Anda di halaman 1dari 17

Ujian Akhir Semester

TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Teori Belajar

Dosen : Prof. Dr. Muhammad Badiran, M.Pd

Disusun Oleh :

BOBY WALDANI NIM. 8186122005

Kelas: B

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI


PENDIDIKAN PROGRAM
PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018
Nama : Boby Waldani Ujian Akhir Semester
NIM : 8186122005
Mata Kuliah : Teori Belajar dan Pembelajaran
Dosen : Prof. Dr. Muhammad badiran, M.Pd
Prodi/Kelas : Teknologi Pendidikan / B.

1. (a) Identifikasi adanya kesenjangan dalam pelaksanaan pendidikan.


(b) Berdasarkan kesenjangan tersebut, rancanglah suatu. Kegiatan intruksional
berdasarkan salah satu teori intruksional yang anda yakini dapat mengatasinya
(c) andaikan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut, anda mengalami hambatan
bagaiamana strategi anda mengatasinya agar tidak terjadi kegagalan.
Jawab
a. Identifikasi Kesenjangan Pendidikan di lingkungan belajar.

Sering kali kesenjangan belajar terjadi dalam proses belajar mengajar dimana guru
belum dapat memfasilitasi proses pembelajaran dengan berbagai model dan juga
media belajar. Sedangkan dalam mengikuti perkembangan jaman saat ini,
pendidikan harus bergerak dalam rangka memenuhi tuntutan dan tujuan
pendidikan yang semkain hari menuju arah digital. Belum lagi peran pemerintah
yang masih belum maksimal dalam memfasilitasi kebutuhan belajar para peserta
didik. Ini membuktikan bahwa pendidikan Indonesia belum sepenuhnya siap
menyongsong era revolusi industry 4.0 dimana manusia atau peserta didiknya
belum dapat sepenuhnya mengikuti perkembangan ini,
b. Dalam menghadapai kesenjangan diatas seperti teori Bloom (1977) membagi
tujuan instruksional menjadi tiga kawasan menurut jenis kemampuannya yang
tercantum didalamnya.tujuan yang mempunyai titik berat kemmpuan berfikir
disebut tujuan dalam kawasan kognitif. Kemampuan mengingat, memahami,
menerapkan , menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi sesuatu merupakan
jenjang kemampuan dalam kawasan ini. Tujuan yang mempunyai focus
ketrampilam melakukan gerak fisik disebut tujuan dalam kawasan psikomotorik.
Kemampuan meniru melekukan suatu gerak, memanipulasi gerak, merangkaikan
berbagai gerakan, melakukan gerakan dengan tepat dan wajar adalah bagian dari
kawasan psikomotorik. Tujuan yang lain, yang berintikan kemampuan bersikap
disebut tujuan dalam kawasan efektif.

