Anda di halaman 1dari 19

SISTEM STRUKTUR KONSTRUKSI

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH

KONSTRUKSI BANGUNAN

Yang dibina oleh Bapak Chairumin Alfin, S.T, M.T

Penyusun :

1. Megi Andarista (1822201009)


2. Nurul Huda (1822201011)
3. Santi Oktavia (1822201017)
4. Fahrul Iga Taufik (1822201026)

Universitas Nahdlatul Ulama Blitar

Fakultas Ilmu Eksakta

Program Studi S1 Teknik Sipil

Tahun Akademik 2018/2019


Kata Pengantar
Syukur alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT. Yang mana telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya pada penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Sistem Struktur Bangunan”, untuk memenuhi tugas
matakuliah Konstruksi Bangunan. Tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih
kepada.

1. Bapak Prof. Dr. HM. Zainuddin. M.Pd, selaku rektor Universitas Nahdlatul
Ulama.
2. Bapak Puji Wianto, M.Pd, selaku wakil rektor Universitas Nahdlatul Ulama.
3. Bapak Chairumin Alfin S.T., M.T, selaku dosen pengampu matakuliah Konstrusi
Bangunan

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan


yang terdapat di dalamnya, untuk itu penulis sangat mengharapkan adanya kritikan
dan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhir
kata penulis berharap semoga makalah ini berguna dan bermanfaat bagi para
pembaca dan penulis selanjutnya.

Blitar, 21 Maret 2019

penulis
Daftar Isi
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Sistem Struktur dan Konstruksi Bangunan


