Anda di halaman 1dari 89

BAB I Formatted: Header distance from edge: 1", Different first

page header

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi semakin memasyarakat dikalangan anak didik.

Hal ini merupakan suatu kebanggaan bagi orang tua, karena punya anak yang

tidak ketinggalan jaman. Orang tua menyadari akan pentingnya handphone bagi

anaknya dengan berbagai alasan. Ssehingga handphone, dewasa ini bukan barang

mewah lagi atau bukan kebutuhan sekunder, melainkan kebutuhan primer.

handphone dipergunakan untuk hal-hal pelayanan, transaksi bisnis dan promosi.

perkembangan teknologi semakin meningkat, fungsi handphone semakin meluas

bukan hanya sebagai alat komunikasi, tetapi juga dipergunakan dalam urusan lain

seperti; SMS, MP3, Vidio, Kamera, Record, sehingga handphone menjadi

Multimedia. Siapa tak tertarik olehnya? Keberhasilan handphone menggerogoti

pikiran orang, tak disadari imperialisme budaya pun merajalela. kini handphone

adalah sakunya anak didik. Hampir semua anak didik mengantongi handphone.

Mereka merasa Percaya diri dengan handphone dan seolah-olah menyatakan

dirinya “saya orang modern, saya orang teknologi”. Budaya tradisional semakin

jauh ketinggalan oleh gaya hidup mewah. Etika oleh filsafat Yunani besar

Aristoteles (384-322 M) sudah dipakai untuk menunjuk filsafat moral. Secara

etimologi berarti adat, kebiasaan. Untuk kasus di atas pengertian etika secara

etimologi nampaknya belum cukup, maka ada penjelasan lain yang lebih

koperensif tentang pengertian etika yaitu: 1). Nilai-nilai dan norma-norma moral

1
2

yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur

tingkah lakunya, 2). Kumpulan asas atau nilai moral (kode etik), 3) ilmu tentang

yang baik atau buruk1. Kalau berorientasi pada teori belajar hakikat belajar adalah

adanya perubahan tingkah laku. Pengalaman siswa bagian dari proses

pembelajaran, kemampuan menggunakan handphone juga bagian dari

pembelajaran. Tetapi perubahan tingkah laku atau prilaku yang bagaimana yang

diinginkan dalam pendidikan?. Untuk menjawabnya adalah etika, etika moral

sorang siswa. Jadi tujuan pendidikan atau pembelajaran yang dimaksud adalah

perubahan tingkah laku yang beretika. Bagaimana etika anak didik di era teknolgi

handphone saat ini? Dalam hal integritas kesiswaan, ada gejala-gejala

kesenjangan. Anak didik yang membawa handphone cendrung bersifat

individualisme, mereka bergaual atau bercakap-cakap bukan dengan teman

disampingnya, melainkan orang yang diluar lingkungan belajarnya dengan sarana

SMS handphone-nya. Karena handphone barang mahal sehingga dapat dimaklumi

bila ada keengganan meminjamkan pada temannya. Prilaku seperti ini

berlangsung terus menerus, maka mulai muncul sikap-sikap egois dan pamer di

antara anak didik yang membawa handphone. Bagi anak didik yang tidak

membawa handphone merasa terasing di lingkungan sekolah bahkan merasa asing

di kelasnya sendiri. Sekali dua kali dipinjamkam untuknya, selanjutnya tak heran

muncul perasaan malu, apalagi tidak bisa mengoperasikan. Siswa yang tidak

punya handphone harus beradaptasi, agar tidak kena seleksi dilingkungan

kelasnya, caranya “menuntut kepada orang tua agar dibelikan handphone”.

1
K. Bertens. Etika. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997).hal 4-6 Formatted: Indent: First line: 0"
3

Integritas semakin melemah dan kesenjangan pergaulan akibat Teknologi semakin

besar walupun tidak muncul dipermukaan (teori konflik laten) Di dalam ruang

belajar (di kelas) sadar atau tidak sadar, sengaja atau bukan sengaja, sering suara

handphone berdering mengusik ketenangan dan keseriuasan belajar. Hanya

dengan sepatah dua patah kata “maaf pak saya lupa mematikan” seorang guru

tidak bisa berbuat apa-apa, tertindas oleh teknologi. Tidak kalah menariknya

untuk diungkapkan tentang prilaku siswa dalam ruangan kelas ketika mata

pelajaran Matematik, Kimia atau Fisika, handphone semuanya keluar dari kantong

atau tasnya hanya untuk menjumlahkan, mengurangkan atau mengalikan

bilangan-bilangan sederhana dalam contoh soal perhitungan yang diberikan oleh

guru. Tentu ini gejala buruk bagi perkembangan nalar atau logika berpikir siswa.

Tidak percaya dengan pikirannya, lambat menggunakan pikiran atau nalar dan

bahkan faktor malas orat-oret karena lebih praktis dengan handphone. Yang lebih

memprihatinkan menjawab soal ulangan dengan bantuan teman lewat SMS.

Berdasarkan sudut pandang kebahasaan definisi akhlak dalam pengertian

sehari-hari disamakan dengan “budi pekerti”, kesusilaan, sopan santun, tata karma

(versi bahasa Indonesia) sedang dalam bahasa Inggrisnya disamakan dengan

istilah “moral” atau ”etic”.2

Abdullah Dirros dalam menegaskan, Akhlaq adalah suatu kekuatan dalam

kehendak yang mantap, dimana keduanya saling berkombinasi membawa

kecenderungan pemilihan pada sesuatu yang benar ataupun yang salah3.

2
Zahruddin AR, M. dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta 2004), hal. 2
3
Manan Idris, dkk. Reorientasi Pendidikan Islam , (Hilal Pustaka, Pasuruan 2006), hal.
109 Formatted: Indent: First line: 0"
4

Sedangkan Ibnu Maskawaih mendefinikan akhlaq sebagai keadaan yang

melekat pada jiwa manusia, yang berbuat dengan mudah, tanpa melaui proses

pemikiran atau pertimbangan (kebiasaan sehari-hari).4

Akhlak sangatlah penting bagi manusia. Akhlak ini tidak saja dirasakan

oleh manusia dalam kehidupan perseorangan, tetapi juga dalam kehidupan

berkeluarga dan bermasyarakat, bahkan juga dirasakan dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara. Akhlak sebagai mustika hidup yang membedakan

manusia dari hewan. Manusia tanpa akhlak adalah manusia yang telah

“membinatang”, sangat berbahaya. Ia akan lebih jahat dan lebih buas dari

binatang buas itu sendiri.

Dengan demikian, jika akhlak telah lenyap dari masing-masing manusia,

kehidupan ini akan kacau balau, masyarakat menjadi berantakan. Orang tidak lagi

peduli soal baik dan buruk, halal atau haram. Dalam al-qur’an ada peringatan

yang menjadi hukum sunnatullah, yaitu firman Allah dalam surat Al-‘Araf ayat

182 sebagai beriklut :

Artinya : Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami, nanti kami akan
menarik mereka dengan berangaur-angsur (ke arah kebinasaan),
dengan cara yang tidak mereka ketahui.

Bahkan Rasulullah SAW diutus diantara misinya adalah misi moral,

membawa ummat manusia kepada akhlakul karimah hal tersebut sangatlah jelas

dalam sebuah hadis yang artinya “Sesungguhnya aku diutus kemuka bumi ini

hanya menyempurnakan akhlak” Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia

menempati tempat yang penting sekali, baik sebagai individu maupun sebagai

4
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, (AMZAH, Jakarta,
2007), hal.4 Formatted: Indent: First line: 0"
5

masyarakat dan bangsa. Sebab jatuh-bangun, jaya-hancur, sejahtera sengsara suatu

bangsa, tergantung kepada bagaimana akhlak masyarakat dan bangsanya. Apabila

akhlaknya baik, akan sejahteralah lahir-batinnya, tetapi apabila akhlaknya buruk,

rusaklah lahirnya dan batinnya.5

Sekolah merupakan tempat bagaimana anak belajar berinteraksi dengan

orang lain. Sekolah harus membangun budaya yang mengedepankan aspek moral,

cinta kasih, kelembutan, nilai demokratis, menghargai perbedaan, berlapang dada

menerima kenyataan, dan menjauhkan diri dari nilai-nilai kekerasan. Sekolah

harus meningkatkan Akhlak (tingkah laku) siswa agar dapat mencapai tingkat

mutu pendidikan.

Teknologi informasi merupakan suatu hal yang perkembangannya sangat

cepat. Tidak hanya orang tua saja, tapi hampir semua kalangan menggunakannya.

Seperti halnya gadget yang sekarang sedang marak-maraknya aplikasi android

yang memberikan kemudahan bagi penggunanya. Hampir di semua sudut tempat

yang kita kunjungi semuanya sibuk dengan alat komunikasinya masing-masing

dan semacam aplikasi yang ada didalamnya. Dalam bukunya Komunikasi Sosial

Budaya karya Suranto Aw menyebutkan bahwa, makin banyak handphone di saku

dan tas, maka harga diri pemiliknya seolah terdongkrak naik.5 Dari hal itulah

kebanyakan dari kita, khususnya para muda-mudi menjadikan hal yang kurang

apabila sehari tidak memegang gadgetnya yang akhirnya mengesampingkan

bahkan melupakan hal yang wajib untuk dilaksanakan, seperti halnya sholat

fardhu. Maka seharusnya kita dapat mengatur waktu sebaik mungkin antara

5
Zahruddin AR, M. dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta 2004), hal. 80 Formatted: Indent: First line: 0"
6

kebutuhan dunia dan akhirat. Dari hal itulah, penulis mengangkat sebuah

permasalahan yang sedang dialami oleh banyak orang saat ini.

Maka dari itu, terlepas dari pentingnya kegunaan handphone pada diri

siswa sebagai salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam pembentukan

akhlaknya, maka dalam penyusunan skripsi ini penulis tertarik untuk meneliti:

Pengaruh Handphone Terhadap Akhlak Siswa (Penelitian di MTs Negeri

Plered Kabupaten Purwakarta)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah ada beberapa permasalahan yang

dapat diidentifikasi yaitu sebagai berikut

1. Manfaat Handphone bagi siswa

2. Dampak handphone bagi perkembangan akhlak siswa

3. Pengaruh handphone terhadap prilaku siswa dalam pergaulan sehari-hari

C. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada masalah prilaku siswa yang menggunakan

handphone dan pengaruhnya terhadap akhlak (tingkah laku siswa). Berdasarkan

pertimbangan peneliti dalam beberapa hal, maka penelitian ini hanya dilaksanakan

pada siswa Kelas VIII MTs Negeri Plered Kabupaten Purwakarta.

Formatted: Indent: First line: 0"


7

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan

di atas, maka yang menjadi pokok masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana pentingnya kegunaan handphone bagi siswa kelas VIII MTs

Negeri Plered Kabupaten Purwakarta ?

2. Bagaimana akhlak siswa kelas VIII MTs Negeri Plered Kabupaten

Purwakarta?

Bagaimana pengaruh handphone terhadap akhlak siswa Kelas VIII MTs Formatted: Font: Font color: Auto

Negeri Plered Kabupaten Purwakarta ? Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
Formatted: Font: Not Italic

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumuasan masalah di atas maka tujuan penelitian dalam

penulisan ini adalah:

1. Untuk mengetahui sejauh mana kegunaan handphone bagi siswa kelas VIII

MTs Negeri Plered Kabupaten Purwakarta.

2. Untuk mengetahui akhlak siswa kelas VIII MTs Negeri Plered Kabupaten

Purwakarta

3.2. Untuk mengetahui pengaruh handphone terhadap akhlak siswa Kelas VIII

MTs Negeri Plered Kabupaten Purwakarta

F. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, antara lain ialah :

1. Manfaat Teoritis
Formatted: Indent: First line: 0"
8

Dengan penelitian ini dapat dijadikan wadah untuk pengembangan diri dan

pemantapan pengetahuan serta untuk penerapan pendidikan agama islam

dalam hal pembinaan dan pembimbingan akhlak siswa .

2. Manfaat Praktis

a. Bagi individu

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi

khususnya kepada para orang tua, konselor sekolah dan guru dalam upaya

membimbing siswa dalam penggunaan handphone untuk tujuan yang baik.

b. Bagi lembaga

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi sekolah

dalam membimbing tingkah laku (akhlak) siswa. Sehingga akan menjadi

manusia yang mandiri dan dewasa.

c. Bagi ilmu pengetahuan

Menambah khazanah ilmu pengetahuan dan memperkaya hasil penelitian

yang telah ada dan dapat memberi gambaran mengenai pengaruh

handphone terhadap akhlak siswa.

Formatted: Indent: First line: 0"


9

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori

1. Pengertian Handphone

Handphone atau biasa disebut telepon genggam atau yang sering dikenal

dengan nama ponsel merupakan perangkat telekomunikasi elektronik yang

mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon konvensional saluran

tetap, namun dapat dibawa ke mana-mana (portabel, mobile) dan tidak perlu

disambungkan dengan jaringan telepon menggunakan kabel.

Selain itu, pengertian handphone dapat didefinisikan sebagai sebuah alat

elektronik yang digunakan untuk telekomunikasi radio dua arah melalui jaringan

seluler dari BTS yang dikenal sebagai situs sel. Ponsel berbeda dari telepon tanpa

kabel, yang hanya menawarkan layanan telepon dalam jangkauan terbatas melalui

stasiun pangkalan tunggal menempel pada garis tanah tetap, misalnya di dalam

rumah atau kantor.

Telepon genggam atau handphone adalah sebuah perangkat

telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan

telepon fixed line sehingga konvesional namun dapat dibawa kemana-mana

Formatted: Indent: First line: 0"


10

(portable) dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan telepon menggunakan

kabel (nirkabel, wireless).

Handphone bukan lagi sekedar sarana komunikasi saja melainkan sebagai

saran hiburan melalui suara, gambar, video, tulisan, game dan fitur-fitur lainya.

Sehingga saat ini para remaja berlomba-lomba untuk mencari dan memiliki

handphone dengan kriteria yang lebih baik lagi. Hal tersebut berdampak negatif

bagi remaja Indonesia dan mengarah pada prilaku hedonisme. Hedonisme adalah

pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan

mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari

perasaan-perasaan yang menyakitkan.6 Hedonisme merupakan ajaran atau

pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup dan

tindakan manusia.7

2. Fungsi Handphone

Selain berfungsi untuk melakukan dan menerima panggilan telepon,

handphone umumnya juga mempunyai fungsi pengiriman dan penerimaan pesan

singkat (short message service, SMS). Ada pula penyedia jasa handphone di

beberapa negara yang menyediakan layanan generasi ketiga (3G) dengan

menambahkan jasa videophone, sebagai alat pembayaran, maupun untuk televisi

online di handphone mereka. Sekarang, handphone menjadi gadget yang

multifungsi. Mengikuti perkembangan teknologi digital, kini handphone juga

6
Franz Magnis-Suseno, Etika Dasar; Masalah-masalah pokok Filsafat Moral,
(Yogyakarta: Kanisius, 1987), hal. 114
7
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: Gramedia, 2000), h. 282 Formatted: Indent: First line: 0"
11

dilengkapi dengan berbagai pilihan fitur, seperti bisa menangkap siaran radio dan

televisi, perangkat lunak pemutar audio (MP3) dan video, kamera digital, game,

dan layanan internet (WAP, GPRS, 3G). Selain fitur-fitur tersebut, handphone

sekarang sudah ditanamkan fitur komputer. Jadi di handphone tersebut, orang bisa

mengubah fungsi handphone tersebut menjadi mini komputer. Di dunia bisnis,

fitur ini sangat membantu bagi para pebisnis untuk melakukan semua pekerjaan di

satu tempat dan membuat pekerjaan tersebut diselesaikan dalam waktu yang

singkat.

