Anda di halaman 1dari 38

PENYEDIAAN AIR BERSIH DAN

PENGELOLAANNYA

MAKALAH

Tugas Mata Kuliah Keperawatan


Komunitas II
Yang dibimbing oleh:
Ibu Nelyta Oktavianisya, S.Kep., Ns., M.Kep.

Oleh:

R.A. Nadia Haq 716.6.2.0795

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP
Jl. Raya Sumenep-Pamekasan Km 05 Patean Sumenep
Februari, 2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang “Penyediaan Air Bersih dan
Pengelolaannya” ini.
Makalah ilmiah ini telah kami susun secara maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan
makalah ini. Untuk itu, kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa penulisan
makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaikinya dalam penulisan makalah selanjutnya.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang “Penyediaan Air
Bersih dan Pengelolaannya” ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Sumenep, 28 Februari 2019

Penulis

6
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang sangat penting bagi
kehidupan manusia, baik untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari maupun
untuk kepentingan lainnya seperti pertanian dan indutri. Oleh karena itu
keberadaan air dalam masyarakat perlu dipelihara dan dilestarikan bagi
kelangsungan kehidupan. Air tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan, tanpa air
tidaklah mungkin ada kehidupan. Semua orang tahu betul akan pentingnya air
sebagai sumber kehidupan. Namun, tidak semua orang berpikir dan bertindak
secara bijak dalam menggunakan air dengan segala permasalahan yang
mengitarinya. Malah ironisnya, suatu kelompok masyarakat begitu sulit
mendapatkan air bersih, sedangkan segelintir kelompok masyarakat lainnya
dengan mudahnya menghambur-hamburkan air (Narita, Kadek, et al, 2011).
Kebutuhan akan pentingnya air tidak diimbangi dengan kesadaran untuk
melestarikan air, sehingga banyak sumber air yang tercemar oleh perbuatan
manusia itu sendiri. Ketidak bertanggung jawaban mereka membuat air menjadi
kotor, seperti membuang sampah ke tepian sungai sehingga aliran sungai menjadi
mampet dan akhirnya timbul banjir jika hujan turun, membuang limbah pabrik ke
sungai yang mengkibatkan air itu menjadi tercemar oleh bahan-bahan berbahaya,
dan lain sebagainya. Oleh karena itu, diperlukan pengolahan air yang telah
tercemar hingga layak digunakan untuk aktivitas sehari-hari (Said, Nusa Idaman
& Wahjono, Heru Dwi, 1999).
Air bersih adalah air yang biasa dipergunakan untuk keperluan rumah
tangga yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan apabila diminum harus
dimasak terlebih dahulu. Air yang diolah untuk menjadi air bersih berasal dari air
permukaan, mata air, dan air tanah. Dalam rangka meningkatkan kebutuhan dasar
masyarakat khususnya mengenai kebutuhan akan air bersih, perlu disesuaikan
dengan sumber air baku serta teknologi yang sesuai dengan tingkat penguasaan
teknologi dalam masyarakat itu sendiri (Said, Nusa Idaman & Wahjono, Heru
Dwi, 1999).

7
Pengolahan air bersih adalah suatu usaha teknis yang dilakukan untuk
memberikan perlindungan pada sumber air dengan perbaikan mutu asal air sampai
menjadi mutu yang diinginkan dengan tujuan agar aman dipergunakan oleh
masyarakat pengkonsumsi air bersih. (Narita, Kadek, et al, 2011). Pengolahan air
bersih mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 tahun 2010
(PERMENKES 492/2010), yang didalamnya terdapat syarat-syarat air hasil
pengolahan penjernihan agar dapat dikonsumsi layaknya air minum (Narita,
Kadek, et al, 2011).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sifat dan karakteristik air bersih yang dapat digunakan?
2. Bagaimana pengelolaan air bersih yang benar?
3. Bagaimana cara penyediaan air bersih?

1.3 Tujuan
1. Bagaimana sifat dan karakteristik air bersih yang dapat digunakan.
2. Untuk mengetahui pengelolaan air bersih yang benar.
3. Untuk mengetahui ketersediaan air bersih.

8
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Sistem Penyediaan Air Bersih


Air adalah salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan
hidup manusia dan makhluk hidup lainnya, tanpa air tidak akan ada kehidupan di
bumi ini. Sedangkan yang dimaksud air bersih adalah air yang digunakan untuk
keperluan sehari – hari dan akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih
dahulu. Sebagai batasannya air bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi
sistem penyediaan air minum.
Adapun persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas
fisik, kimia, biologi, dan radiologis sehingga apabila dikonsumsi tidak
menimbulkan efek samping. Air merupakan suatu sarana utama untuk
meningkatkan kesehatan. Fungsi terpenting dari sistem penyediaan air bersih
adalah pencegahan penyebaran penyakit melalui air. Tujuan sistem penyediaan air
bersih adalah agar dapat menyalurkan/mensuplai air bersih kepada konsumen
dalam jumlah yang cukup. Bagian terpenting dalam sistem penyediaan air bersih
adalah sumber air baku.

2.2 Sumber-Sumber Air


Di bumi ini ada beberapa sumber air yang sangat penting bagi kehidupan
manusia yang dapat dimanfaatkan untuk penyediaan air bersih. Peradaban sumber
air juga berpengaruh pada perbedaan sifat fisik, kimiawi, dan bakteorologi. Dalam
sistem penyediaan air bersih, sumber air merupakan satu komponen yang mutlak
dan harus ada, karena tanpa sumber air sistem penyediaan air bersih tidak akan
berfungsi.
Dengan mengetahui karakteristik masing – masing sumber air serta faktor –
faktor yang mempengaruhinya, diharapkan dapat membantu di dalam pemilihan
air baku untuk suatu sistem penyediaan air bersih, serta mempermudah tahapan
selanjutnya di dalam pemilihan tipe dari pengolahan untuk menghasilkan air yang

9
memenuhi standar kualitas secara fisik, kimiawi dan bakteriologis. Secara umum
sumber air adalah sebagai berikut :
1. Air permukaan
Air permukaan adalah air yang sudah tersedia di alam contohnya sungai,
rawa, danau, laut. Pada umumnya air permukaan ini akan mendaapat pengotoran
selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun,
kotoran industri dan sebagainnya. Kekeruhan air permukaan cukup tinggi karena
banyak mengandung lempung dan substansi organic, sehingga ciri air permukaan
yaitu memiliki padatan terendap (dissolved solid) rendah, dan bahan tersuspensi
(suspended solid) tinggi.
a. Air Sungai
Air Sungai adalah air hujan yang jatuh kepermukaan bumi dan tidak
meresap ke dalam tanah akan mengalir secara grafitasi searah dengan
kemiringan permukaan tanah dan mengalir melewati aliran sungai.
Sebagai salah satu sumber air minum, air sungai harus megalami
pengolahan secara sempurna karena pada umumnya memiliki derajat
pengotoran yang tinggi.
b. Air Danau
Air danau adalah air permukaan yang berasal dari hujan atau air tanah
yang kelar ke permukaan, terkumpul pada suatu tempat yang relative
rendah/cekung. Termasuk kategori supaya adalah air rawa, air tendon, air
waduk/dam.
Air permukaan yang biasanya dimanfaatkan sebagai sumber atau bahan baku air
bersih adalah :
a. Air waduk yang berasal dari air hujan.
b. Air sungai yang berasal dari air hujan, air sungai, atau mata air.
Di daerah hulu pemenuhan kebutuhan air secara kuantitas dan kualitas dapat
disuplai oleh air sungai, tetapi di daerah hilir pemenuhan kebutuhan air sudah
tidak dapat disuplai secara kualitas lagi karena pengaruh lingkungan seperti
sedimentasi serta kontaminasi oleh zat – zat pencemar seperti Total Suspended Oil

10
(TSS) yang berpengaruh pada kekeruhan dan limbah industri yang telah banyak
tercemar di lingkungan.
2. Air Tanah
Air tanah (Ground Water) merupakan air yang megandung garam dan
mineral yang terlarut pada waktu air melewati lapisan tanah dan juga air yang
berasal dari air hujan yang jatuh di permukaan bumi lalu meresap ke dalam tanah
dan mengisi rongga – rongga atau pori – pori dalam tanah. Air tanah biasanya
mempunyai kualitas yang baik karena zat – zat pencemar air tertahan oleh lapisan
tanah.
Bila ditinjau dari kedalaman air tanah maka air tanah dibedakan menjadi air
tanah dangkal dan air tanah dalam. Air tanah dangkal mempunyai kualitas lebih
rendah dibanding kualitas air tanah dalam. Hal ini disebabkan air tanah dangkal
lebih mudah terkontaminasi dari luar dan fungsi tanah sebagai penyaring lebih
sedikit. Air tanah terbagi atas:
a. Air Tanah Dangkal
Air tanah dangkal terjadi karena daya proses peresapan air dari
permukaan tanah. Air tanah lebih banyak mengandung zat kimia berupa
garam – garam terlarut meskipun kelihatan jernih karena sudah melewati
lapisan tanah yang masing – masing mempunyai unsur – unsur kimia
tertentu.Meskipun lapisan tanah di sini berfungsi sebagai saringan namun
pengotoran juga masih terus berlangsung, terutama pada muka air yang
dekat dengan muka tanah. Air tanah dangkal umumnya mempunyai
kedalaman kurang dari 50 meter.
b. Mata Air
Mata air menurut segi kualitasnya adalah yang sangat baik bila dipakai
sebagai air baku, karena berasal dari dalam tanah yang muncul ke
permukaan tanah akibat tekanan sehingga belum terkontaminasi oleh zat
– zat pencemar. Dari segi kuantitasnya, jumlah dan kapasitas mata air
sangat terbatas sehingga hanya mampu memenuhi kebutuhan sejumlah
penduduk tertentu. Begitu pula bila mata air tersebut terus – menerus
diambil maka lama kelamaan akan habis.