2.1.1. Sistem Struktur
Definisi sederhana mengenai sistem struktur dalam hubungannya
dengan bangunan ialah bahwa struktur merupakan sarana untuk
menyalurkan beban akibat penggunaan dan atau kehadiran bangunan ke
dalam tanah . Secara singkat sistem struktur pada bangunan merupakan
bagina utama yang mendukung bangunan agar dapat berdiri kokoh .
Sistem struktur pada bangunan berlantai dapat ditempatkan pada
bagian :
a. Sub Struktur berupa pondasi yang berada pada bagian bawah
pondasi atau di dalam tanah , fungsi pondasi sebagai penerima gaya
yang akan disalurkan ke tanah.
b. Super Struktur berupa kolom , balok , plat lantai . Bagian ini berada
pada bagian badan bangunan yang mana fungsinya sebagai penyalur
gaya di dalam bangunan .
c. Up Struktur berupa kuda-kuda yang berfungsi sebagai penopang
material penutup yaitu atap dan kuda-kuda juga berguna sebagai
penyalur beban dari atap .
2.1.2. Sistem Konstruksi
Defenisi sistem konstruksi dalam bangunan merupakan bagian atau
elemen yang menempel pada sistem struktur utama , sedangkan fungsi dari
sistem konstruksi adalah elemen yang dapat menyebarkan gaya dan
penerima beban secara langsung .
Penempatan sistem konstruksi pada bangunan berlantai berada pada :
a. Sub Struktur berupa tangga , dinding , plafond . Fungsi sistem
konstruksi yang berada pada bagian super struktur adalah
menyalurkan gaya-gaya ke sistem struktur bangunan .
b. Up Struktur berupa atap , listplank , talang air . Fungsi sistem
konstruksi yang berada pada bagian up struktur adalah penerima
beban secara langsung . Beban yang diterima berupa beban angin
dan hal ini terjadi pada sistem konstruksi atap , sedangkan listplank
berfungsi sebagai penerima beban angin dari arah samping atap
sedangkan talang air berfungsi sebagai penyalur air hujan pada atap
dan talang air juga dapat berfungsi sebagai pembentuk atap .
2.1.3. Sistem Struktur dan Konstruksi Bangunan
Dalam bangunan berlantai sistem struktur dan konstruksi merupakan
bagian yang memikul beban dan gaya-gaya dari luar yang terjadi pada atap,
lantai dan dinding melalui mekanisme pemikulan beban dalam ke tanah.
Struktur dapat dijadikan sebagai prinsip perancangan yang dapat diatur
dalam mekanisme pemikulan beban .
Jenis-jenis beban yang diterima dan disalurkan dalam sistem struktur
dan konstruksi pada bangunan , adalah :
a. Beban Statis dan Dinamis
Beban statis biasa juga disebut beban stasioner atau beban bangunan
yang tak bergerak/diam. Beban ini dapat berupa beban yang bisa
diperkirakan oleh arsitek dalam merancang bangunan .
b. Beban Hidup
Beban hidup adalah beban rencana yang menyatakan anggapan
statistic berdasarkan pengalaman mengenai penggunaan masa depan
yang diperkirakan dari suatu ruang yang dirancang .
c. Beban Mati
Beban mati adalah berat bahan-bahan struktural dan komponen-
komponen yang merupakan sistem tanggap gaya .
d. Beban Angin
Beban angin merupakan beban dinamis tapi dalam analisis
diperlukan sebagai beban statis ekivalen, yaitu sebagai asumsi rata-rata
statistic gaya pada bangunan .
e. Beban Gempa
Beban gempa biasanya berintesnsitas tinggi dan berlangsung singkat.
Jadi beban gempa cenderung mempunyai dampak yang lebih besar
terhadap suatu struktur dari pada beban yang sama dan digunakan
selama masa yang lebih lama .
f. Beban Termal
Beban termal disebabkan oleh perubahan-perubahan suhu, yang
cenderung mengubah bentuk dan dimensi elemen-elemen structural
sesuai dengan waktu dan musim.
2.2. Struktur Bawah ( Substruktur )
2.2.1. Pondasi
Struktur bawah adalah bagian bangunan yang terletak di bawah
permukaan tanah, meliputi pondasi dan sloof. Pondasi adalah suatu
bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi untuk menempatkan
bangunan dan meneruskan beban yang disalurkan dari struktur atas ke
tanah dasar pondasi yang cukup kuat menahannya tanpa terjadinya
differential settlement pada sistem strukturnya
Hal-hal berikut perlu dipertimbangkan dalam pemilihan tipe
pondasi:
a. Keadaan tanah pondasi
b. Batasan-batasan akibat konstruksi di atasnya (upper structure)
c. Keadaan daerah sekitar lokasi
d. Waktu dan biaya pekerjaan
e. Kokoh, kaku dan kuat
Ada tiga kriteria yang harus dipenuhi dalam perencanaan suatu
pondasi, yakni :
1. Pondasi harus ditempatkan dengan tepat, sehingga tidak longsor
akibat pengaruh luar.
2. Pondasi harus aman dari kelongsoran daya dukung.
3. Pondasi harus aman dari penurunan yang berlebihan
Material penyusun pondasi bisa berupa beton bertulang, batu kali,
batu gunung, tiang pancang (bisa berupa bambu, baja dan kayu).
Sedangkan Sloof adalah beton bertulang yang diletakkan secara
horizontal di atas pondasi. Gunanya ialah untuk meratakan beban yang
diterima kolom menuju pondasi. Sehingga setiap beban yang diterima
suatu kolom, akan tersebar merata pada seluruh pondasi. Selain itu, sloof
berfungsi sebagai pengikat antara dinding pondasi dengan kolom.
