Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA

By. “KN” Neonatus Usia 4 Hari Dengan Hiperbilirubinemia


Di Ruang Edelweis RSUD Ngudi Waluyo Wlingi

Disusun oleh:
Nuri Masruroh
NIM. 1202430001

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM D-IV KEBIDANAN KEDIRI
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan Asuhan kebidanan dengan judul “Asuhan Kebidanan
Komprehensif Pada By. “KN” Neonatus Usia 4 Hari Dengan Hiperbilirubinemia
di Ruang Edelweis RSUD Ngudi Waluyo Wlingi”. Asuhan Kebidanan ini dibuat
untuk memenuhi tugas kompetensi praktik klinik D IV kebidanan.
Atas terselesaikannya Asuhan Kebidanan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Direktur RSUD Ngudi Waluyo Wlingi, Blitar
2. Temu Budiarti, S.Pd, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Malang
3. Sri Rahayu S.Kep,Ns.M.Kes selaku Ketua Program Studi DIV Kebidanan
4. Dwi Estuning Rahayu, S.Pd, S.Kep.Ns, M.Sc selaku Ketua Progam Studi
Kebidanan Kediri
5. Finta Isti Kundarti, M.Keb selaku koordinator praktik
6. Suti’ah, AMK selaku CI ruangan di Ruang Edelweis
7. Pihak-pihak terkait yang telah memberikan semangat, dorongan dan
bantuannya selama penyusunan Asuhan kebidanan ini.
Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari
pembaca untuk kesempurnaan asuhan kebidanan ini.

Blitar, Juni 2013

Penulis
LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada


By. “KN” Neonatus Usia 4 Hari Dengan Hiperbilirubinemia
Di Ruang Edelweis RSUD Ngudi Waluyo Wlingi

Pembimbing Institusi, Mahasiswa,

Nuri Masruroh
NIP. NIM. 1202430001

Mengetahui,
Kaprodi DIV Kebidanan Klinik Pembimbing Klinik,
Poltekkes Kemenkes Malang

Sri Rahayu, S.Kep.Ns, M.Kes


NIP. 19671010 199003 2002 NIP.
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Ikterus neonatorum merupakan fenomena biologis yang timbul akibat
tingginya produksi dan rendahnya ekskresi bilirubin selama masa transisi
pada neonatus. Pada neonatus produksi bilirubin 2 sampai 3 kali lebih tinggi
dibanding orang dewasa normal. Hal ini dapat terjadi karena jumlah eritosit
pada neonatus lebih banyak dan usianya lebih pendek (Free, 2009).
Ikterus merupakan warna kuning pada kulit, konjungtiva, dan mucosa
akibat penumpukan bilirubin, sedangkan hiperbilirubinemia adalah ikterus
dengan konsentrasi bilirubin serum yang menjurus ke arah terjadinya
kernikterus atau ensefalopati bilirubin bila kadar bilirubin meningkat
(Mansjoer, A. 2007).
Keadaan bayi kuning (ikterus) sangat sering terjadi pada bayi baru lahir,
terutama pada BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah). Banyak sekali penyebab
bayi kuning ini. Yang sering terjadi adalah karena belum matangnya fungsi
hati bayi untuk memproses eritrosit ( sel darah merah). Pada bayi usia sel
darah merah kira-kira 90 hari. Hasil pemecahannya, eritrosit harus diproses
oleh hati bayi. Saat lahir hati bayi belum cukup baik untuk melakukan
tugasnya. Sisa pemecahan eritrosit disebut bilirubin, bilirubin ini yang
menyebabkab kuning pada bayi (Free, 2009).
Ikterus yang ditemukan pada bayi baru lahir dapat merupakan suatu
gejala fisiologis (terdapat pada 25-50% neonatus cukup bulan dan lebih
tinggi lagi pada neonatos kurang bulan) atau dapat merupakan hal yang
patologis misalnya pada inkompatibilitas rhesus dan ABO, sepsis,
galaktosemia, penyumbatan saluran empedu dan sebagainya (Staf Pengajar
IKA Fakultas Kedokteran UI. 2007).
Pada sebagian besar neonatus, ikterik akan ditemukan dalam minggu
pertama kehidupannya. Dikemukan bahwa angka kejadian iketrus terdapat
pada 60 % bayi cukup bulan dan 80 % bayi kurang bulan. Ikterus ini pada
sebagian penderita dapat berbentuk fisiologik dan sebagian lagi patologik
yang dapat menimbulkan gangguan yang menetap atau menyebabkan
kematian (Adit, 2011).
Perawatan Ikterus berbeda diantara negara tertentu, tempat pelayanan
tertentu dan waktu tertentu. Hal ini disebabkan adanya perbedaan
pengelolaan pada BBL, seperti ; pemberian makanan dini, kondisi ruang
perawatan, penggunaan beberapa propilaksis (misal; luminal) pada ibu
dan bayi, fototherapi dan transfusi pengganti.
Asuhan keperawatan pada klien selama post partum yang relatif
singkat, sehingga klien dan keluarga harus dibekali pengetahuan,
ketrampilan dan informasi tempat rujukan, cara merawat bayi dan dirinya
sendiri selama di rumah sakit dan perawatan di rumah.