Dewasa ini, peranan handphone sudah menjadi sebuah kebutuhan Primer

Sehari-hari, berikut kategori handphone berdasarkan Fungsi:

a. Bisnis. jenis ini ditujukan untuk anda yang menginginkan perangkat bisnis

dalam genggaman anda, biasanya handphone yang telah memiliki

kemampuan ini tergolong handphone pintar “smartphone”. Beragai aplikasi

bisnis terdapat dalam handphone ini dan dapat membuat pekerjaan dapat

dilihat dan dikerjakan dalam sebuah handphone.

b. Hiburan. Jenis ini merupakan handphone berjenis multimedia, dimana semua

aktivitas yang berhubungan dengan musik, seni, foto, sosial dan lainnya dapat

diatasi dengan sebuah handphone. Banyak Handphone jenis ini yang

memiliki varian nya tersendiri, seperti Handphone Musik, Handphone

Kamera, dan Handphone Internet Sosial.

c. Fashion. Jenis ini lebih banyak mengandalkan tampilannya, dan dapat

membuat pemiliknya sangat puas meskipun dengan fitur yang terkesan

“seadanya”. Tetapi dibalik itu semua, sebuah Handphone Fashion dapat

Formatted: Indent: First line: 0"


12

berharga berkali kali lipat dari harga handphone tercanggih. Dewasa ini dapat

ditemukan handphone yang berharga lebih mahal dari harga sebuah

kendaraan bahkan lebih mahal dari harga sebuah rumah.

d. Standar. Jenis ini diperuntukan untuk mereka yang menginginkan handphone

yang simpel, fitur yang disematkan dalam handphone ini merupakan fitur inti,

tanpa teknologi baru yang disematkan.

Setiap pergeseran suatu teknologi diharapkan selalu sejalan dengan

kebutuhan manusia akan teknologi tersebut. Dalam hal ini handphone, dari awal

kemunculannya handphone memang telah merebut banyak peminat sampai

sekarang bahkan telah menjadi kebutuhan. Telah banyak perubahan dan

perkembangan teknologi yang diterapkan terhadap handphone dari awal

pembuatannya baik dari sisi fitur, fungsi, desain, bahkan dari sisi jaringan yang

digunakan.

Berikut beberapa pengaruh yang di akibatkan oleh penggunaan

handphone, khususnya bagi siswa:8

1) Pengaruh Positif

a) Mempermudah komunikasi.

Misalnya saja ketika orang tua atau pihak keluarga akan menjemput anak

ketika pulang sekolah/selesai melakukan kegiatan diluar rumah.

b) Menambah pengetahuan tentang perkembangan teknologi.

8
www.semilirhati.blogspot.com. Dampak Positif dan Negatif HP Bagi Pelajar. Diakses
pada tanggal 12 Mei 2013
Formatted: Indent: First line: 0"
13

Karena bagaimanapun teknologi sudah merambah hingga kepelosok-

pelosok desa.

c) Memperluas jaringan persahabatan.

2) Pengaruh Negatif

a) Mengganggu Perkembangan Anak.

Dengan canggihnya fitur-fitur yang tersedia di handphone seperti kamera,

permainan (games) akan mengganggu siswa dalam menerima pelajaran di

sekolah. Tidak jarang mereka disibukkan dengan menerima panggilan,

SMS, miscalled dari teman mereka bahkan dari keluarga mereka sendiri.

Lebih parah lagi ada yang menggunakan handphone untuk mencontek

(curang) dalam ulangan/ujian. Bermain handphone saat guru menjelaskan

pelajaran dan sebagainya. Kalau hal tersebut dibiarkan, maka generasi

yang kita harapkan akan menjadi budak teknologi.

b) Fitur hiburan pada handphone dapat menurunkan prestasi belajar siswa.

Misalnya MP3, siswa bisa saja lebih suka bersantai dengan mendengarkan

lagu ketimbang harus belajar. Selain MP3, ada game yang juga bisa

membuat siswa lebih suka menuntaskan bermain game daripada

menuntaskan tugas sekolah.

c) Menurunkan Konsentrasi

Konsentrasi adalah tingkat perhatian kita terhadap sesuatu. Dalam konteks

belajar, berarti tingkat perhatian siswa terhadap segala penjelasan dan

bimbingan belajar sang guru. Seharusnya, seluruh perhatian siswa

Formatted: Indent: First line: 0"


14

diarahkan pada apa yang sedang mereka pelajari, tetapi seringkali

handphone menyita sebagian besar waktu mereka. Sementara kita tahu

bahwa penjelasan dan bimbingan guru merupakan salah satu cara belajar

yang efektif. Jika mereka tidak memperhatikan, maka mereka telah

kehilangan kesempatan untuk mengetahui apa yang telah mereka pelajari.

Akibatnya, saat evaluasi, mereka tidak mempunyai bekal untuk evaluasi

tersebut. Dan, nilai yang didapatkannya pasti rendah. Nilai rendah yang

didapatkan siswa pada saat evaluasi diindikasikan sebagai proses

pembelajaran yang tidak berhasil atau gagal.

d) Efek radiasi.

Selain berbagai kontroversi di seputar dampak negatif penggunaannya,

penggunaan handphone juga berakibat buruk terhadap kesehatan, ada

baiknya siswa lebih berhati-hati dan bijaksana dalam menggunakan atau

memilih handphone, khususnya bagi pelajar anak-anak. Jika memang

tidak terlalu diperlukan, sebaiknya anak-anak jangan dulu diberi

kesempatan menggunakan handphone secara permanen.

e) Rawan terhadap tindak kejahatan.

Pelajar merupakan salah satu target utama penjahat. Apalagi handphone

merupakan perangkat yang mudah dijual, sehingga anak anak yang

membawa handphone bisa di ikuti oleh maling yang mengincar

handphone nya.

f) Sangat berpotensi mempengaruhi sikap dan perilaku siswa.

Formatted: Indent: First line: 0"


15

Jika tidak ada kontrol dari guru dan orang tua, handphone bisa digunakan

untuk menyebarkan gambar-gambar yang mengandung unsur pornografi.

g) Pemborosan.

Dengan mempunyai handphone, maka pengeluaranakan bertambah,

apalagi jika handphone hanya digunakan untuk hal-hal yang tidak

bermanfaat maka hanya akan menjadi pemborosan saja.

h) Menciptakan lingkungan pergaulan sosial yang tidak sehat.

Ada keluarga yang tidak mampu, tetapi karena pergaulan dimana teman-

temannya sudah dibelikan handphone sehingga mereka merengek-rengek

kepada orang tuanya padahal orang tuanya tidak mampu.

i) Merusak akhlak.

Anak akan sulit diawasi, khususnya ketika masa-masa pubertas, disaat

sudah muncul rasa ketertarikan dengan teman lawan jenis, maka

handphone menjadi sarana ampuh bagi mereka untuk komunikasi, tetapi

komunikasi yang tidak baik. Hal ini akan mengganggu aktifitas yang

seharusnya mereka lakukan yakni shalat/ Ibadah, makan, belajar bahkan

tidur karena mereka asyik sms-smsan dengan teman lawan jenisnya.

3. Handphone dan Prilaku Manusia (Ahlak)

Menurut bahasa (Etimologi)) Akhlaq ialah bentuk jamak dari khuluq yang

berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat, akhlaq disamakan dengan

kesusilaan, sopan santun. Khuluq merupakan gambaran sifat batin manusia,

gambaran bentuk lahir iah manusia, seperti raut wajah, gerakan anggota badan

dan seluruh tubuh, dalam bahasa Yunani pengertian khuluq ini disamakan dengan
Formatted: Indent: First line: 0"
16

kata ethcicos yang artinya etika.

Dalam kamus al-munjadid khuluq berarti budi pekerti, perangai, tingkah

laku, atau tabiat, akhlaq diartikan sebagai ilmu tata karma, ilmu yang berusaha

mengenal tingkah laku manusia, kemudian memberi nilai kepada perbuatan

baik atau buruk sesuai dengan norma-norma dan tata susila. Akhlaq dimaksud

disini adalah perilaku dalam kegiatan sehari hari, dan membangun akhlaq mulia

adalah menerapkan segala amal usaha atau perbuatan yang amanah jujur dan,

tablig serta cerdas, Karena demikian maka perwujudan dari akhlaq mulia

membawa konsekuensi kepada tiap individu untuk kegiatannya dalam jalan

yang lurus, yaitu ikhlas dalam beramal serta ikhsan, sejalan dengan itu juga

menjauhkan sikap riya, sombong, fakhsya, fasad dan mungkar. Dampak dari

penerapan demikian dari sifat ini bias membawa kesejahteraan bersama,

kedamaian, ketentraman serta kenikmatan hidup.

Dengan demikian jika kita membangun akhlaq mulia dengan mewujudkan

kejujuran dalam praktek, ikhlas dan ikhsan kita hendak membangun dunia yang

Rahmatul Lil Alamiin satu dunia penuh kedamaain. Sebaliknya bila kita berbuat

kemungkaran, membuat kerusakan, membuat keonaran tidak akan damai dan

sejahtera, tetapi juga kita tidak punya hari depan.

a. Faktor Yang Mempengaruhi Pembinaan Akhlaq

Untuk menjelaskan faktor-faktor yang menpengaruhi akhlaq pada

khususnya dan pendidikan pada umumnya, ada tiga aliran yang sudah amat

popular, yaitu: Nativisme, Empirisme, dan konver gensi.

Menurut aliran Nativisme bahwa faktor yang paling berpengaruh


Formatted: Indent: First line: 0"
17

terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor pembawaan dari dalam

yang bentuknya dapat berupa kecender ungan, bakat, akal, dan lain-lain. Jika

seseorang sudah memiliki pembawaan atau kecenderungan kepada yang baik,

maka dengan sendirinya orang tersebut menjadi baik. Aliran ini tampaknya

begitu yakin terhadap potensi yang ada dalam diri manusia, dan hal ini

kelihatannya erat kaitannya dengan pendapat aliran intuisisme dalam hal

menentukan baik dan buruk, aliran ini tampak kurang menghargai atau kurang

memperhitungkan peranan pembinaan dan pendidikan.

Menurut aliran empirisme bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap

pembentukan diri seoseorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkungan sosial,

termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan, jika pemdidikan dan

pembinaan yang diber ikan kepada anak itu baik, maka baiklah anak itu,

demikian jika sebaliknya, aliran ini tampak lebih begitu percaya kepada peranan

yang dilakukan oleh dunia pendidikan dan pengajaran.

Pada aliran konvergensi berpendapat pembentukan akhlaq di pengaruhi

oleh faktor internal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor dari luar yaitu

pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus atau melalui interaksi

dalam lingkungan sosial, fitrah dan kecenderungan kearah yang baik yang

ada di dalam diri manusia dibina secara intensif melalui berbagai metode.9

b. Manfaat Mempelajari Pembinaan Akhlaq

Berkenaan dengan manfaat mempelajari ilmu Akhlaq ini, Ahmad Amin

mengatakan sebagai berikut :

9
Ibid Nata, Abuddin hal 34 Formatted: Indent: First line: 0"
18

Tujuan menpelajari ilmu akhlaq dan permasalahannya menyebabkan kita

dapat menetapkan sebagian perbuatan lainnya sebagai yang baik dan sebagian

perbuatan lainnya sebagai yang buruk, bersikap adil termasuk baik, sedangkan

berbuat zalim termasuk perbuatan buruk, membayar utang kepada pemiliknya

termasuk per buatan baik, sedangkan mengingkari utang termasuk perbuatan

buruk.

Selanjutnya Mustafa Zahri mengatakan bahwa tujuan perbaikan akhlaq

itu, ialah untuk membersihkan kalbu dari kotoran-kotoran hawa nafsu dan amarah

sehingga hati menjadi suci bersih bagaikan cermin yang dapat menerima Nur

cahaya tuhan.10 Keter angan tersebut member petunjuk bahwa ilmu akhlaq

berfungsi memberikan panduan kepada manusia agar mampu menilai dan

menentukan suatu perbuatan untuk selanjutnya menetapkan bahwa perbuatan

tersebut termasuk perbuatan yang baik atau yang buruk.

Selanjutnya karena ilmu akhlaq menentukan kriteria perbuatan yang baik

dan yang buruk, serta perbuatan apa saja yang termasuk perbuatan yang baik dan

yang buruk itu, maka seseorang yang mempelajari ilmu ini akan memiliki tentang

kriteria perbuatan yang baik dan buruk itu, dan selanjutnnya ia akan banyak

mengetahui perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk.

Dengan mengetahui yang baik ia akan mendorong untuk melakukan dan

mendapatkan manfaat dan keuntungan darinya, sedangkan dengan mengetahui

yang buruk ia akan terdorong untuk meninggalkan dan ia akan terhindar dari bahaya

yang menyesatkan. Selain itu akhlaq juga akan berguna secara efektif dalam

10
Mutafa Zahri, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf , (Surabaya: Bina Ilmu, 1995), hal 67.
Formatted: Indent: First line: 0"
19

upaya membersihkan diri manusia dari perbuatan dosa dan maksiat, diketahui

bahwa manusia memiliki jasmani dan rohani, jasmani dibersihkan secara lahiriyah

melalui fiqih, sedangkan rohani dibersihkan secara bathiniyah malalui akhlaq.

Akhlaq yang mulia juga berguna dalam mengarahkan dan mewarnai

berbagai aktivitas kehidupan manusia di segala bidang, seorang yang memiliki

ilmu pengetahuan dan teknologi yang majudesertai dengan akhlaq yang mulia

niscaya ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang ia milikinya itu akan

dimanfaatkan sebaik-baik untuk kehidupan manusia, sebaliknya untuk orang

yang memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi modern, memiliki pangkat, harta,

kekuasaan dan sebagainya namun tidak disertai dengan akhlaq yang mulia, maka

semuanya itu akan disalah gunakan yang akibatnya akan menimbulkan bencana di

muka bumi ini.11

c. Bentuk Kegiatan Pembinaan Akhlaq

Pada dasarnya sekolah merupakan suatu lembaga yang membantu bagi

tercapainya cita-cita keluarga dan masyarakat, khususnya dalam bidang

pendidikan dan pangajaran yang tidak dapat dilaksanakan secara sempurna di

dalam rumah lingkungan masyarakat. Sekolah tidak hanya bertanggung jawab

memberikan bimbingan, pembinaan dan bantuan terhadap anak-anak yang

bermasalah, baik dalam belajar, emosional maupun sosial sehingga dapat tumbuh

dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi masing-masing.12

Namun hendaknya diusahakan supaya sekolah menjadi lapangan yang baik

bagi pertumbuhan dan perkembangan mental dan moral (akhlaq) anak didik,

11
Ibid, Mutafa Zahri hal.69
12
Mulyasa, Manajemen pendidikan sekolah (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), 2
7 Formatted: Indent: First line: 0"
20

dengan kata lain, supaya sekolah merupakan lapangan social bagi anak didik

dimana pertumbuhan mental, moral, sosial dan segala aspek kepribadian dapat

berjalan dengan baik. Sebagaimana yang dikatakan oleh Zakiah Dradjat dalam

bukunya Ilmu Jiwa Agama, bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan

pendidikan dan pengajaran (baik guru, pegawai-pegawai, buku- buku, peraturan-

peraturan dan alat-alat) dapat membawa anak didik kepada pembinaan mental

yang sehat, akhlaq yang tinggi dan pengembangan bakat, sehingga anak-anak itu

dapat lega dan tenang dalam pertumbuhannya dan jiwanya tidak goncang.13

Dalam hal ini bentuk kegiatan yang dilaksanakan disekolah diantaranya

ialah:

a. Memberikan pengajaran dan kegiatan yang bisa menumbuhkan pembentukan

kebiasaan, berakhlaq mulia dan beradat kebiasaan yang baik, Misalnya :

1) Membiasakan peserta didik bersopan santun dalam berbicara, berbusana

dan bergaul dengan baik disekolah maupun diluar sekolah.

2) Membiasakan peserta didik dalam hal tolong menolong, sayang kepada

yang lemah dan menghargai orang lain.

3) Membiasakan peserta didik bersikap ridha, optimis, percaya diri, mengusai

emosi, tahan menderia dan sabar.

b. Membuat program kegiatan keagamaan, yang mana dengan kegiatan tersebut

bertujuan untuk memantapkan rasa keagamaan peserta didik, membiasaan diri

berpegang teguh pada akhlaq mulia dan membenci akhlaq yang rusak, selalu

13
Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama ( Jakarta: Bulan Bintang, 1994), 72

Formatted: Indent: First line: 0"


21

tekun ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah dan bermu amalah yang baik.

Kegiatan- kegiatan yang dibuat oleh sekolah diantaranya ialah :

1) Adanya program sholat duhur berjamaah

2) Diadakanya kegiatan - kegiatan hari besar Islam

3) Adanya kegiatan pondok ramadhan

c. Adanya peraturan-peraturan tentang kedisiplinan dan tata tertib sekolah.

Dengan adanya program kegiatan diatas diharapkan mampu menunjang

pelaksanaan guru agama Islam dalam proses pembinaan akhlaq peserta didik di

sekolah khususnya di dalam kelas.

