Journal of Multi User MIMO
Journal of Multi User MIMO
Abstrak—Pada proyek akhir ini diterapkan teknik pengkodean kanal yakni kode turbo pada sistem MU-MIMO downlink
menggunakan teknik precoding Blok Diagonalisasi di sisi pemancar. Pada progres akhir dilakukan simulasi untuk sistem Multiuser-
MIMO dengan hasil berupa grafik BER terhadap SNR yang membandingkan hasil kinerja dari pengkodean kanal menggunakan
Turbo pada rate 1/3 dan rate 1/2, serta modulasi QAM, 16-QAM dan 64-QAM serta hasil berupa sum capacity terhadap SNR yang
membandingkan nilai kapasitas pada jumlah user yang berbeda.
Dari hasil simulasi ditunjukan pada pengamatan kinerja BER 10-3 , sistem dengan kode turbo rate 1/3 lebih baik 12 dB dibandingkan
sistem dengan kode turbo rate ½ dan 7 dB lebih baik dibandingkan sistem tanpa pengkodean untuk konfigurasi anten 2x2. Pada
sistem dengan konfigurasi antena 4x4 memiliki kinerja lebih baik dibandingkan pada konfigurasi antena 2x2, yakni lebih baik
1dB pada rate 1/3, dan 8 dB pada rate ½ dan 4 dB pada sistem tanpa pengkodean. Pada sistem, dengan semakin
bertambahnya user maka sum capacity semakin besar.
I. PENDAHULUAN
Dalam beberapa tahun terakhir, Sistem komunikasi nirkabel Multiple-input, multiple-output (MIMO) telah
menjadi bahan penelitian yang cukup diminati karena menanjikan perbaikan kinerja dan efisiensi bandwidth. Topik
penelitian yang paling penting adalah sistem MU-MIMO. Sistem ini memiliki kemampuan untuk mencapai kapasitas
besar dengan sistem MIMO yang memiliki keuntungan space division multiple access. Pada skenario downlink, base
station menggunakan antena jamak dan mealakukan transmisi ke sekelompok pengguna secara bersamaan. Tiap
pengguna juga menggunakan antena jamak.
Teknik precoding dapat dibagi berdasarkan nilai dari MUI yang di perbolehkan (yakni teknik MUI zero atau
non zero) dan berdasarkan linieritasnya (yakni teknik linier dan non-linier). Teknik Linear precoding tidak
membutuhkan biaya yang mahal untuk memberikan informasi demodulasi mobile dan komputasi yang rendah
dibandingkan non-linear. Meskipun, teknik non-linear dapat memberikan kapasitas yang lebih tinggi. Block
Diagonalization (BD) adalah teknik linear pre-coding untuk sistem MU-MIMO downlink [1]. Teknik ini menguraikan
kanal MU-MIMO downlink menjadi beberapa kanal single-user MIMO downlink paralel yang saling bebas. Sinyal
dari tiap pengguna di proses sebelum dikirim menggunakan matrik modulasi yang terlatak pada null spaces dari semua
matriks kanal pengguna. Dengan Demikian, MUI pada sistem secara efisien menjadi nol. BD dapat diterapkan pada
teknik SU-MIMO sebelumnya [2], pengguna yang berbeda tidak diperkenanan saling berhubungan /interferensi. BD
menarik jika pengguna dilengkapi dengan antena lebih dari satu.
Pada channel coding, redudansi digunakan pada deretan informasi untuk meningkatkan kehandalan. Teori
channel coding menyebutkan bahwa pada Eb/N0 yang relatif rendah komunikasi yang handal masih dapat
dipertahankan. Namun, teorema tersebut tidak memberi informasi bagaimana merancang kode yang dapat mencapai
perfoma tersebut. Semua yang digunakan adalah kode yang acak. Akan tetapi kode acak sangat sulit untuk dipecahkan.
Kita butuh beberapa struktutr dalam kode untuk membuat decoding menjadi layak. Peneliti telah berusha untuk
mengatasi dua kebutuhan yang bertentangan : struktur dan kecakan.
