TELOGEN EFFLUVIUM
Oleh:
Pembimbing:
FAKULTAS KEDOKTERAN
2018
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………2
BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………….3
1.1 Definisi ……………………………………………………………….3
1.2 Etiologi ……………………………………………………………….3
1.3 Epidemiologi …………………………………………………………3
1.4 Patofisiologi …………………………………………….………..…..4
1.5 Manifestasi Klinis ……………………………………….…………...9
1.6 Diagnosis ………………………………………………….………....9
1.7 Diagnosis Banding ……………………………………….………….13
1.8 Penatalaksanaan ………………………………………….………….13
1.9 Prognosis …………………………………………………….………14
BAB 2 LAPORAN KASUS …………………………………………………….15
BAB 3 PEMBAHASAN ………………………………………………………...20
BAB 4 KESIMPULAN ………………………………………………………….22
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………...23
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayah-Nya, penulisan laporan kasus stase kulit dan kelamin ini dapat diselesaikan
dengan baik. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah
SAW, keluarga, para sahabat dan pengikut beliau hingga akhir zaman.
“Telogen Effluvium”. Penulisan laporan kasus ini diajukan untuk memenuhi tugas
Dengan terselesaikannya laporan kasus ini kami ucapkan terima kasih yang
sebesar besarnya kepada dr. Sri Adila Nurainiwati Sp.KK dan dr. Dwi Nurwulan
Pravitasari, Sp. KK, selaku pembimbing kami, yang telah membimbing dan
Kami menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kami tetap membuka diri untuk kritik dan saran yang membangun. Akhirnya,
.’ Malang,
Januari 2018
Penulis
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Telogen efluvium (TE) adalah kerontokan rambut dalam fase telogen tanpa
peradangan yang ditandai dengan kerontokan rambut yang difus, rambut dalam fase
telogen yang terlepas lebih banyak dari normal (150–400 helai perhari), pada waktu
3.2 Epidemiologi
Telogen effluvium sering terjadi pada manusia tetapi belum terdapat data
yang pasti tentang prevalensi terjadinya TE. Telogen effluvium terjadi pada semua
usia, bisa menyerang pada usia anak-anak hingga dewasa, tetapi TE jarang sekali
terjadi pada infant. Ras tidak mempengaruhi angka terjadinya telogen effluvium,
semua ras bisa terkena TE. Dapat terjadi pada semua jenis kelamin, tetapi akan
lebih banyak TE yang simptomatis pada perempuan karena keluhan rambut rontok
sangat mengganggu dan mengurangi rasa kepercayaan diri pada perempuan. Pada
3.3 Etiologi
penurunan berat badan pada individu yang melakukan diet ketat, malnutrisi kalori
protein, defisiensi zat besi, zinc, biotin. Hormonal: hipo atau hipertiroidisme,
adalah tipe delayed anagen release di mana pada masa gestasi, tingginya hormon
telogen secara cepat dan dalam jumlah besar sampai mencapai 50% dan rontok.
3.4 Patofisiologi
terdiri dari 3 tahapan, yaitu anagen (fase pertumbuhan), katagen (fase transisi),
telogen (fase istirahat). (Gambar 1) Pada keadaan normal kurang lebih 85–90%
rambut dalam fase anagen, 1% pada fase katagen dan 10–15% pada fase telogen
dan normal ada ± 50–100 rambut yang rontok setiap harinya.1,2,3 Fase anagen
memiliki sub bagian sebanyak 6 tahap. Lima tahap pertama disebut proanagen, dan
atas permukaan kulit, dan folikel penetrasi ke jaringan subkutis.7 Pada fase ini
terjadi pertumbuhan folikel rambut melalui proses proliferasi dan diferensiasi masif
selsel keratinosit di matriks rambut. Lama masa anagen ditentukan secara genetik,
dan rambut kulit kepala rata- rata memiliki ± 100.000 rambut dan tetap dalam fase
anagen selama ± 2–6 tahun. Panjang rambut yang dihasilkan ditentukan oleh lama
fase anagen yang bervariasi antararea tubuh. Fase anagen pada folikel di rambut
skalp ± 2–6 tahun (rata–rata 3 tahun), pada rambut kumis 4–14 minggu, pada
rambut jari 1,5–3 bulan. Kecepatan pertumbuhan rambut terminal pada rambut
skalp pria dan wanita berbeda, pada rambut skalp pria sekitar 0,37 mm/hari
Pada akhir masa anagen, aktivitas sel mitosis dalam matriks bulbus rambut
berhenti. Penghentian fase anagen dikontrol oleh fibroblast growth factor (FGF) 5
yang diekspresikan pada folikel sesaat sebelum akhir fase anagen.3,7,10 Fase katagen
merupakan perubahan dari fase pertumbuhan ke fase istirahat. Awal dari fase ini
ditandai dengan berhentinya aktivitas mitotik dari selsel matriks rambut dan
apoptosis yang terkoordinasi dari folikel rambut. Saat fase katagen, rambut kepala
involusi dan regresi. Sel-sel papil folikuler akan menjadi semakin bulat dan akan
bertahan di dalam selubung jaringan konektif, dan terangkat dari bagian dasar sel
epitel yang telah mengalami regresi. Selubung jaringan konektif bertambah tebal