Dalam pembangunan gedung 2 lantai dengan kedalaman tanah keras
kurang dari 3m, dapat digunakan pondasi telapak yang dikobinasikan
dengan pondasi batu kali. Karena selain ekonomis juga pelaksanaanya
mudah dan tidak memerlukan peralatan khusus. Pemilihan pondasi ini
juga didasarkan pada beban yang akan dipikul oleh pondasi ini nantinya.
Dalam pembuatanya pun menggunakan metode yang umum di gunakan
dilapangan seperti penggalian tanah, pembuatan lantai kerja, pembesian
dan pengecoran.
2.2.2. Sloof
Sloof adalah salah satu bagian dari konstruksi bangunan yang berada
diatas pondasi yang meneruskan beban dari konstruksi diatasnya menuju
ke pondasi.
Konstruksi Sloof dari beton bertulang, konstruksi sloof ini bisa
digunakan di atas pondasi batu kali apabila pondasi tersebut
dimaksudkan untuk rumah atau gedung (bangunan) tidak bertingkat
dengan perlengkapan kolom praktis pada jarak dinding kurang lebih 3 m.
Untuk ukuran lebar / tinggi sloof beton bertulang adalah > 15/20 cm.
Konstruksi sloof dari beton bertulang juga bisa dimanfaatkan sebagai
balok pengikat pada pondasi tiang.
Hal-hal yang harus diketahui sebelum menentukan ketinggian sloof :
1. Elevasi permukaan jalan didepan rumah tersebut (elevasi as jalan).
2. Elevasi lantai rumah, sebaiknya elevasi-nya direncanakan
berdasarkan elevasi as jalan.
3. Elevasi permukaan tanah tempat sloof tersebut akan dibuat (elevasi
muka tanah).
4. Space (jarak) yang dibutuhkan untuk installasi pipa (plumbing)
dibawah lantai rumah.
Berikut ini akan dibahas juga beberapa macam sloof yang biasa di
pakai oleh masyarakat Indonesia sebagai berikut :
1. Konstruksi Sloof dari beton bertulang, konstruksi sloof ini bisa
digunakan di atas pondasi batu kali apabila pondasi tersebut
dimaksudkan untuk rumah atau gedung (bangunan) tidak bertingkat
dengan perlengkapan kolom praktis pada jarak dinding kurang lebih
3 m. Untuk ukuran lebar / tinggi sloof beton bertulang adalah >
15/20 cm. Konstruksi sloof dari beton bertulang juga bisa
dimanfaatkan sebagai balok pengikat pada pondasi tiang.
2. Konstruksi Sloof dari batu bata, rolag dibuat dari susunan batu bata
yang di pasang dengan cara melintang dan diikat dengan adukan
pasangan (1 bagian portland semen : 4 bagian pasir). Konstruksi
rolag ini tidak memenuhi syarat untuk membagi beban.
3. Konstruksi Sloof dari kayu, konstruksi rumah panggung dengan
pondasi tiang kayu (misalnya di atas pondasi setempat), sloof dapat
dibentuk sebagai balok pengapit. Jika sloof dari kayu ini terletak di
atas pondasi lajur dari batu atau beton, maka dipilih balok tunggal.
Berikut adalah fungsi dari sloof :
Sloof ini berfungsi untuk memikul beban dinding, sehingga dinding
tersebut “berdiri” pada beton yang kuat, sehingga tidak terjadi penurunan
dan pergerakan yang bisa mengakibatkan dinding rumah menjadi retak
atau pecah. Selain itu Sloof juga memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Menerima beban dari bagian bangunan diatasnya, seperti pasangan
dinsing, pintu, jendela, dan sejenisnya.
2. Meratakan beban yang diterima dari bangunan diatasnya untuk
kemudian disalurkan menuju pondasi.
3. Sebagai pengikat antar kolom sehingga struktur bangunan menjadi
kaku dan aman terhadap goncangan akibat angin, gempa, dan lain–
lain.
4. Sebagai dinding penahan material urugan tanah, pasangan keramik
dan berbagai macam pekerjaan lantai bangunan agar bisa tetap
berada pada posisi yang direncanakan.
5. Sloof juga bisa difungsikan sebagai ornamen untuk memperindah
arsitektur bangunan, terutama sloof yang lokasinya diatas permukaan
tanah sehingga bisa langsung terlihat oleh mata memandang.
2.3. Struktur Tengah
2.3.1. Kolom
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang
memikul beban dari balok. Material penyusun kolom adalah tulangan
baja atau besi yang diikat oleh sengkang dan diselubungi oleh beton.
Berikut ini adalah jenis-jenis kolom :
a. Kolom Utama
Kolom utama biasanya ditempatkan disetiap sudut bangunan dan
pada bagian dinding dibuat kolom utama setiap 6 meter. Contoh
ukuran Kolom 40x40cm, 4 x35cm, 35x35cm, 35x25cm, 30x30cm,
25x25cm, 20x20cm dll.
b. Kolom Praktis
Kolom praktis merupakan pengaku dan penghubung antar
dinding dengan jarak 3 meter, dan kolom praktis ini juga biasanya
digunakan untuk penghubung dinding kamar mandi.
c. Kolom Pedestal
Kolom Pedestal merupakan kolom utama dimana ukuran dan
fungsi kolom pedestal ini sama dengan kolom utama pada bangunan,
biasanya menjadi dudukan plat kolom baja dan dimana pada kolom
pedestal ini ditanam angkur baja.
d. Kolom Signage
Kolom signage merupakan kolom penahan dinding dan atap.
kolom signage dibuat untuk gerbang perumahan.
e. Kolom Baja
Kolom Baja merupakan kolom utama hanya kolom ini
menggunakan bahan dari Baja. Fungsi kolom baja ini juga sama
dengan kolom utama beton sebagain penopang dinding dan penerus
beban banguna atas ke pondasi dan diteruskan ke tanah

