Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Untuk memastikan keberlanjutan lingkungan hidup, Pemerintah Indonesia
mempunyai komitmen sangat kuat dalam mencapai Millenium Development Goals
(MDGs), yang dihasilkan pada Johanesburg Summit pada tahun 2002. Salah satu
kesepakatan dalam MGDs (target 9) adalah menurunkan separuh proporsi penduduk
yang tidak mempunyai akses terhadap air bersih dan sanitasi dasar pada tahun 2015.
Terkait dengan upaya pencapaian target di atas pemerintah berusaha memadukan
prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dengan kebijakan dan program nasional.
pada saat ini setidaknya terdapat beberapa tantangan menyangkut lingkungan hidup
di Indonesia di antaranya yang berkaitan dengan penyelamatan air dari tindakan
eksploitatif yang melewati batas-batas kewajaran dan pencemaran air, baik air tanah
maupun air sungai, danau dan rawa bahkan air laut. Berbagai kegiatan terkait dengan
pencemaran air ini misalnya, pencemaran akibat kegiatan manusia di antaranya
adalah kegiatan rumah tangga dan juga aktivitas manusia yang melakukan buang air
besar di tempat terbuka.
Dalam hal sanitasi, masyarakat masih memanfaatkan “toilet terbuka” yang
biasanya terletak di kebun, pinggir sungai, dan parit sawah. Dengan melakukan buang
air besar di tempat terbuka hal ini akan menimbulkan pencemaran pada permukaan
tanah dan air. Perilaku semacam itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
faktor ekonomi karena untuk membuat septik tank diperlukan biaya, tidak tersedianya
septik tank umum dan layanan yang baik untuk penyedotannya. Buang air besar di
area terbuka (sungai atau kebun) telah menjadi kepraktisan dan dilakukan banyak
orang di sekitarnya. Lingkungan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap
kesehatan pada umumnya, karena berpengaruh langsung maupun tidak langsung
terhadap genetik individu, perilaku, serta gaya hidup. Sebagaimana dikemukakan
Blum (1974) dalam planning for health, development and application of sosial
change theory, bahwa faktor lingkungan berperan sangat besar dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Sebaliknya, kondisi kesehatan masyarakat yang buruk

1
termasuk timbulnya berbagai penyakit menular, dan faktor lingkungan sangat besar
(Anies, 2006).
Lingkungan yang dimaksud meliputi lingkungan fisik, biologi, kimia, sosial,
ekonomi dan budaya. Sampai saat ini masih banyak penduduk di negara kita terkena
penyakit yang diakibatkan karena rendahnya tingkat sanitasi. Banyaknya penyakit-
penyakit lingkungan yang menyerang masyarakat karena kurang bersihnya
lingkungan di sekitar ataupun kebiasaan buruk yang mencemari lingkungan tersebut.
Hal ini dapat menyebabkan penyakit yang dibawa oleh kotoran yang ada di
lingkungan bebas tersebut baik secara langsung ataupun tidak langsung melalui
perantara. Masalah diare merupakan salah satu problem penyakit yang berbasis
lingkungan dan masih merupakan masalah kesehatan terbesar di Indonesia, baik
dikarenakan masih buruknya kondisi sanitasi dasar, lingkungan fisik maupun
rendahnya perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Seberapa pentingkah Air bersih dan Sanitasi ?
2. Apa upaya untuk menanggulangi masalah air bersih dan sanitasi ?
3. Apa saja capaian atau sasaran dari pembangunan berkelanjutan mengenai air
bersih dan sanitasi?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pentingnya Air Bersih dan Sanitasi.
2. Untuk mengetahui Pembangunan Berkelanjutan mengenai Air Bersih dan Sanitasi.
3. Untuk mengetahui pencapaian dari Pembangunan Berkelanjutan mengenai Air
Bersih dan Sanitasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Air Bersih dan Sanitasi
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan
menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air bersih
adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum. Adapun
persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi
kualitas fisik, kimia, biologi dan radiologis, sehingga apabila dikonsumsi tidak
menimbulkan efek samping (Ketentuan Umum Permenkes
No.416/Menkes/PER/IX/1990). Dwijosaputro (1981), air merupakan zat yang mutlak
bagi setiap makhluk hidup dan kebersihan air adalah syarat utama bagi terjaminnya
kesehatan.
Sanitasi merupakan salah satu komponen dari kesehatan masyarakat. Sanitasi
merupakan usaha pengawasan terhadap faktor – faktor lingkungan fisik manusia yang
mempengaruhi atau mungkin dipengaruhi, sehingga merugikan perkembangan fisik,
kesehatan, dan kelangsungan hidup. Sanitasi yang kita ketahui merupakan suatu
usaha untuk membina dan menciptakan suatu keadaan yg baik di bidang kesehatan,
terutama kesehatan masyarakat. Tetapi pengertian sanitasi secara rinci adalah
perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud
mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan
berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan
meningkatkan kesehatan manusia. Sanitasi juga adalah sesuatu cara untuk mencegah
berjangkitnya suatu penyakit menular dengan jalan memutuskan mata rantai dari
sumber. Sanitasi merupakan usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada
penguasaan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat
kesehatan (Azwar,1990).
Pengertian air bersih dan sanitasi adalah unsur terpenting yang menentukan
kelangsungan hidup, kondisi kesehatan dan martabat manusia. Air minum sanitasi
dasar mempunyai peranan yang penting sebagai indikator kemiskinan terutama
dalam upaya peningkaan kesehatan masyarakat. MDGs menempatkan