11
3. Air Laut
Air laut adalah salah satu sumber air walaupun tidak termasuk kategori yang
biasa dipilih sebagai sumber air baku untuk air bersih atau air minum,
karena memiliki kandungan garam (NaCl) yang cukup besar.
4. Air Hujan
Air hujan dapat menjadi air minum akan tetapi untuk menjadikan air hujan
sebagai air minum hendaknya pada waktu menampung air hujan mulai turun,
karena masih megandung banyak kotoran. Selain itu air hujan mempunyai sifat
agresif terutama terhadap pipa – pipa penyalur maupun bak – bak reservoir,
sehingga hal ini akan mempercepat terjadinya korosi atau karatan.
Air hujan juga mempunyai sifat lunak, sehingga akan boros terhadap
pemakaian sabun. Sifat – sifat air hujan :
Bersifat lunak karena tidak mengandung larutan garam dan zat – zat mineral. Air
hujan umumnya bersifat bersih. Dapat bersifat korosif karena mengandung zat –
zat yang terdapat di udara seperti NH3, CO2 Agresif, ataupun SO2 dan adanya
konsentrasi SO2 yang tinggi di udara yang bercampur dengan air hujan akan
menyebabkan terjadinya hujan asam ( acid rain ).
Dari segi kuantitas air hujan tergantung pada besar kecilnya curah hujan.
Sehingga hujan tidak mencukupi untuk persediaan umum karena jumlahnya
berfluktuasi. Begitu pula bila dilihat dari segi kontinuitasnya, air hujan tidak dapat
diambil secara terus menerus, karena tergantung dengan musim di Indonesia.

2.3 Prinsip Dasar Penyediaan Air Bersih


Penyediaan air bersih harus memenuhi konsep 3 K yaitu :
2.3.1 Kualitas air bersih
Air bersih di pengaruhi oleh bahan baku air itu sendiri atau mutu air tersebut
baik yang langsung berasal dari alam atau yang sudah melalui proses pengolahan.
Air baku yang digunakan menghasilkan air bersih yang telah memenuhi syarat
yang tertuang dalam peraturan pemerintah RI No. 82 tahun 2001 tentang
pengolahan kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Pada pasal 8 PP
mengenai klasifikasi dan kriteria mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas :

12
1. Kelas I yaitu air yang diperuntukan untuk air baku air minum yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaannya.
2. Kelas II yaitu air yang diperuntukan untuk (prasarana/sarana rekreasi air,
pembudidayaan ikan tawar, peternakan, untuk mengaliri tanaman.
3. Kelas III yaitu air yang digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar
peternakan, untuk mengaliri tanaman. Atau untuk peruntukan lainnya yang
sama jenis kegunaannya.
4. Kelas IV yaitu air yang digunakan untuk mengaliri tanaman atau untuk
peruntukan lainnya yang mempersyaratkan mutu yang sama kegunaannya.

Tabel 2.1
Kriteria Mutu Air Kelas 1

PARAMATER SATUAN KELAS 1 KETERANGAN


FISIKA
0
Temperatur C Deviasi 3 Deviasi temperatur dari
keadaan alamiah
Residu Terlarut Mg/L 1000
Residu Mg/L 50 Bagi pengolahan air minum
Tersuspensi secara konensional, residu
tersuspens ≤ 5000 Mg/L

KIMIA ORGANIK
Ph Mg/L 6-9 Apabila secara alamiah diluar
rentang konvesional tersebut,
maka ditentukan berdasarkan
kondisi
ilmiah

BOD Mg/L 2
COD Mg/L 10

13
DO Mg/L 16 Angka batas minimum
Total Fosfat sbg P Mg/L 0,2
NO3 sebagai N Mg/L 10
NH3– N 0,5 Bagi perikanan, kandungan
amoniak bebas untuk ikan yang
peka ≤0,02 Mg/L sebagai
NH3

Arsen Mg/L 0,05


Kobalt Mg/L 0,2
Barium Mg/L 1
Boron Mg/L 1
Selinium Mg/L 0,01
Kadmium Mg/L 0,01
Khrom(VI) Mg/L 0,05
Tembaga Mg/L 0,02 Bagi pengolah air minum
secara konvesional, Cu ≤
1 Mg/L

Besi Mg/L 0,3 Bagi pengolah air minum


secara konvesional, Fe ≤
5 Mg/L
Timbal Mg/L 0,03 Bagi pengolah air minum
secara konvesional, Pb ≤
0,1 Mg/L
Mangan Mg/L 0,1
Air raksa Mg/L 0.001
Seng Mg/L 0,05 Bagi pengolah air minum
secara konvesional, Zn ≤
5 Mg/L
Kholorida Mg/L 600

14
Sianida Mg/L 0,02
Fluorida Mg/L 0,5
Nitrit sebagai N Mg/L 0,06 Bagi pengolah air minum
secara konvesional,
NO2_N ≤ 1 Mg/L
Sulfat Mg/L 400
Kholorin bebas Mg/L 0,03 Bagi ABAM tidak
dipersyaratkan
Belerang Mg/L 0,002 Bagi pengolah air minum
sebagai secara konvesional, H2S
H2S < 0,1 Mg/L

MIKROBIOLOGI
-Total cplifron Jml/100ml 1000
-RADIOKTIVITAS
-Gross-A Bg/L 0,1
-Gross-B Bg/L 1
KIMIA ORGANIK
Minyak dan lemak Ug/L 1000
Detergen Ug/L 200
sebagai
MBAS
Senyama fenol Ug/L 1
sebagai fenol
BHC Ug/L 210
Aldrin/Dieldrin Ug/L 17
Chlordane Ug/L 3
DDT Ug/L 2
Heptachlor dan Ug/L 18
heptachlor epoxide

15
Lindane Ug/L 56
Methoxyclor Ug/L 35
Ndrin Ug/L 1
Toxamphan Ug/L 5
(Sumber : PP No 82 tahun 2001 tentang pengolahan kualitas air dan
pengendalian perencanaan air)
Keterangan :
Mg = miligram
Ug = microgram
Ml = mililiter
L = liter
Bq = Bequeler
MBAS = Methyelene blue actif suptance
ABAM= Air baku untuk air minum

Logam berat merupakan logam terlarut, nilai di atas merupakan batas


maksimum, kecuali untuk pH dan DO. Bagi pH menupakan nilai rentang yang
tidak boleh kurang atau lebih dari nilai yang tercantum. Nilai DO merupakan
batas maksimum. Arti (-) di atas menyatakan bahwa untuk kelas termasuk,
parameter tersebut tidak dipersyaratkan. Tanda (≤) lebih kecil atau sama dengan
tanda < adalah lebih kecil.
Kualitas atau mutu air yang mengalir dalam suatu jaringan pipa distribusi air
sangat penting, tujuan utama dari perencanaan jaringan distribusi air bersih yaitu
agar para konsumen pengguna distribusi air bersih terhindar dari berbagai macam
penyakit. Perjalanan air langsung berhubungan dengan dinding pipa yang
mempengaruhi kebersihan air.
Persyaratan kualitas menggambarkan mutu atau kualitas dari air baku air
bersih. Persyaratan ini meliputi persyaratan fisik, persyaratan kimia, persyaratan
biologis dan persyaratan radiologis. Syarat – syarat tersebut berdasarkan
Permenkes No.416/Menkes/PER/IX/1990 dinyatakan bahwa persyaratan kualitas
air bersih adalah sebagai berikut :