Tujuan instruksional dalam kawasan manapun harus dirumuskan dalam kalimat


dengan kata kerja dan operasional, serta yang menunjukkan kegiatan yang dapat
dilihat. Kalimat siswa akan dapat menjelaskan atau menguraikan sesuatu lebih
tepat digunakan daripada siswa dapat mengerti, memahami, atau mengetahui.
Perhatikan contoh dibawah ini:
a. Siswa akan dapat menggunakan desain penelitian yang sesuai dengan proyek
penelitian yang akan dilakukannya.
b.Siswa akan dapat menyusun rencana kegiatan proyek dengan menggunakan PERT
(program evaluation and review techniques)
c. Siswa akan dapat mendemonstrasikan lompat tinggi gaya flop (suatu gaya lompat
tinggi yang digunakan kebanyakan juara saat ini).
Ketiga contoh instruksional umum (TIU) diatas masing-masing terdiri empat
bagian. Pertama, orang yang belajar. Dalam kalimat-kalimat diatas orang belajar
adalah siswa, bukan pengajar atau bukan orang lain. Tujuan harus berorientasi
pada siswa. Seringkali pengajar atau pengelolah pendidikan yang lain membuat
perumusan yang berorientasi kepada mereka, bukan kepada siswa seperti dua
contoh berikut ini :
a. Tujuan pembelajaran ini adalah mengajarkan penerapan berbagai desai penelitian
b. Program ini akan membahas secar mendalam prosedur penyusunan kegiatan
proyek berdasarkan PERT.
Kedua contoh perumusan tujuan tersebut, diatas tidak memperhatikan apa yang
akan dicapai siswa. Keduanya dapat ditafsirkan bahwa sepanjang pengajar
membahas atau mengajar pelajaran yang dimaksud atau program pengajaran berisi
pelajaran tersebut, maka tujuan telah tercapai, walaupun siswa belum dapat
melakukan apa-apa.
Kedua, istilah yang digunakan adalah “akan dapat” bukan dapat atau sudah
dapat karena tujuan itu dirumuskan sebelum siswa mulai belajar. Tujuan itu akan
dicapai setelah proses belajar. Istilah akan dapat itu dihubungkan dengan kata
kerja yang menunjukkan hasil belajar bukan kata kerja yang berorientasi kepada
proses belajar seprti (siswa) mempelejari, membaca. Tujuan harus berorientasi
kepada hasil belajar, bukan kepada proses belajar. Dengan demikian, bila ada
perumusan yang berbunyi : “ siswa akan mempelajari berbagai desain penelitian
atau membaca prosedur penyusunan rencana kegiatan proyek”, dapat ditafsirkan
bahwa sepanjang siswa telah melakukan proses tersebut, maka tujuan telah
tercapai, walaupun siswa belum berhasil “memahami” apa yang telah dipelajarinya
sebagai suatu tujuan; yang penting bukanlah siswa telah melakukan proses belajar
tertentu, seperti dapat menyusun desain penelitian atau menyusun rencana kegiatan
proyek.
Ketiga, kata kerja dalam tujuan instruksional haruslah berbentuk kata kerja
aktif dan dapat diamati, seperti menyusun, menggunakan atau mendemonstrasikan.
Bandingkanlah dengan kata kerja memahami, mengetahui, dan merasakan yang
tidakdapat diamati oleh mata. Dick Carey (1985) menggunakan contoh tujuan
yang biasa digunakan oleh banyak bank sebagai berikut: karyawan bank akan
mengetahui atau memahami nilai pelayana yang hormat dan ramah.
Kata mengetahui atau memahami dapat berarti menjelaskan atau dapat pula berarti
melakukan. Kemampuan menjelaskan dan melakukan sangat besar bedanya.
Karena itu, istilah memahami disebut tidak jelas dan tidak pasti karena berarti
mengandung banyak pengertian, sehingga perlu dihindari.
Keempat, tujuan instruksional mengandung objek seperti desain penelitian,
rencana kegiatan proyek, dan lompat tinggi.
Bagian ketiga dan keempat dari tujuan instruksional yang berupa kata kerja dan
objek adalah perilaku (behavior) yang diharapkan dikuasai siswa pada akhir proses
belajarnya. Itulah sebabnya tujuan instruksional sering disebut tujuan yang bersifat
perilaku (behavior objective). Ia disebut pula tujuan penampilan (performance
objective). Karena akan ditampilkan siswa setelah proses belajar.
Bagian ketiga dan keempat dari tujuan instruksional ini merupakan bagian yang
sangat penting. Berdasarkan kedua bagian tersebut akan disusun tes dan strategi
instruksional, termasuk metode, media, dan isi pelajaran. Karena itu,
ketidakjelasan perumusan tujuan instruksional akan mengakibatkan ketidakjelasan
dasar penyusuna komponen system instruksional yang lain. Disamping itu,
kegiatan merumuskan tujuan instruksional merupakan salah satu wujud tanggung
jawabseorang pengajar untuk dapat mengatakan atau orang lain menilai apakah ia
berhasil atau belum berhasil mencapai tujuannya.
Tujuan instruksional, disamping berfungsi sebagai suatu yang akan dicapai,
berfungsi pula sebagai kriteria untuk mengukur keberhasilan suatu kegiatan
instruksional. Oleh karena itu, seorang pengajar yang merumuskan tujuan
instruksionalnya sebelum proses pengajaran dapat dipandang sebagai pengajar
yang bersedia mempertanggungawabkan keberhasilan atau kegagalan dalam
mengajar. Atas dasar criteria itu pula seorang pengajar dapat menentukan kapan ia
harus memperbaikiefektifitas pengajarannya
c. Jika mengahadapi kendala dalam pelaksanaan nya maka perlu dilakukan evaluasi
ulang agar terlihat dimana kendala yang terjadi.
2. Deskripiskan garis besar alur pikir teori belajar pigget, brunner, dan landa.
Temukan makna dan prinsip belajar dan pembelajaran yang mendidik
menurut masing-masing teori tersebut.
Dan uraikam implikasi pedagodik untuk masing-masing teori serta apa
persamaan dan perbedan antara teori tersebut.
Jawab :

Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang


hayat, artinya belajar adalah proses yang terus-menerus, yang tidak pernah
berhenti dan terbatas pada dinding kelas. Hal ini didasari pada asumsi bahwa
di sepanjang kehidupannya, manusia akan selalu dihadapkan pada masalah-
masalah, rintangan-rintangan dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai
dalam kehidupan ini. Prinsip belajar sepanjang hayat ini sejalan dengan empat
pilar pendidikan universal seperti yang dirumuskan UNESCO, yaitu:
(1) learning to know, yang berarti juga learning to learn; (2) learning to do;
(3) learning to be, dan (4) learning to live together.
Learning to know atau learning to learn mengandung pengertian bahwa
belajar itu pada dasarnya tidak hanya berorientasi kepada produk atau hasil
belajar, akan tetapi juga harus berorientasi kepada proses belajar. Dengan
proses belajar, siswa bukan hanya sadar akan apa yang harus dipelajari, akan
tetapi juga memiliki kesadaran dan kemampuan bagaimana cara mempelajari
yang harus dipelajari itu.
Learning to do mengandung pengertian bahwa belajar itu bukan hanya
sekedar mendengar dan melihat dengan tujuan akumulasi pengetahuan, tetapi
belajar untuk berbuat dengan tujuan akhir penguasaan kompetensi yang sangat
diperlukan dalam era persaingan global.
Learning to be mengandung pengertian bahwa belajar adalah
membentuk manusia yang “menjadi dirinya sendiri”. Dengan kata lain, belajar
untuk mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai individu dengan kepribadian
yang memiliki tanggung jawab sebagai manusia.
Learning to live together adalah belajar untuk bekerjasama. Hal ini
sangat diperlukan sesuai dengan tuntunan kebutuhan dalam masyarakat global
dimana manusia baik secara individual maupun secara kelompok tak mungkin
bisa hidup sendiri atau mengasingkan diri bersama kelompoknya.

Proses pembelajaran yang akan disiapkan oleh seorang guru hendaknya


terlebih dahulu harus memperhatikan teori-teori yang melandasinya. Ada
beberapa teori belajar yang mendukung pembelajaran dengan pendekatan
inkuiri diantaranya:
1. Teori Piaget
Menurut Piaget perkembangan kognitif pada anak secara garis besar terbagi
empat periode yaitu: a) periode sensori motor ( 0 – 2 tahun); b) periode
praoperasional (2-7 tahun); c)periode operasional konkrit (7-11 tahun); d)
periode operasi formal (11-15) tahun. Sedangkan konsep-konsep dasar proses
organisasi dan adaptasi intelektual menurut Piaget yaitu: skemata (dipandang
sebagai sekumpulan konsep); asimilasi (peristiwa mencocokkan informasi
baru dengan informasi lama yang telah dimiliki seseorang; akomodasi (terjadi
apabila antara informasi baru dan lama yang semula tidak cocok kemudian
dibandingkan dan disesuaikan dengan informasi lama); dan equilibrium (bila
keseimbangan tercapai maka siswa mengenal informasi baru).
1. Teori Bruner

Teori belajar Bruner hampir serupa dengan teori Piaget, Bruner


mengemukakan bahwa perkembangan intelektual anak mengikuti tiga tahap
representasi yang berurutan, yaitu: a) enaktif, segala perhatian anak
tergantung pada responnya; b) ikonik, pola berpikir anak tergantung pada
organisasi sensoriknya dan c) simbolik, anak telah memiliki pengertian yang
utuh tentang sesuatu hal sehingga anak telah mampu mengutarakan
pendapatnya dengan bahasa.

Implikasi teori Bruner dalam proses pembelajaran adalah menghadapkan anak


pada suatu situasi yang membingungkan atau suatu masalah.Dengan
pengalamannya anak akan mencoba menyesuaikan atau mengorganisasikan
kembali struktur-struktur idenya dalam rangka untuk mencapai keseimbangan
di dalam benaknya.

1. Teori Landa
Menurut teori sibernetik Proses belajar akan berjalan dan baik jika materi
pelajaran yang hendak dipelajari atau masalah yang hendak dipecahkan
(dalam istilah teori sibernatik adalah system informasi yang hendak dipelajari)
diketahui ciri-cirinya materi pelajaran tertentu akan lebih tepat disajikan
dalam urutan yang teratur, linear, sekuensial, sedangkan materi pelajaran
lainnya akan lebih tepat bila disajikan dalam bentuk terbuka dan memberi
kebebasan kepada siswa untuk berimajinasi dan berpikir. Misalnya, agar siswa
mampu memahami suatu rumus matematika mungkin akan lebih efektif jika
presentasi informasi tentang rumus tersebut disajikan secara algoritmik.
Alasannya, karena suatu rumus matematika biasanya mengikuti urutan tahap
demi tahap yang sudah teratur dan mengarah ke satu target tertentu. Namun
untuk memahami makna suatu konsep yang lebih luas dan banyak
mengandung interpretasi, misalnya konsep keadilan atau demokrasi, akan
lebih baik jika proses berpikir siswa dibimbing kearah yang “menyebar” atau
berpikir heuristik dengan harapan pemahaman mereka terhadap konsep itu
tidak tunggal, menonton, dogmatic atau linear