4. Tujuan Pembinaan Akhlaq

Pembinaan secara sederhana dapat diartikan sebagai proses menuju tujuan

yang hendak dicapai, tanpa adanya tujuan yang jelas akan menimbulkan

kekaburan atau ketidak pastian, maka tujuan pembinaan merupakan factor yang

teramat penting dalam proses terwujudnya akhlaq peserta didik. Suksesnya guru

agama islam dalam membina akhlaq peserta didiknya sangat ditentukan strategi

pencapaiannya dan keberhasilan pembinaan itu sendiri, tujuan dari pembinaan

akhlaq itu sendiri adalah:

a) Tujuan umum

Menurut Barmawi Umary dalam bukunya “materi akhlaq” bahwa

tujuan pembinaan akhlaq secara umum meliputi :

1) Supaya terbiasa malakukan hal yang baik dan terpuji serta menghindari

yang buruk, jelek, hina, dan ter cela.

Formatted: Indent: First line: 0"


22

2) Supaya hubungan kita dengan Allah SWT dan dengan sesama makhluk

selalu terpelihara dengan baik dan harmonis.14

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembinaan akhlaq

peserta didik adalah agar setiap peserta didik memiliki pengertian baik dan

buruknya suatu perbuatan, dan dapat mengamalkannya sesuai dengan ajaran

Islam dan selalu berakhlaq mulia, sehingga dalam pembinaannya dapat tercapai

dengan baik.

b) Tujuan khusus

1) Menumbuhkan pembentukkan kebiasaan berakhlaq mulia dan beradat

kebiasaan yang baik.

2) Memantapkan rasa keagamaan pada peserta didik, membiasakan diri

berpegang teguh pada akhlaq mulia dan membenci akhlaq yang rusak.

3) Membiasakan peserta didik bersikap ridha, optimis, percaya diri, mengusai

emosi, tahan menderita dan sabar.

4) Membimbing peserta didik kearah yang sehat yang dapat membantu

mereka berinteraksi sosial yang baik, mencintai kebaikan untuk orang lain,

suka menolong, sayang kepada yang lemah dan menghargai orang lain.

5) Membiasakan peserta didik bersopan santun dalam berbicara dan

bergaul dengan baik disekolah maupun diluar sekolah.

6) Selalu tekun beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah dan bermu

amalah yang baik.15

14
H.A. Mustafa, Akhlaq Tasawuf (Bandung : Pusta Setia, 1997), 135

15
Ibid, H.A. Mustafa, Hal 136 Formatted: Indent: First line: 0"
23

Dalam pandangan Islam Akhlaq mulia itu adalah ditunjukkan oleh

teladan Rasulullah sebagai uswatun hasanah ( setepat tepatnya contoh) sesuai

dengan firman Allah :

Artinya: “telah ada pada Rasullulullah sebagai setepat tepanya contoh


teladan” (Surat Al-Ahzab: 21)

Figur uswatun hasanah itu ditampilkan Rasulullah dengan 4 lambang yaitu:

1. Pertama, siddiq yaitu jujur. Sikap jujur adalah sikap yang berpihak kepada

kebenaran dimana nabi tidak melakukan kebohongan.

2. Kedua, amanah. Sikap ini lebih kepada tanggung jawab menunaikan

kewajiban. Melaksanakan janji, menunaikan komitmen dan bertanggung

jawab atas tugas yang dipikul.

3. Ketiga, sikap tabligh. Sikap ini fokus kepada penyampaian seruan yang

haq, menyampikan dakwah yang benar. Dalam hal infor masi, tidak

dibenarkan menutupi informasi yang sahih,

4. Keempat, fathonah. Ini menyangkut sikap yang cerdas dan kepahaman

terhadap sesuatu. kondisi dan situasi. Nabi berpenampilan cerdas dalam

bertingkah laku. Inilah teladan yang ditunjukkan dalam 4 lambang

penting sebagai pilar dalam memabangun akhlaq yang mulia. Akhlaq mulia

yang dinotasikan dengan amanah, sidiq, fahonah dan tabligh merupakan

variabel independent menentukan wujudnya mutual respect yang dinotasikan

dangan kerjasama, kedamaian dan hidup bahagia (dependent variabel),

Dalam kata lain semakin berfungsi faktor Sidiq (kejujuran), faktor

amanah (tanggung jawab), faktor Tablig (himbaun dakwah tentang kebenar


Formatted: Indent: First line: 0"
24

an) serta, faktor Fathonah (kecerdasan) akan terwujudlah mutual respect

yaitu positif bagi keberuntungan untuk semua satu dunia yang kita

dambakan. Sebaliknya jika peranan variabel independentnya kurang

berkontribusi (tidak berfungsi), maka akan ber pengaruh negatif terhadap

mutual respect.

1. Imam Al-Ghazali menyebut akhlaq ialah suatu sifat yang tertanam dalam

jiwa. Daripada jiwa itu, timbul perbuatan - perbuatan dengan mudah tanpa

melakukan pertimbangan fikiran.

2. Ahmad Amin mendefinisikan akhlaq sebagai kehendak yang dibiasakan.

Maksudnya, sesuatu yang mencir ikan akhlaq itu ialah kehendak yang

dibiasakan. Artinya, kehendak itu apabila membiasakan sesuatu, maka

kebiasaan itu dinamakan akhlaq. Ahmad Amin menjelaskan arti kehendak

itu ialah ketentuan daripada beber apa keinginan manusia. Manakala

kebiasaan pula ialah perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah

melakukanya. Daripada kehendak dan kebiasaan ini mempunyai kekuatan

kearah menimbulkan apa yang disebut sebagai akhlaq.

3. Ibnu Maskawayh mengatakan akhlaq ialah suatu keadaan bagi diri atau

jiwa yang mendorong (diri atau jiwa itu) untuk melakukan perbuatan

dengan senang tanpa didahului oleh daya pemikiran kerana sudah menjadi

kebiasaan.

Abdul Hamid mengatakan Akhlaq ialah ilmu tentang keutamaan yang

harus dilakukan dengan cara mengikutinya sehingga jiwanya terisi dengan

kebaikan, dan tentang keburukan yang harus dihindarinya sehingga jiwanya

Formatted: Indent: First line: 0"


25

kosong (bersih) dari segala keburukan.16

4. Pembinaan Ahlak Siswa

Strategi guru agama islam mengandung pengertian rangkaian perilaku

pendidik yang tersusun secara terencana dan sistematis untuk menginformasikan,

mentransformasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai Islam agar dapat

membentuk kepribadian muslim seutuhnya17

Strategi merupakan suatu kata yang berasal dari bahasa Yunani

strategia atau strategos yang berarti jenderal, strategi juga memiliki konotasi

pengetian sebagai suatu seni dan ilmu tentang pengendalian militer, strategi

adalah sasaran hasil pola teladan, tujuan, kebijakan utama dan rencana untuk

menuju keberhasilan, strategi adalah suatu kesatuan rencana yang terpadu dan

menyeluruh dan juga terintegrasi yang menghubungkan keuggulan strategi

dengan lingkungan yang dihadapinya agar dapat mencapai tujuan yang

ditentukan.18 Pengertian ini memberi arti bahwa esensi strategi adalah

penyesuain organisasi dengan lingkungan eksternalnya. Secara harfiyah kata

strategi dapat diartikan seni dalam melaksakan strategi yakni siasat atau

rencana, banyak pandangan kata strategi dalam bahasa inggris yang dianggap

relevan dengan pembahasan ini ialah kata approach (pendekatan) dan kata

procedure (tahapan kegiatan).

Dalam perspektif psikologi, kata strategi yang berasal dari bahasa

16
Nata, Abuddin. Akhlaq Tasawuf. (Raja Grafindo Persada: Jakarta , 2002),31
17
Tim Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Wali Songo Semarang, Metodologi Pengajaran
Agama (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999)..127
18
Reza M. Syarif, Strategi Manajement Pendidikan ,(PT. Raja Grafindo Persada
Jakarta, 2002), 23 Formatted: Indent: First line: 0"
26

yunani itu berarti rencana tindakan yang terdiri atas seperangkat langkah

untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan, seorang pakar psikologi

pendidikan, Michael J. Lawson mengartikan strategi sebagai prosedur mental

yang berbentuk tatanan langkah yang menggunakan upaya ranah cipta untuk

mencapai tujuan tertentu.19

Kata strategi dalam kamus besar bahasa Indonesia mempunyai

beberapa arti diantaranya :

1. Rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran

2. Ilmu dan seni memimpin bala tentara untuk menghadapi musuh dalam

kondisi perang atau dalam kondisi yang menguntungkan

3. Ilmu dan seni mengembangkan semua sumber daya bangsa untuk

melaksanakan kebijakan tertentu

4. Tempat yang baik menurut siasat perang.20

Dalam bidang pendidikan istiah strategi disebut juga teknik atau cara yang

sering dipakai secara bergantian dan kedua-duanya bersinonim, untuk memahami

makna strategi atau teknik, maka penjelasannya biasanya dikaitkan dengan

istilah pendekatan dan metode.21

Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa strategi adalah

suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan agar

terjadi kesesuaian dengan teknik dengan output yang diinginkan. Teknik

penyampaian bahan pelajaran kepada murid, ia dimaksudkan agar murid mudah,

19
Muhibin Syah, Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru ,(PT. Renaja
Rosda Karya Bandung, 2000), 214
20
Tim Penyusun, kamus besar Indonesia , (balai pustaka, Jakarta, 1990), 859
21
Henry Guntur Tarian, Strategi pengajaran dan pembelajaran , (Angkasa Bandung,
1993), 2 Formatted: Indent: First line: 0"
27

efektif dan dapat dicernakan oleh anak dengan baik, oleh karena itu terdapat

berbagai cara yang dapat ditempuh, dalam memilih, dalam memilih strategi guru

di bimbing oleh filsafat pendidikan yang dianut guru dan tujuan pelajaran

yang hendak dicapai, disamping itu penting pula memperhatikan hakekat anak

didik yang hendak dididik, dan bahan pelajaran yang hendak disampaikan, jadi

sebuah strategi itu hanya menentukan prosedur yang akan diikuti. Strategi guru

agama yang dilakukan dalam upaya pendidikan atau pembinaan Akhlaq

peserta didik, terdapat beberapa strategi atau metode yang digunakan diantaranya

ialah: 22

1) Pendidikan secara langsung

Yaitu dengan mengadakan hubungan langsung secara pribadi dan

kekeluargaan dengan individu yang bersangkutan.23 Dengan cara

mempergunakan petunjuk, nasehat, tuntunan, menyebutkan manfaat dan bahaya-

bahayanya. Menurut Marimba dalam bukunya yang berjudul ”Pengantar Filsafat

Pendidikan Islam” ditulis bahwa pendidikan secara langsung ini terdiri dari

lima macam di antaranya adalah:

a. Teladan

Disini guru sebagai teladan bagi anak didiknya dalam lingkungan sekolah

disamping orang tua dirumah. Guru hendaknya menjaga dengan baik perbuatan

maupun ucapan sehingga naluri anak yang suka meniru dan mencontoh dengan

sendirinya akan turut mengerjakan apa yang disarankan baik itu orang maupun

22
Joesoef Soelaiman, Konsep Pendidikan Luar sekolah (Jakarta: Bumi Aksara, 1992),
115
23
Dradjat Zakiah, Pengajaran Agama Islam , (Jakarta, Bumu Akasara, 2004), hal. 24 Formatted: Indent: First line: 0"
28

guru.24

Sebagaimana pendapat salah seorang tokoh psikologi terapi yang sesuai

dengan ajaran Islam ”si anak” yang mendengar orang tuanya mengucapkan asma

Allah, dan sering melihat orang tuanya atau semua orang yang dikenal

menjalankan ibadah, maka yang demikian itu merupakan bibit dalam pembinaan

jiwa anak.25 Seoramg guru harus mampu memberi contoh kepada muridnya,

bersalaman ketika masuk kelas maupun pada saat pulang sekolah, mengucapkan

salam, dimanapun pada saat bertemu.

b. Anjuran

Anjuran yaitu saran atau ajakan untuk berbuat atau melakukan sesuatu yang

berguna. Dengan adanya anjuran menanamkan kedisiplinan pada

anak didik sehingga akhirnya akan menjalankan segala sesuatu dengan

disiplin sehingga akan membentuk suatu kepribadian yang baik, seperti menolong

sesama hidup, dan ikut serta membangun masyrakat.

c. Pembiasaan

Strategi ini mempunyai peranan yang penting dalam pembentukan dan

pembinaan akhlaq yang baik. Karena dalam pembiasaan ini menjadi tumbuh

dan berkembang dengan baik dan tentunya dengan pembiasaan - pembiasaan

yang harus dilakukan dalam kehidupan sehari - hari sehingga muncul suatu

rutinitas yang baik yang tidak menyimpang dari ajaran Islam. Saling

menyayangi antar teman, dengan saling berjabat tangan ketika bertemu, baik di

24
Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Al Maarif, 1962), 85
25
Zakiah Daradjat, Op. Cit, 87 3 8

Formatted: Indent: First line: 0"


29

sekolah, maupun di luar sekolah.

2) Pendidikan secara tidak langsung

Yaitu strategi guru yang bersifat pencegahan, penekanan pada hal- hal

yang akan merugikan.26 Strategi ini dibedakan menjadi 3 (tiga) bagian

diantaranya adalah:

(a) Larangan

Larangan adalah suatu keharusan untuk tidak melaksanakan atau

melakukan pekerjaan yang merugikan. Alat inipun bertujuan untuk

membentuk disiplin, seperti mengejek, memar ahi, dan menganiaya

sesama teman.

(b) Pengawasan

Adalah untuk mencegah dan menjaga, agar tidak terjadi sesuatu hal

yang tidak di inginkan. Mengingat manusia bersifat tidak sempurna maka

kemungkinan untuk berbuat salah serta penyimpangan - penyimpangan

maka belum kesalahan-kesalahan itu berlangsung lebih jauh lebih

baik selalu ada usaha-usaha pengawasan. Seperti hal pengawasan

guru di sekolah maupun di luar sekolah untuk memantau setiap kegiatan

peserta didik.

(c). Hukuman

Adalah suatu tindakan yang dijatuhkan kepada peserta didik secara

sadar dan sengaja sehingga menimbulkan penyesalan. Dengan adanya

penyesalan tersebut peserta didik akan sadar atas perbuatannya dan ia

26
Marimba, Op. Cit. hlm. 86

Formatted: Indent: First line: 0"


30

berjanji untuk tidak melakukannya dan mengulanginya. Hukuman ini

dilaksanakan apabila larangan yang telah diberikan ternyata masih

dilakukan oleh peserta didik. Namun hukuman tadi tidak harus

hukuman badan, melainkan bisa menggunakan tindakan-tindakan,

ucapan dan syarat yang menimbulkan mereka tidak mau

melakukannya dan benar-benar menyesal atas perbuatannya. Begitu

juga yang dikatakan oleh Mohammad Al Syaibany dalam bukunya

”Filsafat Pendidikan Islam”, telah membagi metode dalam pembinaan

Akhlaq yang umumnya digunakan antara lain:

(1). Metode Induksi/Pengambilan Kesimpulan

Metode ini digunakan untuk mendidik agar anak didik dapat

mengetahui fakta-fakta dan kaidah-kaidah umum dengan cara

menyimpulkan pendapat.

(2). Metode Perbandingan

Metode ini digunakan untuk mendidik agar peserta didik dapat

membandingkan kaidah-kaidah umum atau teori dan kemudian

menganalisisnya dalam bentuk rincian.

(3). Metode Dialog/Perbincangan

Metode ini digunakan untuk mendidik peserta didik agar

mereka dapat mengemukakan kritik-kritik terhadap teori/materi yang

diberikan dengan melalui dialog.27

Strategi pembinaan akhlaq atau pelaksanaannya bagi guru maupun orang

27
Jalaluddin dan Said Usman, Filsafat Pendidikan Islam Konsep dan Perkembangan Pemikirannya (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1994), 54 Formatted: Indent: First line: 0"
31

tua mempunyai pengaruh yang penting dalam pelaksanaan pembinaan Akhlaq

peserta didik. Menerapkan akhlaq dalam kehidupan sehari-hari, terutama bagi

para pendidik amat penting, sebab penampilan, perkataan, akhlaq, dan apa saja

yang terdapat padanya, dilihat, didengar dan diketahui oleh para anak didik,

akan mereka serap dan tiru, dan lebih jauh akan mempengaruhi

pembentukan dan pembinaan akhlaq mereka.