Akhir-akhir ini di [3], usulan Parallel-Concatenated Convolutional Codes (PCCC) ,yang disebut kode turbo
telah memecahkan dilema dari struktur dan keacakan dengan memungkinkan struktur melalui rangkaian dan
memungkinkan keacakan melalui interleaving. Pengenalan kode turbo memberi peningkatan minat pada ranah coding
karena telah memberikan banyak keuntungan yang dijanjikan oleh teori channel-coding.
Pada proyek akhir ini, akan diterapkan pengkodean turbo pada sistem MU-MIMO dengan teknik linear
precoding blok diagonalisasi. Sinyal informasi yang dikirim diproses modulasi QAM sebelum proses precoding di
sisi pemancar.
II. LANDASAN TEORI
A. Multiuser-MIMO Downlink
Sistem multiuser dengan beberapa antena pada pemancar dan atau pada penerima disebut sistem multiuser MIMO.
Dalam kasus komunikasi downlink, base station mengirimkan sinyal ke pengguna. Sebuah representasi dari sistem ini
digambarkan dalam Gambar 1.
B. Kode Konvolusi
Kode konvolusi dihasilkan dengan melewatkan urutan informasi yang akan dikirim melalui sebuah shift register.
Secara umum shift register terdiri dari K (k-bit) tahap dan n fungsi aljabar linear generator. Input data ke encoder
yang berupa bilangan biner, digeser ke dalam dan sepanjang shift register k bit pada waktu itu. Jumlah bit output
untuk setiap urutan input k-bit adalah n bit. Parameter K disebut panjang batas dari kode konvolusional. Pada
rangkaian konvolusional encoder ini terdapat dua komponen dasar yaitu shift register dan gerbang xor, dimana
gerbang xor ini berupa komponen adder. Gambar 2 merupakan struktur encoder rate ½ dengan 4 memori.
Decoder digunakan untuk menetukan deretan bit output yang paling mirip dengan aliran bit input yang
diberikan dan pengetahuan dari encoder yang digunakan oleh sumber [4]. Untuk menentukan deretan bit
yang paling mirip adalah dengan cara menghitung hamming distancenya. Deretan bit yang memiki hamming
distance paling minimumlah yang akan dipilih sebagai deretan bit outputnya. Jenis algoritma yang digunakan
pada dekoder untuk mengetahui urutan bit yang benar digunakan algoritma viterbi, teknik yang sering
digunakan adalah teknik trellis.
Gambar 2 menunjukkan diagram trellis ketika state t=1.
C. Kode Turbo
Bentuk dasar dari Turbo-code sederhana adalah dua buah encoder konvolusi yang disusun secara paralel [5]. Bit-
bit informasi di proses terlebih dahulu sebelum memasuki encoder selanjutya.
Gambar 3 menjelaskan alur dari kode Turbo yang terdiri dari Recursive Systematic Convolutional (RSC)
encoder serta interleaver. Data input yang telah dibangkitkan akan masuk ke dalam proses RSC dimana generator
yang digunakan adalah 11111 yang direpresentasikan dalam bilangan oktal adalah 37 dan 11011 merupakan bilangan
oktal 33. Keluaran dari kode turbo menghasilkan tiga kali lipat dri jumlah bit input.
Turbo Decoder
Proses pengkodean kembali pada turbo adalah melalui proses iterasi. Untuk setiap perulangan dihasilkan
bit-bit informasi yang lebih baik supaya mampu mengurangi kompleksitas dari decoder secara signifikan,
seperti pada Gambar 4 merupakan feedback decoder. Feedback decoder terdiri dari decoder 1 dan decoder 2
yang terhubung secara serial, input dari decoder adalah dua buah random variable xk dan yk.
Pada progress pertama ini dilakukan simulasi pada sistem SU-MIMO dan belum digunakan precoding blok
diagonalisasi pada pemancar, sehingga blok diagram sistem untuk progress pertama ditunjukkan seperti pada gambar
4.