3
teriaminya persediaan air minum dan sanitasi ke dalam tujuan utama yang harus
dicapai pada tahun 2015. Tujuan MDGs memastikan keberlanjutan hidup yang
mencukup tiga target yaitu memadukan prinsip-prinsip pembagunan berkelajutan
dengan kebijakan dan program nasional serta mengembalikan sumber yang hilang
(target ke 9). Pada tahun 2015 juga harus di pastikan pengurangan setengahnya
persentasi penduduk tanpa akses terhadap sumber air minum yang aman dan
berkelajutan serta fasilitas sanitasi dasar (target ke 10). Sementara itu juga di target
bahwa pada tahun 2020 kehidupan penduduk miskin permukiman kumuh mencapai
perbaikan nyata. Dengan tidak mengesampingkan peranan penting target bidang
lingkungan lainnya. Pembiayaan untuk penyediaan air minum dan sanitasi dasar
menjadi fokus perhitungan pencapaian MDGs saat ini.

2.1.1 Manfaat Air Bagi Kesehatan Tubuh


Manfaat air bagi kesehatan tubuh
1. Manfaat air untuk diet
2. Manfaat air untuk kelembaban kulit
3. Menjaga kelembaban seluruh organ tubuh
4. Mengeluarkan racun dari dalam tubuh
5. Mencegah dehidrasi
2.1.2 Manfaat Air dalam Kegiatan Manusia
1. Kebutuhan sehari-hari, air digunakam untuk minum, masak, mandi, mencuci
dan kegiatan bersih-bersih lainnya.
2. Air untuk keperluan umum meliputi digunakan untuk tempat rekreasi, untuk
membersihkan pasar dan jalan, untuk air mancur dan sebagainya.
3. Air untuk keamanan, air digunakan untuk memadamkan kebakaran Keperluan
air untuk industri, air digunakan pada industri seperti pembangkit tenaga
listrik, pabrik dan sebagainya.
4. Air untuk keperluan perdagangan, air digunakan untuk toko, retaurant, hotel,
warung dan lain-lain. Air untuk pertanian, air digunakan untuk irigasi lahan
pertanian.

4
5. Air untuk peternakan seperti tambak, kolam, keramba apung dan sebagainya.
6. Air sebagai tempat media transportasi seperti perjalanan dengan kapal laut.