Dalam Islam guru merupakan orang yang menjadi panutan dan tauladan

bagi anak didiknya. Oleh karena itu guru agama Islam hendaknya mempunyai

kepribadian yang baik dan juga mempunyai kemampuan yang baik pula. Dalam

hal ini ada beberapa kemampuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap

guru agama islam yaitu:28

a. Penguasaan materi Islam yang komprohensif serta wawasan dan bahan

pengayaan, terutama dalam bidang-bidang yang menjadi tugasnya.

b. Penguasaan strategi (mencakup pendekatan metode, teknik) pendidikan

agama Islam, termasuk kemampuan evaluasinya.

c. Penguasaan ilmu dan wawasan pendidikan.

d. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan

pada umumnya guna keperluan pengembangan pendidikan Islam.

e. Memiliki kepekaan ter hadap infor masi secara langsung atau tidak langsung

yang mendukung kepentingan tugasnya.29 Untuk mewujudkan pendidikan

yang profesional, dapat mengacu pada tuntunan Nabi SAW, karena beliau

satu-satunya pendidik yang paling berhasil dalam rentang waktu yang begitu

28
Ibid, Zakiah Darajat, 34 4 1
29
Muhaimin, Op.Cit .172 Formatted: Indent: First line: 0"
32

singkat, sehingga diharapkan dapat mendekatkan realitas (pendidik) dengan

yang ideal (Nabi saw). Setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai

ciri-ciri pribadi yang mereka miliki. Ciri-ciri inilah yang membedakan

seorang guru dari guru lainnya. Keapribadian adalah faktor yang sangat

berpengaruh terhadap keberhasilan seorang guru sebagai pengembangan

sumber daya manusia.

Karena disamping ia berperan sebagai pembimbing dan pembantu juga

berperan sebagai panutan. Mengenai pentingnya kepribadian guru seorang

psikologi terkemula profesor doktor Zakiah Darajat menegaskan: kepribadian

itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan membina yang

baik bagi anak didiknya. Ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi

hari depan anak didik yang masih kecil (Tingkat Sekolah Dasar) dan

mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah).30 Oleh

karena itu setiap calon guru dan calon professional sangat diharapkan

memahami bagaiman karakteristik (ciri khas) kepribadian dirinya yang diper

lukan sebagai panutan para peserta didiknya.

Ciri-ciri khas kepibadian seorang, untuk sebagian, nampak dalam cara

dia melakukan pekerjaannya. Kenyataan ini semakin berlaku dalam pekerjaan

seorang guru, yang mendidik generasi muda sekolah. Sadar atau tidak

dengan kehadirannya di kelas, guru sudah memberikan pengaruh terhadap

perkembangan peserta didik. Oleh karena itu guru memiliki kepribadian

30
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidkan Dengan Pendekatan Baru (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009), 225 Formatted: Indent: First line: 0"
33

seperti:31

1. Penghayatan nilai-nilai kehidupan

2. Motivasi belajar

3. Sifat dan sikap32

Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis

dan fisik. Dalam makna demikian, seluruh sikap dan perbuatan seseorang

merupakan suatu gambaran dari kepribadian orang tua, asal dilakukan secara

sadar. Dengan kata lain, baik tidaknya citra seseorang ditentukan oleh

kepribadian. Lebih lagi bila seseorang guru, masalah kepribadian merupakan faktor

yang menentukan terhadap keberhasilan melakukan tugas sebagai pendidik.

Sebagai teladan, guru harus memiliki kepribadian yang daat dijadikan profil

dan idola, seluruh kehidupannya adalah figur yang paripurna. Karena itu kepribadian

adalah masalah yang sangat sensitif sekali penyatuan kata dan perbuatan dituntut

dari guru, bukan lain perkataan dengan perbuatan, ibarat kata pepatah, pepat

diluar runcing di dalam. Guru adalah mitra anak didik dalam kebaikan. Guru

yang baik, anak didik pun menjadi baik. Tidak ada seorang guru yang bermaksud

menjerumuskan anak didiknya kelembah kenistaan. 33

Guru adalah spiritual father atau bapak rohani bagi seorang anak didik ialah

yang member ikan santapan jiwa dengan ilmu, pendidikan akhlaq, dan

membenarkannya, maka menghormati guru berarti menghormati anak didik,

menghargai guru berarti penghargaan terhadap anak didik, dengan guru itulah mereka

hidup dan berkembang, sekiranya setiap guru itu menunaikan tugasnya dengan

31
Ibid, Zakiah Drajat, 56 4 4
32
Winkel, Psikologi Pengajaran (jakarta:Grasindo,1991), 110-112
33
Syaiful Bahri Djamarah, Op.Cit., 41 Formatted: Indent: First line: 0"
34

sebaik-baiknya. Abu Dardaa melukiskan pula mengenai guru dan anak didik itu

bahwa keduanya adalah berteman dalam ”kebaikan” dan tanpa keduanya tak akan

ada ”kebaikan”.34

Tingkah laku atau moral guru pada umumnya merupakan penampilan lain

dari kepribadiannya. Bagi anak didik yang masih kecil guru adalah contoh

teladan yang sangat penting dalam pertumbuhannya, guru adalah orang pertama

sesudah orang tua yang mempengaruhi pembinaan kepribadian anak didik. Kalau

tingkah laku atau akhlaq guru tidak baik, pada umumnya akhlaq anak didik

akan mer usak olehnya, karena anak akan mudah terpengaruh oleh orang yang

dikaguminya atau dapat juga menyebabkan anak didik gelisah, cemas atau

terganggu jiwa karena ia menemukan contoh yang berbeda atau berlawanan

dengan contoh yang selama ini didapatnya dirumah dari orang tuanya.35

Sikap guru terhadap agama juga merupakan salah satu penampilan

kepribadian guru yang acuh tak acuh kepada agama akan menunjukkan sikap

yang dapat menyebabkan anak didik terbawa pula kepada arus tersebut,

bahkan kadang-kadang menyebabkan terganggunya jiwa anak didik. Cara guru

berpakaian, berbicara, ber jalan dan bergaul juga merupakan penampilan kepr

ibadian lain yang mempunyai pengaruh terhadap anak didik. Termasuk juga

dalam masalah kepribadian guru itu, sikap dan pandangan guru terhadap

fungsinya bagi anak didik.

Jadi kepribadian guru adalah unsur yang menentukan keakraban

34
thiyah Al Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam (jakarta: Bulan Bintang,
1970), 136
35
Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), 15
Formatted: Indent: First line: 0"
35

hubungan guru dengan anak didik. Kepribadian guru akan tercer min dalam

sikap dan per buatan dalam membina Akhlaq dan membimbing anak didik.

5. Kendala Pembinaan Ahlak Siswa

Strategi yang dilakukan selama ini masih bersifat massal, yang memberikan

perlakuan dan layanan pendidikan yang sama kepada semua peserta didik,

padahal mereka berbeda tingkat kecakapannya, kecerdasan, minat, bakat, dan

kreatifitasnya, strategi pelayanan pendidikan seperti ini memang tepat dalam

dalam konteks pemerataan kesempatan, akan tetapi kurang menunjang usaha

mengoptimalkan pengembangan potensi peserta didik secara tepat, hasil

beberapa penelitian Depdikbud menunjukkan sekitar sepertiga peserta didik yang

dapat digolongkan sebagai peserta didik berbakat mengalami gejala

“berkurangnya prestasi”. Hal sama dikemukakan oleh Munandar cukup banyak

peserta didik ber bakat yang prestasinya di sekolah tidak mencerminkan potensi

intelektual mereka yang menonjol. Adapun salah satu penyebabnya adalah

kondisi-kondisi eksternal atau lingkungan belajar yang kurang menunjang,

kurang menuntang kepada mereka untuk mewujudkan kemampuannya secara

optimal. Padahal upaya untuk mencapai keunggulan melalui strategi pelayanan

pendidikan massal akan memiliki konsekuensi sumberdaya pendidikan (dana,

tenaga, dan sarana), yang kurang menguntungkan.

Model strategi pelayanan pendidikan alternatif perlu dikembangkan untuk

menghasilkan peserta didik yang unggul melalui pemberian perhatian, perlakuan

dan layanan pendidikan berdasarkan bakat, minat dan kemampuannya. Krisis

akhlaq atau moral yang dihadapi disebabkan oleh kegagalan pendidikan agama
Formatted: Indent: First line: 0"
36

Islam, dengan bertolak dari suatu pandangan bahwa kegiatan, masalah kendala

guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan akhlaq telah dirasakan sangat

menglobal seirang dengan perubahan tata nilai yang sifatnya mendunia, di

belahan bumi mana pun kerap kali dapat disaksikan berbagai gaya hidup yang

bertentangan dengan etika dan nilai Agama. Berbagai pendekatan telah sedang

dilakukan untuk menyelamatkan masa depan peradapan manusia dari rendahnya

perilaku moral, pentingnya pembinaan pendidikan akhlaq bukan hanya

dirasakan oleh masyarakat yang mayoritas penduduknya beragama Islam, tapi

kini sudah murai diterapkan diberbagai negara. Dijerman misalnya, pelajaran

agama Islam juga sudah masuk pada kurikulum sekolah. Secara normatif untuk

menyiapkan generasi penerus yang menyenangkan dan iman (pengayom) bagi

orang-orang yang bertakwa diperlukan azwaj (pasangan-pasangan) atau

komponen - komponen pendidikan) yang kompak dan harmonis juga.

Selama ini pelaksanaan pendidikan agama islam yang dilaksanakan di

sekolah banyak mengalami kelemahan. Mochtar Buchori menilai pendidikan

agama Islam masih gagal. Kegagalan ini disebabkan karena praktek

pendidikannya hanya memperhatikan aspek kognitif semata dari pertumbuhan

kesadaran nilai - nilai agama, dan mengabaikan pembinaan aspek efektif dan

konotatif, yakni kemauan dan tekad untuk mengamalkan nilai-nilai ajaran -

ajaran agama, atau dalam prakteknya pendidikan agama berubah menjadi

pengajaran agama, sehingga tidak mampu membentuk pribadi-pribadi bermoral,

padahal inti dari pendidikan agama adalah pendidikan moral.

Adapun kendala Guru Pendidikan Agama Islam dalam pembinaan

Formatted: Indent: First line: 0"


37

akhlaq peserta didik di antaranya adalah:36

1). Terbatasnya pengawasan pihak sekolah

Pihak sekolah khususnya guru agama Islam tidak bisa selalu

memantau atau mengawasi per ilaku peserta didik diluar sekolah. Selain

itu guru agama islam diluar tidak mengetahui baik buruk lingkungan

tempat tinggal peserta didik terutama sekali orang tua/ keluarga yang

sangat memegang peranan penting dalam pembinaan Akhlaq peserta didik.

2). Kurangnya kesadaran peserta didik

Peserta didik kurang sadar akan pentingnya kegiatan keagamaan

yang dilakukan oleh sekolah, apalagi kegiatan tersebut berkaitan sekali

dengan pembinaan akhlaq peserta didik.

3). Kurangnya sarana dan prasarana

Guna menunjang Strategi guru agama islam dalam pembinaan akhlaq

peserta didik maka juga harus ada kegiatan - kegiatan yang bisa

mendukungnya. Kegiatan-kegiatan tersebut bisa ber jalan lancar apabila

sarana dan prasarananya dapat terpenuhi, namun apabila sarana dan

prasarananya kurang maka hal tersebut menjadi kendala bagi pelaksanaan

kegiatan. Seperti halnya LCD Proyektor, yang di pakai dalam pembejaran

yang modern, tetapi tidak semua sekolah memenuhi alat tersebut. Dengan

adanya alat ini pembelajaran lebih menarik.

B. Kerangka Berpikir

36
Harun Nasition, 1995

Formatted: Indent: First line: 0"


38

Setiap pergeseran suatu teknologi diharapkan selalu sejalan dengan

kebutuhan manusia akan teknologi tersebut. Dalam hal ini handphone, dari awal

kemunculannya handphone memang telah merebut banyak peminat sampai

sekarang bahkan telah menjadi kebutuhan. Anak didik yang membawa handphone

cendrung bersifat individualisme, mereka bergaual atau bercakap-cakap bukan

dengan teman disampingnya, melainkan orang yang diluar lingkungan belajarnya

dengan sarana SMS handphone-nya. Prilaku seperti ini berlangsung terus

menerus, maka mulai muncul sikap-sikap egois dan pamer di antara anak didik

yang membawa handphone. Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt,
Indonesian

Sekolah merupakan tempat bagaimana anak belajar berinteraksi dengan

orang lain. Sekolah harus membangun budaya yang mengedepankan aspek moral,

cinta kasih, kelembutan, nilai demokratis, menghargai perbedaan, berlapang dada

menerima kenyataan, dan menjauhkan diri dari nilai-nilai kekerasan. Sekolah

harus meningkatkan Akhlak (tingkah laku) siswa agar dapat mencapai tingkat

mutu pendidikan.

C. Hipotesis

Menurut Siswojo, hipotesis dapat didefinisikan sebagai jawaban sementara

yang disarankan sebagai pemecahan masalah atau sebagai keterangan mengenai

suatu peristiwa tertentu atau bisa dikatakan hipotesis adalah praduga ataupun

asumsi yang harus diuji melaluidata atau fakta yang diperoleh melalui

penelitian.37 Adapun fungsi darihipotesis adalah; 1. memberikan keterangan

37
Siswojo, Metode Penelitian Sosial. (Jakarta, 1987), halm. 53 Formatted: Indent: First line: 0"
39

tentatif mengenai fenomena tertentu dan memudahkan penambahan pengetahuan Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Font
color: Black, Indonesian

peneliti dalam bidangyang akan diteliti, 2. menyatakan hubungan yang dapat

diuji melalui penelitian, 3. memberikan arah penelitian, 4. memberikan kerangka Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Font
color: Black, Indonesian

untuk melaporkan kesimpulan penelitian. Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Font
color: Black, Indonesian

Sehubungan dengan penelitian ini, hipotesis yang diajukan adalah sebagai Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Font
color: Black, Indonesian

berikut : (“adanya pengaruh handphone terhadap akhlak siswa”). Dengan Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Italic,
Font color: Black, Indonesian

demikian penelitian ini akan menyoroti dua variabel, yaitu pengaruh handphone Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Font
color: Black, Indonesian

bagai variabel (X) yang merupakan variabel independen (yang mempengaruhi) Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Font
color: Black, Indonesian
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Font
dan akhlak siswa sebagai variabel (Y) yang merupakan dependen (yang color: Black, Indonesian
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Font
dipengaruhi). Untuk membuktikan apakah pernyataan di atas diterima atau color: Black, Indonesian
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Font
ditolak, akan dianalisa dengan menggunakan Hipotesis (Ha) yang color: Black, Indonesian
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Font
color: Black, Indonesian
menyatakan“adanya pengaruh handphone terhadap akhlak siswa”. Prinsip
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Font
color: Black, Indonesian
pengujiannya akan dipedomankan berdasarkan taraf signifikasi 1% dengan
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Font
color: Black, Indonesian
membandingkan antara thitung dengan ttabel. Jika t hitung >t tabel, maka Hipotesis (Ha) Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Font
color: Black, Indonesian
diterima dan sebaliknya jika t hitung <t tabel, maka Hipotesis (Ho) ditolak artinya Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Font
color: Black, Subscript

tidak ada pengaruh handphone terhadap akhlak siswa. Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Font
color: Black, Subscript
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Font
Untuk memulai tahap penelitian, terlebih dahulu harus dirumuskan satu atau color: Black, Subscript
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Font
lebih hipotesis yang dinyatakan secara jelas.Hipotesis adalah ramalan peneliti color: Black, Subscript
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Font
tentang hasil penelitian.Hipotesis mempunyai fungsi serba guna dalam penelitian. color: Black, Indonesian
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Font
Karena hipotesis mengajukan penjelasan yang dapat diuji secara empiris, maka ia color: Black, Indonesian
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Font
color: Black, Subscript
berfungsi untuk meluaskan pengetahuan, memberi arah pada peneliti untuk
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Font
color: Black, Subscript
menentukan metode penelitian serta jenis data yang relevan dengan pemecahan Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Italic,
Font color: Black, Indonesian

Formatted: Indent: First line: 0"


40

masalah dan hipotesis juga memberikan kerangka untuk menafsirkan hasil-hasil

penelitian dan untuk menyatakan kesimpulan-kesimpulannya.

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian,

yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris.

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis:

1. Ha : Diduga penggunaan handpone oleh siswa Mts Negeri Plered Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Italic

berpengaruh terhadap ahlak siswa.

2. Ho : Diduga penggunaan handpone oleh siswa Mts Negeri Plered tidak

berpengaruh terhadap ahlak siswa.