16
1. Syarat – syarat fisik
Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau dan tidak berasa. Selain itu
juga suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara atau kurang lebih
25˚ c, dan apabila terjadi perbedaan maka batas yang diperbolehan adalah
25˚ c ± 3˚ c.
a. Bau
Air yang berbau selain tidak estetis juga tidak akan disukai oleh
masyarakat. Bau air dapat memberi petunjuk akan kualitas air.
b. Rasa
Air yang bersih biasanya tidak memberi rasa/tawar. Air yang tidak tawar
dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan
kesehatan.
c. Warna
Air sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetis dan untuk mencegah
keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang
berwarna. Warna dapat disebabkan adanya tannin dan asam humat yang
terdapat secara alamiah di air rawa, berwarna kuning muda, menyerupai
urin, oleh karenanya orang tidak mau menggunakannya. Selain itu, zat
organik ini bila terkena khlor dapat membentuk senyawa – senyawa
khloroform yang beracun. Warna pun dapat berasal dari buangan industri.
d. Kekeruhan
Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang
bersifat anorganik maupun maupun yang organik. Zat organik, biasanya
berasal dari lapukan batuan dan logam, sedangkan yang organik dapat
berasal dari lapukan tanaman atau hewan. Buangan industri dapat juga
merupakan sumber kekeruhan.
e. Suhu
Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi
pelarutan zat kimia yang ada pada saluran/pipa yang dapat
membahayakan kesehatan, menghambat reaksi – reaksi biokimia di

17
dalam saluran/pipa, mikroorganisme patogen tidak mudah
berkembangbiak dan bila diminum air dapat menghilangkan dahaga.
f. Jumlah Zat Padat Terlarut
Jumlah Zat Padat Terlarut (TDS) biasanya terdiri atas zat organik, garam
anorganik, dan gas terlarut. Bila TDS bertambah maka keadaan akan naik
pula. Selanjutnya, efek TDS ataupun kesadahan terhadap kesehatan
tergantung pada spesies kimia penyebab masalah tersebut.

2. Syarat – syarat kimia


Dari segi parameter kimia, air yang baik adalah air yang tidak tercemar
secara berlebihan oleh zat – zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain
air raksa (Hg), Alumunium (Al), Arsen (As), barium (Ba), besi (Fe), flourida (F),
tembaga (Cu), derajat keasaman (pH), dan zat kimia lainnya.
Kandungan zat kimia dalam air bersih yang digunakan sehari – hari
hendaknya tidak melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan seperti tercantum
dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
416/Menkes/Per/IX/1990. Penggunaan air yang mengandung bahan kimia beracun
dan zat – zat kimia lainnya yang melebihi ambang batas berakibat tidak baik bagi
kesehatan dan material yang digunakan manusia, contohnya antara lain sebagai
berikut :
a. pH
Air sebaiknya tidak memiliki keasaman dan tidak basa untuk mencegah
terjadinya pelarutan logam berat dan korosi jaringan distribusi air. pH
yang dianjurkan untuk air bersih adalah 6,5 – 9.
b. Besi ( Fe )
Kada besi (Fe) yang melebihi ambang batas (1,0 mg/l) menyebabkan
berkurangnya fungsi paru–paru dan menimbulkan rasa, warna (kuning),
pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi, dan
kekeruhan.
c. Klorida

18
Klorida adalah senyawa halogen klor (Cl), dalam jumlah yang banyak
klor ( Cl ) akan menimbulkan rasa asin, korosi pada pipa sistem
penyediaan air panas. Sebagai desinfektan, residu klor ( Cl ) dalam
penyediaan air sengaja dipelihara, tetapi ( Cl ) ini dapat terikat pada
senyawa organik dan membentuk halogen – hidrokarbon ( Cl – HC )
banyak diantaranya dikenal sebagai senyawa – senyawa karsinogenik.
Kadar maksimum klorida yang diperbolehkan dalam air bersih adalah
600 mg/l.
d. Tembaga ( Cu )
Tembaga ( Cu ) sebenarnya diperlukan pada perkembangan tubuh
manusia. Tetapi untuk dosis tinggi dapat menyebabkan gejala GI, SSP,
ginjal, hati, muntaber, pusing kepala, lemah, anemia, dan lainnya bahkan
dapat meninggal dunia. Dalam dosis rendah menimbulkan rasa kesat,
warna dan korosi pada pipa, sambungan, dan peralatan dapur.
e. Mangan ( Mn )
Mangan ( Mn ) merupakan Metal kelabu – kemerahan. Keracunan
seringkali bersifat khronis sebagai akibat inhalasi debu dan uap logam.
Gejala yang timbul berpa gejala susunan syaraf : insomnia, kemudian
lemah pada kaki dan otot muka sehingga ekspresi muka menjadi beku
dan muka tampak seperti topeng. Bila pemaparan berlanjut maka
bicaranya melambat dan monoton, terjadi hyperrefleksi, clonus pada
patella dan tumit, dan berjalan seperti penderita parkinsonism.
f. Seng ( Zn )
Seng ( Zn ) pada air minum akan menimbulkan rasa kesat dan dapat
menyebabkan gejala muntaber. Seng (Zn) dapat menimbulkan warna air
menjadi opalescentdan bila dimasak akan timbul endapan seperti pasir.
Kadar maksimum seng (Zn) yang diperbolehkan di dalam air bersih
adalah 15 mg/l,.

3. Syarat – syarat Mikrobiologis

19
Pada umumnya sumber – sumber air yang terdapat di alam bumi ini
mengandung bakteri. Jumlah dan jenis bakteri bermacam – macam dan berbeda –
beda sesuai dengan tempat dan kondisi yang mempengaruhinya. Oleh karena itu,
air yang digunakan untuk keperluan sehari – hari haruslah bebas dari bakteri
patogen. Bakteri golongan coli tidak merupakan bakteri golongan patogen, namun
bakteri ini merupakan indikator dari pencemaran air oleh bakteri patogen.

4. Syarat – syarat Radioktivitas


Apapun bentuk radioaktivitas efeknya adalah sama dilihat dari segi
paramteternya, yakni dapat menimbulkan kerusakan pada sel – sel yang terpapar.
Kerusakan dapat berupa kematian, dan juga perubahan komposisi genetik.
Kematian sel dapat diganti kembali apabila sel dapat beregenerasi dan apabila
tidak seluruh sel mati. Perubahan genetis dapat menimbulkan berbagai penyakit
seperti kanker dan mutasi.

5. Syarat – syarat Bakteriologis


Air minum tidak bolah mengandung bakteri-bakteri penyakit dan juga tidak
boleh mengandung banteri-bakteri golongan coli yang telah melebihi batas
tertentu yaitu 1 coliper 100 ml air. Bakteri golongan ini berasal dari usus besar
dan tanah. Bakteri patogen yang mugkin terdapat didalam air. Misalnya:
a. Bakteri Typosium
b. Vibrio Colerae
c. Bakteri Dysentriae
d. Entamoeba Hystolotica
e. Bakteri Enteristis (prnyakit perut)
Persyaratan air bersih secara rinci tertuang dalam Kuputusan Mentri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/MENKES/VII/2002 tentang syarat-
syarat dan pengawasan kualitas air minum. Dalam pasal 2 mengenai ruang
lingkup dan persyaratan air minum tercantum.
a. Jenis air minum meliputi :

20
1) Air yang didistribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah
tangga
2) Air yang didistribusikan melalui tangki air
3) Air kemasan
4) Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman
yang disajikan kepada masyarakat
1. Persyaratan keseehatan air minum sebagai dimaksud pada ayat
(1) meliputi persyaratan bakteorologis, kimiawi, radioaktif dan
fisik.
2. Persyaratan air minum sebagaimana dimaksud pada ayat
tercantum pada ayat (2) tercantum dalam lampiran 1 keputusan
ini.

2.3.2 Kuantitas
Tergantung jumlah dan ketersediaan air yang akan diolah pada penyediaan
air bersih yang dibutuhkan sesuai dengan banyaknya konsumen yang akan
dilayani. Secara umum penyediaan air bersih berasal dari sumber air permukaan
atau air dalam tanah. Untuk wilayah kelurahan pipa reja, sumber penyediaan air
yang dikelola oleh PDAM berasal dari air sungai. Karena tujuan utama dari
perencanaan jaringan adalah agar kebutuhan masyarakat akan tersedianya air
bersih dapat terlayani dangan baik. Untuk hal-hal yang dapat mengurangi jumlah
air yang didistribusikan antara lain disebabkan oleh banyaknya sambungan pipa
dan panjangnya jalur pipa sedapat mungkin dihindarkan.
Persyaratan kuantitas dalam penyediaan air bersih dapat ditinjau dari
banyaknya air baku yang tersedia. Artinya air baku tersebut dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan kebutuhan daerah dan jumlah
penduduk yang akan dilayani.
Persyaratan kuantitas juga bisa ditinjau dari standar debit air bersih yang
dialirkan ke konsumen sesuai dengan jumlah kebutuhan air bersih. Dan kuantitas
adalah syarat yang terpenting dalam melayani konsumen agar kebutuhannya
sehari – hari berjalan sesuai dengan kemampuan konsumen masing – masing.