2.1.3 Manfaat Air Bagi Hewan


Air juga merupakan komponen penting dalam tubuh hewan, seperti halnya tubuh
manusia, tubuh hewan juga sekitar tiga per lima terdiri dari air. Cairan dalam tubuh
hewan seperti darah, air liur, air kencing semuanya sebenarnya adalah air. Semua
bagian dari tubuh hewan hampir mengandung air. Jadi kebutuhan air untuk tubuh
hewan hampir sama dengan kebutuhan manusia terhadap air. Manfaat yang lain lihat
dibawah ini:
1. Untuk menjaga suhu tubuh.
2. Mengatur tekanan osmose darah sehingga darah tetap encer.
3. Berperan untuk melancarkan pencernaan.
4. Sebagai alat transportasi nutrisi keseluruh tubuh.
5. Untuk memproduksi susu.
6. Pertumbuhan fetus (janin).
2.1.4 Manfaat Air bagi Tanaman
Air juga merupakan komponen penting bagi kehidupan tanaman, kekurangan air
pada tanaman dapat menghambat pertumbuhan, produksi buah, fotosintesis, atau
bahkan menyebabkan tanaman tersebut mati karena kurang air. Manfaat lain dari air
untuk tanaman adalah:
1. Untuk melarutkan zat hara dalam tanah sebelum diserap oleh akar.
2. Menyerap dan mengangkut zat hara tersebut dan mendistribusikan ke seluruh
bagian tanaman.
3. Mengangkut dan memindahkan zat seperti hasil fotosintesis dan zat lain.
4. Sebagai media berlangsungnya proses biokimia, air merupakan zat pelarut
yang sangat baik untuk membantu proses tersebut.
5. Sebagai bahan utama untuk keperluan biokimia seperti berlangsungnya
fotosintesis.

5
6. Air sebagai sistem hidrolik, seperti memberikan takanan pada sel tanaman
sehingga dapat menimbulkan turgor pada pada dinding sel, membantuk saat
membuka dan menutupnya stomata.
7. Menjaga stabilisasi suhu, air memiliki panas jenis yang tinggi dan
memungkinkan air berfungsi untuk mengatur panas pada tanaman. Walaupun
penyerapan banyak (panas/radiasi) hanya akan merubah sedikit suhu tubuh
tanaman. Hal ini dikarenakan radiasi tersebut dikembalikan lagi ke alam
melalui penguapan pada permukaan tubuh tanaman.
8. Air sebagai alat gerak pada tumbuhan, seperti gerak nasti.
9. Sebagai molekul penting pada protoplasma, protoplasma terdiri dari molekul-
molekul makro seperti karbohidrat, protein, pektin, dan zat-zat lain akan
membentuk struktur unik berupa koloid karena adanya kontak dangan
molekul air.
10. Membentuk sel-sel baru, memelihara dan mengganti sel-sel yang rusak.
11. Melarutkan dan membawa nutrisi-nutrisi, oksigen dan hormon ke seluruh sel
tubuh yang membutuhkan.
12. Melarutkan dan mengeluarkan sampah-sampah dan racun dari dalam tubuh
kita.
13. Katalisator dalam metabolisme tubuh serta mampu meredam benturan bagi
organ vital.Pelumas bagi sendi-sendi dan menstabilkan suhu tubuh
2.1.5 Manfaat Sanitasi
Berikut ini adalah manfaat sanitasi menurut Direktur Perumahan dan
Permukiman Bappenas, Nugroho Tri Utomo seperti dikutip dari
forum kompasiana.com :
1. Menghindari Agka Pertumbuhan Ekonomi Semu
Kerugian ekonomi akibat sanitasi buruk sebagaimana diuraikan di atas, jika
dihitung detail, seharusnya akan mempengaruhi dan mengurangi laju
pertimbuhan ekonomi.
2. Meningkatkan Kualitas Kesehatan, Pendidikan dan Produktivitas Masyarakat