selama fase katagen. Pada akhir fase katagen, papila folikel mengalami fase
istirahat pada bagian dasar folikel rambut. Fase katagen rambut skalp berlangsung
sekitar 2–3 minggu. Signal-signal molekul yang memicu fase katagen, saat ini
growth factor (KGF), dan hepatocyte growth factor (HGF) menurun pada saat
inisiasi fase katagen, sedangkan transforming growth factor beta (TGF-b1) dan
molekul-molekul ini mungkin memegang peranan pada proses transisi dari fase
terlepasnya rambut yang mati dari folikelnya (eksogen) yang dapat terjadi pada fase
telogen lanjut atau pada fase anagen awal. Fase telogen berlangsung selama ± 100
hari. Sekitar 10–15% dari rambut kulit kepala ada pada fase telogen pada setiap
waktu tertentu dan terdistribusi secara acak. Rambut pada fase telogen memiliki
ujung proksimal membulat seperti gada, memiliki knob yang berwarna putih,
kering, padat dan keras pada ujung proksimalnya. Warnanya yang putih disebabkan
karena tidak adanya pigmen. Rambut pada fase telogen dapat terlepas oleh
penyisiran rambut atau oleh alat mekanis yang lain.1,7 Sekitar 25–100 rambut
telogen dapat jatuh setiap harinya dan pada saat rambut dicuci jumlahnya dapat
meningkat hingga dua kali. Kelainan ataupun gangguan pada siklus rambut akan
berakibat pelepasan rambut yang tidak normal, baik dalam jumlah yang berlebihan
1. Immediate anagen release di mana fase anagen berakhir lebih cepat dan folikel
relatif terjadi dalam waktu singkat (biasanya 3–5 minggu), umumnya terjadi akibat
stres fisik (misalnya febris, penyakit sistemik berat) atau akibat obat-obat yang
2. Delayed anagen release dimana folikel rambut tertahan pada fase anagen yang
memanjang dan tidak masuk ke dalam fase telogen. Saat folikel tersebut bersamaan
dengan folikel yang normal memasuki fase telogen dan rontok, terjadi pelepasan
rambut dalam jumlah yang besar. Hal ini terlihat pada kerontokan post partum.
3. Short anagen yaitu terjadi pemendekan fase anagen yang signifikan dan
panjang rambut.
4. Immediate telogen release di mana fase telogen berakhir lebih cepat diikuti
kembali fase anagen. Tipe ini dapat terjadi pada penggunaan minoksidil topikal,
5. Delayed telogen release terjadi fase telogen yang memanjang diikuti proses
transisi ke fase anagen, sehingga mengakibatkan jumlah rambut yang tumbuh dan
yang bersifat akut kurang dari 6 bulan dengan awitan 2–3 bulan setelah adanya
berlebihan bersifat idiopatik dan dapat resolusi spontan, dengan durasi lebih dari 6
pasti. Salah satu teori menyebutkan CTE disebabkan oleh pemendekan fase anagen
tanpa miniaturisasi folikel rambut, sehingga rambut memasuki fase telogen lebih
cepat dengan proporsi rambut telogen yang lebih banyak dibandingkan keadaan
normal.1 Umumnya TE kronik terjadi pada wanita yang berusia antara 30–50
tahun, jarang pada laki-laki.CTE sering sulit dibedakan dengan fase awal
bulat, berbentuk seperti gada (club), tanpa adanya perlekatan antara sarung akar
luar dan dalam. Rambut anagen memiliki ciri-ciri lembab, bulbus berpigmen,
berbentuk piramid dan terdapat perlekatan sarung akar luar dan dalam. Apabila
3.6 Diagnosis
lebih rinci, pemeriksaan skalp dan rambut, analisis mikroskopik, biopsi dan
menegakkan diagnosis dan etiologi. Yang perlu diperhatikan adalah: awitan, faktor
pemicu yang timbul 2–6 bulan sebelum awitan (penyakit sistemik, obat-obatan,
penurunan berat badan akibat diet yang ketat, penyakit tiroid, stres fisik dan psikik),
keluarga untuk menyingkirkan diagnosa banding lainnya. 1,4,6 Penilaian kulit kepala
kepala (tinea kapitis, dermatitis seboroik, dermatitis kontak alergi), termasuk ada
belahan rambut (part width) pada bagian frontoparietal (midline), temporal dan
oksipital.6 Pada TE, rambut menipis dan difus di seluruh rambut kepala atau dapat
pula normal, lebar belahan rambut pada bagian crown sama dengan oksipital,
rambut pada bagian frontal lebih pendek atau normal, dapat disertai resesi
antara lain: uji penarikan rambut (hair pull test) dengan mengambil sekelompok
rambut (50–100 helai) pada suatu area, kemudian menarik ke arah distal dengan
tekanan yang lembut dilakukan pada beberapa area rambut kepala. Pada keadaan
normal rambut yang tercabut 2–6 helai. Hasil negatif tidak dapat menyingkirkan
diagnosis TE. Pada AGA didapatkan hasil negatif, pada TE hasil positif dan berupa
rambut telogen, dan pada AA hasil positif selain berupa rambut telogen juga
dengan cara rambut dijepit dengan alat hemostat dekat dengan kulit kepala,
sejumlah 50–60 helai rambut akan tercabut menurut arah pertumbuhan rambut.