21
Untuk membuktikan kondisi tersebut menggunakan rumus kontinuitas :
Q1 = Q2
A1 x V1 = A2 x V2
Dimana :
Q1 = debit didaerah 1 (m3/det)
Q2 = debit didaerah 2 (m3/det)
A1 = luas penampang didaerah 1 (m2)
A2 = luas penampang didaerah 2 (m2)
V1 = kecepatan rata-rata didaerah 1 (m/det)
V2 = kecepatan rata-rata didaerah 2 (m/det)
Pemakaian air oleh suatu masyarakat bertambah besar dengan kemajuan
masyarakat tersebut, sehingga pemakaian air sering kali di pakai sebagai salah
satu tolak ukur tinggi rendahnya kemajuan suatu masyarakat.

2.3.3 Kontinuitas
Menyangkut kebutuhan air yang terus menerus digunakan karena air
merupakan kebutuhan pokok manusia apalagi air sangat dibutuhkan pada musim
kemarau tiba. Dalam penyediaan air bersih tidak hanya berhubungan dengan
kualitas dan kuantitas air saja, tetapi dari segi kontinuitas juga harus mendukung.
Kontinuitas adalah di mana air harus bisa tersedia secara terus-menerus meskipun
dimusim kemarau selama umur rencana. Karena tujuan utama dari perencanaan
jaringan distribusi air adalah agar kebutuhan masyarakat akan terpenuhi secara
terusmenerus walaupun musim kemarau. Salah satu cara menjaga agar kontinuitas
air tetap tersedia adalah dengan membuat tempat penampungan air (reservoar)
untuk menyimpan air sebagai persediaan air musim kemarau.
Persyaratan kontinuitas juga sangat penting untuk menghitung aliran
kelanjutan pemakaian air baku untuk air bersih secara terus – menerus setiap
harinya. Kontinuitas aliran dapat ditinjau dari dua aspek yaitu aspek kebutuhan
konsumen dan aspek reservoir pelayanan air. Aspek kebutuhan konsumen,
sebagian besar konsumen memerlukan air untuk kehidupan dan pekerjaannya
dalam jumlah yang tidak dapat ditentukan. Karena itu diperlukan aspek ini pada

22
waktu yang tidak ditentukan. Dan aspek pelayanan reservoir diperlukan karena
fasilitas energi reservoir yang siap setiap saat.
Sistem pada air baku untuk air bersih harus dapat diambil terus menerus
dengan fluktuasi debit yang relatif tetap, baik pada saat musim kemarau maupun
musim hujan. Kontinuitas dapat diartikan bahwa air bersih harus tersedia 24 jam
per hari atau setiap saat diperlukan, kebutuhan air harus tersedia. Akan tetapi
kondisi ideal tersebut hampir tidak dapat dipenuhi pada setiap wilayah di
Indonesia, sehingga untuk menentukan kontinuitas pemakaian air dapat dilakukan
dengan cara pendekatan aktifitas konsumen terhadap pemakaian air.
Pemakaian air dapat diprioritaskan, yaitu minimal selama 12 jam per hari
pada jam – jam aktifitas kehidupan . jam aktifitas di Indonesia adalah pukul 06.00
sampai dengan 18.00. Sistem jaringan perpipaan dirancang untuk membawa
suatu kecepatan aliran tertentu. Kecepatan dalam pipa tidak boleh lebih dari 0,6 –
1,2 m/dt. Ukuran pipa pun harus tidak melebihi dimensi yang diperlukan dan juga
tekanan dalam sistem harus tercukupi. Dengan analisis jaringan pipa distribusi,
maka dapat ditentukan dimensi atau ukuran pipa yang diperlukan sesuai dengan
tekanan minimum yang diperbolehkan agar kualitas aliran terpenuhi.

2.4 Fungsi dan Manfaat Air Bersih


Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara.
Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun
dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu, air juga
dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan membersihkan kotoran yang
ada di sekitar rumah. Air juga digunakan untuk keperluan industri, pertanian,
pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi, dan lain-lain. Penyakit-
penyakit yang menyerang manusia dapat juga ditularkan dan disebarkan melalui
air. Kondisi tersebut tentunya dapat menimbulkan wabah penyakit dimana-mana.
Volume air dalam tubuh manusia rata-rata 65% dari total berat badannya, dan
volume tersebut sangat bervariasi pada masing-masing orang, bahkan juga
bervariasi antara bagian-bagian tubuh seseorang. Beberapa organ tubuh manusia

23
yang mengandung banyak air, antara lain, otak 74,5%, tulang 22%, ginjal 82,7%,
otot 75,6%, dan darah 83%.
Setiap hari kurang lebih 2.272 liter darah dibersihkan oleh ginjal dan sekitar
2,3 liter diproduksi menjadi urine. Selebihnya diserap kembali masuk ke aliran
darah. Dalam kehidupan sehari-hari, air dipergunakan antara lain untuk keperluan
minum, mandi, memasak, mencuci, membersihkan rumah, pelarut obat, dan
pembawa bahan buangan industri.
Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air
bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih
yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat. Volume rata- rata
kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara 150-200 liter atau 35-40
galon. Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim,
standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat
Salah satu kebutuhan pokok sehari-hari makhluk hidup di dunia ini yang
tidak dapat terpisahkan adalah Air. Tidak hanya penting bagi manusia Air
merupakan bagian yang penting bagi makhluk hidup baik hewan dan tubuhan.
Tanpa air kemungkinan tidak ada kehidupan di dunia inti karena semua makhluk
hidup sangat memerlukan air untuk bertahan hidup.
Manusia mungkin dapat hidup beberapa hari akan tetapi manusia tidak akan
bertahan selama beberapa hari jika tidak minum karena sudah mutlak bahwa
sebagian besar zat pembentuk tubuh manusia itu terdiri dari 73% adalah air. Jadi
bukan hal yang baru jika kehidupan yang ada di dunia ini dapat terus berlangsung
karen tersedianya Air yang cukup. Dalam usaha mempertahankan kelangsungan
hidupnya, manusia berupaya mengadakan air yang cukup bagi dirinya sendiri.
Berikut ini air merupakan kebutuhan pokok bagi manusia dengan segala
macam kegiatannya, antara lain digunakan untuk:
1. Keperluan rumah tangga, misalnya untuk minum, masak, mandi, cuci dan
pekerjaan lainnya.
2. Keperluan umum, misalnya untuk kebersihan jalan dan pasar, pengangkutan
air limbah, hiasan kota, tempat rekreasi dan lain-lainnya.

24
3. keperluan industri, misalnya untuk pabrik dan bangunan pembangkit tenaga
listrik.
4. keperluan perdagangan, misalnya untuk hotel, restoran, dll.
5. keperluan pertanian dan peternakan
6. keperluan pelayaran dan lain sebagainya
Oleh karena itulah air sangat berfungsi dan berperan bagi kehidupan
makhluk hidup di bumi ini. Penting bagi kita sebagai manusia untuk tetap selalu
melestarikan dan menjaga agar air yang kita gunakan tetap terjaga kelestariannya
dengan melakukan pengelolaan air yang baik seperti penghematan, tidak
membuang sampah dan limbah yang dapat membuat pencemaran air sehingga
dapat menggangu ekosistem yang ada. (Chandra, 2005)

2.5 Pencegahan Pencemaran Air Bersih


Dalam penyediaan air dapat meliputi beberapa peralatan seperti tangki air
bawah tanah dan dapat juga tengki air di atas atap pompa-pompa, perpipaan dan
lain-lain dalam peralatan yang digunakan yaitu, air minum akan di alirkan ke
tempat-tempat yang akan di alirkan ke para konsumen tanpa mengalami
pencemaran. Hal – hal yang dapat menyebabkan pencemaran antara lain adalah
masuknya kotoran – kotoran tikus, serangga ke dalam tangki air dan dapat terjadi
karat, lumutan atau rusak bahan tangki, pipa ditribusi, terhubungnya pipa air
minum dangan pipa lainnya dan tercampurnya air minum dengan air kualitas
lainnya.

2.6 Jaringan Distribusi


Jaringan distribusi bertujuan untuk mengalirkan air ke berbagai tempat
pemakaian dengan aman tanpa mengurangi kualitas dan kuantitas air. Dua hal
yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan jaringan distribusi adalah
mempertimbangkan keuntungan dan kerugian memilih salah satu jenis
pendistribusian dan membagi jaringan distribusi dalam zona tekanan bila
diperlukan.