Dalam pembangunan gedung 2 lantai digunakan 2 kolom yaitu


kolom utama yang diameternya disesuaikan dengan beban yang akan
disangga oleh gedung sebagai penyangga dan penyalur beban yang
utama juda ada kolom praktis sebaga pengikat antar dinding agar
bangunan lebih kokoh.
2.3.2. Balok
Balok adalah elemen struktur hosontal dan mengalami beban
transfersal. Balok mendukung beban-beban yang bekerja tegak
lurus(melintang), dimana beban-beban tersebut biasanya arah kebawah.
Hingga perkembangan teknologi konstruks saat ini, telah
dikembangkan beberapa jenis balok sesuai dengan fungsi dan posisinya
pada bangunan. Berikut ini adalah jenis-jenis balok :
1. Balok sederhana
Balok sederhana bertumpu pada kolom diujung-ujungnya,
dengan satu ujung bebas berotasi dan tidak memiliki momen tahan.
Seperti struktur statis lainnya, nilai dari semua reaksi,pergeseran dan
momen untuk balok sederhana adalah tidak tergantung bentuk
penampang dan materialnya.
2. Kantilever
Kantilever adalah balok yang diproyeksikan atau struktur kaku
lainnya didukung hanya pada satu ujung tetap. Kantilever
menanggung beban di ujung yang tidak disangga.
3. Balok teritisan
Balok teristisan adalah balok sederhana yang memanjang
melewati salah satu kolom tumpuannya.
4. Balok dengan ujung-ujung tetap

Dalam pembangunan gedung 2 lantai ini digunakan balok induk dan


anak sebagai penyangga plat lantai dan juga digunakan ring balok
sebagai balok keliling sebelum perletakan rangka atap. Sistem struktur
yang menggunakan balok anak dan balok induk bertujuan untuk
memperoleh bentangan sepanjang mungkin dengan beban mati sekecil
mungkin untuk pelat atap maupun lantai, dimana pelat akan bertumpu
pada balok induk serta kolom sebagai penompang struktur keseluruhan
2.3.3. Plat Lantai
Plat lantai adalah lamtai yang tidak terletak diatas tanah langsung,
jadi merupakan lantai tingkat. Plat lantai ini didukung oleh balok-balok
yang bertumpu pada kolom-kolom bangunan.
Ketebalan plat lantai ditentukan oleh :
1. Besar lendutan yang diijinkan.
2. Lebar bentangan atau jarak antara balok-balok pendukung.
3. Bahan konstruksi.

