Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kenyamanan berkendara sudah menjadi tuntutan bagi para pengendara
maupun penumpang. Kondisi ideal yang ingin diperoleh dalam kenyamanan adalah
dalam kabin kendaraan yang diam ditempat walaupun ada gangguan yang
disebabkan ketidak rataan jalan. Tetapi kondisi ini tidaklah mungkin dicapai,
sehingga pendekatan yang ditempuh adalah meminimumkan efek gangguan yang
berupa ketidak rataan jalan dengan memasang sistem suspensi independen diantara
roda dan kendaraan.Sistem suspensi independen pada kendaraan memegang
peranan penting dalam memperoleh kenyamanan, selain dapat mempengaruhi
kestabilan kendaraan dan daya lekat ban pada jalan, sistem suspensi independen
berfungsi juga untuk mengurangi getaran pada kabin kendaraan yang disebabkan
oleh ketidak rataan jalan. Ahmad Nur Fazar (2017:26)
Getaran yang terjadi pada mesin-mesin biasanya menimbulkan efek yang
tidak dikehendaki; seperti ketidak nyamanan, ketidak tepatan dalam pengukuran
atau rusaknya struktur mesin. Getaran terjadi karena adanya eksitasi baik yang
berasal dari dalam maupun dari luar sistem akan tetapi efek getaran yang
ditimbulkannya sangat tergantung dari frekuensi eksitasi tersebut dan elemen-
elemen dari sistem getaran itu sendiri Joni Dewanto, (1999:156).
Pembuatan suatu suspensi, harus mengetahui dengan baik karakteristik fase
terdispersi dan medium dispersinya. Beberapa hal fase terdispersi mempunyai
afinitas terhadap pembawa untuk digunakan dan dengan mudah ”dibasahi” oleh
pembawa tersebut selama penambahannya. Obat yang tidak dipenetrasi dengan
mudah oleh pembawa tersebut dan mempunyai kecenderungan untuk bergabung
menjadi satu atau mengambang di atas pembawa tersebut. Dalam hal yang terakhir,
serbuk mula-mula harus dibasahi dahulu dengan apa yang disebut ”zat pembasah”
agar serbuk tersebut lebih bisa dipenetrasi oleh medium dispersi. Alkohol, gliserin,
dan cairan higroskopis lainnya digunakan sebagai zat pembasah bila suatu
pembawa air akan digunakan sebagai fase dispersi. Bahan-bahan tersebut berfungsi

1
menggantikan udara dicelah-celah partikel, mendispersikan partikel tersebut dan
kemudian menyebabkan terjadinya penetrasi medium dispersi ke dalam serbuk.
Pembuatan suspensi skala besar, zat pembasah dicampur dengan partikel-
partikel menggunakan suatu alat seperti penggiling koloid (coloid mill), pada skala
kecil, bahan-bahan tersebut dicampur dengan mortir dan stamper. Begitu serbuk
dibasahi, medium dispersi (yang telah ditambah semua komponen-komponen
formulasi yang larut seperti pewarna, pemberi rasa, dan pengawet) ditambah
sebagian-sebagian ke serbuk tersebut, dan campuran itu dipadu secara merata
sebelum penambahan pembawa berikutnya. Sebagian dari pembawa tersebut
digunakan untuk mencuci alat-alat pencampur agar bebas dari suspenoid, dan
bagian ini digunakan untuk mencukupi volume suspensi dan menjamin bahwa
suspensi tersebut mengandung konsentrasi zat padat yang diinginkan.

1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui peredaman dalam mobil sedan.
b. Mengetahui proses pembuatan sediaan suspense

1.3 Manfaat
a. Mengetahui kekurangan dan kelebihan sediaan suspense
b. Memahami proses pembuatan suspense
c. Mengetahui macam-macam golongan sediaan suspensi
d. Mengetahui bahan yang baik untuk sediaan suspense