25
2.6.1 Jenis Jaringan Distribusi
Jenis – jenis jaringan distribusi, antara lain:
1. Sistem percabangan
Pada sistem ini ujung pipa dari pipa utama biasanya tertutup sehingga
menyebabkan tertumpuknya kotoran yang dapat mengganggu pendistribusian air.
Kerugian dari pipa percabangan ini antara lain apabila terjadi kebocoran pada
salah satu pipa, maka pipa – pipa yang lain alirannya akan terhenti, bila pipa yang
bocor tersebut diperbaiki. Keuntungan dari pipa percabangan antara lain dari segi
perhitungan lebih mudah, lebih ekonomis, dan lebih mudah dilaksanakan.
2. Sistem Grid ( Petak )
Pada sistem ini ujung – ujung pipa cabang disambungkan satu sama lain,
sistem ini lebih baik dari sistem pipa bercabang. Karena sirkulasinya lebih baik
dan kecil kemungkinan menjadi tertutup atau staguasi.
Kerugian dari sistem Grid:
a. Agak sulit dalam pelaksanaannya, karena pada akhir sambungan terdapat
dua sambungan yang saling terbalik arah ataupun membuka.
b. Tidak ekonomis, karena banyak menggunakan sambungan – sambungan.
c. Keuntungan dari sistem Grid :
d. Sirkulasi air baik
e. Pipa sulit tersumbat apabila terdapat kotoran, karena air di dalam pipa
terus mengalir dan selalu terjadi pergantian air. Sehingga sulit terjadi
pengendapan.
3. Sistem Berbingkai
Pada sistem ini pipa iduknya dibuat melingkar dibandingkan sistem yang
lain. Sistem ini lebih baik dan bila ada kerusakan pada saat perbaikan, maka
distribusi air tidak terhenti.
Kerugian sistem berbingkai:
a. Agak sulit dalam pelaksanaannya, prinsipnya sama degan sistem petak.
Karena terdapat dua sambungan yang terbalik arah pada pipa yang paling
luar atau pipa pembentuk lingkaran.

26
b. Tidak ekonomis, karena jaringan sistem berbingkai untuk perumahan
yang besar. Sehingga banyak menggunakan pipa dan sambungan –
sambungan.
c. Dari segi perhitungan cara ini lebih sulit.
d. Keuntungan sistem berbingkai :
e. Tidak terjadi penghentian aliran pada saat perbaikan pipa yang bocor,
karena air masih dapat mengalir melalui pipa cabang yang lainnya.
f. Tidak terjadi penyumbatan pada pipa.

2.6.2 Metoda Distribusi


Metode distribusi adalah proses pendistribusian air ke konsumen dengan
berbagai tujuan tergantung dari kondisi lokal dan lainnya.
1. Metode Gravitasi
Metoda ini merupakan suatu proses pendistribusian air, dimana sumber
penyediaan air berada pada tempat yang lebih tinggi dari daerah yang akan
dilayani sehingga pengaruh tekanannya dapat memenuhi keperluan untuk
domestik dan kran – kran umum. Metode ini paling baik pengalirannya jika dari
sumber penyediaan air ke tempat pelayanan memungkinkan menggunakan pipa
berukuran seekonomis mungkin dan pengalirannya dengan lancar dan baik.
2. Distribusi pompa dengan menggunakan reservoar
Metode ini cukup ekonomis, karena pemompaannya tidak berlangsung
secara terus menerus. Air yang dipompakan yang akan mengalir ke seluruh
reservoar, jika kebutuhan air memuncak maka air yang berada dalam reservoar
akan mengalir ke daerah pelayanan.

2.7 Pemakaian Air


Proyeksi jumlah kebutuhan air bersih dapat dilakukan berdasarkan perkiraan
kebutuhan air untuk berbagai macam tujuan ditambah perkiraan kehilangan air.
Adapun kebutuhan air untuk berbagai macam tujuan pada umumnya dapat dibagi
dalam kebutuhan domestik dan kebutuhan non domestik.
1. Kebutuhan domestik

27
a. Sambungan rumah
b. Sambungan kran umum
2. Kebutuhan non domestik
a. Sarana peribadahan
b. Sarana pendidikan
c. Sarana perkantoran
d. Sarana kesehatan
e. Sarana perekonomian

Secara umum pemakaian air dapat dikelompokkan dalam beberapa macam,


yaitu sebagai berikut :
1. Kebutuhan Air Domestik ( Rumah Tangga )
Menurut Kindler dan Russel (1984), kebutuhan air untuk tempat tinggal
meliputi semua kebutuhan air untuk keperluan rumah tangga, seperti kebutuhan
air untuk makanan, mencuci pakaian, mandi, toilet, menyiram tanaman dan
mencuci kendaraan. Tingkat kebutuhan air bervariasi berdasarkan keadaan alam
di wilayah pemikiman, banyaknya penghuni rumah, karakteristik penghuni, serta
ada atau tidaknya perhitungan pemakaian air.
2. Kebutuhan Air Non Domestik
Kebutuhan air non domestik adalah kebutuhan air bersih selain untuk
keperluan rumah tangga dan sambungan kran umum, seperti penyediaan air bersih
untuk sarana peribadahan, sarana pendidikan, sarana perkantoran, sarana
kesehatan, sarana perekonomian serta sarana pelayanan jasa lainnya.

2.9 Sistem Distribusi dan Sistem Pengaliran Air Bersih


2.9.1 Sistem Distribusi Air Bersih
Sistem distribusi adalah sistem yang langsung berhubungan dengan
konsumen yang mempunyai fungsi pokok mendistribusikan air yang telah
memenuhi syarat ke seluruh daerah pelayanan, menurut Damanhuri (1981).
Sistem ini meliputi unsur sistem perpipaan dan perlengkapannya, hidran
kebakaran, tekanan tersedia, sistem pemompaan dan reservoir distribusi.

28
Sistem distribusi air minum terdiri atas perpipaan, katup – katup, dan pompa
yang membawa air yang telah diolah dari instalasi pengolahan menuju
pemukiman, perkantoran dan industri yang mengkonsumsi air juga termasuk
dalam sistem ini adalah fasilitas penampung air yang telah diolah (reservoir
distribusi), yang digunakan saat kebutuhan air lebih besar dari suplai instalasi,
meter air untuk menentukan banyak air yang digunakan, dan keran kebakaran.
Dua hal penting yang harus diperhatikan pada sistem distribusi adalah tersedianya
jumlah air yang cukup dengan tekanan yang memenuhi (kontinuitas pelayanan),
serta menjaga kemanan kualitas air yang berasal dari instalasi pengolahan. Tugas
pokok sistem distribusi air bersih adalah menghantarkan air bersih kepada para
pelanggan yang akan dilayani, dengan tetap memperhatikan faktor kualitas,
kuantitas dan tekanan air sesuai dengan perencanaan awal. Faktor yang
didambakan oleh para konsumen adalah ketersediaan air setiap waktu.
Penyediaan air melalui pipa induk mempunyai dua macam sistem menurut
Kamala (1999) adalah sebagai berikut :
1. Continuous system
Air minum disuplai kepada konsumen sistem pengaliran terus menerus
selama 24 jam. Keuntungan sistem ini adalah konsumen setiap waktu dapat
memperoleh air bersih dari jaringan pipa distribusi di posisi pipa manapun.
Sedangkan kerugiannya adalah pemakaian air akan cenderung lebih boros dan bila
terjadi sedikit kebocoran saja, maka jumlah air yang akan hilang sangat besar.
2. Intermitten system
Pada sistem ini air bersih disuplai 2 – 4 jam pada pagi hari dan 2 – 4 jam
pada sore hari. Kerugiannya adalah pelanggan atau konsumen tidak bisa setiap
saat mendapatkan air dan perlu menyediakan tempat penyimpanan air dan bila
terjadi kebocoran maka air untuk fire fighter(pemadam kebakaran) akan sulit
didapat. Dimensi pipa yang digunakan akan lebih besar karena kebutuhan air
untuk 24 jam hanya disuplai dalam beberapa jam saja. Sedangkan keutungannya
adalah pemborosan air dapat dihindari dan juga sistem ini cocok untuk daerah
dengan sumber air yang terbatas.