Plat lantai beton ini umumnya bertulang dan dicor ditempat, bersama
dengan balok penumpu dan kolom pendukungnya. Plat lantai ini
dipasang tulangan baja pada kedua arahnya, dan tulangan silang untuk
menahan momen tarik dan juga lenturan. Perencanaan dan perhitungan
plat lanta beton ini telah diatur oleh pemerintah yang tercantum didalam
buku SNI Beton 1991

a. Plat lantai beton ini mempunyai beberapa keunggulan/ keuntungannya


sendiri, antara lain: Mendukung untuk digunakan pada bangunan
dengan beban yang besar

b. Tidak dapat terbakar dan kedap air, sehingga dapat dijadikan sebagai
lantai dapur, kamar mandi ataupun WC

c. Dapat dipasang keramik, tegel dan granit, sehingga dapat


memperindah lantai d. Bahan yang awet dan kuat, perawatannya
mudah dan berumur panjang.

Karena keunggulanya inilah plat lantai beton ini digunakan dalam


pembangunan gedung 2 lantai, dan menggunakan metode konvensional
yang pengerjaanya dilakukan ditempat.
Sistem perencanaan tulangan pada dasarnya dibagi menjadi 2
macam yaitu :

1. Sistem perencanaan pelat dengan tulangan pokok satu arah


(selanjutnya disebut : pelat satu arah/ one way slab)
2. Sistem perencanaan pelat dengan tulangan pokok dua arah (disebut
pelat dua arah/two way slab)

Berikut adalah jenis perletakan pelat pada balok

Kekakuan hubungan antara pelat dan konstruksi pendukungnya


(balok) menjadi satu bagian dari perencanaan pelat. Ada 3 jenis
perletakan pelat pada balok, yaitu sbb :