b. implementasi teori belajar dalam pedagodik


pertama teori belajar piaget adalah sebagai berikut :
Penerapan teori Piaget di kelas adalah:
 Guru harus mengerti cara berpikir anak, bukan sebaliknya anak yang
beradaptasi dengan guru.
 Agar pembelajaran yang berpusat pada anak berlangsung efektif, guru
tidak meninggalkan anak-anak belajar sendiri, tetapi mereka memberi
tugas khusus yang dirancang untuk membimbing para siswa menemukan
dan menyelesaikan masalah sendiri. c) Tidak menghukum siswa jika
menjawab pertanyaan yang salah.
 Menekankan kepada para siswa agar mau menciptakan pertanyaa-
pertanyaan dari permasalahan yang ada serta pemecahan
permasalahannya.
 Tidak meninggalkan anak pada saat di beri tugas.
 Membimbing siswa dalam menemukakan dan menyelesaikan masalahnya
sendiri.
 Menghindari istilah-istilah teknis.
 Menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berpikir anak karena
Bahasa dan cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa.
 Menganjurkan para siswa berpikir dengan cara mereka sendiri.
 Memilih pendekatan yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
 Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak
asing.
 Memberi peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
 Didalam kelas, anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan
berdiskusi dengan teman-temannya.
Inti dari implementasi teori Piaget dalam pembelajaran antara lain
sebagai berikut :
1. Memfokuskan pada proses berfikir atau proses mental anak tidak sekedar pada
produknya.
2. Pengenalan dan pengakuan atas peranan anak-anak yang penting sekali dalam
inisiatif diri dan keterlibatan aktif dalam kegaiatan pembelajaran.
3. Tidak menekankan pada praktek - praktek yang diarahkan untuk menjadikan
anak-anak seperti orang dewasa dalam pemikirannya.

Kedua, implementasi teori belajar brunner adalah sebagai berikut :