29
2.9.2 Sistem Pengaliran Air Bersih
Pengaliran atau pendistribusian air minum kepada konsumen dengan
kualitas, kuantitas dan tekanan yang cukup memerlukan sistem perpipaan yang
baik, reservoir, pompa dan peralatan yang lain. Metode pendistribusian air
tergantung pada kondisi topografi dari sumber air dan posisi para konsumen
berada. Menurut Howard, S.P., et.al (1985) sistem pengaliran yang dipakai adalah
sebagai berikut:
1. Cara gravitasi
Cara pengaliran gravitasi digunakan apabila elevasi sumber air mempunyai
perbedaan cukup besar dengan elevasi daerah pelayanan, sehingga tekanan yang
diperlukan dapat dipertahankan. Cara ini dianggap cukup ekonomis, karena hanya
memanfaatkan beda ketinggian lokasi.
2. Cara pemompaan
Cara ini pompa digunakan untuk meningkatkan tekanan yang diperlukan
untuk mendistribusikan air dari reservoir distribusi ke konsumen. Sistem ini
digunakan jika elevasi antara sumber air atau instalasi pengolahan dan daerah
pelayanan tidak dapat memberikan tekanan yang cukup.

2.10 Masalah dalam Akses Air Bersih


Cadangan air Indonesia mencapai 2.530 km3 /tahun yang termasuk dalam
salah satu negara yang memiliki cadangan air terkaya di dunia. Dalam data lain
menunjukkan, ketersediaan air di Indonesia mencapai 15.500 m3 per kapita per
tahun. Angka ini masih jauh di atas ketersediaan air rata-rata di dunia yang hanya
8.000 m3 per tahun. Namun jika ditinjau ketersediaannya perpulau akan sangat
lain dan bervariasi. (P3DI, 2009)
Pulau Jawa yang luasnya mencapai tujuh persen dari total daratan wilayah
Indonesia hanya mempunyai empat setengah persen dari total potensi air tawar
nasional, namun pulau ini dihuni oleh sekitar 65 persen total penduduk Indonesia.
Kondisi ini menggambarkan potensi kelangkaan air di Pulau Jawa sangat besar.
Jika dilihat ketersediaan air per kapita per tahun, di Pulau Jawa hanya tersedia
1.750 meter kubik per kapita per tahun, masih di bawah standar kecukupan yaitu

30
2000 meter kubik per kapita per tahun. Jumlah ini akan terus menurun sehingga
pada tahun 2020 diperkirakan hanya akan tersedia sebesar 1.200 meter kubik per
kapita per tahun. Padahal standar kecukupan minimal adalah 2.000 m 3 per kapita
per tahun . Apabila fenomena ini terus berlanjut maka akan terjadi keterbatasan
pengembangan dan pelaksanaan pembangunan di daerah-daerah tersebut karena
daya dukung sumberdaya air yang telah terlampaui (Kementerian Pekerjaan
Umum. 2010).
Menurut Pakar hidrologi dari Universitas Indonesia, Firdaus Ali, Jakarta
sudah mengalami krisis air bersih sejak 18 tahun yang lalu, dan saat ini
kondisinya semakin parah. Jakarta memerlukan sekitar 26.938 liter air per detik,
namun yang tersedia hanya 17.700 liter air per detik. (P3DI, 2009).
Di Jakarta, Sungai Ciliwung memiliki sanitasi yang buruk yang digunakan
sebgai sumber air oleh sebagian masyarakatnya. Di Kelurahan Bukit Duri, tidak
semua rumah memiliki akses air bersih. Bahkan di satu Rukun Tetangga (RT)
hanya terdapat satu tempat mandi, cuci dan kakus (MCK). Sebagian besar warga
mengalami kesulitan mendapatkan akses air bersih karena PAM tidak memberikan
layanan air bersih bagi warga di bantaran sungai. Rata-rata warga menggunakan
air tanah, tetapi di beberapa tempat karena lokasi yang dekat dengan sungai,
kualitas air tanah yang didapatkan tidak baik karena kekeruhannya (Nikmah, SN.
2010).
Atas inisiatif warga terutama di Kelurahan Bukit Duri, warga mengelola air
bersih sendiri dan ditempatkan di satu galon besar. Air tersebut kemudian
digunakan bersama-sama. Setiap RT memiliki satu galon air yang mampu
menampung air sebanyak 500 m³. Namun inisiatif mengelola air bersih tidak
terjadi di semua kelurahan yang ada di bantaran Sungai Ciliwung. Sebagian besar
warga malah terpaksa harus membeli air bersih guna keperluan memasak atau
keperluan rumah tangga lainnya. Namun, buruknya perilaku sanitasi inilah yang
ada mendorong masyarakat menggunakan air Sungai Ciliwung yang terbukti tidak
layak dikonsumsi untuk keperluan rumah tangga seperti mencuci dan mandi.
Akibatnya, banyak warga yang menderita berbagai penyakit seperti diare dan
demam berdarah (Nikmah, SN. 2010).

31
2.11 Kendala dan Hambatan dalam Pengolahan Air Bersih
Masalah pengolahan air bersih di Indonesia berada di ambang kritis air
lantaran minimnya daerah resapan air. Hal tersebut terjadi karena banyaknya
pembangunan gedung-gedung dan perumahan. Sebenarnya, kondisi tersebut bisa
diperbaiki. Caranya, dengan membangun hutan-hutan, kota, dan sumur resapan
air. Selain itu kurangnya kualitas sumberdaya manusia dalam segi pemahaman
iptek, dalam menerima transfer teknologi pengolahan air menjadi masalah yang
harus segera diperbaiki dengan cara melukan pelatihan-pelatihan kepada
masyarakat.
Diperlukan investasi yang lebih banyak di sektor air bersih dan sanitasi.
Investasi pemerintah di sektor tersebut kurang dari satu persen dari PDB.
Pemerintah sedang melakukan upaya untuk mengatasi masalah ini. Setelah
dimulainya PPSP (Program Percepatan Sanitasi Nasional) tahun 2010, alokasi
anggaran sanitasi oleh pemerintah daerah meningkat sebesar 4 sampai 7 persen
pada tahun 2011.

2.12 Pengeloloaan Air Bersih


Pengolahan Air Bersih Secara Alami
Pengolahan air limbah secara alamiah dapat dilakukan dengan pembuatan
kolam stabilisasi. Dalam kolam stabilisasi, air limbah diolah secara alamiah untuk
menetralisasi zat-zat pencemar sebelum air limbah dialirkan ke sungai. Kolam
stabilisasi yang umum digunakan adalah kolam Kolam Oksidasi (Oxidation
Ponds). Karena biaya yang dibutuhkan murah, cara ini direkomendasikan untuk
daerah tropis dan sedang berkembang.
Pada prinsipnya cara pengolahan ini adalah pemanfaatan sinar matahari,
ganggang (algae), bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Air
limbah dialirkan ke dalam kolam besar berbentuk segi empat dengan kedalaman
antara 1-2 meter. Dinding dan dasar kolam tidak perlu diberi lapisan apapun.
Lokasi kolam harus jauh dari daerah pemukiman dan di daerah yang terbuka
sehingga memungkinkan sirkulasi angin dengan baik.
Cara kerjanya antara lain sebagai berikut:

32
1. Empat unsur yang berperan dalam proses pembersihan alamiah ini adalah
sinar matahari, ganggang, bakteri, dan oksigen. Ganggang dengan butir
khlorophylnya dalam air limbah melakukan proses fotosintesis dengan
bantuan sinar matahari sehingga tumbuh dengan subur.
2. Pada proses sintesis untuk pembentukan karbohidrat dari H2O dan CO2
oleh chlorophyl dibawah pengaruh sinar matahari terbentuk O2 (oksigen).
Kemudian oksigen ini digunakan oleh bakteri aerobik untuk melakukan
dekomposisi zat-zat organik yang terdapat dalam air buangan. Disamping
itu terjadi pengendapan. Sebagai hasilnya nilai BOD dari air limbah tersebut
akan berkurang sehingga relatif aman bila akan dibuang ke dalam badan-
badan air (kali, danau, dan sebagainya).

Pengolahan Air Bersih dengan Metode Pengolahan Gambut Sederhana


Untuk pembuatan satu unit alat pengolah air minum sederhana ini,
diperlukan bahan-bahan antara lain seperti pada tabel di bawah ini (lihat tabel
berikut. Jika bahan tersebut tidak tersedia dipasaran setempat, dapatdisesuaikan
dengan bahan yang tersedia. Jadi tidak harus seperti yang tertera pada Tabel 1.

33
Bahan-bahan tersebut tidak termasuk bahan untuk dudukkan alat. Di
samping itu bahan - bahan tersebut dapat juga disesuaikan dengan keadaan
setempat misalnya, jika tidak ada tong plastik dapat juga dipakai drum bekas
minyak yang dicat terlebih dahulu.

