mengandung bahasa verbal dengan tingkat lingkungan, peran dan hubungan, budaya,
pengetahuan yang lebih tinggi. Pendapat dan faktor emosi.
lainnya dikemukakan oleh Wawan dan 2. Hubungan Jenis Kelamin dengan
Dewi (2011), bahwa pengetahuan itu Penerapan Komunikasi Terapeutik
sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan Berdasarkan hasil penelitian
formal. Pengetahuan sangat erat diketahui bahwa penerapan komunikasi
hubungannya dengan pendidikan, dimana terapeutik yang kurang baik lebih banyak
diharapkan bahwa dengan pendidikan yang pada responden dengan jenis kelamin laki-
tinggi maka orang tersebut akan semakin laki (90,0%) dibandingkan pada responden
luas pula pengetahuannya. Akan tetapi dengan jenis kelamin perempuan (43,5%).
perlu ditekankan, bukan berarti seseorang Hasil uji statistik menggunakan chi-square
yang berpendidikan rendah mutlak didapatkan, ada hubungan yang bermakna
berpengetahuan rendah pula. Hal ini antara jenis kelamin perawat dengan
mengingat bahwa peningkatan pengetahuan penerapan komunikasi terapeutik di
tidak mutlak diperoleh melalui pendidikan ruangan rawat inap interne dan bedah
formal saja, akan tetapi dapat diperoleh RSUD Pariaman tahaun 2016 dengan nilai
melalui pendidikan non formal. p = 0,021 (p value < 0,05).
Menurut analisa peneliti terhadap Setiap jenis kelamin mempunyai gaya
panelitian ini adalah terdapatnya hubungan komunikasi yang berbeda-beda. Tanned

60
Volume7, Nomor 2, Desember 2016
e-ISSN : 2540-9611 | p-ISSN :2087-8508

dalam Damaiyanti (2010) menyebutkan kurang dari separuh responden yang


bahwa wanita dan laki-laki mempunyai memiliki jenis kelamin perempuan (43,5%)
perbedaan gaya komunikasi. Dari usia 3 namun kurang baik dalam penerapan
tahun wanita bermain dengan teman komunikasi terapeutik hal ini disebabkan
baiknya atau dalam grup kecil dan karena perempuan walaupun memiliki sisi
menggunakan bahasa untuk mencari lebih dari laki-laki dari segi kemampuan
kejelasan, meminimalkan perbedaan, serta berkomunikasi dan sifat pengasuh/merawat,
membangun dan mendukung keintiman. namun dari segi emosionalitas memiliki
Laki-laki, dilain pihak, menggunakan sifat subjektif dan sentimental
bahasa untuk mendapatkan kemandirian KESIMPULAN
dari aktivitas dalam grup yang lebih besar, Berdasarkan analisis data hasil
dimana jika mereka ingin berteman mereka penelitian tentang hubungan pengetahuan
melakukannya dengan bermain. dan jenis kelamin perawat dengan
Menurut Friedman (2012) mengatakan penerapan komunikasi terapeutik kepada
bahwa Pria memiliki sifat agresif dan pasien di Ruangan Rawat Inap Interne Dan
Wanita memiliki sifat pengasuh. Bedah RSUD Pariaman Tahun 2016 dapat
Menurutnya sebagian besar energi wanita disimpulkan bahwa terdapat lebih dari
dicurahkan untuk hamil, melahirkan dan separoh responden yaitu (57,6%) memiliki
menyusui, sehingga insting maternal ini Penerapan komunikasi terapeutik yang
menjadikan wanita memiliki kelebihan kurang baik, Sebagian besar responden
dalam merawat dan menjalin komunikasi yaitu (72,7%) memiliki tingkat pengetahuan
yang baik dengan orang lain. Hal ini akan yang rendah mengenai komunikasi
sangat mempengaruhi komunikasi terapeutik, Sebagian besar responden
terapeutik yang dilakukan oleh perawat memiliki jenis keamin perempuan yaitu
wanita yang memiliki sifat mengasuh dan 69,7% dan laki-laki yaitu 30,3% terdapat
merawat dibandingkan dengan perawat hubungan yang bermakna antara tingkat
Pria. pengetahuan perawat dengan penerapan
Menurut analisa peneliti terhadap komunikasi terapeutik di Ruangan Rawat
panelitian ini adalah terdapatnya hubungan Inap Interne Dan Bedah RSUD Pariaman
jenis kelamin perawat dengan penerapan Tahun 2016. (p = 0,019). Terdapat
komunikasi terapeutik disebabkan karena hubungan yang bermakna antara jenis
sifat dan karakter dari seorang laki-laki kelamin perawat dengan penerapan
yang cendrung tegas, simple dan tidak komunikasi terapeutik di Ruangan Rawat
banyak beramah tamah, sedangkan karakter Inap Interne Dan Bedah RSUD Pariaman
dari perempuan adalah keibuan, perhatian, Tahun 2016. (p = 0,021).
senang beramah tamah dan sensitif terhadap
DAFTAR PUSTAKA
perasaan orang lain. Masih ditemukan