Formatted: Default, Justified, Indent: Left: 0", Hanging:


0.79", Adjust space between Latin and Asian text, Adjust
space between Asian text and numbers, Tab stops: 0.59",
Left

Formatted: Indent: First line: 0"


41

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan

data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat kata

kunci yang perlu diperhatikan yaitu cara ilmiah, data tujuan dan kegunaan. Cara

ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri - ciri keilmuan, yaitu

rasional, empiris dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan

dengan cara - cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia.

Empiris berarti cara - cara yang dilakukan dapat diamati oleh indera manusia,

sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara - cara yang digunakan.

Sistematis berarti proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan

langkah- langkah tertentu yang bersifat logis.

Sehubungan dengan permasalahan yang akan diangkat yaitu tentang

“Pengaruh handphone terhadap ahlak siswa” maka jenis penelitian yang penulis

gunakan merupakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif, kuantitatif karena

masalah yang dibawa oleh peneliti sudah jelas dan analisis datanya menggunakan

Formatted: Indent: First line: 0"


42

statistik.38 Sedangkan untuk deskriptif karena bersifat menggambarkan,

menguraikan sesuatu hal menurut apa adanya, dengan melakukan pengamatan

secara langsung.

B. Polulasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian. Apabila seseorang ingin

meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya

merupakan penelitian populasi.Dalam hal ini yang menjadi populasi penelitian

adalah siswa Kelas VIII MTs . Negeri Plered. Jumlah populasi seluruhnya ada

120 siswa.

2. Sampel

Tentang pengambilan sampel sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto

, menjelaskan mengenai batasan sampel yaitu : ”Sampel adalah sebagian atau

wakil populasi yang diteliti”39. Dalam penelitian ini penulis mengambil 3033 %

dari populasi 120 adalah 33 x 120 / 100 = 39,6. (dibulatkan menjadi 40)

Kelas A : 40 x 33% = 13,2 Formatted: Indent: First line: 0"

Kelas B : 40 x 33% = 13,2

Kelas B : 40 x 33% = 13,2 Formatted: Underline


39,6 Formatted: Indent: First line: 0", Line spacing: single
Formatted: English (United States)
Formatted: Indent: First line: 0"
C. Sumber Data

38
Sugiyono, Statistika untuk Penelitian. (Bandung: Alfabeta), hal.67
39
Suharsimi Arikunto, op.cit.,hal. 104 Formatted: Indent: First line: 0"
43

Yang dimaksud sumber data dalam penelitian, menurut Suharsimi Arikunto

adalah subjek dimana data diperoleh.40 Adapun sumber data terdiri dari dua Formatted: English (United States)

macam:

1. Sumber Data Primer

Sumber Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data.41 Dalam penelitian ini, sumber data primer yang

diperoleh oleh peneliti adalah: hasil angket yang sudah disebar kepada siswa

Kelas VIII MTs. Negeri Plered, sebagai subyek penelitian.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan

data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau

dokumen.42Sumber data sekunder yang diperoleh peneliti adalah data yang

diperoleh langsung dari pihak-pihak yang berkaitan berupa data-data sekolah

dan berbagai literatur yang relevan dengan pembahasan. Data skunder yang

penulis butuhkan dari sekolah adalah profil sekolah, jumlah siswa, jumlah

guru, sarana dan pra sarana.

D. Definisi Operasional Variabel

Formatted: Indonesian
Formatted: Footnote Text, Indent: Left: 0.06", First line:
0.3", Adjust space between Latin and Asian text, Adjust space
between Asian text and numbers, Tab stops: 0", Left
40
Suharsimi Arikunto, op.cit.,hal. 107
41 Formatted: Indonesian
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2006), hal.253 Formatted: Font: 10 pt, Indonesian
42
Ibid., hlm. 253 Formatted: Indent: First line: 0"
44

Untuk menghindari kesalah pahaman dalam mengartikan kata-kata yang

terdapat dalam judul penelitian, maka penulis menganggap perlu untuk

mengartikannya dalam bentuk definisi operasional berikut:

1. Handphone didefinisikan sebagai sebuah alat elektronik yang digunakan

untuk telekomunikasi radio dua arah melalui jaringan seluler dari BTS yang

dikenal sebagai situs sel.

2. Akhlaq dimaksud disini adalah perilaku dalam kegiatan sehari hari, dan

membangun akhlaq mulia adalah menerapkan segala amal usaha atau

perbuatan yang amanah jujur dan, tablig serta cerdas.

3. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Islam adalah sistem pendidikan yang dapat memberikan

kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-

cita Islam, karena nilai-nilai Islam telah menjiwai dan mewarnai corak

akhlaknya.

E. Instrumen Penelitian

1. Kisi-kisi

Kisi-kisi umum adalah kisi-kisi yang dibuat untuk menggambarkan

semua variable yang diukur, dilengkapi dengan semua kemungkinan sumber

data, semua metode dan instrument yang mungkin dapat dipakai. Yang termuat

dalam kisi-kisi umum ini baru rancangan ideal tentang apakah semua sumber

Formatted: Indent: First line: 0"


45

data, metode, dan instrument tetap akan dipakai atau tidak, tergantung dari

ketetapan menurut pertimbangan peneliti.43

2. Instrumen

Instrumen-instrumen penelitian dalam bidang sosial umumnya dan

khususnya bidang pendidikan khususnya yang sudah baku sulit ditentukan.

Untuk itu maka peneliti harus mampu membuat instrumen yang akan digunakan

untuk penelitian. Titik tolak dari penyusunan adalah variabel-variabel penelitian

yang ditetapkan untuk diteliti. Dari variabel-variabel tersebut diberikan definisi

operasionalnya, dan selanjutnya ditentukan indikator yang akan diukur. Dari

indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan.44

3. Uji Instrumen (validitas dan reliabilitas)

Untuk mendapatkan hasil evaluasi yang baik, maka sebelum angket itu

digunakan terlebih dahulu diuji cobakan. Maksud dari uji coba tersebut untuk

menguji validitas dan reliabilitas dari angket yang digunakan.

Langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut:

a. Uji Validitas Angket

1) Validitas Internal

a) Menghubungi dosen / ahli terkait variabel

b) Menguji unsur kebahasaan

c) Menguji kesesuaian kalimat yang digunakan dengan indikator

43
Arikunto, Prosedur Penelitian., 206
44
Sugiono, Metode Penelitian. 149 Formatted: Indent: First line: 0"
46

Kemudian setelah mendapatkan hasil dari uji instrumen,

penulis menggunakan SPSS untuk menguji validitas. Langkah-

langkahnya sebagai berikut:

(1) Input data hasil uji instrumen ke dalam lembar kerja SPSS

(2) Klik menu analyze, scale, reliability analysis

(3) Lalu muncul kotak dialog, masukan semua item, lalu pilih alpha

(4) Klik tombol statistics, lalu pilih item scale, scale if item deleted,

lalu continue dan klik ok.

2) Validitas Eksternal

Untuk mengetahui apakah pengaruh itu signifikan atau tidak, maka nilai t

hitung tersebut perlu dibandingkan dengan nilai t tabel. Apabila t hitung lebih

besar dari pada t tabel, maka pengaruh tersebut signifikan, sehingga instrumen

dinyatakan valid.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas instrumen dapat dilakukan setelah uji validitas, instrumen

yang tidak valid (drop) tidak dihitung / tidak diuji. Apabila t hitung lebih besar

dari pada t tabel, maka pengaruh tersebut signifikan, sehingga instrumen

dinyatakan reliabel. Langkah-langkahnya sebagai berikut:

1) Dari data di atas, lakukan langkah yang sama dengan tidak menyertakan

no yang tidak valid (drop)

2) Lalu akan muncul output yang menandakan data reliabel atau tidak

reliabel

Formatted: Indent: First line: 0"


47

F. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua macam teknik pengumpulan

data, yaitu:

1. Angket

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa metode yaitu

Menurut Muhammad Ali, yang dimaksud dengan angket adalah suatu teknik

penelitian yang benyak mempunyai kesamaan secara tertulis dalam

pelaksanaannya.Angket merupakan teknik pengumpulan data dengan

menggunakan daftar pertanyaan yang disampaikan oleh peneliti kepada

sejumlah responden untuk mendapatkan jawaban. Data yang diperoleh dari

cara ini diantaranya adalah mendapat jawaban secara langsung baik dari guru

maupun siswa. Jadi angket adalah teknik untuk mengumpulkan data dengan

memberikan daftar pertanyaan secara tertulis dengan jawaban yang sudah

tersedia yang harus dipilih oleh responden.

2. Metode Dokumentasi

Tidak kalah penting dari metode-metode lain, adalah metode dokumentasi,

yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,

transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda

dan sebagainya. Dibandingkan dengan metode lain, maka metode ini agak

tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih

tetap, belum berubah. Dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda

hidup tetapi benda mati.Selama dalam penelitian, peneliti tidak tau adakah data

- data tentang hal yang diteliti di dalam dokumentasi sekolah.Ada beberapa

Formatted: Indent: First line: 0"


48

dokumen yang dikumpulkan dan dianalisa, dokumen itu ada yang dari sekolah

atau dari pemerintah. Banyak peristiwa yang telah lama terjadi bisa di teliti dan

dimaklumi atas dasar-dasar dajian dari dokumen atau arsip-arsip baik secara

langsung maupun tidak,oleh karena itudokumen dan arsip buku bukqn hanya

menjadi sumber data yang penting bagi penelitian kualitatif pada umumnya.45

Dari definisi di atas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa dokumentasi

yang penulis gunakan adalah dengan mengambil kumpulan data yang ada di MTs.

Negeri Plered, baik berupa tulisan, papan nama, dan brosur profil MTs. Negeri

Plered.

G. Tehnik Analisis Data

Setelah data terkumpul langkah selanjutnya adalah menganalisis data-data

tersebut. Analisa menurut Patton sebagaimana dikutip oleh Lexi J. Moleong

adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola,

kategori dan satuan uraian dasar.46

Sedangkan menurut Noeng, analisa data adalah upaya mencari serta merta

secara sistematis catatan hasil observasi, interview dan lainnya untuk

meningkatkan pemahaman peneliti tentang masalah yang diteliti menjadikan

sebagai temuan bagi orang lain.47 Untuk menganalisa data yang terkumpul,

penulis menggunakan analisa data sebagai berikut:

1. Tehnik analisis prosentase, adalah suatu tehnik analisis yang dipergunakan

untuk mengetahui rumusan masalah pertama yaitu kegunaan handphone

45 Formatted: Indent: First line: 0"


Suharsimi Arikunto, op.cit.,hal. 206
46
Aswarni Sudjud, Srategi Exsperimental, (Yogyakarta: Pustaka Setia, 1990), hal.56 Formatted: Font: 10 pt, Spanish (Guatemala)
47
Suharsimi Arikunto, Prosedur....., 93 Formatted: Indent: First line: 0"
49

terhadap prilaku siswa kelas VIII MTs Negeri Plered Rumus yang digunakan

adalah rumus persentase:

P = F x 100%
N

Keterangan :

P : Angket persentase.

F : Frekuensi yang sedang dicari presentasinya.

N :Number of cases (Jumlah frekuensi atau banyaknya individu).48

2. Uji Prasyarat Analisis Tiap Variabel

a. Uji Normalitas

Hipotesis yang telah dirumuskan akan diuji dengan statistik

Parametris, antara lain dengan menggunakan t-test untuk satu sampel,

korelasi dan regresi, analisis varian dan t-test untuk dua sampel.

Penggunaan statistik parametris mensyaratkan bahwa data setiap

variabel yang akan dianalisis harus berdistribusi normal. Oleh karena

itu, sebelum pengujian hipotesis dilakukan, maka terlebih dahulu akan

dilakukan pengujian normalitas data.

Terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menguji

normalitas data, antara lain dengan SPSS. Dan pada penelitian ini,

penulis menggunakan SPSS untuk uji normalitas data.

48
Nana Sudjana dan Ibrohim, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Sinar
Bara, 1994), hal.34 Formatted: Indent: First line: 0"
50

Adapun langkah-langkah pengujian normalitas data dengan SPSS

sebagai berikut:

1) Analyze. Descriptive. Explore

2) Masukan variabel yang hendak diuji (skor total variabel) dalam

kotak dependen list

3) Klik plot lalu klik normality plot with test

Jika p > 0.05 maka data berdistribusi normal. Namun, jika p

< 0.05 maka data tidak berdistribusi normal.

b. Uji Linieritas

Langkah-langkah mencari uji linieritas dalam SPSS, yaitu:

1) Klik variabel view

2) Pada bagian name tulis Var_X dan Var_Y, pada decimal ubah

menjadi angka 0

3) Pilih analyze – compare means – means

4) Muncul kotak dialog. Masukan var_x ke kotak independent list

dan var_y ke dependent list

5) Klik option – klik test of linearity – continue

Klik ok

2 Pengujian Hipotesis Penelitian

a. Uji Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan melalui

hipotesis baru didasarkan teori dan belum menggunakan fakta.

Formatted: Indent: First line: 0"


51

Langkah-langkah:

1) Dari data yang dihasilkan, input pada ruang data view

2) Pilih menu analyze > compare means > one-sample T test

3) Sehingga muncul dialog box

4) Pilih variabel yang akan dihitung ke ruang variabel (s)

5) Pilih option > confidense interval percentage 99% > continue > ok,

sehingga akan muncul output

b. Korelasi

Korelasi adalah suatu alat statisttik yang dapat digunakan untuk

membandingkan hasil pengukuran dua variable yang berbeda agar dapat

menentukan tingkat hubungan antara variabel-variabel ini.49

Langkah-langkah:

1) Dari data yang dihasilkan, input pada ruang data view

2) Pilih menu analyze > descriptiptive statistics > frequencies

3) Sehingga muncul dialog box

4) Pilih variabel yang aka dihitung ke ruang variable(s)

5) Pilih statistics > central tendency (korelasi) > contineu > ok,

sehingga akan muncul output. Untuk penampilan grafik, pilih charts.

c. Regresi

Regresi atau berbentuk hubungan fungsional yaitu linier –

kurvalinier. Regresi bertujuan untuk menguji hubungan yang searah atau

49
Arikunto. Prosedur Penelitian. 131 Formatted: Indent: First line: 0"
52

hubungan yang berbentuk pengaruh pada satu variabel bebas dengan

variabel terkait lainnya. Regresi linier sederhana terdiri dari satu variabel

bebas dan satu variabel terkait.

Langkah-langkah perhitungan regresi linier adalah sebagai

berikut50:

1) Buku program SPSS;

2) Atifkan data view kemudian input datanya;

3) Pilih analyze regression pilih linear, maka muncul kotak

kerja linear regression;

4) Klik variabel X lalu masukkan pada kotak independents;

5) Klik variabel Y dan masukkan pada kotak dependent;

6) Klik statistics : maka muncul kotak kerja linear regression :

stastistics;

7) Pilih estemates ,model fit, collinearity diagnostics pada kotak

regression cofficiens, dan Durbin Watson pada kotak Reciduals;

8) Pilih continue;

9) Pilih plot, maka muncul kotak kerja linear regressions: plots

sdresid ke kotak Y zpred ke kotak X pilih histogram

dan normal probality – plot continue;

10) Pilih option, maka muncul kotak kerja linear regression : options;

11) Pilih angka probability pada kotak entri, 5% (0,05) atau 1% (0,01);

12) Pilih continue ok.

50
Widyago, Pengertian Regresi dan Korelasi, https://.wordpress.com/2011/04/03.
Diakses 25 april 2016 Formatted: Indent: First line: 0"
53

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

1. Sejarah Singkat Sekolah

Satuan Pendidikan Madrasah Tsanawiyah Negeri Plered berdiri mulai

pada Tahun pelajaran 1996/1997 dengan KMA No. 575 A, tahun 1995 pada

tanggal 25 November 1996, dengan nama pertamanya adalah Madrasah

Tsanawiyah Al-Balaghah. Kemudian pada Tahun 2000, Madrasah Tsanawiyah

Al-Balaghah berubah statusnya yang asalnya Swasta menjadi Negeri sesuai

Keputusan Kementrian Agama Nomor : 32-14/MTS/02/2000, dengan Nomor

Statistik : 21132 1603 002, sehingga namanya menjadi Madrasah Tsanawiyah

Negeri Plered (MTs. N. Plered)

Formatted: Indent: First line: 0"


54

Tempat pertama berdirinya Madrasah Tsanawiyah Negeri Plered

berlokasi di wilayah Kampung Cibogo Peuntas, Desa Cibogo Hilir, Kecamatan

Plered, Kabupaten Purwakarta.