0
Kinerja sistem MU-MIMO 2x2 Kode Turbo Beda Rate
10
Tanpa Coding
Turbo1/2
-1 Turbo1/3
10
-2
10
BER (dB)
-3
10
-4
10
-5
10
0 5 10 15 20 25 30 35 40
SNR (dB)
Gambar 6. Kurva BER sistem MU-MIMO 2x2 kode Turbo Beda Rate
Gambar 6 yang merupakan hasil pengujian sistem MU-MIMO antena 2 x 2 .Input bit yang digunakan sebesar
960000 bit. Pada gambar 6 ditunjukkan sistem dengan kode turbo rate 1/3 dapat mencapai BER 10-3 dengan SNR 19
dB, yang berarti lebih baik 9 dB dari sistem dengan kode turbo rate 1/2 yang membutuhkan SNR 28 dB. Pada sistem
tanpa pengkodean kanal, dalam mencapai BER 10-3 diperlukan SNR 31 dB sehingga sistem menggunakan kode turbo
rate 1/3 lebih baik 12 dB dibandingkan tanpa pengkodean , dan 3 dB lebih baik dari pada sistem tanpa pengkodean.
B. Analisa Sistem pada Kurva BER dengan Perbandingan Rate pada Antena 4x4
0
Kinerja sistem MU-MIMO 4x4 Kode Turbo 2 User Beda Rate
10
Tanpa Coding
Turbo1/2
Turbo1/3
-1
10
BER (dB)
-2
10
-3
10
-4
10
0 5 10 15 20 25 30 35 40
SNR (dB)
Gambar 7. Kurva BER sistem MU-MIMO 4x4 kode Turbo Beda Rate
Gambar 7 yang merupakan hasil pengujian sistem MU-MIMO antena 4x4 dua pengguna modulasi 4-QAM
dengan variabel pembeda berupa pengkodean dan rate yang digunakan pada pengkodean. Input bit yang digunakan
sebesar 960000 bit. Pada gambar 4.2 ditunjukkan sistem dengan kode turbo rate 1/3 dapat mencapai BER 10-3 dengan
SNR sebesar 17 dB, yang lebih baik 7 dB dari sistem dengan kode turbo rate 1/2 yang membutuhkan SNR 24 dB.
Pada sistem tanpa pengkodean kanal, dalam mencapai BER 10-3 diperlukan SNR 32 dB, sehingga sistem menggunakan
kode turbo lebih baik 15 dB pada rate 1/3 jika dibandingkan sistem tanpa pengkodean , dan pada rate 1/2 8 dB lebih
baik dari pada sistem tanpa pengkodean.
C. Analisa Sistem pada Kurva BER dengan Perbandingan Modulasi Antena 2x2
0
Kinerja sistem MU-MIMO 2x2 BD Kode Turbo 2 User Beda Modulasi
10
4QAM
16QAM
-1 64QAM
10
-2
10
BER (dB)
-3
10
-4
10
-5
10
0 5 10 15 20 25 30 35 40
SNR (dB)
Gambar 8. Kurva BER sistem MU-MIMO kode Turbo Beda Modulasi Antena 2x2
Pada sistem ini digunakan MU-MIMO dengan konfigurasi antena 2 x 2 dengan perubahan modulasi yang
ditunjukkan pada gambar 8.
Berdasarkan gambar 8 pada skema antena 2x2 dengan 2 pengguna, untuk mencapai nilai BER 10-3 , pada
modulasi 4-QAM membutuhkan nilai SNR yang paling rendah yaitu 18 dB, modulasi 16-QAM dengan SNR 26 dB
dan dengan modulasi 64-QAM membutuhkan SNR 31 dB.
D. Analisa Sistem pada Kurva Sum Capacity dengan Perbandingan Beda User
2
Kurva Sum Capacity Pada Sistem Beda User
10
2 User
4 User
5 User
Sum Capacity [Bps/Hz]
1
10
0
10
0 5 10 15 20 25 30 35 40
SNR[dB]
Gambar 8. Kurva sum sapacity sistem MU-MIMO 2x2 kode Turbo rate 1/3 beda user
Berdasarkan gambar 8, untuk mendapatkan sum capacity 40 Bps/Hz, dengan 2 pengguna didapat pada SNR
35 dB, dengan 4 pengguna pada SNR 25 dB serta dengan 5 pengguna pada SNR 23 dB. Berdasarkan data ersebut
dapat diketahui bahwa dengan semakin banyak pengguna, untuk mencapai sum capacity tertentu maka akan
membutuhkan SNR lebih kecil.