6
Menurut WHO, kondisi dan perilaku sanitasi yang baik dan perbaikan kualitas
air minum dapat menurunkan kasus diare yang akan mengurangi jumlah hari
tidak masuk sekolah dan tidak masuk kerja hingga 8 hari pertahun atau
meningkat 17% yang tentunya berdampak pada kesempatan meningkatkan
pendapatan.
3. Menurunkan Angka Kemiskinan
Akibat buruknya sanitasi, rata-rata keluarga di Indonesia harus menanggung Rp
1,25 juta setiap tahunnya. Ini jumlah yang sangat berarti bagi keluarga miskin.
Biaya-biaya tersebut mencakup biaya berobat, perawatan rumah sakit, dan
hilangnya pendapatan harian (opportunity cost) akibat menderita sakit atau harus
menunggu dan merawat anggota keluarga yang sakit.
4. Memberdayakan Masyarakat
Perubahan perilaku terhadap akses sanitasi, telah dibuktikan dapat mendorong
kontribusi investasi sanitasi. Pengalaman pembangunan Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) di Jawa Timur menunjukkan leverage factor, bahwa setiap
Rp 1 yang dikeluarkan telah berhasil menggerakan investasi sanitasi dari
masyarakat sendiri hingga Rp 35.
5. Menyelamatkan Masyarakat
Manfaat dari investasi sanitasi tentu saja terkait motto di bidang kesehatan yang
sudah dikenal luas, yaitu mencegah selalu lebih murah dari mengobati.
Bayangkan negara kita harus kehilangan Rp 58 triliun pertahun karena kita
memilih tidak mengalokasikan anggaran sebesar Rp 11,2 triliun pertahun untuk
memperbaiki kondisi sanitasi.
6. Menjaga Lingkungan hidup
Bank Pembangunan Asia (2009) menyatakan bahwa, kita telah gagal
menginvestasikan USD 1 untuk menangani sanitasi, sehingga sungai kita
tercemar, maka akan diperlukan pengeluaran biaya sebesar USD 36 untuk
memulihkan kembali kondisi air sungai tersebut.

7
2.1.6 Galakkan Budaya Sanitasi
Banyakkan manfaat dari sanitasi. Ayo sekarang kita galakkan budaya “sanitasi sehat”
dengan gerakan 2S3P, mau tahu gerakannya ?
1. Stop air besang sembarangan.
2. Sering-seringlah mencuci tangan dengan sabun.
3. Pengolahan makanan dalam rumah tangga.
4. Pengolahan limbah cair.
5. Pengolahan limbah padat.

2.2 Upaya Masalah Air Bersih dan Sanitasi


Adapun 3 langkah strategis yang harus diambil oleh pemerintah untuk mengatasi
masalah Air Bersih dan Sanitasi yakni sebagai berikut
1. Langkah pertama yang mendasar adalah pemerintah terus menggalakkan upaya
penumbuhan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan sekitarnya. Hal itu
sebenarnya telah dilakukan oleh pemerintah melalui program PHBS, yaitu
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang mengupayakan untuk memberdayakan
anggota rumah tangga agar sadar, mau dan mampu melakukan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat. Sasaran penyuluhan program ini adalah kelas IV dan V
SD/sederajat. Namun, di sini, saya ingin menggaris bawahi, bahwa hendaknya
penyuluhan tentang PHBS sebaiknya lebih dimulai dari dini. Bahkan sejak taman
kanak-kanak pun, pemerintah harus memberikan penyuluhan juga. Mulai dari hal-
hal kecil seperti mencuci tangan sebelum makan, gosok gigi dua kali sehari, dan
lainnya. Sehingga, penanaman perilaku hidup sehat dapat teraplikasikan sejak
anak didik berada di pendidikan dasar.
PHBS seharusnya juga tidak hanya diberikan kepada anak-anak. Orang tua pun
juga perlu diberi pengetahuan tentang ini. Sebab, orang tua-lah yang membentuk
pribadi dan perilaku anak tersebut. Secara tidak langsung, orang tua juga menjadi
pengawas bagi anak saat di rumah, apakah anak tersebut mampu melaksanakan
perilaku hidup sehat ataukah tidak.