Contoh Penerapan teori belajar Bruner dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran
matematika. Berikut contoh penerapan teori belajar Bruner :
1. Menyajikan contoh dan bukan konsep. Penyajian contoh yang dimaksud
disini adalah guru langsung memberikan contoh langsung pada siswa.
Contohnya yaitu cara menggambar tabung. Guru harus menjelaskan dan
memberi contoh langsung bagaimana langkah-langkah yang harus dilakukan
untuk membuat gambar tabung. Jadi, guru langsung menyajikan contoh dan
bukan sekadar konsep saja. Terkadang masih banyak guru yang hanya
memberikan konsep semata tanpa memberikan contoh secara langsung.
2. Melihat hubungan antara konsep-konsep. Dalam proses pembelajarn guru
menyusun materi pembelajaran dengan cara menghubungkan beberapa konsep
yang telah disiapkan. Biasanya guru mengkaitkan hubungan antara konsep-
konsep ini dalam bentuk pertanyaan kasus. Contohnya: seorang tukang akan
memasang ubin yang berukuran 30 cm x 30 cm, dengan luas lantai 80 cm2.
Dan yang ditanyakan kepada siswa jumlah ubin yang dibutuhkan seorang
tukang untuk dapat memasang ubin secara keseluruhan. Dengan pertanyaan
seperti ini, maka siswa dapat mengkaitkan mata pelajaran matematika dengan
kehidupan sehari-hari. Artinya akan membuat anak merasa bahwa mata
pelajaran matematika sangat bermanfaat bagi seseorang karena dapat
menyelesaikan masalah yang dihadapi.
3. Mengajukan pertanyaan kepada siswa. Guru dapat mengajakan
pertanyaan pada siswa dan meminta siswa untuk mencari jawaban sendiri.
Contohnya: bagaimana ciri-ciri ubin, apa manfaat penggunaan ubin dan lain-
lain. Dengan pengajuan pertanyaan seperti ini siswa tidak hanya belajar
matematika tapi juga dapat dikaitkan dengan mata pelajaran lain atau juga
sikap peduli dengan lingkungan.
4. Mengajak siswa untuk aktif dalam memberi pendapat. Ketika seorang
anak menjawab petanyaan namun jawabannya salah, maka guru tidak boleh
memarahinya. Guru harus mengajak seorang anak untuk aktif berpendapat
atau aktif berbicara. Dengan memiliki aktif berbicara maka akan membuat
anak semakin percaya diri dengan kemapuan yang dimiliki.
5. Memberikan semangat. Terkadang siswa yang sudah mengalami
kesulitan dalam mengerjakan soal akan merasa putus asa. Semangat yang
diberikan guru menjadi sangat penting, jadi guru harus selalu memberikan
semangat kepada siswa untuk dapat mengerjakan soal.
Ketiga, Contoh implementasi teori Landa
Pemrosesan informasi dalam pembelajaran tidak terlepas dari
komunikasi. Melalui komunikasi guru sebagai sumber menyampaikan
informasi materi pelajaran, adanya komunikasi maka timbul umpan balik.
Dengan adanya umpan balik dari siswa, guru akan mengetahui apakah materi
yang disampaikan telah dipahami dan apa kesulitan siswa dalam memahami,
jika ada maka perlu diadakan remidial. Sebaliknya, umpan balik dari guru
misalnya dalam bentuk nilai atas hasil kerja siswa akan mengingatkan kepada
siswa sampai sejauh mana penguasaannya terhadap materi yang sedang
dipelajari. Berdasarkan umpan balik tersebut siswa dapat memutuskan
tindakan apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan hasil belajarnya jika
kurang memuaskan.
3. Dalam structural learning theory sesuatu yang dipelajari mengandung :
a. Rules
b. Domain
c. Range dan
d. Prosedur
Jelaskan!
Jawab :
a. Rules
Dalam pendidikan tataboga ada sebuah “aturan” yang melandaskan
hadirnya mata pelajaran tersebut, dimana setiap mata pelajaran yang
diajarkan harys berlandaskan aturan yang kita sebut saat ini sebagai
kurikulum, dalam kurikulum ini lah diatur bagaimana materi pendidikan
tataboga ini dibentuk sedemikian rupa.
b. Domain
Wilayah atau bagian yang diajar hanya berlandaskan materi pengolahan
makanan, ini dibuat agar ada pembatasan pembahasan materi untuk
menciptakan ranah pendidikan tata boga yang baik bagi guru maupun siswa
c. Range
Range atau jarak yang adalah pembagian materi agar dapat menentukan
materi-materi apa yang cocok untuk para siswa sehingga para siswa
mendapatkan porsi pembelajaran sesuai tingkatan kelas dan umurnya.
d. Prosedur pelakasaanaan seperti pada proses penyampaian pengajaran
sehari-hari dalam kelas, dimana guru mempersiapkan smodel, media dan
strategi belajar yang terangkum dalam RPP, sehingga alur pembelajaran