Tabel 1. Nilai Sum Capacity fungsi SNR dengan berbagai jumlah pengguna dengan antena 2x2
Berdasarkan tabel 1 pada SNR 40 dB dengan 2 pengguna mencapai sum capacity 43.75 Bps/Hz paling randah
dibandingkan dengan jumlah pengguna lain, dengan 4 pengguna mencapai sum capacity 76.98 Bps/Hz, dengan 5
pengguna mencapai sum capacity 89.02 Bps/Hz.
Sehingga dapat diketahui bahwa semakin banyak pengguna maka sum capacity akan semakin tinggi, hal ini
karena sum capacity merupakan penjumlahan bit yang dapat dikirimkan dari seluruh pengguna, jadi jika semakin
banyak jumlah bit yang dapat dikirimkan dari semakin banyaknya pengguna maka nilai sum capacity semakin
meningkat.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil simulasi dan analisa, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Penggunaan pengkodean kanal dapat memperbaiki kinerja sistem. Pada sistem MU-MIMO antena 2x2, sistem
dengan kode turbo rate ½ dan 1/3 memiliki kinerja lebih baik 7 dB dan 19 dB dibandingkan sistem tanpa
menggunakan pengkodean. Dibuktikan kembali pada sistem MU-MIMO antena 4x4, sistem dengan kode
turbo rate ½ dan 1/3 memiliki SNR lebih baik 11 dB dan 15 dB dibandingkan sistem tanpa menggunakan
pengkodean.
2. Sistem dangan pengkodean turbo rate 1/3 memiliki kinerja lebih baik dibandingkan sistem dengan kode turbo
rate ½. Pada sistem dengan konfigurasi antena 2x2, sistem dengan rate 1/3 memiliki kinerja lebih baik 12 dB
dibandingkan sistem dengan kode turbo rate ½. Pada sistem dengan konfigurasi antena 4x4 dengan
pengkodean turbo rate 1/3 memiliki kinerja 4 dB lebih baik dibandingkan sistem dengan kode turbo rate ½.
3. Sistem dengan antena 4x4 memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan sistem dengan konfigurasi antena
2x2. Pada sistem dengan kode turbo rate 1/3 nilainya lebih baik 1dB untuk antena 4x4 sedangkan dengan rate
½ nilainya lebih baik 8 dB dibandingkan pada antena 2x2.
4. Semakin banyak jumlah pengguna maka nilai sum capacity sistem akan semakin besar karena pada dasarnya
sum capacity merupakan jumlah bit total yang dapat dikirimkan oleh seluruh pengguna ,sehingga jika
pengguna bertambah maka sum capacity akan bertambah.
Refrensi
[1] Q. Spencer and M. Haardt, “Capacity and downlink transmission algorithms for a multi-user MIMO channel,” in Proc.36th
Asilomar Conf. on Signals, Systems, and Computers, Pacific Grove, CA, IEEE Computer Society Press, November 2002.
[2] L. U. Choi and R. D. Murch, “A transmit preprocessing technique for multiuser MIMO systems using a decomposition
approach,” IEEE Transactions on Wireless Communications, vol. 3, no. 1, pp. 20–24, January 2004.
[3] Berrou, C., Glavieux, A. and Thitimajhima, P., “Near Shannon limit error correcting coding and decoding : turbo-codes,” Proc. Of ICC
‘93, Geneva, May 1993, pp. 1064-1070.
[4] Kumalasari Rosita, Suwardi, Achmad Ansori, 2013, “Convolutional Code dan Viterbi Decode pada DSK
TMS320C6416T”, Jurnal Teknik POMITS Vol.2 No.1
[5] Berrou, C., Glavieux, A. and Thitimajhima, P., “Near Shannon limit error correcting coding and decoding : turbo-
codes,” Proc. Of ICC ‘93, Geneva, May 1993, pp.1064-1070.