Dalam keadaan normal sejumlah 10–15% rambut berada dalam fase telogen, dan
terbanyak di daerah frontal dan vertex. Diagnosis TE bila didapatkan hitung telogen
lebih dari 25%.2 Analisis mikroskopik rambut dilakukan untuk menentukan rambut
telogen atau anagen yang didapat dari hair pull test atau forcible hair pluck.
Rambut telogen normal ditemukan, sebaliknya rambut anagen menunjukkan
Gambar 3
A. Penampang rambut telogen,
B. Penampang rambut Loose anagen.
C. Penampang rambut anagen.3
diagnosis banding terutama alopesia androgenetika (AGA) yang secara klinis dapat
menyerupai TE.1,5 Teknik biopsy kulit kepala yang paling baik adalah dengan
biopsy punch (4 mm) multipel diambil dari verteks sebanyak 3 buah lesi yang
terminal (T) dibandingkan dengan rambut velus (V) yang mengalami miniaturisasi.
persentase kurang dari 4:1. Biopsi tunggal tidak adekuat untuk memastikan
diagnosis (angka akurasinya hanya 79%) jika dibandingkan dengan biopsi multipel
dalam 24 jam, lalu menghitungnya. Cara ini dilakukan setiap minggu selama 1
bulan. Apabila jumlah rambut yang rontok lebih dari 100 helai dalam 24 jam, dapat
membuktikan adanya TE.2 Rebora dkk (2005) menemukan metode baru untuk
menjadi 3 kelas berdasarkan panjang rambut {<3 cm (rambut velus); 3–5 cm; >5
cm}. Kriteria diagnosis untuk AGA adalah bila jumlah rambut rontok kurang dari
100 helai dan persentase rambut velus (<3 cm) lebih dari 10%. Sedangkan kriteria
diagnosis untuk CTE adalah apabila jumlah rambut rontok lebih dari 100 helai dan
pemeriksaan darah perifer lengkap, kadar hormon tiroid, ferritin serum, fungsi
virus (HIV) dapat dilakukan bila ada kecurigaan yang mengarah kesana.
3.8 Penatalaksanaan
etiologi atau pemicu yang telah diidentifikasi. Pada TE akut dapat terjadi resolusi
penurunan jumlah kerontokan rambut dan densitas rambut kembali normal yang
berlangsung dalam waktu antara 6 bulan hingga 1 tahun. Namun pada TE kronik
sulit karena faktor etiologi sulit diidentifikasi dan proses berlangsung lama
FDA dan memiliki efek memperpanjang fase anagen, memperbesar folikel yang
pada kulit kepala yang kering, dan diulang jika skalp basah karena keringat.
efektivitas terapi. Pasien harus diberi penjelasan dan diingatkan harus diberi
penjelasan dan diingatkan untuk tetap meneruskan terapi, bila terjadi TE yang
bersifat sementara yang timbul 2–8 minggu setelah terapi dimulai. Patomekanisme
yang terjadi adalah immediate telogen release. Efek samping yang dapat terjadi
antara lain dermatitis kontak alergik, iritasi, kering, merah, skuama, gatal.1,2,3
dan efektivitas minoksidil. Beberapa ahli menggunakan gel tretinoin 0,1% dan
memberikan hasil cukup baik. Preparat topikal yang mengandung copper dapat
pada folikel rambut, sebagai antioksidan dan antiinflamasi, namun preparat ini
belum disetujui FDA. Pemberian suplementasi oral untuk terapi TE belum ada yang
3.9 Prognosis
Nama :An. R
Usia : 11 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Siswa SD
2.2 Anamnesis
RPS : pasien mengeluh rambut rontok sudah lebih dari 6 bulan, setiap harinya
saat pasien menyisir didapatkan banyak rambut rontok yang ada pada sisir dan
banyak. Pasien tidak pernah merasa gatal ataupun nyeri pada bagian kepalanya
sebelumnya, tidak ada ketombe dan tidak didapatkan perubahan warna pada
menipis.