menjadi jelas dan dapat dilakasanakan.
4. Dalam teori elaborasi memiliki tujuh komponen strategi utama yaitu :
a. Urutan elaborasi
b. Urutan prasyarat belajar
c. Ringkasan
d. Synthesizers
e. Analogi
f. Pengaktif strategi kognitif
g. Control siswa
Terapkan!
Jawab
1) Urutan elaboratif Urutan elaboratif adalah urutan dari umum ke khusus.
Urutan elaboratif merupakan urutan yang memiliki karakteristik khusus
karena urutan ini berbeda dalam dua hal yaitu penyajian isi pokok bahasan
pada tingkat umum mengepitomasi (bukan rangkuman) bagian isi yang lebih
rinci. Epitomasi dibuat berdasarkan satu tipe struktur isi pokok bahasan.
Dalam konteks kajian elaborasi, epitome dibedakan dengan rangkuman
(summary), perbedaan ini menurut Degeng yaitu epitome merupakan
komponen strategi yang berupa kerangka isi pokok bahasan terpenting, yang
berfungsi sebagai konteks dari isi pokok bahasan lainnya yang lebih rinci.
2) Rangkuman adalah komponen strategi yang memuat semua bagian isi pokok
bahasan yang penting, biasanya berupa pengertianpengertian singkat dari
konsep, prosedur atau prinsip yang dipelajari. 2) Urutan prasyarat belajar
Urutan prasyarat belajar disesuaikan dengan struktur belajar atau hirarki
belajar yang dikemukakan oleh Gegne yang dikutip oleh Degeng menyatakan
bahwa ”sebagai komponen strategi atau teori elaborasi di defenisikan sebagai
struktur yang menunjukkan konsepkonsep yang harus dipelajari sebelum
konsep-konsep lain dapat dipelajari.
3) 3) Rangkuman Rangkuman berfungsi untuk memberikan pernyataan singkat
mengenai isi pokok bahasan yang telah dipelajari dan contoh-contoh acuan
yang mudah diingat untuk setiap konsep, prosedur atau prinsip yang
diajarkan. Ada dua jenis rangkuman yang diperkenalkan oleh Degeng dalam
teori elaborasi yaitu rangkuman internal dan rangkuman eksternal.
Rangkuman internal diberikan tiap akhir suatu elaborasi dan hanya
merangkum isi pokok bahasan yang baru diajarkan. Rangkuman eksternal
diberikan setelah beberapa kali elaborasi, yang merangkum semua isi yang
telah dipelajari dalam beberapa kali pertemuan.
4) Pensintesis Pensintesis adalah komponen strategi teori elaborasi untuk
menunjukkan kaitan-kaitan antara konsep-konsep, prosedurprosedur, atau
prinsip-prinsip yang diajarkan. Komponen strategi ini berpeluang untuk
menguatkan pemahaman, meningkatkan motivasi dan meningkatkan ritensi.
Persintesis ditampilkan dengan cara menyajikan struktur hubungan antara isi
pokok bahasan dan dilengkapi dengan contoh acuan yang menggambarkan
hubunganhubungan tersebut.
5) Analog Dreistad dan Reigeluth yang dikutip oleh Degeng (1989) menyatakan
bahwa analogi merupakan komponen strategi teori elaborasi yang amat
penting, karena dapat memudahkan pemahaman terhadap pengetahuan yang
baru dengan cara membandingkan dengan pengetahuan yang sudah dikenal
siswa. Analogi menggambarkan persamaan antara pengetahuan yang baru
dengan pengetahuan yang lain yang berada di luar cakupan pengetahuan yang
sedang dipelajari. Analogi sebaiknya diberikan sebelum pengetahuan baru
diajarkan, dan acuan kepada analogi tersebut dilakukan beberapa kali selama
pembelajaran berlangsung.
6) Pengaktif strategi kognitif Gagne yang dikutip oleh Degeng (1989)
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan strategi kognitif dalam konteks ini
adalah keterampilan-keterampilan yang diperlukan siswa untuk mengatur
proses-proses internalnya ketika belajar mengingat dan berpikir. Rigney yang
dikutip oleh Degeng menyatakan bahwa ada dua cara mengaktifkan strategi
kognitif yaitu dengan merancang pengajaran sedemikian rupa sehingga siswa
dipaksa menggunakannya, cara ini disebut embedded strategi. Dalam
pelaksanaannya seringkali siswa menggunakannya secara tidak sadar.
Embedded strategi activator bisa berupa gambar, diagram dan analogi.
Dengan menyuruh siswa menggunakannya, metode ini disebut detached
strategi.
7) Kontrol belajar Marril yang dikutip oleh Degeng menyatakan bahwa konsepsi
mengenai control belajar memacu kepada kebebasan siswa dalam melakukan
pilihan dan mengurutkan terhadap isi yang dipelajari (content control),
kecepatan belajar (pace control), komponen strategi pengajaran yang
digunakan (display control), dan strategi kognitif yang digunakan (conscious
cognition control).