1. Terletak bebas
Keadaanini terjadi jika pelat diletakkan begitu saja di atas balok,
atau antara pelat dan balok tidak dicor bersama-sama, sehingga pelat
dapat berotasi bebas pada tumpuan tersebut,. Pelat yang ditumpu
oleh tembok juga termasuk dalam kategori terletak bebas.
2. Terjepit elastis
Keadaan ini terjadi jika pelat dan balok dicor bersama-sama
secara monolit, tetapi ukuran balok cukup kecil, sehingga balok
tidak cukup kuat untuk mencegah terjadinya rotasi pelat.
3. Terjepit penuh
Keadaan ini terjadi jika pelat dan balok dicor bersama-sama
secara monolit, dan ukuran balok.
2.3.4. Tangga
Tangga adalah suatu konstruksi yang menghubungkan antara tempat
satu ketempat yang lainnya yang mempunyai ketinggian berbeda.
Dalam konstruksi tangga sendiri memiliki ketentuan syarat langkah yaitu
2 optrede + 1 antrede = 54-64 cm dan biasanya dibuat dengan sudut
kemiringan maximum 45 derajat dan minimum 25 derajat.
Syarat khusus :
1. Rumah tinggal : Antrede 25 cm (min), optrede 20 cm (min), lebar
tangga 80-100 cm
2. Perkantoran dll : Antrede 25 cm (min), optrede 17 cm (min), lebar
tangga 120-200 cm
Berikut jenis-jenis tangga :
1. Konstruksi tangga kayu, untuk bangunan sederhana dan semi
permanen. Pertimbangan : material kayu ringan, mudah didapat serta
menambahkan segi estetika yang tinggi bila diisi dengan variasi
profil dan difinishing dengan rapi. Kelemahan : tidak dapat dilalui
oleh beban-beban yang berat, lebarnya terbatas, memiliki sifat lentur
yang tinggi serta konstruksi tangga kayu tidak cocok ditempatkan di
ruang terbuka karena kayu mudah lapuk jika terkena panas dan
cahaya. Kayu sebaiknya dipilih yang berkualitas bagus. Ukuran tebal
adalah dari 3 - 4 cm, ukuran lebar dari 26 - 30 cm, sedangkan ukuran
panjang papan menyesuaikan ukuran lebar tangga Anda. Umumnya
konstruksi tangga baja memakai anak tangga dari papan kayu utuh
tanpa sambungan.
2. Konstruksi tangga baja, biasanya digunakan pada bangunan yang
sebagian besar komponen-komponen strukturnya terdiri dari material
baja. Tangga ini digunakan pada bangunan semi permanen seperti
bangunan peruntukan bengkel, bangunan gudang, dan lain-lain.
Tangga ini kurang cocok untuk bangunan dekat pantai karena
pengaruh garam akan mempercepat proses karat begitupun bila
ditempatkan terbuka akan menambah biaya perawatan.
3. Konstruksi tangga beton, sampai sekarang banyak digunakan pada
bangunan bertingkat 2 (dua) atau lebih dan bersifat permanent seperti
peruntukan kantor, rumah tinggal, pertokoan. Tangga dengan
konstruksi cor beton mengekspose papan anak tangga hanya dari satu
sisi saja. Fungsinya hanya membungkus beton supaya secara estetika
lebih indah, baik dibungkus semua atau hanya bagian atas (bagian
pijakan / steps) saja. Adapun ukuran tebal papan kayu adalah dari 1.5
- 2.5 cm, ukuran lebar dari 26 - 30 cm, sedangkan ukuran panjang
menyesuaikan ukuran lebar tangga Anda. Tangga dengan konstruksi
cor beton ini dapat memakai papan kayu baik dari papan kayu utuh
maupun papan kayu sambungan.
4. Konstruksi tangga batu/bata, konstruksi ini mulai jarang digunakan
karena sudah ketinggalan dalam bentuk, kekuatan, efisiensi
pembuatannya, dana sangat terbatas dalam penempatannya.
Berikut adalah bagian-bagian dari tangga :
a. Ibu tangga
Ibu tangga merupakan bagian tangga yang berfungsi mengikat
anak tangga. Material yang digunakan untuk membuat ibu tangga
misalnya antara lain, beton bertulang, kayu, baja, pelat baja, baja
profil canal, juga besi.Kombinasi antara ibu tangga dan anak tangga
biasanya untuk bu tangga misalnya, beton bertulang di padukan
dengan anak tangga dari bahan papan kayu, bisa juga keduanya dari
bahan baja, untuk ibu tangga menggunakan profil kanal untuk
menopang anak tangga yang menggunakan pelat baja.
b. Anak tangga