Pada tahun 1999 ada pemekaran pedesaan di wilayah kecamatan Plered,

sehingga yang mulanya Madrasah Tsanawiyah Negeri Plered berada di lokasi

Desa Cibogo Peuntas berubah menjadi Desa Cibogo Hilir, Kecamatan Plered,

Kabupaten Purwakarta.

Pada Tahun 2010 ada perubahan Nomor Statistik Madrasah Tsanawiyah

Negeri Plered dari Nomor Statistik lama menjadi Nomor Statistik baru,

berdasarkan Keputusan Kepala Kantor Kementrian Agama Kabupaten

Purwakarta, Nomor : Kd. 10. 14 / 5 / PP. 00. 5 / 1060 / 2010, yang menerangkan

sebagai berikut :

Nama Madrasah : MTS.N Plered

Alamat : Jl. Raya Warung Kandang

Kecamatan : Plered Formatted: Spanish (Guatemala)

Kabupaten : Purwakarta

Provinsi : Jawa Barat

Nomor Statistik Lama : 211321603002

Dengan ini di berikan Nomor Statistik Madrasah (NSM) Baru :

1 2 1 1 3 2 1 4 0 0 0 2

Untuk lebih jelasnya mengenai perubahan Nomor Statistik Madrasah

(NSM) Tsanawiyah Negeri Plered dapat dilihat pada lampiran.


Formatted: Indent: First line: 0"
55

2. Identitas

a. Nama Madrasah : MTsN. Plered

b. NSM : 121132140002

c. Alamat : Jl. Raya Warungkandang

Desa : Cibogohilir

Kecamatan : Plered

Kabupaten : Purwakarta

Propinsi : Jawa Barat

d. Nomor Telepon : (0264)272656

e. Nama Kepala Madrasah : Drs. H. Uung Ma’sum

f. Status Negeri Nomor : 515 A

g. Tahun Berdiri : 1995

h. Status Akreditasi : B

i. Tahun Akreditasi Terakhir : 2005

j. Waktu Penyelengaraan : Pagi

k. Mulai Pukul : 07.00 s/d 13.20 WIB Formatted: Font color: Auto, Spanish (Guatemala)
Formatted: Spanish (Guatemala)
l. Luas Gedung : 1.298 m2 Formatted: Font color: Auto, Spanish (Guatemala)
Formatted: Spanish (Guatemala)
m. Luas Tanah : 5.417m2 Formatted: Font color: Auto, Spanish (Guatemala)
Formatted: Spanish (Guatemala)
n. Kondisi Gedung : Permanen
Formatted: Font color: Auto, Spanish (Guatemala)
Formatted: Spanish (Guatemala)
o. Status Bangunan : Pemerintah
Formatted: Font color: Auto, Spanish (Guatemala)

p. Surat Izin Bangunan : Nomor : 509/DISBANG.144/IMB/1999 Formatted: Spanish (Guatemala)


Formatted: Font color: Auto, Spanish (Guatemala)
r. Luas Seleruh Bangunan : 1.276 m2 Formatted: Spanish (Guatemala)

s. Nomor Rekening Madrasah : 0018-055599-100 Bank Jabar Cabang Formatted: Font color: Auto, English (United States)

Formatted: English (United States)


Purwakarta Formatted: Indent: First line: 0"
56

3. Visi Dan Misi

a. Visi

“ Madrasah yang islami, unggul dan kreatif ”

b. Misi

1) Meningkatkan sumber daya manusia yang bermutu dan islami

2) Menjadikan madrasah yang favorit di lingkungan kecamatan Plered

3) Meningkatkan nilai akademis dan non akademis

4) Meningkatkan kinerja Profesionalisme tenaga pendidik dan kependidikan

5) Menciptakan Life Skill siswa yang bermutu dan bermartabat

6) Menciptakan lingkungan yang bersih dan nyaman.

4. Data Siswa

Tabel 4.1 Formatted: Font: Bold


Keadaan Siswa MTs Negeri Plered

Keadaan Siswa Bulan Lalu Keadaan Siswa Bulan Ini


Kelas
L P J Rombel L P J Rombel DO Pindah
1 1 2 1 1 2
VII 5 5 - -
01 30 31 01 30 31
1 9 2 1 9 2
VIII 5 5 - -
08 3 01 08 3 01
9 1 1 9 1 1
IX 5 5 - -
5 02 97 5 02 97
3 3 6 3 3 6
Total 15 15 -
04 25 29 04 25 29

5. Data Tenaga Pendidik Dan Kependidikan

Tabel 4.2
Rekapitulasi Tenaga Pendidik dan Kependidikan Formatted: Indent: First line: 0"
57

Pendidikan Terakhir Jml


S
No Uraian <SLTA D1 D2 D3 S1 Formatted Table
2
L P L P L P L LP P L P

1 Guru PNS NIP.15 - - - - - - - 9- 8 - - 17

2 Guru PNS NIP.13 - - - - - - - -- - - - -

3 Guru Non-PNS - - - - - - - 7- 4 - - 11

4 TU PNS 1 1 - - - - - 1- - - - 3

5 TU Non-PNS 3 2 - - - - - -- - - - 5

6 PESURUH 3 - - - - - - -- - - -

1
JUMLAH 7 3 - - - - - 17- -
2

6. Data Ruang

Tabel 4.3
Data Ruang
Kondisi Kategori
Jenis Jumlah Ket.
Baik Rusak Kerusakan
Ruang Kepala Sekolah/Madrasah 1 ruang 1 - -
Ruang Guru/Kelas 1 ruang 1 - -
Ruang Kelas 15 ruang 15 - -
Ruang Perpustakaan/ Kelas 1 ruang 1 - -
Ruang Labolatorium/Kelas 1 ruang 1 - -
Ruang Keterampilan - ruang - - -
Lab. Bahasa - ruang - - -
Lab. Komputer - ruang - - -
Ruang Serbaguna - ruang - - -

B. Hasil Penelitian

Sebelum peneliti menyajikan data tentang pengaruh dan manfaat

handphone dalam tabel rekapitulasi, perlu dijelaskan terlebih dahulu aturan

pemberian skor terhadap angket yang disebarkan kepada siswa Madrasah

Tsanawiyah Negeri Plered, Angket yang disebarkan masing – masing variabel


Formatted: Indent: First line: 0"
58

terdiri dari 15 item pertanyaan. Setiap pertanyaan dilengkapi dengan 4 pilihan

jawaban, jika memilih "Sangat setuju" diberi skor 4, memilih "Setuju" diberi skor

3, memilih "Tidak setuju" diberi skor 2, dan memilih "Sangat tidak setuju" diberi

skor 1. Untuk mengetahui ahlak siswa kelas Madrasah Tsanawiyah Negeri

Plered, maka dari keempat kategori itu ditotal nilainya, dan dapat dilihat hasilnya

dari nomor item 1-15. Kemudian dipilih yang terbesar dan di analisa. Seperti

yang telah penulis nyatakan pada bab III, bahwa analisis data tentang rumusan

masalah yang pertama, kedua dan ketiga, disajikan sebagai berikut:

1. Hasil Angket Tentang Variabel X (Kegunaan Handphone)


Berikut ini akan disajikan hasil angket tentang kegunaan Handphone Bagi

Siswa ts Negeri Plered Kabupaten Purwakarta.

Tabel 4.4
Handphone adalah alat komunikasi yang banyak
diminati oleh semua usia termasuk siswa
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 20 50%
Setuju 10 25%
1
Tidak Setuju 7 17,5%
1
Sangat Tidak Setuju 3 7,5%
Jumlah 40 100%
Sumber : Data primer penelitian hasil angket siswa tahun 2013

Berdasarkan hasil angket di atas, tentang Handphone adalah alat komunikasi

yang banyak diminati oleh semua usia, 20 orang responden (50%) menyatakan

sangat setuju, 10 orang responden (25%) menyatakan setuju, 7 orang responden

(17,5%) menyatakan tidak setuju dan 3 orang responden (7,5%) menyatakan

sangat tidak setuju. Hal ini dapat disimpulkan bahwa 30 orang responden (75%)
Formatted: Indent: First line: 0"
59

setuju kalau Handphone adalah alat komunikasi yang banyak diminati oleh semua

usia.

Tabel 4.5
Handphone memberikan kemudahan dalam berkomunikasi

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


Sangat Setuju 15 37,5%
Setuju 13 32,5%
2 Tidak Setuju 7 17,5%
Sangat Tidak Setuju 5 12,5%
Jumlah 40 100%
Sumber : Data primer penelitian hasil angket siswa tahun 2013

Berdasarkan hasil angketdi atas tentang handphone memberikan kemudahan

dalam berkomunikasi, 15 orang responden (37,5%) menyatakan sangat setuju, 13

orang responden (32,5%) menyatakan setuju, 7 orang responden (17,5%)

menyatakan tidak setuju dan 5 orang responden (12,5%) menyatakan sangat tidak

setuju. Hal ini dapat disimpulkan bahwa 28 orang responden (70%) setuju kalau

handphone memberikan kemudahan dalam berkomunikasi.

Tabel 4.6
Handphone dapat melakukan komunikasi dengan tidak mengenal jarak dan waktu

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


Sangat Setuju 18 45%
Setuju 15 37,5%
3 Tidak Setuju 3 7,5%
Sangat Tidak Setuju 4 10%
Jumlah 40 100%
Sumber : Data primer penelitian hasil angket siswa tahun 2013

Berdasarkan hasil angketdi atas tentang Handphone dapat melakukan

komunikasi dengan tidak mengenal jarak dan waktu, 18 orang responden (45%)

menyatakan sangat setuju, 15 orang responden (37,5%) menyatakan setuju, 3

orang responden (7,5%) menyatakan tidak setuju dan 4 orang responden (10%) Formatted: Indent: First line: 0"
60

menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini dapat disimpulkan bahwa 33 orang

responden (82,5%) setuju kalau Handphone dapat melakukan komunikasi dengan

tidak mengenal jarak dan waktu.

Tabel 4.7
Handphone adalah salah satu alat komunikasi yang sedang trend.
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat Setuju
20 50%
Setuju
15 37,5%
4 Tidak Setuju
5 12,5%
Sangat Tidak Setuju
0 0%
Jumlah
40 100%
Berdasarkan hasil angket handphone adalah salah satu alat komunikasi

yang sedang trend, 20 orang responden (50%) menyatakan sangat setuju, 15 orang

responden (37,5%) menyatakan setuju, 5 orang responden (12,5%) menyatakan

tidak setuju dan 0 orang responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini

dapat disimpulkan bahwa 35 orang responden (87,5%) setuju kalau Handphone

adalah salah satu alat komunikasi yang sedang trend.

Tabel 4.8
Hanphone menyediakan semua fasilitas komunikasi
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 15 37,5%
Setuju 15 37,5%
5 Tidak Setuju 10 25%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 40 100%
Sumber : Data primer penelitian hasil angket siswa tahun 2013

Berdasarkan hasil angket hanphone menyediakan semua fasilitas

komunikasi, 15 orang responden (37,5%) menyatakan sangat setuju, 15 orang

responden (37,5%) menyatakan setuju, 10 orang responden (25%) menyatakan

tidak setuju dan 0 orang responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini Formatted: Indent: First line: 0"
61

dapat disimpulkan bahwa 30 orang responden (75%) setuju kalau hanphone

menyediakan semua fasilitas komunikasi. Formatted: Indonesian

Tabel 4.9
Siswa yang tidak memiliki handphone adalah siswa yang tidak gaul

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


Sangat Setuju 0 0%
Setuju 10 25%
6 Tidak Setuju 16 37,5%
Sangat Tidak Setuju 14 32,5%
Jumlah 40 100%
Sumber : Data primer penelitian hasil angket siswa tahun 2013

Berdasarkan hasil angket Siswa yang tidak memiliki handphone adalah

siswa yang tidak gaul, 0 orang responden (0%) menyatakan sangat setuju, 10

orang responden (25%) menyatakan setuju, 16 orang responden (37,5%)

menyatakan tidak setuju dan 14 orang responden (32,5%) menyatakan sangat

tidak setuju. Hal ini dapat disimpulkan bahwa 30 orang responden (75%) tidak

setuju kalau siswa yang tidak memiliki handphone adalah siswa yang tidak gaul.

Tabel 4.10
Handphone membuat orang lebih percaya diri

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


Sangat Setuju 5 12,5%
Setuju 2 5%
7 Tidak Setuju 15 37,5%
Sangat Tidak Setuju 18 45%
Jumlah 40 100%
Sumber : Data primer penelitian hasil angket siswa tahun 2013

Berdasarkan hasil angket handphone membuat orang lebih percaya diri, 5

orang responden (12,5%) menyatakan sangat setuju, 2 orang responden (5%)

menyatakan setuju, 15 orang responden (37,5%) menyatakan tidak setuju dan 18

orang responden (45%) menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini dapat disimpulkan Formatted: Indent: First line: 0"
62

bahwa 33 orang responden (82,5%) tidak setuju handphone membuat orang lebih

percaya diri.

Tabel 4.11
Hubungan persaudaraan dan pertemanan
akan lebih erat dengan adanya handphone

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


Sangat Setuju 14 35%
Setuju 17 42,5%
8 Tidak Setuju 5 12,5%
Sangat Tidak Setuju 4 10%
Jumlah 40 100%
Sumber : Data primer penelitian hasil angket siswa tahun 2013

Berdasarkan hasil angket hubungan persaudaraan dan pertemanan akan

lebih erat dengan adanya handphone, 14 orang responden (35%) menyatakan

sangat setuju, 17 orang responden (42,5%) menyatakan setuju, 5 orang responden

(12,5%) menyatakan tidak setuju dan 4 orang responden (10%) menyatakan

sangat tidak setuju. Hal ini dapat disimpulkan bahwa 31 orang responden (77,5%)

setuju kalau hubungan persaudaraan dan pertemanan akan lebih erat dengan

adanya handphone

Tabel 4.12
Saya tidak bisa hidup tanpa handphone

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


Sangat Setuju 20 50%
Setuju 10 25%
9 Tidak Setuju 10 25%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 40 100%
Sumber : Data primer penelitian hasil angket siswa tahun 2012

Berdasarkan hasil angket saya tidak bisa hidup tanpa handphone, 20 orang
Formatted: Indent: First line: 0"
63

responden (50%) menyatakan sangat setuju, 10 orang responden (25%)

menyatakan setuju, 10 orang responden (25%) menyatakan tidak setuju dan 0

orang responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini dapat disimpulkan

bahwa 30 orang responden (75%) setuju mereka tidak bisa hidup tanpa

handphone.

Tabel 4.13
Handphone bagi saya merupakan kebutuhan primer
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 5 12,5%
Setuju 5 12,5%
10 Tidak Setuju 20 50%
Sangat Tidak Setuju 10 25%
Jumlah 40 100%
Sumber : Data primer penelitian hasil angket siswa tahun 2013

Berdasarkan hasil angket handphone bagi saya merupakan kebutuhan

primer, 5 orang responden (12,5%) menyatakan sangat setuju, 5 orang responden

(12,5%) menyatakan setuju, 20 orang responden (50%) menyatakan tidak setuju

dan 10 orang responden (25%) menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa 30 orang responden (75%) setuju handphone bagi saya

merupakan kebutuhan primer

Tabel 4.14
Handphone bisa membantu saya dalam belajar dan memecahkan segala persoalan

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


Sangat Setuju 13 32,5%
Setuju 15 37,5%
11 Tidak Setuju 10 25%
Sangat Tidak Setuju 2 5%
Jumlah 40 100%
Sumber : Data primer penelitian hasil angket siswa tahun 2013 Formatted: Indent: First line: 0"
64

Berdasarkan hasil angket handphone bisa membantu saya dalam belajar

dan memecahkan segala persoalan, 13 orang responden (32,5%) menyatakan

sangat setuju, 15 orang responden (37,5%) menyatakan setuju, 10 orang

responden (25%) menyatakan tidak setuju dan 2 orang responden (5%)

menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini dapat disimpulkan bahwa 28 orang

responden (70%) setuju kalau handphone bisa membantu mereka dalam belajar

dan memecahkan segala persoalan.

Tabel 4.15
Handphone alat komunikasi yang simpel
karna bentuknya kecil dan bisa dibawa kemana-mana

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


Sangat Setuju 30 75%
Setuju 10 25%
12 Tidak Setuju 0 0%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 40 100%
Sumber : Data primer penelitian hasil angket siswa tahun 2013

Berdasarkan hasil angket handphone alat komunikasi yang simpel karna

bentuknya kecil dan bisa dibawa kemana-mana, 30 orang responden (75%)

menyatakan sangat setuju, 10 orang responden (25%) menyatakan setuju, 0 orang

responden (0%) menyatakan tidak setuju dan 2 orang responden (0%) menyatakan

sangat tidak setuju. Hal ini dapat disimpulkan bahwa 40 orang responden (100%)

setuju handphone alat komunikasi yang simpel karna bentuknya kecil dan bisa

dibawa kemana-mana.