1.2 TUJUAN
1.2.1 Umum
Setelah Praktek Klinik Kebidanan diharapkan mahasiswa mampu
melaksanakan asuhan pada bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia
secara menyeluruh dan terpadu dengan pendekatan manajemen
kebidanan Varney.
1.2.2 Khusus
1. Mampu melaksanakan pengkajian data pada neonatus dengan
hiperbilirubinemia.
2. Mampu memberikan analisa data untuk menentukan diagnosa
pada neonatus dengan hiperbilirubinemia.
3. Mampu mengidentifikasi diagnosa atau masalah pada neonatus
dengan hiperbilirubinemia.
4. Mampu mengidentifikasi kebutuhan segera pada neonatus
dengan hiperbilirubinemia.
5. Mampu menyusun rencana asuhan kebidanan pada neonatus
dengan hiperbilirubinemia.
6. Mampu melaksanakan asuhan secara menyeluruh sesuai dengan
diagnosa dan masalah pada neonatus dengan hiperbilirubinemia.
7. Mampu mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah
dilaksanakan.

1.3 METODE PENULISAN


Manajemen kebidanan komprehensif ini menggunakan metode penulisan
dengan pengumpulan data sebagai berikut:
1. Wawancara: tanya jawab secara langsung (anamnesa) kepada suami atau
keluarga pasien.
2. Observasi: melakukan pemeriksaan, baik dengan inspeksi, palpasi,
perkusi maupun auskultasi.
3. Studi dokumentasi: dengan melihat data dan riwayat ibu di rekam medik.
4. Studi kepustakaan: menggunakan buku untuk sumber teori dan
browsing.
5. Pemeriksaan: pemeriksaan umum (tanda- tanda vital), pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang.

1.4 SISTEMATIKA PENULISAN


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Metode Penulisan
1.4 Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
2.3 Klasifikasi
2.4 Patofisiologi
2.5 Pemeriksaan penunjang
2.6 Penatalaksanaan
2.7 Komplikasi
2.8 Managemen asuhan kebidanan
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
3.2 Interpretasi data dasar
3.3 Identifikasi diagnosis/masalah potensial
3.4 Identifikasi dan menetapkan kebutuhan segera
3.5 Intervensi
3.6 Implementasi
3.7. Evaluasi
BAB IV PEMBAHASAN
Berisi analisis tentang kesenjangan antara teori dan praktik
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Daftar Pustaka
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 DEFINISI
Ikterus merupakan warna kuning pada kulit, konjungtiva, dan mucosa
akibat penumpukan bilirubin, sedangkan hiperbilirubinemia adalah ikterus
dengan konsentrasi bilirubin serum yang menjurus ke arah terjadinya
kernikterus atau ensefalopati bilirubin bila kadar bilirubin meningkat
(Mansjoer, A dkk. 2007).
Ikterus yang ditemukan pada bayi baru lahir dapat merupakan suatu gejala
fisiologis (terdapat pada 25-50% neonatos cukup bulan dan lebih tinggi lagi
pada neonatos kurang bulan) atau dapat merupakan hal yang patologis
misalnya pada inkompatibilitas rhesus dan ABO, sepsis, galaktosemia,
penyumbatan saluran empedu dan sebagainya (Staf Pengajar IKA Fakultas
Kedokteran UI. 2007).