61
Volume7, Nomor 2, Desember 2016
e-ISSN : 2540-9611 | p-ISSN :2087-8508

Abdad, Fairus Ali. 2012. Tingkat Nasir, Abdul. 2009. Komunikasi Dalam
Pengetahuan Perawat Tentang Keperawatan. Jakarta : Salemba
Komunikasi Terapeutik di Unit Medika.
Rawat Umum Rumah Sakit DR. H. Notoatmojo. 2007. Promosi Kesehatan dan
Marzoeki Mahdi Bogor. Skripsi. Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka
FIK UI Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Nurmeilia, Seprima. 2014. Hubungan
Penelitian Suatu Penekatan Pengetahuan dan Sikap Perawat
Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. dengan Penerapan Komunikasi
Bennita. 2013. Keperawatan Dasar. Terapeutik kepada Pasien di
Yogyakarta : Rapha Publishing. Ruangan Penyakit Dalam dan
Damaiyanti, Mukhripah. 2010. Komunikasi Bedah Rumah Sakit Umum Mayjen
Terapeutk.. Bandung : Refika H. A. Thalib Kabupaten Kerinci
Aditama. Tahun 2014. Skripsi. Stikes Syedza
Diana. 2006. Hubungan Pengetahuan Saintika Padang.
Komunikasi Terapeutik Terhadap Nursalam. 2015. Manajemen Keperawatan
Kemampuan Komunikasi Aplikasi Dalam Praktik
Terapeutik Perawa di Rumah Sakit Keperawatan Profesional. Jakarta
Elisabeth Yogyakarta. Skripsi. Selatan : Salemba Medika
Universitas Jendral Sudirman. . 2008. Konsep dan
Ermanto dan Emidar. 2014. Bahasa Penerapan Metodologi Penelitian
Indonesia Pengembangan Ilmu keperawatan. Jakarta :
Kepribadian di Perguruan Tinggi. Salemba Medika.
Padang : UNP Press. Potter dan Perry. 2005. Fundamental
Ester, Monica. 2005. Pedoman Perawatan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Pasien. Jakarta : EGC. Risfiani,Nisya dan Hartanti Sulihandri.
Friedman,Howard dan Miriam Scustack. 2013. Prinsip-prinsip Dasar
2012. Kepribadian Teori Klasik Keperawatan. Jakarta Timur :
dan Riset Modern. Jakarta : Dunia Cerdas.
Erlangga. Sheldon, Lisa Kennedy. 2015. Komunikasi
Hardani, Wibi. 2012. Kepribadian Teori untuk Keperawatan Berbicara
Klasik dan Riset Modern. Jakarta : dengan Pasien. Jakarta : Erlangga
Erlanggga. Suryani. 2006. Komunikasi Terapeutik
Herimanto. 2011. Ilmu Sosial dan Budaya Teori dan Praktik. Jakarta : EGC.
Dasar. Jakarta : Bumi Aksara. Susanti, Irma Liza. 2014. Hubungan
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Riset Komunikasi Terapeutik Dan Mutu
Keperawatan dan Teknik Penulisan Pelayanan Perawat Dengan
Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika. Kepuasa Pesien Dibangsal Rawat
Mahmud, Mayanti. 2014. Hubungan Ianap RSU Mayjen H. A Thalib
Pengetahuan Komunikasi Kabupaten Kerinci Tahun 2014.
Terapeutik dengan Kemampuan Padang : StikesSyedza Saintika.
Komunikasi Terapeutik alam Vaughans, Bennita W. 2013. Keperawatan
Melaksanakan Asuhan Dasar. Yogyakarta : Rapha
keperawatan pada Pasien di Ruang Publishing.
Rawat Inap RSU Toto Kabila Wahyuningsih, Esty. 2005. Pedoman
Kabupaten Bone Bolango.Skripsi. Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.
FIKK UNG. Wawan dan Dewi. 2011. Teori dan
Mubarak, Wahit Iqbal dkk. 2009. Ilmu Pengukuran Pengetahuan, Sikap
Keperawatan Komunitas Konsep dan Perilaku Manusia. Yogyakarta
dan Aplikasi. Jakarta Selatan : : Nuha Medika.
Salemba Medika.
Mundakir. 2006. Komunikasi Keperawatan
Aplikasi Dalam Pelayanan.
Yogyakarta : Graha Ilmu.

62
Volume7, Nomor 2, Desember 2016
e-ISSN : 2540-9611 | p-ISSN :2087-8508

63

Anda mungkin juga menyukai