Tabel 4.16
Handphone bukan barang mewah lagi

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


Formatted: Indent: First line: 0"
65

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


Sangat Setuju 10 12,5%
Setuju 20 50%
13 Tidak Setuju 10 12,5%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 40 100%
Sumber : Data primer penelitian hasil angket siswa tahun 2012

Berdasarkan hasil angket handphone bukan barang mewah lagi, 10 orang

responden (12,5%) menyatakan sangat setuju, 20 orang responden (50%)

menyatakan setuju, 10 orang responden (12,5,5%) menyatakan tidak setuju dan 0

orang responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini dapat disimpulkan

bahwa 30 orang responden (75%) setuju kalau handphone bukan barang mewah

lagi.

Tabel 4.17
Handphone dikalangan siswa sudah merupakan kebutuhan

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


Sangat Setuju 15 37,5%
Setuju 20 50%
14 Tidak Setuju 5 12,5%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 40 100%
Sumber : Data primer penelitian hasil angket siswa tahun 2013

Berdasarkan hasil angket handphone dikalangan siswa sudah merupakan

kebutuhan, 15 orang responden (37,5%) menyatakan sangat setuju, 20 orang

responden (50%) menyatakan setuju, 5 orang responden (12,5%) menyatakan

tidak setuju dan 0 orang responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini

dapat disimpulkan bahwa 25 orang responden (62,5%) setuju kalau handphone

dikalangan siswa sudah merupakan kebutuhan.


Formatted: Indent: First line: 0"
66

Tabel 4.18
Handphone dikalangan siswa sebagai media pertemanan
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 20 50%
Setuju 10 25%
15 Tidak Setuju 5 12,5%
Sangat Tidak Setuju 5 12,5%
Jumlah 40 100%
Sumber : Data primer penelitian hasil angket siswa tahun 2013

Berdasarkan hasil angket Handphone dikalangan siswa sebagai media

pertemanan, 20 orang responden (50%) menyatakan sangat setuju, 10 orang

responden (25%) menyatakan setuju, 5 orang responden (12,5%) menyatakan

tidak setuju dan 5 orang responden (12,5%) menyatakan sangat tidak setuju. Hal

ini dapat disimpulkan bahwa 30 orang responden (75%) setuju kalau handphone

dikalangan siswa sebagai media pertemanan.

2. Angket Tentang Variabel Y (Akhlak Siswa)

Untuk mengetahui akhlak siswa siswa kelas kelas VIII MTs Negeri plered,

dapat diketahui dari hasil angket siswa tentang akhlak siswa sebagai berikut:

Tabel 4.19
Saya suka handphone karena bisa membantu saya
memecahkan soal matematika

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


Sangat Setuju 20 50%
Setuju 10 25%
16 Tidak Setuju 5 12,5%
Sangat Tidak Setuju 5 12,5%
Jumlah 40 100%
Sumber : Data primer penelitian hasil angket siswa tahun 2013

Berdasarkan hasil angket Saya suka handphone karena bisa membantu


Formatted: Indent: First line: 0"
67

saya memecahkan soal matematika, 20 orang responden (50%) menyatakan

sangat setuju, 10 orang responden (25%) menyatakan setuju, 5 orang responden

(12,5%) menyatakan tidak setuju dan 5 orang responden (12,5%) menyatakan

sangat tidak setuju. Hal ini dapat disimpulkan bahwa 30 orang responden (75%)

setuju kalau mereka suka handphone karena bisa membantu saya memecahkan

soal matematika. Formatted: Indonesian

Tabel 4.20
Handphone memberikan saya penyegaran karena dengan
adanya handphone saya bisa smsan ketika ada pelajaran yang sulit

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


Sangat Setuju 20 50%
Setuju 10 25%
1
Tidak Setuju 5 12,5%
17
Sangat Tidak Setuju 5 12,5%
Jumlah 40 100%
Sumber : Data primer penelitian hasil angket siswa tahun 2012

Berdasarkan hasil angket Handphone memberikan saya penyegaran karena

dengan adanya handphone saya bisa smsan ketika ada pelajaran yang sulit, 20

orang responden (50%) menyatakan sangat setuju, 10 orang responden (25%)

menyatakan setuju, 5 orang responden (12,5%) menyatakan tidak setuju dan 5

orang responden (12,5%) menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa 30 orang responden (75%) setuju kalau Handphone

memberikan mereka penyegaran karena dengan adanya handphone mereka bisa

smsan ketika ada pelajaran yang sulit.

Tabel 4.21
Handphone memberikan kemudahan bagi saya untuk saling berkirim
gambar forno, atau foto – foto seksi
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Formatted: Indent: First line: 0"
68

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


Sangat Setuju 19 47,5%
Setuju 15 37,5%
18 Tidak Setuju 6 15%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 40 100%
Sumber : Data primer penelitian hasil angket siswa tahun 2012

Berdasarkan hasil angket dengan handphone memberikan kemudahan bagi

saya untuk saling berkirim gambar forno, atau foto-foto seksi, 19 orang responden

(47,5%) menyatakan sangat setuju, 15 orang responden (37,5%) menyatakan

setuju, 6 orang responden (15%) menyatakan tidak setuju dan 0 orang responden

(0%) menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini dapat disimpulkan bahwa 34 orang

responden (85%) setuju handphone memberikan kemudahan bagi mereka untuk

saling berkirim gambar forno, atau foto – foto seksi.

Tabel 4.22
Handphone adalah salah satu alat komunikasi yang sedang trend di
kalangan siswa, sehingga saya tidak usah lagi berkunjung ke tempat nenek,
paman, ataupun orang tua saya cukup dengan kirim sms atau telepon saja

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


Sangat Setuju 0 0%
Setuju 10 25%
19 Tidak Setuju 20 50%
Sangat Tidak Setuju 10 12,5%
Jumlah 40 100%
Sumber : Data primer penelitian hasil angket siswa tahun 2012

Berdasarkan hasil angket tentang handphone adalah salah satu alat

komunikasi yang sedang trend di kalangan siswa, sehingga saya tidak usah lagi

berkunjung ke tempat nenek, paman, ataupun orang tua saya cukup dengan kirim

sms atau telepon saja. 0 orang responden (0%) menyatakan sangat setuju, 10 orang
Formatted: Indent: First line: 0"
69

responden (25%) menyatakan setuju, 20 orang responden (50%) menyatakan tidak

setuju dan 10 orang responden (12,5%) menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini

dapat disimpulkan bahwa 30 orang responden (75%) tidak setuju kalau handphone

adalah salah satu alat komunikasi yang sedang trend di kalangan siswa, sehingga

saya tidak usah lagi berkunjung ke tempat nenek, paman, ataupun orang tua saya

cukup dengan kirim sms atau telepon saja.

Tabel 4.23
Handphone menyediakan semua fasilitas komunikasi seperti SMS, MMS,
VMS, E- mail, FB, Twiter dan lainnya. Sehingga kalau ada video sure saya bisa
saling berbagi dengan teman saya

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


Sangat Setuju 20 20%
Setuju 20 20%
20 Tidak Setuju 0 0%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 40 100%
Sumber : Data primer penelitian hasil angket siswa tahun 2012

Berdasarkan hasil angket tentang handphone menyediakan semua fasilitas

komunikasi seperti SMS, MMS, VMS, E- mail, FB, Twiter dan lainnya. Sehingga

kalau ada video sure saya bisa saling berbagi dengan teman saya. 20 orang

responden (50%) menyatakan sangat setuju, 20 orang responden (50%)

menyatakan setuju, 0 orang responden (0%) menyatakan tidak setuju dan 0 orang

responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini dapat disimpulkan bahwa

40 orang responden (100%) setuju kalau handphone menyediakan semua fasilitas

komunikasi seperti SMS, MMS, VMS, E- mail, FB, Twiter dan lainnya. Sehingga

kalau ada video sure mereka bisa saling berbagi dengan teman mereka.

Tabel 4.24
Formatted: Indent: First line: 0"
70

Siswa yang tidak memiliki handphone adalah siswa yang tidak gaul

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


Sangat Setuju 20 50%
Setuju 10 25%
21 Tidak Setuju 5 12,5%
Sangat Tidak Setuju 5 12,5%
Jumlah 40 100%
Sumber : Data primer penelitian hasil angket siswa tahun 2013

Berdasarkan hasil angket siswa yang tidak memiliki handphone adalah

siswa yang tidak gaul, 20 orang responden (50%) menyatakan sangat setuju, 10

orang responden (25%) menyatakan setuju, 5 orang responden (12,5%)

menyatakan tidak setuju dan 5 orang responden (12,5%) menyatakan sangat tidak

setuju. Hal ini dapat disimpulkan bahwa 30 orang responden (75%) setuju kalau

Siswa yang tidak memiliki handphone adalah siswa yang tidak gaul.

Tabel 4.25
Dengan memiliki handphone membuat orang lebih percaya diri dalam mengisi
soal-soal hitungan karena saya bisa pakai fasilitas kalkulator pada handphone
Handphone dikalangan siswa sudah merupakan kebutuhan

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


Sangat Setuju 15 37,5%
Setuju 20 50%
22 Tidak Setuju 5 12,5%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 40 100%
Sumber : Data primer penelitian hasil angket siswa tahun 2013

Berdasarkan hasil angket dengan memiliki handphone membuat orang lebih

percaya diri dalam mengisi soal – soal hitungan karena saya bisa pakai fasilitas

kalkulator pada handphone, 15 orang responden (37,5%) menyatakan sangat

setuju, 20 orang responden (50%) menyatakan setuju, 5 orang responden (12,5%)


Formatted: Indent: First line: 0"
71

menyatakan tidak setuju dan 0 orang responden (0%) menyatakan sangat tidak

setuju. Hal ini dapat disimpulkan bahwa 25 orang responden (62,5%) setuju kalau

Dengan memiliki handphone membuat orang lebih percaya diri dalam mengisi

soal – soal hitungan karena mereka bisa pakai fasilitas kalkulator pada handphone.

Tabel 4.26
Saya suka lalai dalam belajar karena asyik smsan

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


Sangat Setuju 12 30%
Setuju 18 45%
23 Tidak Setuju 5 12,5%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 40 100%
Sumber : Data primer penelitian hasil angket siswa tahun 2013

Berdasarkan hasil angket Saya suka lalai dalam belajar karena asyik smsan. 12

orang responden (30%) menyatakan sangat setuju, 18 orang responden (45%)

menyatakan setuju, 5 orang responden (12,5%) menyatakan tidak setuju dan 0

orang responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini dapat disimpulkan

bahwa 30 orang responden (75%) setuju kalau mereka suka lalai dalam belajar

karena asyik smsan.

Tabel 4.27
Saya lalai untuk mengerjakan shalat karena asyik smsan

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


Sangat Setuju 17 42,5%
Setuju 15 37,5%
24 Tidak Setuju 8 20%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 40 100%
Sumber : Data primer penelitian hasil angket siswa tahun 2013

Berdasarkan hasil angket Saya lalai untuk mengerjakan shalat karena asyik

smsan. 17 orang responden (42,5%) menyatakan sangat setuju, 15 orang Formatted: Indent: First line: 0"
72

responden (37,5%) menyatakan setuju, 8 orang responden (20%) menyatakan

tidak setuju dan 0 orang responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini

dapat disimpulkan bahwa 32 orang responden (80%) setuju kalau mereka lalai

untuk mengerjakan shalat karena asyik sms-an.

Tabel 4.28
Saya tidak peduli ibu saya teriak-teriak memanggil saya
karena saya asyik menerima telepon

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


Sangat Setuju 13 32,5%
Setuju 19 47,5%
25 Tidak Setuju 8 20%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 40 100%
Sumber : Data primer penelitian hasil angket siswa tahun 2013

Berdasarkan hasil angket saya tidak peduli ibu saya teriak – teriak

memanggil saya karena saya asyik menerima telepon. 13 orang responden (32,5%)

menyatakan sangat setuju, 19 orang responden (77,5%) menyatakan setuju, 8

orang responden (20%) menyatakan tidak setuju dan 0 orang responden (0%)

menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini dapat disimpulkan bahwa 32 orang

responden (80%) setuju kalau mereka tidak peduli ibu saya teriak – teriak

memanggil mereka karena mereka asyik menerima telepon.

Tabel 4.29
Handphone bagi saya adalah malaikat penolong

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


Sangat Setuju 10 25%
Setuju 23 57,5%
26
Tidak Setuju 7 17,5%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Formatted: Indent: First line: 0"
73

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


Jumlah 40 100%
Sumber : Data primer penelitian hasil angket siswa tahun 2013

Berdasarkan hasil angket handphone bagi saya adalah malaikat penolong. 10

orang responden (25%) menyatakan sangat setuju, 23 orang responden (57,5%)

menyatakan setuju, 7 orang responden (17,5%) menyatakan tidak setuju dan 0 orang

responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini dapat disimpulkan bahwa 33

orang responden (82,5%) setuju kalau Handphone bagi mereka adalah malaikat

penolong.

Tabel 4.30
Handphone telah menjadikan saya lupa akan kewajiban saya untuk belajar

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


Sangat Setuju 10 25%
Setuju 10 25%
27 Tidak Setuju 10 25%
Sangat Tidak Setuju 10 25%
Jumlah 40 100%
Sumber : Data primer penelitian hasil angket siswa tahun 2013

Berdasarkan hasil angket handphone telah menjadikan saya lupa akan

kewajiban saya untuk belajar. 10 orang responden (25%) menyatakan sangat

setuju, 10 orang responden (25%) menyatakan setuju, 10 orang responden (25%)

menyatakan tidak setuju dan 10 orang responden (25%) menyatakan sangat tidak

setuju. Hal ini dapat disimpulkan bahwa 20 orang responden (50%) setuju kalau

handphone telah menjadikan mereka lupa akan kewajiban mereka untuk belajar.

Tabel 4.31
Handphone kini telah menjadikan siswa tidak hormat lagi pada guru karena kerap
sekali mereka tidak masuk sekolah cukup dengan menulis sms pada gurunya

Formatted: Indent: First line: 0"


74

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


Sangat Setuju 11 27,5%
Setuju 24 60%
28 Tidak Setuju 3 7,5%
Sangat Tidak Setuju 2 2,5%
Jumlah 40 100%
Sumber : Data primer penelitian hasil angket siswa tahun 2013

Berdasarkan hasil angket handphone kini telah menjadikan siswa tidak

hormat lagi pada guru karena kerap sekali mereka tidak masuk sekolah cukup

dengan menulis sms pada gurunya. 11 orang responden (27,5%) menyatakan

sangat setuju, 24 orang responden (60%) menyatakan setuju, 3 orang responden

(7,5%) menyatakan tidak setuju dan 2 orang responden (2,5%) menyatakan sangat

tidak setuju. Hal ini dapat disimpulkan bahwa 35 orang responden (87,5%) setuju

kalau handphone kini telah menjadikan siswa tidak hormat lagi pada guru karena

kerap sekali mereka tidak masuk sekolah cukup dengan menulis sms pada

gurunya. Formatted: Indonesian

Formatted: English (United States)

Tabel 4.32
Dengan adanya handphone banyak siswa yang berbohong pada orang tuanya
minta uang bayaran sekolah padahal untuk membeli pulsa

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


Sangat Setuju 15 37,5%
Setuju 14 35%
29 Tidak Setuju 11 27,5%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 40 100%
Sumber : Data primer penelitian hasil angket siswa tahun 2013

Berdasarkan hasil angket dengan adanya handphone banyak siswa yang

berbohong pada orang tuanya minta uang bayaran sekolah padahal untuk membeli Formatted: Indent: First line: 0"
75

pulsa. 15 orang responden (37,5%) menyatakan sangat setuju, 14 orang responden

(35%) menyatakan setuju, 11 orang responden (27,5%) menyatakan tidak setuju

dan 0 orang responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa 29 orang responden (72,5%) setuju kalau dengan adanya

handphone banyak siswa yang berbohong pada orang tuanya minta uang bayaran

sekolah padahal untuk membeli pulsa.