2.2 ETIOLOGI
Secara garis besar etiologi ikterus neonatirum dapat dibagi :
1. Produksi yang berlebihan
Hal ini melebihi kemampuan bayi untuk mengeluarkannya, misalnya pada
hemolisis yang meningkat pada inkompatibilitas darah Rh, ABO,
golongan darah lain, defisiensi enzim G-6-PD, piruvat kinase, perdarahan
tertutup dan sepsis.
2. Gangguan dalam proses ‘uptake’ dan konjugasi hepar
Gangguan ini dapat disebabkan oleh imaturitas hepar, kurangnya substrat
untuk konjugasi bilirubin, gangguan fungsi hepar, akibat asidosis, hipoksia
dan infeksi atau tidak terdapatnya enzim glukoronil transferase (sindom
Criggler-Najjar). Penyebab lain ialah defisiensi protein Y dalam hepar
yang berperanan penting dalam ‘uptake’ bilirubin ke sel hepar.
3. Gangguan transportasi
Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkut ke hepar.
Ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat misalnya
salsisilat, sulfafurazole. Defisiensi albumin menyebabkan lebih banyak
terdapatnya bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah melekat
ke sel otak.
4. Gangguan dalam ekskresi
Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau diluar hepar.
Kelainan diluar hepar biasanya disebabkan oleh kelainan bawaan.
Obstruksi dalam hepar biasanya akibat infeksi atau kerusakan hepar oleh
penyebab lain (Staf Pengajar IKA Fakultas Kedokteran UI. 2007).
5. Peningkatan reabsorpsi dari saluran cerna (siklus enterohepatik)
(Mansjoer, A. 2007).

2.3 KLASIFIKASI
1. Fisiologis dan Patologis
Ikterus fisiologis ialah :
1) Ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga
2) Tidak mempunyai dasar patologis
3) Kadarnya tidak melampaui kadar yang membahayakan
4) Tidak mempunyai potensi menjadi kern-icterus
5) Tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi
Ikterus patologis ialah :
1) Ikterus yang mempunyai dasar patologis
2) Kadar bilirubinnya mencapai nilai hiperbilirubinemia
(Saifuddin, A.B. 2006)
3) Ditandai dengan kulit kekuning-kuningan dan peningkatan kadar
bilirubin serum diatas 12,9 mg/dl pada bayi term dan 15 mg/dl pada
bayi preterm dalam 24 jam setelah kelahiran.
4) Banyak dihubungkan dengan perbedaan golongan darah atau
inkompatibilitas golongan darah, infeksi atau biliaris hepatik, atau
ketidaknormalan metabolik
(Ladewig, P. W dkk. 2006)

Ada beberapa keadaan ikterus yang cenderung menjadi patologik :


1. Ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama setelah lahir.
2. Peningkatan kadar bilirubin serum sebanyak 5 mg/dl atau lebih setiap
24 jam
3. Ikterus yang disertai :
- Berat lahir < 2.000 g
- Masa gestasi < 36 minggu
- Asfiksia, hipoksia, sindrom gawat nafas pada neonatus
- Infeksi
- Trauma lahir pada kepala
- Hipoglikemia, hiperkarbia
- Hiperosmolaritas darah
- Proses hemolsisi (inkompatibilitas darah, defisinesi G6PD, atau
sepsis)
Ikerus klinis yang menetap setelah bayi berusia > 8 hari (pada NCB)
atau 14 hari (pada NKB).
(Mansjoer, A. dkk. 2007)