3. Pembelajarn Component Display Theory (CDT) adalah kerangka mengidentifikasi


komponen-komponen pembelajaran untuk berbagai jenis tujuan pembelajaran. Pada
model pembelajaran component display theory (CDT), hasil belajar diklasifikasikan
atas dua dimensi, yaitu: dimensi unjuk-kerja dan dimensi isi. Klasifikasi ini
diterapkan dalam belajar domain kognitif. Dimensi tingkat unjuk kerja terdiri atas
tiga bagian, yaitu: mengingat, menggunakan dan menemukan, dan dimensi isi
pembelajaran dibedakan atas empat bagian, yaitu: fakta, konsep, prosedur dan
Prinsip.
Prinsip yang mendasari pembelajaran Merrill didasarkan pada asumsi kondisi
pendekatan pembelajaran Gagne (Joyce, 2009:122-123), yaitu ada berbagai jenis hasil
belajar dan masing-masing jenis hasil belajar tersebut membutuhkan kondisi yang
unik untuk belajar. Hasil belajar dapat berupa : keterampilan intelektual, siasat
kognitif, informasi verbal, keterampilan motoris, dan sikap (Munandir, 1990:355).
Isi merupakan materi ajar dalam empat bentuk, yaitu: Fakta adalah informasi
yang dihubungkan kenyataan, dapat diungkapkan melalui: menyebutkan nama,
kapan, dimana, berapa. Apakah kompetensi dasar (KD) berupa mengingat fakta? Kata
kuncinya: nama, jenis, dan jumlah. Konsep merupakan abstraksi dari suatu peristiwa,
lambang, dan objek dengan berbagai karakteristik, dan dikenal dengan namanya.
Apakah KD mengemukan suatu definisi? Kata kuncinya: definisi, klasifikasi,
identifikasi, dan cirri-ciri. Prosedur adalah langkah-langkah yang berurutan untuk
memecahkan suatu masalah atau untuk memenuhi suatu tujuan. Apakah menjelaskan
langkah-langkah? Atau mengerjakan sesuatu sesuai prosedur. Dengan kata lain
mengerjakan sesuatu dengan langkah-langkah tertentu. Kata kunci: langkah-langkah
mengerjakan tugas secara prosedural. Prinsip membahas hubungan sebab – akibat
maupun hubungan. Prinsip berupa penerapan dalil, hukum, atau rumus, hubungan
antar variable. KD berupa menjelaskan hubungan berbagai sebab – akibat.
Unjuk kerja adalah usaha siswa untuk mengingat, menggunakan, dan menemukan.
Unjuk kerja diklasifikasikan atas ingatan sebagai tingkat yang paling sederhana,
menemukan suatu yang paling dutamakan. Ada tiga jenis unjuk kerja, yaitu: Ingatan –
siswa diminta mengingat informasi dari suatu kejadian, Penggunaan – siswa langsung
memakai informasi pada kasus tertentu. Penemuan – siswa menggunakan informasi
untuk menjelaskan konsep, prinsip.
Unjuk kerja adalah cara di mana siswa berperilaku sebagaimana isi. Mengingat –
siswa perlu mencari dan mengingat dari memori pengalaman tertentu atau informasi;
Menggunakan – siswa secara langsung menerapkan informasi untuk kasus tertentu;
Menemukan – siswa menggunakan informasi tersebut untuk mendapatkan abstraksi
baru (konsep, prinsip, dll).
Matriks (tabel 1) di atas, untuk menentukan tingkat kinerja yang dibutuhkan untuk
ruang lingkup isi pembelajaran. Untuk setiap kategori, ada dalam matriks tersebut,
dan merupakan kombinasi dari bentuk-bentuk presentasi primer dan sekunder yang
akan memberikan akuisisi yang paling efektif dan efisien keterampilan dan
pengetahuan yang tersedia.
Pembelajaran CDT (Merrill) membuat belajar lebih efektif, bila semua komponen-
komponen (sel-sel) tersebut berisi. Jadi, pembelajaran yang lengkap akan terdiri dari
tujuan, diikuti kombinasi dari peraturan-peraturan, contoh, ingatan, praktek.
Tujuan penelitian ini adalah: (1) Menghasilkan produk program pembelajaran
multimediainteraktif berbasis CDT yang diharapkan dapat membantu mahasiswa
dalam memahami materi matakuliah Jaringan Komputer sesuai skill yang diharapkan.
(2) Menguji kelayakan media pembelajaran ditinjau dari aspek isi/materi, media dan
pembelajaran. Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (research and
development). Pengembangan multimedia ini dilakukan melalui tahapan: analisis,
desain, pengembangan, evaluasi dan revisi. Setelah melalui tahap produksi dihasilkan
produk awal yang divalidasi oleh ahli materi dan ahli media. Selanjutnya produk
diujicobakan melalui tahap uji coba kelompok kecil dan lapangan.Subyek uji coba
produk adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY.Data
dikumpulkan melalui kuesioner dan observasi.Data berupa hasil penilaian melalui
kualitas produk, saran untuk perbaikan produk, serta data kualitatif lainnya.Data
kuantitatif dianalisis dengan statistik deskriptif.Saran-saran yang diperoleh digunakan
sebagai dasar untuk merevisi produk. Hasil penelitian adalahproduk program
pembelajaran multimedia interaktif matakuliah Jaringan Komputer berbasis CDT
(Component Display Theory) dalam bentuk CD yang memiliki kelayakan kriteria
baik dari aspek isi/materi, media,dan pembelajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari
hasil evaluasi ahli materi dan ahli media dan uji lapangan. Dengan skala Likert yaitu
dengan pensekoran dari 1 sampai 5,darihasil validasi ahli materi menunjukan rerata
4,15 termasuk kriteria baik, hasil validasi ahli media menunjukkan rerata 3,9
termasuk kriteria baik, hasil evaluasi kelompok kecil menunjukkan rerata 3,8
termasuk kriteria baik dan hasil evaluasi uji lapangan menunjukkan rerata 3,73
termasuk kriteria baik. Berdasarkan rerata penilaian tersebut, maka aplikasi model
Component Display Theory (CDT) dalam pengembangan multimedia interaktifyang
digunakan dalam penelitian ini memiliki kelas.