8
Selain itu, instansi – instansi pemerintah, masyarakat, pendidikan dan lainnya juga
harus diberi penyuluhan tentang ini. Dengan begitu, fasilitas di lembaga mereka
tentu harus memenuhi standar, bahkan di atas standar. Misal fasilitas tempat cuci
tangan yang memadai serta fasilitas MCK yang bersih dan layak.
Selain digalakkan melalui penyuluhan, pemerintah juga sebenarnya telah
menggalakkan PHBS melalui demonstrasi atau peragaan langsung. Misalnya
demonstrasi cuci tangan yang benar, klinik sanitasi, dan lain sebagainya. Namun,
upaya pemerintah mengadakan sosialisasi semacam itu terlihat belum menyeluruh
ke seluruh wilayah Indonesia, terutama daerah-daerah yang masuk ke dalam
daerah dengan kualitas air dan sanitasi yang buruk. Ketidakterjangkauan itulah
yang menyebabkan masyarakat tidak tahu bagaimana berperilaku hidup sehat.
Oleh karena itu, pelaksanaan PHBS hendaknya dipetakan secara maksimal
sehingga dapat menjangkau daerah-daerah yang membutuhkan.
Program lainnya yang telah dilaksanakan pemerintah adalah PPSP yaitu Program
Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman. Melalui program ini
pembangunan sanitasi untuk permukiman yang membutuhkan diharapkan dapat
dipercepat. Namun, minimnya anggaran yang dimiliki, menyebabkan program ini
jauh dari kata maksimal. Sehingga, dibutuhkan anggaran yang lebih besar untuk
mewujudkannya.
2. Langkah kedua yang harus dilaksanakan, setelah kesadaran masyarakat dapat
ditumbuhkan, maka pemerintah menaikkan anggaran untuk meningkatkan fasilitas
untuk mengakses air bersih serta sanitasi yang layak. Berdasarkan data yang telah
saya tulis di atas, rata-rata daerah di Indonesia masih mengalokasikan 1,5% dari
APBD-nya untuk pembangunan di bidang sanitasi. Hal itu tentu sangat kecil, dan
seharusnya bisa ditambah untuk tahun-tahun ke depannya.
3. Langkah ketiga apabila di rasa APBD telah mencapai titik maksimum, sehingga
tidak dapat dinaikkan lagi, pemerintah juga dapat menjalin kerja sama dengan
lembaga-lembaga internasional yang berkaitan dengan hal ini. Misalnya lembaga
PBB, seperti WHO atau World Health Organization. Di tingkat nasional, langkah
Danone untuk membantu ketersediaan air bersih di NTT patut diacungi jempol.

9
Dan itu, tentu akan semakin dapat menjangkau daerah lainnya bila kerja sama itu
dilakukan dengan Lembaga-Lembaga Internasional lainnya.

2.3 Pembangunan Berkelanjutan tentang Air Bersih dan Sanitasi


Sanitasi, begitu juga air bersih, secara khusus dibahas pada tujuan enam SDGs,
walaupun tetap perlu menjadi catatan bahwa tujuan-tujuan yang ada ini sesungguhnya
merupakan suatu kesatuan. Dalam penjelasan mengenai tujuan enam ditetapkan target
atau sasaran capaian sebagai berikut:
1. Pada tahun 2030, mencapai akses air minum universal dan layak yang aman dan
terjangkau bagi semua.
2. Pada tahun 2030, mencapai akses sanitasi dan kebersihan yang memadai dan layak
untuk semua, dan mengakhiri buang air besar sembarangan (BABS), memberikan
perhatian khusus pada kebutuhan perempuan dan anak perempuan dan orang-
orang dalam situasi rentan.
3. Pada tahun 2030, meningkatkan kualitas air dengan mengurangi polusi,
menghilangkan timbulan sampah serta mengurangi pembuangan bahan kimia
berbahaya, dan mengurangi hingga separuh proporsi air limbah yang tidak
ditangani serta meningkatkan guna ulang dan daur ulang aman secara global.
4. Pada tahun 2030, secara substansial meningkatkan efisiensi penggunaan air di
semua sektor dan memastikan keberlangsungan pengambilan dan pasokan air
tawar untuk mengatasi kelangkaan air dan secara substansial menurunkan jumlah
masyarakat yang menderita kelangkaan air.
5. Pada tahun 2030, menerapkan pengelolaan sumberdaya air terpadu di semua
tingkatan, termasuk melalui kerjasama lintas batas yang sesuai.
6. Pada tahun 2020, melindungi dan memperbaiki ekosistem yang terkait air,
termasuk pegunungan, hutan, lahan basah, sungai, akuifer dan danau.
7. Pada tahun 2030, memperluas kerjasama dan pengembangan kapasitas dukungan
internasional untuk negara-negara berkembang dalam kegiatan ataupun program
yang berhubungan dengan air bersih dan sanitasi, termasuk pemeliharaan sumber