2. Kadar Bilirubin berdasarkan Rumus Kremer


Daerah Luas Ikterus Kadar Bilirubin (mg%)
1 Kepala dan leher 5
Daerah 1
2 (+) 9
Badan bagian atas
Daerah 1,2
3 (+) 11
Badan bagian bawah dan tungkai
Daearh, 1, 2, 3
4 (+) 12
Lengan dan kaki dibawah dengkul
Daerah 1,2,3,4
5 (+) 16
Tangan dan kaki
(Saifuddin, A. B. 2006)
3. Ikterus berdasarkan waktu timbulnya
1) Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama.
Penyebab ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama menurut besarnya
kemungkinan dapat disusun sebagai berikut:
1. Inkompabilitas darah Rh, ABO atau golongan lain
2. Infeksi intrauterin (oleh virus, toksoplasma, lues dan kadang-
kadang bakteri)
3. Kadang-kadang oleh definisi G-6-PD.
2) Ikterus yang timbul 24 -72 jam sesudah lahir
1. Biasanya ikterus fisiologis
2. Masih ada kemungkinan inkompatibilitas darah ABO atau Rh atau
golongan lain. Hal ini dapat diduga kalau peningkatan kadar
bilirubin cepat, misalnya melebihi 5mg%/24 jam.
3. Defisiensi enzim G-6-PD juga mungkin
4. Polisitemia
5. Hemolisis perdarahan tertutup (perdarahan subaponeurosis,
perdarahan hepar subkapsuler dan lain-lain).
6. Hipoksia
7. Sferositosis, eliptositosis, dan lain-lain
8. Dehidrasi asidosis.
9. Defisiensi enzim eritrosit lainnya.
3) Ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai akhir minggu
Pertama
1. Biasanya karena infeksi (sepsis)
2. Dehidrasi asidosis
3. Defisiensi enzim G-6-PD
4. Pengaruh obat
5. Sindrom Cringgler-Najjar
6. Sindrom Gilbert.
4) Ikterus yang timbul pada akhir minggu pertama dan selanjutnya.
1. Biasanya karena obstruksi
2. Hipotiroidisme
3. ‘Breast milk jaundice’
4. Infeksi
5. Neonatal hepatitis
6. Galaktosemia
7. Lain-lain

2.4 PATOFISIOLOGI
Sebagian besar (70-80%) produksi bilirubin berasal dari eritrosit yang
rusak. Heme dikonversi menjadi bilirubin indirek (tak terkonjugasi) kemudian
berikatan dengan albumin dibawa ke hepar. Di dalam hepar, dikonjugasikan
oleh asm glukuronat pada reaksi yang dikatalisasioleh glukuronil transferase.
Bilirubin direk (terkonjugasi) disekresikan ke traktus bilier untuk
diekskresikan melalui traktus gastrointestinal. Pada bayi baru lahir yang
ususnya bebas dari bakteri, pembentukan sterkobilin tidak terjadi. Sebagai
gantinya, usus bayi banyak mengandung beta glukuronidase yang
menghidrolisisbilirubinglukoronid menjadi bilirubin indirek dan akan
direapsorpsikembali melalui sirkulasi enterohepatik ke aliran darah.
Peningkatan kadar Bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan.
Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban
Bilirubin pada sel Hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila
terdapat peningkatan penghancuran Eritrosit, Polisitemia.
Gangguan pemecahan Bilirubin plasma juga dapat menimbulkan
peningkatan kadar Bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein
Y dan Z berkurang, atau pada bayi Hipoksia, Asidosis. Keadaan lain yang
memperlihatkan peningkatan kadar Bilirubin adalah apabila ditemukan
gangguan konjugasi Hepar atau neonatus yang mengalami gangguan ekskresi
misalnya sumbatan saluran empedu.
Pada derajat tertentu Bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak
jaringan tubuh. Toksisitas terutama ditemukan pada Bilirubin Indirek yang
bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. sifat ini
memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila Bilirubin tadi
dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak disebut
Kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada saraf pusat
tersebut mungkin akan timbul apabila kadar Bilirubin Indirek lebih dari 20
mg/dl.
Mudah tidaknya kadar Bilirubin melewati sawar darah otak ternyata tidak
hanya tergantung pada keadaan neonatus. Bilirubin indirek akan mudah
melalui sawar darah otak apabila terdapat keadaan Berat Badan Lahir Rendah,
Hipoksia, dan Hipoglikemia (Mansjoer, A. dkk. 2007).