Anak tangga merupakan elemen dari tangga yang perlu perhatian
cukup penting. Karena sering dilalui untuk naik turun pengguna,
bahan permukaan anak tangga harus benar-benar aman, nyaman agar
terhindar dari kemungkinan kecelakaan seperti terpeleset karna licin
atau terlalu sempit. Anak tangga terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian
horizontal (pijakan datar) dan vertical (pijakan untuk langkah naik).
Ukuran lebar anak tangga untuk hunian berkisar antara 20-33 cm.
dan untuk bagian vertical langkah atasnya berkisar antara 15-18 cm.
untuk ukuran tangga darurat biasanya bagian vertical mencapai 20
cm.
Ukuran lebar tangga juga penting diperhatikan, untuk panjang
atau lebar tangga pada hunian tempat tinggal adalah minimal 90 cm.
sedangkan untuk tangga servis biasanya lebih kecil, yaitu 75 cm.
c. Railing
Railing merupakan pegangan dari tangga. Material yang bisa
digunakan bermacam jenis nya. Misalnya menggunakan pegangan
dari bahan kayu, besi hollow bulat, baja, dll. Terkadang saya juga
sering jumpai tangga yang tanpa railing, dan ini penting untuk
diperhatikan, misalnya menjaga anak-anak yang ingin menaiki
tangga, jangan sampai terjatuh karena tidak ada railingnya.
Ukuran pegangan railing tangga dengan ukuran diameter 3,8 cm
merupakan ukuran yang bisa mengakomodasi sebagian besar ukuran
tangan manusia. Untuk kenyamanan pegangan tangga, perlu
diperhatikan juga jarak antara railing pegangan tangga dengan jarak
tembok, jarak 5 cm saya rasa sudah cukup.
d. Bordes
Bordes biasa juga disebut Landing. Merupakan bagian dari
tangga sebagai tempat beristirahat menuju arah tangga berikutnya.
Bordes juga berfungsi sebagai pengubah arah tangga. Umumnya,
keberadaan bordes setelah anak tangga ke 15. Kenyamanan bordes
juga perlu diperhatikan, untuk lebarnya harus diusahakan sama
dengan lebar tangga.
e. Baluster
Merupakan penyangga pegangan tangga, biasanya bentuknya
mengarah vertical. Material baluster bisa terbuat dari kayu, besi,
beton, juga baja. Terkadang juga saya pernah melihat material
baluster menggunakan kaca. Untuk keamanan dan kenyamanan
pengguna tangga, usahakan jarak antar baluster tidak terlalu jauh,
terutama untuk keamanan anak kecil.Untuk ukuran ketinggian
baluster, standarnya kurang lebih antara 90-100 cm.
2.4. Struktur Atas
2.4.1. Konstruksi atap
Konstruksi atap adalah konstruksi yang terdiri dari balok melintang
(yang menerima gaya tarik), balok sebagai penopang atau tiang (yang
menerima gaya tekan) guna menyangga dari gording dan kasau serta
pelapis atap. Bentuk atap berpengaruh terhadap keindahan suatu
bangunan dan pemilihan tipe atap hendaknya disesuaikan dengan iklim
setempat, tampak yang dikehendaki oleh arsitek, biaya yang tersedia, dan
material yang mudah didapat.
Struktur atap terdiri dari beberapa bagian diantaranya adalah :
a. Gording Gording merupakan balok atap sebagai pengikat yang
menghubungkan antar kuda-kuda. Gording juga menjadi dudukan
untuk kasau dan balok jurai dalam. Gording membagi bentangan
atap dalam jarak-jarak yang lebih kecil pada proyeksi horisontal.
Gording meneruskan beban dari penutup atap, reng, usuk, orang,
beban angin, beban air hujan pada titik-titik buhul kuda-kuda.
Gording berada di atas kuda-kuda, biasanya tegak lurus dengan arah
kuda- kuda. Gording menjadi tempat ikatan bagi usuk, dan posisi
gording harus disesuaikan dengan panjang usuk yang tersedia.
Gording harus berada di atas titik buhul kuda-kuda, sehingga bentuk
kuda-kuda sebaiknya disesuaikan dengan panjang usuk yang
tersedia. Bahan- bahan untuk Gording, terbuat dari kayu, baja profil
canal atau profil WF. Pada gording dari baja, gording satu dengan
lainnya akan dihubungkan dengan sagrod untuk memperkuat dan
mencegah dari terjadinya pergerakan. Posisi sagrod diletakkan