RPSos : -
2.3 Pemeriksaan
Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
Kepala/ leher: Inspeksi: normochepali, tanda radang pada kulit kepala (-),
Thorak :
intercostal -/-
Perkusi : Sonor/sonor
thrill/fremissment (-)
Abdomen
Perkusi : timpani
Ekstremitas
2. Status Dermatologi
Et regio capitis didapatkan adanya rambut yang menipis, scalp bersih atau
Foto Klinis :
Resume
- An. R 11 tahun
- Gatal -
- Nyeri -
- Ketombe -
- Keluhan serupa –
- DHF sebelumnya +
2.4 Diagnosis
Telogen Effluvium
- Anagen effluvium
2.6 Planning
- Diagnosis
Trichogram
Darah lengkap
Biopsi
- Terapi
- Monitoring
Keberhasilan terapi
- Edukasi
obat.
menyebabkan kebotakan.
2.7 Prognosis
Dubia ad bonam
BAB 3
PEMBAHASAN
disebabkan oleh kelainan siklus rambut, tanpa disertai peradangan. tanpa disertai
release, dan akan mengalami resolusi setelah faktor etiologinya dikoreksi. Pada TE
kronik bersifat idiopatik dan resolusinya lambat, dengan durasi lebih dari 6 bulan.
Pada pasien ini didapatkan data rambut rontok sudah lebih dari 6 bulan
tanpa disertai adanya tanda-tanda inflamasi pada kulit kepala, sebelumnya pasien
juga pernah dirawat di rumah sakit karena penyakit DHF yang dideritanya. Pada
pemeriksaan fisik kulit kepala didapatkan part width melebar, namun beberapa
rambut sudah mulai tumbuh dan tidak didapatkan adanya ketombe. Penegakkan
diagnosis untuk menentukan effluvium pada fase anagen atau telogen dapat
penunjang diperlukan untuk pasien ini. Pemeriksaan klinis lainnya seperti hair pull
test, trichogram, biopsi dan serial hair collection serta pemeriksaan laboratoris
yang rinci dan teliti dapat membantu menegakkan diagnosa TE. Pada pemeriksaan
laboratorium berupa darah lengkap tidak ditemukan adanya tanda patologis atau
tidak normal.
mengakibatkan TE dapat dilakukan terapi secara rasional. Pada pasien ini terapi
yang diberikan adalah starmuno kaplet 1x sehari dengan tujuan untuk
meningkatkan kekebalan atau daya tahan tubuh pasien. Pasien tidak diberikan
terapi untuk menumbuhkan rambut. Setelah 5 kali kontrol dan hanya mendapatkan
stramuno saja rambut pasien sudah tumbuh dengan lebih baik. Edukasi yang baik
dengan penurunan jumlah kerontokan rambut sampai normal hair pull test negatif
psikis dan penyakit sistemik, dapat juga dikarenakan penggunaan obat-obatan dan
dapat menyerang semua usia dan tidak ada perbedaan insiden pada jenis kelamin
tertentu.
pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan kulit kepala, hair pull test,
trichogram, biopsy dan analisis mikroskopik. Dari pemeriksaan fisik kulit kepala
didapatkan kulit kepala yang normal dengan adanya part width yang melebar tanpa
disertai keluhan gatal maupun tanda inflamasi. Pentalaksaan kasus TE ini harus
dan sebagai vasodilator, selain itu dapat diberikan gel tretinoin 0,1% untuk
2. Hughes ECW. Telogen effluvium. Sperling L, Butler DF, Chan EF, eds.
3. Olsen EA, Paus R. Hair growth disorder. In: Freedberg Freedberg IM, Eisen
Medicine, 7th edition. New York: Mcgraw- Hill Inc; 2008. p. 753–77.
4. Fiedler VC, Gray AC. Diffuse Alopecia: Telogen Hair Loss. In: Olsen AE,
6. Chartier MB, Hoss DM, Grant-Keis JM. Approach to the adult pemale
809–18.
SA, Gilchrest AB, Katz SI, goldsmith AL, Wolff K, editors. Fitzpatrick’s
2008.p. 739–48.