10
air, desalinasi, efisiensi air, pengolahan air limbah, teknologi daur ulang dan guna
ulang.
8. Pada tahun 2030, mendukung dan memperkuat partisipasi masyarakat lokal dalam
meningkatkan pengelolaan air dan sanitasi.
9. Berkaca dari pengalaman berbagai negara mencapai tujuan MDGs, sanitasi
termasuk sektor yang sulit sekali merangkak mencapai target. Indonesia sendiri
termasuk yang masih bekerja keras untuk memastikan target MDGs untuk sanitasi
bisa tercapai. Data terakhir di tahun 2014 menyebutkan capaian akses sanitasi di
Indonesia telah mencapai 59,71% dan optimis bahwa di tahun 2015 target 62,41%
tercapai.
10. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) yang
melibatkan berbagai Kementerian dan menyasar berbagai lini pemerintahan
secara intensif mengawal perencanaan dan pembangunan sanitasi di Indonesia
sejak 2009 hingga saat ini. Percaya diri dengan modalitas yang telah terbangun
dalam lima tahun kerjanya, Program PPSP telah menetapkan target capaian yang
lebih tinggi untuk 2019. Sesuai amanat RPJMN 2015-2019, yang juga mengacu
pada SDGs 6, target akses universal sanitasi atau 100% cakupan akses sanitasi di
akhir tahun 2019 telah ditetapkan.
11. Target global maupun target nasional pembangunan sanitasi memang cukup
ambisius, tetapi mengingat bahwa sanitasi merupakan kebutuhan yang sangat
mendasar bagi setiap orang maka sudah selayaknya hal ini didukung dan
diwujudkan bersama.
12. Kebanyakan kota-kota di negara berkembang terutama di kawasan Asia Pasifik
menghadapi masalah yang berkaitan dengan air dan energi, dan memiliki
keterbatasan dalam mengatasi masalah ini. Target MDGs 7c menyerukan pada
negara-negara untuk "Mengurangi Separuh Jumlah Penduduk Yang Tidak
Memiliki Akses Air Minum Dan Sanitasi Yang Layak Pada Tahun 2015".
Menanggapi hal tersebut, negara-negara di kawasan Asia Pasifik melalui UN
Habitat membuat Kerangka Aksi Pertemuan MDGs Dalam Bidang Air Bersih
dan Sanitasi di kawasan Asia Pasifik. Dalam dua dekade terakhir, akses air bersih