2
BAB II
TEORI DASAR GETARAN

2.1. Pengertian
Getaran mekanik dapat didefinisikan sebagai gerak osilasi dari sistem
mekanik di sekitar titik/posisi seimbang. Getaran terjadi karena adanya gaya
eksitasi. Hampir semua mesin yang bergerak akan bergetar meskipun mungkin
intensitasnya sangat kecil. Karena secara praktis tidak mungkin menghilangkan
eksitasi getaran sama sekali. Eksitasi dapat terjadi karena adanya
ketidakseimbangan pada mesin itu sendiri atau dari sumber di luar mesin.
Terjadinya getaran sangat tidak diinginkan karena getaran dapat mengganggu
kenyamanan, menimbulkan ketidak presisian atau menurunkan kwalitas kerja
mesin-mesin perkakas. Bahkan getaran juga dapat merusak konstruksi mesin.
Untuk itu banyak upaya dilakukan untuk meredam getaran.
Meredam getaran pada dasarnya dapat dilakukan dengan meminimalkan
gaya gaya eksitasi akan tetapi juga dapat dilakukan dengan memasang sistem
peredam. Getaran yang terjadi biasanya karena gaya-gaya tersebut dapat diredam
tanpa mengubah besarnya gaya eksitasi yang diberikan. Getaran yang dibahas
dimodelkan sebagai sistem massa diskret dan dinyatakan sebagai persamaan gerak
(simpangan) dari massa tersebut. Untuk itu meredam getaran berarti menurunkan
simpangan massa yang terjadi karena gaya eksitasi getaran.

2.2. Elemen Sistem Getaran


Elemen-elemen dari sistem getaran ditunjukkan sebagaimana gambar 1 di
bawah. Masing-masing diidealisasikan sebagai massa(m), pegas (k), peredam ©,
dan eksitasi (F). Tiga elemen pertama menunjukkan kondisi fisik dari sistem.
Keadaan fisik suatu sistem dapat dinyatakan sebagai massa, pegas dan peredam
yang tersusun misalnya seperti pada gambar 1. Massa (m) diasumsikan sebagai
body kaku (rigid) yang tidak memiliki elastisitas dan redaman. Sebaliknya pegas
juga dianggap hanya memiliki elastisitas (k) saja sehingga massa dan redamannya
diabaikan. Demikian halnya, peredam juga dianggap hanya memiliki sifat redaman
saja.

3
Persamaan gerak massa (m) merupakan respon karena adanya eksitasi gaya (F).
Karakteristik getaran biasanya ditunjukkan sebagai persamaan perpindahan, bukan
persamaan kecepatan ataupun persamaan percepatan dari massa (m). Gaya pegas
terjadi hanya jika terdapat defleksi relatif antara kedua ujung-ujungnya. Menurut
hukum Hooke's besarnya gaya pegas sebanding dengan defleksi relatif tersebut.
Konstanta kesebandingannya disebut konstanta pegas (k) dan dinyatakan dalam
satuan gaya per satuan panjang. Untuk peredam viscous besarnya gaya redaman
sebanding dengan kecepatan dan faktor kesebandingan disebut koefsien redaman.

2.3. Klasifikasi Getaran


Getaran dapat diklasifikasikan menurut ada tidaknya eksitasi yang bekerja
secara kontinyu, menurut derajat kebebasannya atau menurut sistem massanya.
Menurut klasifikasi yang pertama getaran dibedakan sebagai getaran bebas atau
getaran paksa. Disebut sebagai getaran paksa jika pada sistem getaran terdapat gaya
eksitasi periodik yang bekerja kuntinyu sebagai fungsi waktu. Pada sistem getaran
bebas getaran terjadi karena adanya eksitasi sesaat seperti gaya impulsif atau
adanya simpangan awal.
Menurut derajat kebebasannya getaran dapat dibedakan sebagai getaran
derajat satu, dua, atau n derajat sesuai dengan banyakya koordinat bebas
(independence) yang diperlukan untuk mendefinisikan persamaan gerak sistem
tersebut. Pada sistem getaran massa diskret setiap massa dianggap sebagai bodi
kaku dan tidak mempunyai elastisitas. Sebaliknya pada sistem massa kontinu,
massa yang bergetar tidak dianggap sebagai bodi kaku tetapi mempunyai elastisitas
sehingga dimungkinkan adanya gerak relatif di antara titik-titik pada massa
tersebut. Sistem massa kontinyu memiliki n derajat kebebasan yang tak berhingga.

2.4 Jenis-Jenis Suspensi Pada Kendaraan


Beberapa tipe pegas yang digunakan pada sistem suspensi :
1. Pegas ulir (coil spring), dikenal juga dengan nama 'per keong', jenis yang
digunakan adalah pegas ulir tekan atau pegas ulir untuk menerima beban tekan.
2. Pegas daun (leaf spring), umumnya digunakan pada kendaraan berat atau niaga
dengan sistem suspensi dependen.