Diagram Proses Pengolahan Air Gambut

34
2.13 Tahapan Proses Pengolahan Air Metode Gambut Sederhana
1. Netralisasi dengan pemberian kapur/gamping
Yang dimaksud dengan netralisasi adalah mengatur keasaman air agar
menjadi netral (pH 7 - 8). Untuk air yang bersifat asam misalnya air gambut, yang
paling murah dan mudah adalah dengan pemberian kapur/gamping. Fungsi dari
pemberian kapur, disamping untuk menetralkan air baku yang bersifat asam juga
untuk membantu efektifitas proses selanjutnya.
2. Aerasi dengan pemompaan udara
Yang dimaksud dengan aerasi yaitu mengontakkan udara dengan air baku
agar kandungan zat besi dan mangan yang ada dalam air baku bereaksi dengan
oksigen yang ada dalam udara membentuk senyawa besi dan senyawa mangan
yang dapat diendapkan. Disamping itu proses aerasi juga berfungsi untuk
menghilangkan gas-gas beracun yang tak diinginkan misalnya gas H2S, Methan,
Carbon Dioksida dan gas-gas racun lainnya. Reaksi oksidasi Besi dan Mangan
oleh udara dapat ditulis sebagai berikut:
4 Fe2+ + O2 + 10 H2O ====> 4 Fe(OH)3 + 8 H+
tak larut
Mn2+ + O2 + H2O ====> MnO2 + 2 H+
tak larut
Dari persamaan reaksi antara besi dengan oksigen tersebut, maka secara
teoritis dapat dihitung bahwa untuk 1 ppm oksigen dapat mengoksidasi 6.98 ppm
ion Besi. Reaksi oksidasi ini dapat dipengaruhi antara lain : jumlah Oksigen yang
bereaksi , dalam hal ini dipengaruhi oleh jumlah udara yang dikontakkan dengan
air serta luas kontak antara gelembung udara dengan permukaan air. Jadi makin
merata dan makin kecil gelembung udara yang dihembuskan kedalam air bakunya
, maka oksigen yang bereaksi makin besar.
Faktor lain yang sangat mempengaruhi reaksi oksidasi besi dengan oksigen
dari udara adalah pH air. Reaksi oksidasi ini sangat efektif pada pH air lebih besar
7(tujuh). Oleh karena itu sebelum aerasi dilakukan, maka pH air baku harus
dinaikkan sampai mencapai pH 8. Hal ini dimaksudkan agar pH air tidak
menyimpang dari pH standart untuk air minum yaitu pH 6,5 - pH 8,5. Oksidasi

35
Mangan dengan oksigen dari udara tidak seefektif untuk besi, tetapi jika kadar
Mangannya tidak terlalu tinggi maka sebagaian mangan dapat juga teroksidasi dan
terendapkan.

3. Koagulasi dengan pemberian tawas


Koagulasi adalah proses pembubuhan bahan kimia kedalam air agar kotoran
alam air yang berupa padatan tersuspensi misalnya zat warna organik, lumpur
halus bakteri dan lain-lain dapat menggumpal dan cepat mengendap. Cara yang
paling mudah dan murah adalah dengan pembubuhan tawas/alum atau rumus
kimianya Al2(SO4)3.18 H2O. (berupa kristal berwarna putih). Reaksi koagulasi
dengan Tawas secara sederhana dapat ditulis sebagai berikut:
Al2(SO4)3.18 H2O + 3 Ca(HCO3)2 ==> 2 Al(OH)3 +3 Ca(SO4) + 6 CO2 + 18
H2O
alkailnity

Al2(SO4)3.18 H2O + 3 Ca(OH)2 ==> 2 Al(OH)3 + 3 Ca(SO4) + 3 CO2 + 18


H2O
mengendap

Pengendapan kotoran dapat terjadi karena pembentukan alumunium


hidroksida, Al(OH)3 yang berupa partikel padat yang akan menarik partikel-
partikel kotoran sehingga menggumpal bersama-sama, menjadi besar dan berat
dan segera dapat mengendap. Cara pembubuhan tawas dapat dilakukan sebagai
berikut yaitu : sejumlah tawas/ alum dilarutkan dalam air kemudian dimasukkan
kedalam air baku lalu diaduk dengan cepat hingga merata selama kurang lebih 2
menit. Setelah itu kecepatan pengadukkan dikurangi sedemikian rupa sehingga
terbentuk gumpalan - gumpalan kotoran akibat bergabungnya kotoran tersuspensi
yang ada dalam air baku. Setelah itu dibiarkan beberapa saat sehingga gumpalan
kotoran atau disebut flok tumbuh menjadi besar dan berat dan cepat mengendap.

4. Pengendapan

36
Setelah proses koagulasi air tersebut didiamkan sampai gumpalan kotoran
yang terjadi mengendap semua (+ 45 - 60 menit). Setelah kotoran mengendap air
akan tampak lebih jernih. Endapan yang terkumpul didasar tangki dapat
dibersihkan dengan membuka kran penguras yang terdapat di bawah tangki.

5. Penyaringan
Pada proses pengendapan, tidak semua gumpalan kotoran dapat diendapkan
semua. Butiran gumpalan kotoran dengan ukuran yang besar dan berat akan
mengendap, sedangkan yang berukuran kecil dan ringan masih melayang-layang
dalam air. Untuk mendapatkan air yang betul-betul jernih harus dilakukan proses
penyaringan. Penyaringan dilakukan dengan mengalirkan air yang telah
diendapkan kotorannya ke bak penyaring yang terdiri dari saringan pasir.

2.14 Peralatan Yang Digunakan


1. Tong/Tangki Penampung
Terdiri dari Drum Plastik dengan volume 220 liter. Drum tersebut
dilengkapi dengan dua buah kran yaitu untuk mengalirkan air ke bak penyaring
dan untuk saluran penguras. Pada dasar Drum sebelah dalam diplester dengan
semen sehingga berbentuk seperti kerucut untuk memudahkan pengurasan. Selain
itu dapat juga menggunakan tangki fiber glass volume 550 liter yang dilengkapi
dengan kran pengeluaran lumpur. Tong atau tangki penampung dapat juga dibuat
dari bahan yang lain misalnya dari tong bekas minyak volume 200 liter atau dari
bahan gerabah. Fungsi dari drum adalah untuk menampung air baku, untuk proses
aerasi atau penghembusan dengan udara, untuk proses koagulasi dan flokulasi
serta untuk pengendapan.

2. Pompa aerasi
Pompa aerasiterdiri dari pompa tekan (pompa sepeda) dengan penampang 5
cm, tinggi tabung 50 cm. Fungsi pompa adalah untuk menghembuskan udara
kedalam air baku agar zat besi atau mangan yang terlarut dalam air baku bereaksi
dengan oksigen yang ada dalam udara membentuk oksida besi atau oksida
mangan yang dapat diendapkan. Pompa tersebut dihubungkan dengan pipa aerator

37
untuk menyebarkan udara yang dihembuskan oleh pompa ke dalam air baku. Pipa
aerator terbuat dari selang plastik dengan penampang 0.8 cm, yang dibentuk
seperti spiral, permukaannya dibuat berlubang, jarak tiap lubang + 2 cm.

3. Bak Penyaring
Bak Penyaring terdiri dari bak plastik berbentuk kotak dengan tinggi 40 cm
dan luas penampang 25 X 25 cm serta dilengkapi dengan sebuah keran disebelah
bawah. Untuk media penyaring digunakan pasir. kerikil, arang dan ijuk. Susunan
media penyaring media penyaring dari yang paling dasar keatas adalah sebgai
berikut :
Lapisan 1: kerikilatau koral dengan diameter 1-3 cm, tebal 5 cm.
Lapisan 2: ijuk dengan ketebalan 5 cm.
Lapisan 3: arang kayu, ketebalan 5-10 cm.
Lapisan 4: kerikil kecil diameter + 5 mm, ketebalan + 5 cm.
Lapisan 5: pasirsilika, diameter + 0,5 mm, ketebalan 10-15 cm.
Lapisan 6: kerikil, diameter 3 cm, tebal 3-6 cm

4. Bahan Kimia
Bahan kimia yang dibutuhkan antara lain :
 Tawas,
 kapur tohor dan,
 kaporit bubuk.

2.15 Cara Pembuatan dan Kualitas Pengolahan

38
1. Masukkan air baku kedalam tangki penampung sampai hampir penuh (550
liter).
2. Larutkan 60 - 80 gram bubuk kapur / gamping (4 - 6 sendok makan) ke
dalam ember kecil yang berisi air baku, kemudian masukkan ke dalam
tangki dan aduk sampai merata.
3. Masukkan slang aerasi ke dalam tangki sampai ke dasarnya dan lakukan
pemompaan sebanyak 50 - 100 kali. setelah itu angkat kembali slang aerasi.
4. Larutkan 60 - 80 gram bubuk tawas (4 - 6 sendok makan) ke dalam ember
kecil, lalu masukkan ke dalam air baku yang telah diaerasi. Aduk secara
cepat dengan arah yang putaran yang sama selama 1 - 2 menit. Setelah itu
pengaduk diangkat dan biarkan air dalam tangki berputar sampai berhenti
dengan sendirinya dan biarkan selama 45 - 60 menit.
5. Buka kran penguras untuk mengelurakan endapan kotoran yang terjadi,
kemudian tutup kembali.
6. Buka kran pengeluaran dan alirkan ke bak penyaring. Buka kran saringan
dan usahakan air dalam saringan tidak meluap.
7. Tampung air olahan (air bersih) dan simpan ditempat yang bersih. Jika
digunakan untuk minum sebaiknya dimasak terlebih dahulu.
Catatan :
a. Jika volume bak penampung lebih kecil maka jumlah kapur dan tawas
yang dipakai harus disesuaikan.
b. Jika menggunakan kaporit untuk membunuh kuman-kuman penyakit,
bubuhkan kaporit sekitar 1-2 gram untuk 500 liter air baku. Cara

39
pemakaiannya yaitu dimasukkan bersama-sama pada saat memasukkan
larutan kapur.