11
dan sanitasi di kawasan Asia Timur dan Asia Pasifik (EAP) telah meningkat
secara signifikan. Kawasan ini mengalami peningkatan akses air bersih rata-rata
sebesar 2,3%, lebih tinggi dari peningkatan rata-rata global sebesar 13%. Sejalan
dengan hal tersebut, akses sanitasi juga meningkat sebesar 37%, lebih tinggi
daripada peningkatan rata-rata global sebesar 15%. Namun, sekitar 180 juta
penduduk yang belum mendapatkan akses air bersih masih menjadi tantangan
besar bagi kawasan ini. Selain itu, EAP menghadapi tantangan 11% penduduk
yang masih mengalami open defekasi di kawasan Sub Pasifik.
13. Sebagian besar negara-negara di kawasan Asia Pasifik termasuk Indonesia masih
memiliki indeks keamanan akses air bersih dibawah rata-rata. Namun Indonesia
telah mengembangkan pasokan air bersih dan sanitasi secara terus menerus
dalam tiga dekade terakhir. Khususnya dalam beberapa dekade terakhir,
Indonesia telah melaksanakan program berskala nasional dalam sektor air bersih
dan sanitasi. Upaya dan kerja keras yang diiringi dengan kesadaran masyarakat
tentang Pola Hidup Bersih Sehat (PHBS) berdampak pada peningkatan akses air
minum yang aman dan sanitasi yang memadai sebesar 20% antara tahun 1993
hingga tahun 2013. Adapun akses terhadap sanitasi yang layak meningkat
sebesar 34,9% antara tahun 1993 hingga tahun 2013. Target MDGs 2015 terkait
sektor air bersih dan sanitasi merupakan hal yang penting bagi Indonesia dalam
mencapai target RPJPN. Target yang ditetapkan dalam RPJMN adalah; pada
tahun 2019 Indonesia harus mencapai 100% akses air minum dan sanitasi yang
aman.
14. Pasca MDGs 2015, upaya untuk mencapai kemakmuran, ekuitas, kebebasan,
martabat, dan perdamaian dunia akan terus berlanjut. PBB bersama pemerintah,
masyarakat, dan pemangku kepentingan lain, akan bekerja sama untuk
memperkuat kesuksesan MDGs dalam menggalang aksi untuk memberantas
kemiskinan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan manusia. Mereka sepakat
untuk menyukseskan MDGs dengan mengembangkan Sustainable Development
Goals (SDGs). Topik yang dianggap penting di tahun 2015 adalah ketahanan
pangan dan pertanian yang berkelanjutan, air dan sanitasi, energi, pendidikan,

12
pengentasan kemiskinan, dan kesehatan. Target SDGs menyerukan kepada setiap
negara untuk "Memastikan Ketersediaan Dan Keberlanjutan Pengelolaan Air
Bersih Dan Sanitasi", yang diharapkan dapat tercapai di tahun 2030.
15. Sekjen PBB menetapkan 27 Panel Tingkat Tinggi pada bulan Juli 2012. Panel
Tingkat Tinggi diketuai oleh Susilo Bambang Yudhoyono yang merupakan
Presiden ke-6 Republik Indonesia, Presiden Sirleaf dari Liberia, dan Perdana
Menteri Cameron dari Inggris. Panel Tingkat Tinggi merupakan kemitraan global
yang bertujuan untuk memberantas kemiskinan dan mengubah perekonomian
melalui pembangunan berkelanjutan. Panel juga diusulkan untuk mengatasi
masalah lintas sektor seperti perdamaian, kesenjangan, perubahan iklim,
perkotaan, generasi muda, wanita, dan konsumsi berkelanjutan dan pola
produksi. Menanggapi masalah perubahan iklim, dibutuhkan adaptasi terhadap
perubahan iklim dan pengurangan risiko bencana ke dalam strategi regional dan
nasional. Sementara untuk perkotaan, panel mengakui bahwa pemerintah kota
memiliki tanggung jawab yang besar dalam pengaturan masalah perkotaan.
Masalah yang spesifik seperti kemiskinan, kumuh, pengelolaan sampah,
pelayanan publik, penggunaan sumber daya, dan perencanaan perlu diselesaikan
dalam waktu dekat. Konsumsi berkelanjutan dan pola produksi memegang
peranan penting dalam mendukung pembangunan berkelanjutan. Fokus utama
ada pada ketersediaan pangan, air bersih, dan energi yang merupakan dasar dari
kehidupan. Perubahan yang paling penting dalam konsumsi berkelanjutan dan
produksi akan didorong oleh teknologi, inovasi, desain produk , pedoman
kebijakan yang terperinci, pendidikan, dan perubahan perilaku. Panel
mengusulkan dua belas Universal Goals dan National Target. Target tersebut
menyerukan pada negara-negara untuk "Mencapai Universal Akses Dalam
Sektor Air Minum Dan Sanitasi" yang diharapkan dapat tercapai pada tahun
2030.
16. Indonesia melalui Direktorat Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat yang bekerja sama dengan Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional (BAPPENAS) dan kementerian lain yang terkait,