4
3. Pegas puntir atau dikenal dengan nama pegas batang torsi (torsion bar spring),
umumnya digunakan pada kendaraan dengan beban tidak terlalu berat.

2.4.1. Komponen suspensi teriri dari:


1. Coil spring
2. Shock Absorber
3. Suspension Arm
4. Ball joint
5. Bushing karet
6. Strut bar
7. Stabilizer bar
8. Lateral kontrol rod
9. Control Arm
10. Bumper

2.4.2. Dua Jenis Suspensi Berdasarkan Kontruksinya:


1. Suspensi poros kaku (suspensi rigid)
Semula semua suspensi mobil menggunakan model ini, bahkan sekarang
pun masih banyak digunakan pada kendaraan berat. Poros kaku (yang tunggal)
dihubungkan ke rangka atau bodi dengan pegas (pagas daun atau pegas koil) dan
shock absorber Jadi, tidak ada lengan-lengan suspensi seperti pada suspensi
independen.
a. Sifat-sifat suspensi rigid (kaku):
• Gerakan salah satu roda mempengaruhi roda yang lain
• Konstruksi sederhana, perawatan mudah
• Gerakan pemegasan sedikit mempengaruhi geometri roda
• Memerlukan ruang pemegasan yang besar
• Titik berat kendaraan tidak dapat rendah (kenyamanan kurang)
• Massa tak berpegas (aksel, roda) berat (kenyamanan kurang)
• Bodi sedikit miring pada saat belok

5
b. Keuntungan dan kekurangan suspensi rigid (kaku), yaitu :
Keuntungan :
Ø Konstruksi sederhana dan kuat
Ø Perubahan tread atau chamber yang di sebabkan oleh gerakan axle kecil
· Kerugian :
Ø Kwalitas mengendarai serta stabilitas kemudi di kurang
Ø Kecenderungan terjadi gerakan horizontal
2. Suspensi bebas (suspensi independen)
Suspensi independen adalah istilah untuk sistem suspensi mobil yang
memungkinkan setiap roda pada poros yang sama untuk bergerak secara vertikal
(yaitu bereaksi terhadap gundukan di jalan) independen ( bebas ) tidak bergantung
satu sama lain. Perhatikan bahwa "independen" mengacu pada gerakan atau jalur
pergerakan roda / suspensi. Adalah umum untuk sisi kiri dan kanan dari suspensi
untuk dihubungkan dengan anti-roll bar atau mekanisme seperti lainnya.
Biasanya suspensi independen ini digunakan pada roda mobil penumpang
atau truk kecil. Tetapi sekarang suspensi bebas banyak digunakan juga pada roda
belakang mobil penumpang. Pada suspensi independen roda-roda kiri dan kanan
tidak dihubungkan secara langsung pada poros tunggal. Kedua roda bergerak secara
bebas tanpa saling mempengaruhi. Dengan demikian, gangguan terhadap sebuah
roda ditanggulangi hanya roda itu saja.
a. Sifat-sifat suspensi independen :
• Gerakan salah satu roda tidak mempengaruhi roda lain
• Konstruksi agak rumit
• Membutuhkan sedikit tempat
• Jarak roda dan geometri roda berubah saat pemegasan
• Titik berat kendaraan dapat rendah (nyaman dan aman)
• Pegas dapat dikonstruksi lembut (pegas tidak membantu mengantar
gerakan roda)
• Perawatan lebih sulit

6
b. Keuntungan dan kekurangan suspensi independen (bebas), yaitu :
· Keuntungan :
Ø Kwalitas mengendarai lebih baik
Ø Memiliki kemampuan singgung jalan yang lebih baik ( road holding)
· Kerugian :
Ø Konstruksi rumit
2.5. Jenis-Jenis Suspensi Independen (suspensi bebas)
2.5.1. Jenis Mac Pherson
Fungsi jenis Mac Pherson adalah sebagai kombinasi dari pegas, peredam
kejutan dan pivot kemudi.
Suspensi jenis mac pherson memeiliki beberapa jenis antara lain :
A. Tipe Mac Pherson Strut
Suspensi tipe ini tidak memiliki lengan atas, sehingga konstruksinya lebih
sederhana dari pada tipe double wishbone. Tipe ini dapat diservis dengan lebih
mudah karena memiliki komponen yang lebih sedikit.
Umumnya digunakan pada suspensi depan kendaraan FF (front engine front drive)
Keterangan :
1. Stabilizer
2. Lower arm
3. Coil spring
4. Peredam kejut

B. Tipe Mac Pherson Dengan lower arm berbentuk L


Suspensi jenis ini banyak digunakan pada kendaraan mesin depan
penggerak belakang. Keuntungannya dapat menahan gaya dari arah samping
maupun arah depan belakang sehingga tidak memerlukan strut bar.