Tabel 4.33
Handphone di kalangan siswa sebagai media pertemanan,
dan media untuk janjian dengan pacarnya

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase


Sangat Setuju 10 25%
Setuju 12 30%
30 Tidak Setuju 15 37,5%
Sangat Tidak Setuju 3 7,5%
Jumlah 40 100%
Sumber : Data primer penelitian hasil angket siswa tahun 2013

Berdasarkan hasil angket handphone di kalangan siswa sebagai media

pertemanan, dan media untuk janjian dengan pacarnya. 10 orang responden (25%)

menyatakan sangat setuju, 12 orang responden (30%) menyatakan setuju, 15 orang

responden (37,5%) menyatakan tidak setuju dan 3 orang responden (7,5%)

menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini dapat disimpulkan bahwa 22 orang

responden (55%) setuju kalau handphone di kalangan siswa sebagai media

pertemanan, dan media untuk janjian dengan pacarnya.

B. Pengaruh Penggunaan Handphone terhadap Akhlak Siswa

Formatted: Indent: First line: 0"


76

Sebelum dilakukan analisis data hasil penelitian dilakukan perlu dilakukan

tahap-tahap pengujian data, yang akan dipaparkan berikut ini.

1. Deskripsi Analisis Hasil Uji Validatas dan Reliabilitas Instrumen Kuesioner

Uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian menjadi hal penting

untuk menunjukkan bahwa instrumen penelitian yang kita buat merupakan

instrumen yang valid dan reliabel. Valid artinya instrumen secara sah dapat

digunakan untuk mengukur kemampuan atau tujuan penelitian tertentu, sedangkan

reliabel artinya instrumen tersebut selalu tetap jika diukur pada responden dan

dalam waktu yang berbeda. Dalam penelitian terdapat 2 (dua) variabel yang

masing-masing tertuang dalam instrument penelitian, yaitu instrumen kuesioner

penggunaan handphone (HP) dan akhlak siswa. Berikut analisis hasil uji validitas

dan reliabilitas masing-masing intrumen.

a. Instrumen Kuesioner Penggunaan HP

Pada tabel hasil uji validitas kuesioner di bawah ini terlihat bahwa semua

pernyataan menunjukkan nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel = 0,3120

dengan df = (n-2) = (40-2) = 38 pada alpha 0,05. Oleh karena r hitung > r tabel

maka semua item pernyataan tersebut valid.

Tabel 4.34
Hasil Uji Validitas Kuesioner Penggunaan HP

Variabel Item r hitung r tabel Keterangan


1 0.698 0.312 Valid
2 0.529 0.312 Valid
3 0.565 0.312 Valid
Penggunaan HP
4 0.688 0.312 Valid
(X)
5 0.749 0.312 Valid
6 0.653 0.312 Valid
7 0.712 0.312 Valid Formatted: Indent: First line: 0"
77

Variabel Item r hitung r tabel Keterangan


8 0.801 0.312 Valid
9 0.637 0.312 Valid
10 0.613 0.312 Valid
11 0.623 0.312 Valid
12 0.671 0.312 Valid
13 0.602 0.312 Valid
14 0.359 0.312 Valid
15 0.484 0.312 Valid

Pada tabel di atas terlihat bahwa semua pernyataan menunjukkan nilai r

hitung lebih besar dari nilai r tabel = 0,312 dengan df = (n-2) = (40-2) =38 pada

alpha 0,05. Oleh karena r hitung > r tabel maka semua item pernyataan

kuesioner penggunan HP adalah valid. Adapun uji reliabilitas instrumen

ditunjukkan dengan tabel di bawah ini:

Tabel 4.35
Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Penggunaan HP

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.616 15

Dari tabel tersebut terlihat bahwa nilai cronbach alpha adalah 0,616

Karena 0,616 > 0,60, maka kuesioner penggunaan HP sudah reliabel

b. Instrumen Akhlak Siswa

Hasil Uji validitas instrumen kuesioner Akhlak siswa dengan SPSS

ditunjukkan dengan tabel di bawah ini:

Tabel 4.36
Hasil Uji Validitas Kuesioner Akhlak Siswa Formatted: Indent: First line: 0"
78

Variabel Item r hitung r tabel Keterangan


1 0.408 0.312 Valid
2 0.587 0.312 Valid
3 0.487 0.312 Valid
4 0.771 0.312 Valid
5 0.642 0.312 Valid
6 0.838 0.312 Valid
7 0.733 0.312 Valid
Akhlak Siswa
8 0.645 0.312 Valid
(Y)
9 0.752 0.312 Valid
10 0.750 0.312 Valid
11 0.652 0.312 Valid
12 0.573 0.312 Valid
13 0.391 0.312 Valid
14 0.498 0.312 Valid
15 0.686 0.312 Valid

Pada tabel di atas terlihat bahwa semua pernyataan menunjukkan nilai r

hitung lebih besar dari nilai r tabel = 0,312 dengan df = (n-2) = (40-2) =38 pada

alpha 0,05. Oleh karena r hitung > r tabel maka semua item pernyataan kuesioner

Akhlak Siswa adalah valid. Adapun uji reliabilitas instrumen ditunjukkan dengan

tabel di bawah ini:

Tabel 4.37
Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Akhlak Siswa

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.638 15

Dari tabel tersebut terlihat bahwa nilai cronbach alpha adalah 0,638

Karena 0,638 > 0,60, maka kuesioner Akhlak Siswa sudah reliabel

Formatted: Indent: First line: 0"


79

2. Pengaruh handphone terhadap akhlak siswa di MTs Negeri Plered

Sebagai pendahuluan dalam proses pengolahan data adalah

mempersiapkan data. Untuk mendapatkan data yang diperlukan, peneliti

menggunakan instrument berupa kuesioner kepada responden telah ditentukan.

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik personally administered

questionnaires, yaitu kuesioner disampaikan dan dikumpulkan secara langsung

oleh peneliti. Penyebaran kuesioner dimaksudkan untuk mendapatkan data umum

mengenai penggunaan HP, untuk mendapatkan gambaran variabel manakah yang

paling mempengaruhi terhadap kesetiaan konsumen.

Dari pembahasan di atas maka yang menjadi variabel terikatnya adalah

akhlak siswa (Y), sedangkan penggunaan HP (X) merupakan variabel bebas.

Oleh karena itu, Model regresinya sebagai berikut:

Y = a + bX

Dimana :

Y = Variabel Response atau Variabel Akibat (Dependent)

X = Variabel Predictor atau Variabel Faktor Penyebab (Independent)

a = konstanta

b = koefisien regresi (kemiringan); besaran Response yang ditimbulkan oleh

Predictor.

Guna mengestimasi persamaan dari model di atas dengan software SPSS,

maka data yang dimiliki harus di susun sebagai berikut:

Tabel 4.38
Tabulasi Data Variabel Bebas dan Terikat
Formatted: Indent: First line: 0"
80

Variabel X (Penggunaan Variabel Y (Akhlak


Pernyataan/Pertanyaan
HP) Siswa)
1 152 152
2 158 173
3 159 184
4 163 178
5 159 182
6 165 179
7 156 176
8 161 177
9 161 176
10 160 172
11 159 159
12 164 159
13 156 161
14 162 162
15 154 154

a. Pengujian Asumsi Klasik

Pada tahap ini dilakukan uji asumsi klasik terhadap data yang sudah ada

untuk mengetahui normalitas, heteroskedastisitas, dan multikolinearitas dari

model regresi yang dibentuk.

1) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Hasil Uji

normalitas dapat dilihat dari gambar Normal P-P Plot dibawah ini:

Formatted: Indent: First line: 0"


81

Gambar 4.4
Gambar 4.1
P-P Plot Uji Normalitas

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa sebaran titik-titik relatif mendekati

garis lurus, sehingga dapat disimpulkan bahwa data residual terdistribusi normal.

2) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain. Jika

varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas (Ghozali, 2009:125).

Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas dan tidak terjadi

heteroskedastisitas. Hasil Uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada gambar

Scatterplot seperti gambar di bawah ini:

Formatted: Indent: First line: 0"


82

Gambar 4.2
Scatter Plot Uji Heteroskedastisitas

Dari gambar di atas terlihat bahwa sebaran titik-titik tidak membentuk suatu pola

atau alur tertentu, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

heteroskedastisitas atau dengan kata lain terjadi homoskedastisistas. Asumsi

klasik tentang heteroskedastisitas ini terpenuhi, yaitu terbebas dari

heteroskedastisitas.

b. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh

Penggunaan HP terhadap akhlak siswa melalui analisis regresi linier sederhana.

Secara umum rumus persamaan regresi linier sederhana adalah Y = a + bX .

Formatted: Indent: First line: 0"


83

Sementara untuk mengetahui nilai koefisien regresi tersebut dapat berpedoman

pada output yang berada pada tebel coefficients berikut:

Tabel 4.39
Output Regresi Sederhana

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 30.255 8.078 3.745 .001

Penggunaan HP .558 .135 .558 4.144 .001

a. Dependent Variable: Akhlak Siswa

a = angka konstan dari Unstandardized Coefficients, dalam kasus ini

nilainya sebesar 30,255. Angka ini merupakan angka konstan yang mempunyai

arti bahwa jika siswa menggunakan HP (X) maka nilai konsisten akhlak siswa

(Y) sebesar 30,255.

b = angka koefisien regresi, nilainya sebesar 0,558. Angka ini

mengandung arti setiap penambahan 1% tingkat penggunaan HP (X), maka

akhlak siswa akan meningkat sebesar 0,558

Karena nilai koefisien regresi bernilai positif (+), maka dengan demikian

dapat dikatakan bahwa penggunaan HP (X), berpengaruh positif terhadap akhlak

siswa. Sehingga persamaan regresinya adalah: Y = 30,255 + 0,558 X

Uji hipotesis atau uji pengaruh berfungsi untuk mengetahui apakah

koefisien regresi tersebut signifikan atau tidak. Hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini adalah:

Formatted: Indent: First line: 0"


84

Untuk memastikan apakah koefisien regresi tersebut signifikan atai tidak

(dalam arti variabel X berpengaruh terhadap variabel Y) dapat melakukan uji

hipotesis dengan cara membandingkan dengan nilai signifikansi (Sig.) dengan

probabilitas 0,05 atau dengan cara lain yakni membandingkan nilai t hitung dengan

t table.

Adapun yang menjadi dasar pengembilan keputusan dalam analisis

regresi dengan melihat nilai signifikansi (Sig.) hasil output SPSS adalah:

1. Jika nilai signifikansi (Sig.) lebih kecil < dari probabilitas 0,05

mengandung arti bahwa ada pengaruh penggunaan HP (X) terhadap

Akhlak siswa (Y).

2. Sebaliknya jika nilai signifikansi (Sig.) lebih besar > dari probabilitas

0,05, mengandung arti bahwa tidak ada pengaruh penggunaan HP (X)

terhadap akhlak siswa (Y).

Adaput output SPSS berdasarkan data yang telah dikumpulkan melaluai

angket adalah sebagai berikut:

Tabel 4.40
Signifikansi Nilai Sig.
Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 30.255 8.078 3.745 .001

Penggunaan HP .558 .135 .558 4.144 .001

a. Dependent Variable: Akhlak Siswa

Formatted: Indent: First line: 0"


85

Berdasarkan tabel output SPSS di atas daiketahui nilai signifikansi (Sig.)

sebesar 0,001 lebih kecil dari < probabilitas 0,05 sehingga dapat disimpulkan

bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa “ada pengaruh

penggunaan HP (X) terhadap akhlak siswa (Y).

Uji hipotesis dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel atau

sering disebut dengan uji t. Dasar pengambilan keputusan dalam uji t adalah

sebagai berikut:

1. Jika nilai t hitung lebih besar > dari t tabel maka ada pengaruh ada

pengaruh penggunaan HP (X) terhadap akhlak siswa (Y).

2. Sebaliknya jika t hitung lebih kecil < dari t tabel maka tidak ada pengaruh

ada pengaruh penggunaan HP (X) terhadap akhlak siswa (Y).

Berikut adalah hasil output SPSS terhadap uji t yang ditunjukkn pada

tabel di bawah ini.

Tabel 4.41
Uji t
Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 30.255 8.078 3.745 .001

Penggunaan HP .558 .135 .558 4.144 .001

a. Dependent Variable: Akhlak Siswa

Berdasarkan data di atas diketahui nilai t hitung sebesar 4,144, maka

langkah selanjutnya adalah mencari nilai tabel. Adapun rumus mencari nilai tabel
Formatted: Indent: First line: 0"
86

adalah: Nilai a/2 = 0,05/2 = 0,025. Derajat kebebasan (df) adalah n-2 = 40-2 =

38. Kemudian dikonsultasikan dengan tabel t maka didapat nilai t tabel adalah

2.024. Karena nilai t hitung sebesar 4,144 lebih besar dari > 2, 024 sehingga

dapat disimpulkan bahwa H0 ditilak dan Ha diterima, yang berarti bahwa “ada

pengaruh penggunaan HP terhadap akhlak siswa”

Untuk mengetahui besarnya pengaruh penggunaan HP (X) terhadap

akhlak siswa (Y), dalam analisis regresi linier sederhana dapat berpedoman pada

nilai R Square atau R2 yang dapat dilihat pada output SPSS model summary

berikut:

Tabel 4.42
Hasil Uji Koefisen Determinasi

Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate

1 .558a .611 .293 4.48455

a. Predictors: (Constant), Penggunaan HP

Berdasarkan tabel di atas diketahui nilai R Square adalah 0,611, nilai ini

mengandung arti bahwa pengaruh penggunaan HP (X) terhadap akhlak siswa (Y)

adalah sebesar 61,1% sedangkan 38,9% akhlak siswa dipengaruhi oleh variabel

lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Formatted: Justified, Indent: First line: 0.49", Adjust space


between Latin and Asian text, Adjust space between Asian
text and numbers

Formatted: Indent: First line: 0"


87

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh maupun hasil analisis yang telah

dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai pengaruh

penggunaan HP terhadap akhlak siswa, yaitu:

1. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa variabel X mempunyai thitung yaitu

4,144 dengan ttabel = 2,024. Jadi thitung>ttabel dapat disimpulkan bahwa variabel

Formatted: Indent: First line: 0"


88

X memiliki kontribusi terhadap Y. Nilai t positif menunjukkan bahwa variabel

X1 mempunyai hubungan yang searah dengan Y. Jadi dapat disimpulkan

penggunaan HP memiliki pengaruh signifikan terhadap akhlak siswa.

2. Hasil penelitian ini diperoleh nilai R Square adalah 0,611, nilai ini

mengandung arti bahwa pengaruh penggunaan HP (X) terhadap akhlak siswa

(Y) adalah sebesar 61,1% sedangkan 38,9% akhlak siswa dipengaruhi oleh

variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka implikasi dari penelitian ini adalah

Sebagai berikut:

1. Bagi Siswa

a) Siswa hendaknya mencari buku penunjang pembelajaran seperti modul

dan LKS untuk menambah ilmu pengetahuan, siswa juga hendaknya

mengulang kembali materi yang telah di ajarkan di sekolah agar lebih

paham dan mendalami materi yang disampaikan oleh bapak/ibu guru.

Siswa perlu membaca materi yang belum diajarkan di sekolah agar supaya

saat guru sedang menjelaskan siswa sudah memahami sedikit materi

pelajaran.

b) Siswa sebaiknya dapat mengontrol menggunakan handphone saat berada

di sekolah. Saat pembelajaran berlangsung siswa sebaiknya tidak

menggunakan atau tidak mengaktifkan handphone supaya dapat

berkonsentrasi dengan baik dan mendapatkan hasil belajar yang maksimal.

Formatted: Indent: First line: 0"


89

2. Bagi Pihak Sekolah

c) Kepala Sekolah

Kepala sekolah beserta pengurus kesiswaan sebaiknya membuat

peraturan penggunaan handphone di sekolah seperti mengumpulkan dan

meletakkan handphone siswa pada loker tertentu ketika jam pembelajaran

berlangsung.

d) Guru

Guru sebaiknya ikut mengawasi penggunaan handphone siswa

selama berada di kelas atau saat pembelajaran berlangsung. Guru juga

sebaiknya mengontrol kelas yang memiliki jam kosong agar suasana

belajar lebih kondusif.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini hanya meneliti satufaktor yang mempengaruhi akhlak siswa

yaitu penggunaan handphone. Variabel tersebut memberi pengaruh sebesar

61,1% sedangkan sisanya faktor lain yang tidak diteliti. Oleh karena itu perlu

adanya penelitian lain yang mengungkap 38,9% faktor lain yang

mempengaruhi akhlak siswa.

Formatted: Justified, Right: 0", Adjust space between Latin


and Asian text, Adjust space between Asian text and numbers

Formatted: Indent: First line: 0"

Anda mungkin juga menyukai