13
mengadakan Forum Indonesia International Water Week (IIWW) di tahun 2014,
yang merupakan batu loncatan menuju Indonesia International Water Week
(IIWW) di tahun 2015. Acara ini diselenggarakan agar dapat menjadi sarana
bertukar pengalaman dan berbagi pengetahuan untuk menjawab tantangan global
pada sektor air bersih dan sanitasi, termasuk pengalaman negara lain yang
melibatkan peran swasta dalam penyediaan air minum dan sanitasi dalam rangka
pembangunan berkelanjutan. Model input kerjasama antara pemerintah dengan
swasta menjadi masukan penting karena Indonesia saat ini menghadapi
pembatalan UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air yang merupakan
dasar hukum bagi kerja sama antara pemerintah dengan swasta.
17. Pada tahun 2014, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan
pihak-pihak yang terkait mengadakan dua acara yang berhubungan dengan sektor
air minum dan sanitasi. Semakin seimbangnya sektor air dan sanitasi, pertanian
dan sektor industri (air, pangan, dan energi), semakin banyaknya perhatian yang
dibutuhkan untuk pengaturan di segala sektor, dan semakin banyaknya perhatian
yang dibutuhkan untuk pengerjaan di segala sektor, adalah mandat dari Indonesia
International Water Week (IIWW) 2014 dan Indonesia Water Learning Week
(IWLW) 2014. Mandat ini akan menjadi jiwa dari International Water Week
2015 dengan tema "Air Bersih dan Sanitasi Menuju Pembangunan
Berkelanjutan". IIWW 2015 merupakan seminar berorientasi aksi yang mungkin
diusulkan dalam roadmap untuk mencapai pembangunan berkelanjutan di
Indonesia.

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Air bersih dan sanitasi adalah unsur terpenting yang menentukan kelangsungan hidup,
kondisi kesehatan dan martabat manusia. Air minum sanitasi mempunyao peranan
yang penting sebagai indicator kemiskinan terutama dalam upaya peningkatan
kesehatan masyarakat. MDGs menempatkan terjaminnya persediaan air minum dan
sanitasi ke dalam tujuan utama yang harus dicapai pada tahun 2015.
Tujuan MDGs memastikan keberlanjutan hidup yang mencukup tiga target yaitu
memadukan prinsip-prinsip Pembangunan Berkelanjutan dengan kebijakan dan
Prrogram Nasional serta mengembalikan sumber yang hilang. Pada tahun 3015 juga
harus dipastikan pengurangan setengahnya presentasi penduduk tanpa akses terahadap
sumber air minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar.
Sementara itu juga ditarget bahwa pada tahun 2020 kehidupan penduduk miskin
permukiman kumuh mencapai perbaikan nyata. Dengan tidak mengesampingkan
peranan penting target bidang lingkungan lainnya. Pembiayaan untuk penyediaan air
minum menjadi focus perhitungan pencapaian MDGs saat ini.
Maka dari ini kami simpulkan sangat diperlukan pembangunan berkelanjutan tentang
air bersih dan sanitasi demi kesejahteraan masyarakat Indonesia agar masalah ini bisa
terselesaikan dan tidak berlarut-larut dialami oleh madyarakat Indonesia di daerah-
daerah terpencil masih mengalami sulitnya air bersih dan sanitasi tersebut.

3.2 Saran
Adapun saran dalam makalah ini adlah :
1. Mengatur permanfaatan air tanah yang disertai dengan pengawasan yang
ketat.
2. Pemberian surat IMB (Izin Mendirikan Bangunan) harus disertai dengan
kewajiban penyediaan lahan terbuka, dan kewajiban memperbaiki kualitas dan
mengembalikan tata guna air sesauai dengan pemanfaatann.

15
3. Setiap bangunan diwajibkan membuat sumur serapan sehingga dapat
meningkatkan cadangan air.
4. Menanam poho, sebanyak banyaknya atau melakukan reboisasi di hutan-hutan
gundul.
5. Tidak membuang sampah sembarangan.
6. Menghemat air bersih.

16
DAFTAR PUSTAKA

Air Bersih dan Sanitasi, http://nurulkhaifa.blogspot.com/2016/12/air-bersih-dan-


sanitasi.html , 16.10, 12/01/2019

17

Anda mungkin juga menyukai