M. David Merrill Component Display Theory (CDT) (1983) menggambarkan


unsur-unsur mikro instruksi (ide tunggal dan metode untuk mengajar mereka).

CDT terdiri dari tiga bagian:

 Sebuah kinerja / isi dimensi terdiri dari tingkat kinerja yang diinginkan siswa dan
jenis konten.
 Empat bentuk presentasi primer
 Satu set resep yang berkaitan tingkat kinerja dan jenis konten ke bentuk presentasi.
Merrill lebih lanjut mengklasifikasikan belajar menjadi dua dimensi:
1. Konten/ isi, yang terdiri dari fakta-fakta, konsep, prosedur, dan prinsip-prinsip. Konten
berkisar dari fakta-fakta, yang merupakan bentuk yang paling dasar konten, prinsip-prinsip.
Ini adalah informasi yang aktual untuk dipelajari. Empat jenis konten dalam teori tampilan
komponen:

a. Fakta , secara logis terkait potongan informasi. Beberapa contoh adalah nama, tanggal,
dan peristiwa.

b. Konsep - simbol, peristiwa, dan benda-benda yang memiliki karakteristik dan


ditunjukkan oleh nama yang sama. Konsep membuat sebagian besar bahasa dan pemahaman
mereka merupakan bagian integral komunikasi.

c. Prosedur - satu set langkah memerintahkan, sequencing untuk memecahkan masalah


atau mencapai tujuan.

d. Prinsip - bekerja melalui baik dan--efek penyebab atau hubungan. Mereka menjelaskan
atau memprediksi mengapa sesuatu terjadi dengan cara tertentu.

2. Kinerja, terdiri dari mengingat, menggunakan, dan generalisasi. Kinerja


diklasifikasikan dengan mengingat sebagai bentuk yang paling sederhana kinerja, untuk
menemukan (yang umum) yang paling maju. Kinerja adalah cara di mana pelajar
menerapkan konten. Ketiga jenis kinerja adalah:

a. Mengingat : pelajar diperlukan untuk mencari dan mengambilnya dari memori item
tertentu dari informasi, atau memori dan mengingat informasi konten
b. Menggunakan/aplikasi : pelajar langsung menerapkan informasi untuk kasus
tertentu, atau di mana siswa dipanggil untuk menunjukkan beberapa penggunaan praktis
untuk konten.
c. Menemukan/menggeneralisasikan : pelajar menggunakan informasi untuk
memperoleh abstraksi baru (konsep, prinsip, dll), atau di mana siswa menggunakan
informasi yang induktif untuk menghasilkan sebuah abstraksi baru, konsep, atau
prinsip.Dengan membentuk matriks menggunakan dua dimensi isi dan kinerja, instruktur
menentukan elemen-elemen pada matriks adalah tujuan untuk pelajar:
Sederhana Matrix

Fakta Konsep Prosedur Prinsip


Mengingat
Menggunakan
Temuan
Teori ini juga mengidentifikasi empat bentuk presentasi primer:

 Aturan
 Contoh
 Mengingat kembali

 Praktek
Dan beberapa bentuk presentasi sekunder:
 Prasyarat
 Tujuan
 Membantu
 Ilmu tentang cara menghafal
 Umpan balik
Matriks sudah diatur untuk menentukan tingkat kinerja yang diperlukan untuk area
konten. Untuk setiap kategori dalam matriks, dapat diasumsikan dalam CDT bahwa ada
kombinasi bentuk presentasi primer dan sekunder yang akan memberikan akuisisi yang
paling efektif dan efisien keterampilan dan pengetahuan yang tersedia. CDT menetapkan
instruksi yang lebih efektif bila mengandung semua bentuk primer dan sekunder yang
diperlukan. Dengan demikian, pelajaran yang lengkap akan terdiri dari obyektif, diikuti oleh
beberapa kombinasi aturan, contoh, ingat, praktek, umpan balik, membantu, dan mnemonik
sesuai dengan materi pelajaran dan tugas belajar.
Aplikasi CDT dalam proses pembelajaran :

1. Merancang model pembelajaran, yang sesuai dengan mata pelajaran yang akan diajarkan
dan melihat juga pada kondisi siswa

Anda mungkin juga menyukai