PIPA AERATOR PENAMPANGAN SARINGAN PASIR

Kualitas Air Hasil Pengolahan


Dari beberapa hasil pengolahan dengan menggunakan peralatan tersebut
diatas, setelah diperiksa di laboratorium di dapatkan hasil air olahan dengan
kualitas seperti pada Tabel 2.

40
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengolahan air bersih menjadi sangat penting bagi manusia pada saat ini.
Hal ini karena telah banyak sumber air yang telah tercemar oleh perbuatan
manusia itu sendiri. Padahal air yang bersih sangat dibutuhkan oleh tubuh
manusia dan juga untuk menjalankan berbagai kegiatan. Oleh karena itu,
diperlukan upaya pengolahan air yang telah tercemar hingga layak digunakan
untuk aktivitas sehari-hari. Namun, upaya pengolahan air bersih tersebut perlu
disesuaikan dengan sumber air baku serta teknologi yang sesuai dengan tingkat
penguasaan teknologi dalam masyarakat itu sendiri. Untuk itu terdapat berbagai
macam solusi atau metode pengolahan air agar menjadi air bersih dan siap pakai:
1. Pengolahan air bersih secara alami
2. Metode ini dapat dilakukan dengan pembuatan kolam stabilisasi
3. Pengolahan air bersih dengan metode pengolahan gambut sederhana
4. Sistem portable / langsung hisap
Dengan memanfaatkan teknologi yang ada, diciptakan alat yang mampu
menyaring air hingga air yang diperoleh dapat langsung diminum dengan aman
Upaya pengolahan air bersih tersebut harus berjalan sinergis antara kebijakan atau
program yang dibuat oleh pemerintah dan usaha yang dilakukan oleh masyrakat
untuk dapat menjaga agar sumber atau mata air dapat terlindungi dari
pencemaran. Sehingga, dapat diperoleh kualitas air yang baik sehingga derjat
kesehatan manusia dapat dimaksimalkan.
3.2 Saran
Saran untuk pengolahan air bersih adalah sebagai berikut:
1. Untuk kedepannya perlu dilakukan upaya pemerintah dalam memberikan
pengetahuan kepada masyarakat mengenai pentingnya air bersih serta
bagaimana cara pengolahan air bersih tersebut
2. Masyarakat perlu turut serta dalam pengolahan air bersih guna
meningkatkan derajat kesehatan pada masyarakat tersebut
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam upaya pengolahan air bersih

41
DAFTAR PUSTAKA

Awaluddin, N. 2007. Teknologi Pengolahan Air Tanah Sebagai Sumber Air


Minum Pada Skala Rumah Tangga, Seminar "Peran Mahasiswa Dalam
Aplikasi Keteknikan Menuju Globalisasi Teknologi"
Chandra, B. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Departemen Kesehatan,
Departemen Dalam Negeri, & BAPPENAS. 2003. Kebijakan Nasional
Pembangunan Prasarana Dan Sarana Air Minum Dan Penyehatan
Lingkungan Berbasis Lembaga. http://waspola.org/file/pdf/policy/Draft
%201%20Kebijakan_AMPL.pdf. Diakses pada tanggal 02 januari 2014.
Kementerian Pekerjaan Umum. 2010. Kajian Keterpaduan Pengembangan Air
Baku, Air Bersih Dan Sanitasi.
Nikmah, SN. 2010. Studi Sungai Ciliwung Pengabaian Pemerintah Terhadap
Eksistensi Penduduk Pinggir Sungai: Wajah Pengelolaan Sungai di
Indonesia : Jakarta.
Peneliti bidang Studi Masyarakat dan Sosiologi Perkotaan pada Pusat Pengkajian,
Pengolahan Data dan Informasi (P3DI). 2009 . masalah air bersih di
perkotaan. Vol. V, No. 07/I/P3DI/April/2013.
Pengantar Pengolahan Air Tl 4001 Rekayasa Lingkungan 2009 Program Studi
Teknik Lingkungan ITB
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum
Presiden Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian
Pencemaran Air. http://ciptakarya.pu.go.id/plp/?page_id=186. Diakses pada
tanggal 02 januari 2014.
Said, Nusa Idaman dan Heru Dwi Wahjono. 1999. Pengolahan Air Sungai atau
Gambut Sederhana. Jakarta: Badan Pengkajian Penerapan Teknologi.

42

Anda mungkin juga menyukai

  • Anggaran Dana Custem Super Cup
    Anggaran Dana Custem Super Cup
    Dokumen2 halaman
    Anggaran Dana Custem Super Cup
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • ABSENSI
    ABSENSI
    Dokumen2 halaman
    ABSENSI
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • Lampiran Jurnal+
    Lampiran Jurnal+
    Dokumen6 halaman
    Lampiran Jurnal+
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kegiatan Harian Mahasiswa
    Laporan Kegiatan Harian Mahasiswa
    Dokumen5 halaman
    Laporan Kegiatan Harian Mahasiswa
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • Konsul 1
    Konsul 1
    Dokumen3 halaman
    Konsul 1
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • Alfun
    Alfun
    Dokumen2 halaman
    Alfun
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • DM Gerontik
    DM Gerontik
    Dokumen20 halaman
    DM Gerontik
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • ASUHAN KEPERAWATAN
    ASUHAN KEPERAWATAN
    Dokumen7 halaman
    ASUHAN KEPERAWATAN
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • Sap Pneumonia
    Sap Pneumonia
    Dokumen5 halaman
    Sap Pneumonia
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • Definisi
    Definisi
    Dokumen3 halaman
    Definisi
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • Format Askep
    Format Askep
    Dokumen7 halaman
    Format Askep
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • Sap Pneumonia
    Sap Pneumonia
    Dokumen5 halaman
    Sap Pneumonia
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • Uji Validitas Dan Reliabilitas
    Uji Validitas Dan Reliabilitas
    Dokumen20 halaman
    Uji Validitas Dan Reliabilitas
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Keperawatan Pada Dekompresi: Makalah
    Asuhan Keperawatan Pada Dekompresi: Makalah
    Dokumen15 halaman
    Asuhan Keperawatan Pada Dekompresi: Makalah
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • Kom Unitas
    Kom Unitas
    Dokumen39 halaman
    Kom Unitas
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • Komunitas, Kelompok 3
    Komunitas, Kelompok 3
    Dokumen9 halaman
    Komunitas, Kelompok 3
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen45 halaman
    Bab 2
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • Sap Pneumonia
    Sap Pneumonia
    Dokumen5 halaman
    Sap Pneumonia
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Retinoblastoma
    Asuhan Retinoblastoma
    Dokumen14 halaman
    Asuhan Retinoblastoma
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • Indra
    Indra
    Dokumen1 halaman
    Indra
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • Ilham
    Ilham
    Dokumen4 halaman
    Ilham
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • B2, Thalasemia
    B2, Thalasemia
    Dokumen15 halaman
    B2, Thalasemia
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • b5, Atre - Ani Ilham
    b5, Atre - Ani Ilham
    Dokumen19 halaman
    b5, Atre - Ani Ilham
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • Bray
    Bray
    Dokumen4 halaman
    Bray
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • Amplop
    Amplop
    Dokumen15 halaman
    Amplop
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • Amplop
    Amplop
    Dokumen1 halaman
    Amplop
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • NS
    NS
    Dokumen35 halaman
    NS
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • VSD Pada Anak
    VSD Pada Anak
    Dokumen18 halaman
    VSD Pada Anak
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat
  • B3, Adhd
    B3, Adhd
    Dokumen16 halaman
    B3, Adhd
    Nadia Haq
    Belum ada peringkat