sedemikian rupa sehingga mengurangi momen maksimal yang
terjadi pada gording Gording kayu biasanya memiliki dimensi;
panjang maksimal 4 m, tinggi 12 cm dan lebar 10 cm. Jarak antar
gording kayu sekitar 1,5 s.d. 2,5 m. Gording dari baja profil canal
(light lip channel) umumnya akan mempunyi dimensi; panjang satu
batang sekitar 6 atau 12 meter, tinggi antara 10 s.d. 12 cm dan tebal
sekitar 2,5 mm. Profil WF akan memiliki panjang 6 s.d. 12 meter,
dengan tinggi sekitar 10 s.d. 12 cm dan tebal sekitar 0,5 cm.
b. Jurai Pada pertemuan sudut atap terdapat batang baja atau kayu atau
framework yang disebut jurai. Jurai dibedakan menjadi jurai dalam
dan jurai luar.
1. Jurai dalam Jurai dalam ialah bagian yang tajam pada atap,
berjalan dari garis tiris atap sampai bubungan dan terdapat pada
pertemuan dua bidang atap pada sudut bangunan kedalam.
2. Jurai luar Jurai luar ialah bagian yang tajam pada atap, berjalan
dari garis tiris atap sampai bubungan, terdapat pada pertemuan
dua bidang atap pada sudut bangunan ke luar.
c. Sagrod Sagrod adalah batang besi bulat terbuat dari tulangan polos
dengan kedua ujungnya memiliki ulir dan baut sehingga posisi bisa
digeser (diperpanjang/diperpendek).
d. Usuk/kaso Kaso/ usuk adalah komponen atap yang terletak diatas
gording dan menjadi dudukan untuk reng. Usuk berfungsi menerima
beban dari penutup atap dan reng dan meneruskannya ke gording.
Usuk terbuat dari kayu dengan ukuran 5/7 cm dan panjang maksimal
4 m. Usuk dipasang dengan jarak 40 s.d. 50 cm antara satu dengan
lainnya pada arah tegak lurus gording. Usuk akan terhubung dengan
gording dengan menggunakan paku. Pada kondisi tertentu usuk
harus dibor dahulu sebelum dipaku untuk menghindari pecah pada
ujung-ujung usuk.
e. Bubungan (nok) Merupakan sisi atap yang teratas, selalu dalam
keadaan datar dan umumnya menentukan arah bangunan.
f. Reng Reng ialah komponen atap yang memiliki profil paling kecil
dalam bentuk dan ukurannya. Posisinya melintang diatas kasau.
Reng berfungsi sebagai penahan penutup atap (genteng dan lain-
lain). Pada atap dengan penutup dari asbes, seng atau sirap reng tidak
digunakan. Reng akan digunakan pada atap dengan penutup dari
genteng. Reng akan dipasang pada arah tegak lurus usuk. Biasanya
Reng berupa batang kayu berukuran 2/3 cm atau 3/5 cm dengan
panjang sekitar 3 m. Reng menjadi tumpuan langsung penutup atap
dan meneruskannya ke usuk/kaso. Fungsi lainnya adalah sebagai
pengatur jarak tiap genteng agar rapi dan lebih “terikat”. Jarak antar
reng tergantung pada ukuran genteng yang akan dipakai. Semakin
besar dimensi genteng, semakin sedikit reng sehingga biaya pun
lebih hemat.
g. Penutup atap Penutup merupakan bagian yang menutupi atap secara
keseluruhan sehingga terciptalah ambang atas yang membatasi kita
dari alam luar. Ada berbagai pilihan penutup atap dengan pilihan
bentuk dan sifat yang berbeda. Dua faktor utama yang harus
dipertimbangkan dalam pemilihannya adalah faktor keringanan
material agar tidak terlalu membebani struktur bangunan dan faktor
keawetan terhadap cuaca (angin, panas, hujan). Faktor lain adalah
kecocokan/keindahan terhadap desain rumah. Ukuran dan desain
dari penutup atap juga memberi pengaruh pada struktur, misalnya
konstruksi kuda-kuda, ukuran reng, dan sudut kemiringan. Penutup
atap harus mempunyai sifat kedap air, bisa mencegah terjadinya
rembesan air selama kejadian hujan. Sifat tidak rembes ini diuji
dengan pengujian serapan air dan rembesan. Struktur penutup atap
merupakan struktur yang langsung berhubungan dengan beban-
beban kerja (cuaca) sehingga harus dipilih dari bahan-bahan yang
kedap air, tahan terhadap perubahan cuaca. Struktur penutup yang
sering digunakan antara lain; genteng, asbes, kayu (sirap), seng,
polycarbonat, plat beton, dan lain-lain

Anda mungkin juga menyukai