7
C. Tipe Semi – Trailing Arm

Pada umumnya jenis ini memiliki konstruksi yang sederhana dan tidak
memerlukan banyak tempat. Biasanya jenis ini digunakan pada kendaraan roda
belakang dan mobil penumpang. Jenis ini dirancang untuk meningkatkan kekakuan
dengan memperlihatkan beban dari samping dan memperkecil alignment yang
terjadi pada saat roda bergerak ke atas dan bawah.

D. Jenis Strut Dua Link

Jenis ini digunakan pada mobil mesin depan dan penggerak roda depan.
Konstruksi jenis ini sangat sederhana dengan 2 buah suspensi arm dan sebuah strut
rod di tiap rodanya.

E. Tipe Double Wisbone dengan pegas koil


Terdiri atas upper dan lower arm yang menopang roda dan
knuckle yang menghubungkan lengan-lengan. Lengan-lengan
menerima gaya longitudinal dan latitudinal, memungkinkan
pegas untuk menopang beban vertical saja. Pada tipe ini banyak digunakan untuk
kendaraan jenis FR (front engine rear drive).
Keterangan :
1. Stabilizer
2. Lower arm
3. Coil spring
4. Peredam kejut
F. Tipe Double Wisbone dengan pegas Batang torsi
Suspensi tipe ini bagian depan batang torsi dibubungkan ke upper arm,
bagian belakang batang torsi di hubungkan ke body. Sehingga penyetelan tinggi
kendaraan lebih mudah. Tipe ini banyak digunakan untuk truk kecil

8
2.6. Fungsi Peredam Getaran:
Adalah untuk meredam getaran karoseri dan aksel, sehingga jalannya
kendaraan dapat memberikan kenyamanan pada penumpang. Energi gerak dari
bagian yang bergetar dirubah melalui gerakan menjadi panas.
Prinsip Kerja Peredam Getaran
Pada saat terjadi pemegasan, peredam getaran menerima beban tekan dan tarik.

 Langkah Tekan
Oli berpindah melalui luban besar tahanan oli yang berpindah kecil
 Langkah tarik
Oli berpindah melalui lubang kecil tahanan oli yang berpindah besar

9
BAB III

ANALISA PEREDAMAN GETARAN PADA MOBIL SEDAN

3.1. Analisa Peredaman


Sistem getaran pada mobil sedan dengan dua derajat kebebasan memiliki
dua frekuensi natural dan memerlukan dua koordinat untuk menyatakan persamaan
geraknya. Bila getaran terjadi pada salah frekuensi tersebut maka terdapat
hubungan yang pasti antara amplitudo- amplitudo kedua koordinat dan
konfigurasinya dinyatakan sebagai ragam normal. Sehingga sistem getaran ini akan
memiliki dua bentuk ragam normal sebagaimana frekuensi naturalnya. Pada sistem
getaran paksa maka frekuensi yang terjadi adalah frekuensi eksitasi dan amplitudo
kedua koordinat akan terjadi maksimum pada kedua frekuensi naturalnya.
Dengan memakai koordinat x1 dan x2 maka persamaan gerak untuk masing-
masing massa dapat ditulis sbb :
m&x&1 = -k (x1 - x2 ) - kx1
2m&x&2 = k (x1 - x2 ) - kx2

Ragam normal getaran dapat ditentukan ketika tiap massa bergetar


harmonik dengan frekuensi yang sama pada salah satu frekuensi naturalnya
sehingga setiap massa juga akan melewati posisi seimbang pada saat yang sama.
Untuk gerakan demikian maka persamaan simpangan masing-masing massa dapat
ditulis sbb :
x1 = A1eiw.t
x2 = A2eiw.t

Substitusi persamaan-persamaan di atas keparsamaan 18 akan diperoleh:


2
(2k   m) A1  kA2  0
2
 kA1  (2k  2 m) A2  0

10
Persamaan tersebut dipenuhi untuk tiap A1 dan A2 jika nilai determinan
berikut ini adalah nol.

2
(2k   m).......  k
=0
2
k .....(2k  2 m)

Dengan mengambil 2 =  determinan di atas menghasilkan


persamaan karakteristik

2 æ k ö3 k 2
l -ç 3 ÷l + ( ) =0
è m ø2 m
Akar dari kedua persamaan ini adalah :
  ( 3 1 3) k  0,634k
1 2 2 m m
2  ( 3 1 k
3)  2,366
k
2 2 m m
Sehingga frekuensi natural sistem adalah

k
1 / 2  0,634
1 1 m
2  1 / 2  2,366 k

Substitusi frekuensi natural ini ke dalam persamaan 20 dapat diperoleh


perbandingan amplitudo amplitudo atau yang disebut sebagai ragam normal. Untuk
w1 dan w2 masing-masing perbandinagan tersebut adalah :

(
A1 )(1)  k  1  0,731
2
A2 2k 1 m 2  0,634
( A1 )(2)  k  1 2,73
2
A2 2k  2 2  2,366

Kedua ragam normal di atas secara grafis ditunjukan pada gambar 7 berikut
ini. Sebagaimana persamaan 19 pada getaran dengan ragam normal maka amplitudo
kedua massa akan dicapai pada saat yang sama. Untuk harga = 0,634 k/m kedua
amplitudo mempunyai arah simpangan yang sama sedang untuk = 2,366 k/m kedua

11
simpangan berlawanan arah. Mode getaran yang terjadi masing-masing
ditunjukkan pada gambar 8 (a) dan (b).

Gambar 7. Bentuk ragam normal sistem dua massa

Gambar 8. Mode getaran dua derajat kebebasan

Sebagaimana persamaan 19 pada getaran dengan ragam normal maka


amplitudo kedua massa akan dicapai pada saat yang sama. Untuk harga = 0,634 k/m
kedua amplitudo mempunyai arah simpangan yang sama sedang untuk = 2,366 k/m
kedua simpangan ber-lawanan arah. Mode getaran yang terjadi masing-masing
ditunjukkan pada gambar 8 (a) dan (b).

Pada sebuah mesin yang memiliki rotor yang eksentris atau mesin torak
yang kecepatan geraknya berubah-ubah. akan timbul gaya inersia yang berubah-
ubah pula sehingga dapat menimbulkan getaran yang eksitasinya berasal dari dalam
mesin itu sendiri. Contoh tersebut ditunjukkan pada gambar 9 (a); yaitu sebuah
mesin torak (m1) yang ditumpu dengan dua buah pegas masing-masing
konstantanya adalah k1/2. Antara torak dengan poros dihubungkan dengan batang
penghubung sehingg ketika mesin bekerja akan tibul gaya inersia yang berubah
terhadap waktu secara harmonis. Untuk meredam getaran yang terjadi dapat
dilakukan denga memasang sistem massa-pegas yang lain yang berfungsi sebagai
penyerap getaran. Prisip kerja penyerap getaran dinamik dapat ditunjukkan dengan

12
model sistem getaran paksa dua derajat kebebasan yang merupakan sistem yang
equivalent dengan sistem tersebut (gambar 9 (b)).

13
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

 Getaran dapat diredam dengan memasang sistem peredam getaran dinamik


pada sistem yang bergetar atau merencanakan sistem tumpuannya yang baik
 Pada sistem peredam dinamik (non viscous), getaran sistem utama dapat
diredam ketika frekuensi sistem utama sama dengan frekuensi resonansi sistem
peredam.
 Amplitudo maksimum pada frekuensi resonansi dapat dibatasi dengan sistem
tumpuan dengan ratio redaman yang besar. Dan sebaliknya pada daerah
frekuensi yang lebih besar dari frekuensi resonansi (ω/ωn > V2 ) efek redaman
terbesar ( TR < 1 ) dapat dicapai bila sistem tumpuan redaman memiliki rasio
redaman yang keci

4.2 Saran
Sebagai tenaga kefarmasiaan kita harus mempelajari dan memahami tentang
sediaan suspensi. Karena sangat bermanfaat dalam dunia farmasi yang akan kita
geluti.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Anief. Moh. 2000. Farmasetika. Gajah Mada University Press : Yogyakarta


2. https://media.neliti.com/media/publications/134207-ID-kajian-teoritik-sistem-
peredam-getaran-s.pdf
3. http://makalahsuspensai.blogspot.com/2017/01/
4. Soetopo. Seno, dkk. 2001. Teori Ilmu Resep. Jakarta
5. http://rgmaisyah.wordpress.com/2008/12/03/emulsi/

15

Anda mungkin juga menyukai