2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Pemeriksaan pada ikterus yang timbul 24 jam pertama
1) Kadar bilirubin serum berkala
2) Darah tepi lengkap
3) Golongan darah ibu dan bayi
4) Uji Coombs
5) Pemeriksaan penyaring defisiensi enzim G-6-PD, biakan darah atau
biopsi hepar bila perlu.
2. Pemeriksaan pada ikterus yang timbul 24 – 72 jam setelah lahir. Bila
keadaan bayi baik dan peningkatan ikterus tidak cepat, dapat dilakukan
pemeriksaaan darah tepi, pemeriksaan kadar bilirubin berkala,
pemeriksaan penyaring enzim G-6-PD dan pemeriksaan lainnya bila perlu.
3. Pemeriksaan pada ikterus yang timbul pada akhir minggu partama dan
selanjutnya.
1) Pemeriksaan bilirubin (direk dan indirek) berkala
2) Pemeriksaan darah tepi
3) Pemeriksaan penyaring G-6-PD
4) Biakan darah, biopsi hepar bila ada indikasi
5) Pemeriksaan lainnya yang berkaitan dengan kemungkinan peyebab
(Staf pengajar IKA Fakultas Kedokteran UI. 2007)
2.6 PENATALAKSANAAN
1. Pencegahan
Ikterus dapat dicegah dan dihentikan peningkatannya dengan:
1) Pengawasan antenatal yang baik
2) Menghindari obat yang dapat meningkatkan ikterus pada bayi pada
masa kehamilan dan kelahiran, misalnya sulfafurazole, novobiosin,
oksitosin dan lain-lain
3) Pencegahan dan mengobati hipoksia pada janin dan neonatus
4) Penggunaan fenobarbital pada ibu 1 – 2 hari sebelum partus
5) Iluminasi yang baik pada bangsal bayi baru lahir
6) Pemberian makanan yang dini
7) Pencegahan infeksi
(Staf pengajar IKA Fakultas Kedokteran UI. 2007)
2. Mengatasi Hiperbilirubinemia
1) Fototerapi merupakan tindakan dengan memberikan terapi melalui
sinar yang menggunakan lampu. Lampu yang digunakan sebaiknya
tidak lebih dari 500 jam untuk menghindari turunnya energi yang
dihasilkan oleh lampu.
2) Tranfusi tukar merupakan cara yang dilakukan dengan tujuan
mencegah peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Pemberian
tranfusi tukar dilakukan apabila kadar bilirubin indirek 20 mg%,
kenaikan kadar bilirubin yang cepat yaitu 0,3-1 mg/jam, anemia berat
dengan gejala gagal jantung dan kadar hemoglobin tali pusat 14 mg%,
dan uji Coombs direk positif.
(Hidayat, A. A. A. 2008)
BAGAN PENANGANAN IKTERUS BAYI BARU LAHIR
Warna kuning pada kulit dan sklera mata (tanpa hepatomegali perdarahan kulit,
Tanda-tanda
dan kejang-kejang)
KATEGORI
Normal Fisiologik Patologik
PENILAIAN
 Daerah Ikterus 1 1+2 1 -4 1–5 1–5
(rumus Kramer)
 Kuning hari ke : 1-2 <3 >3 >3 >3
 Kadar bilirubin < 9 mg% 5-9 mg% < 15-20% > 15-20mg% < 20 mg%
mg%
PENANGANAN
Bidan Terus  Jemur dimatahari pagi jam 7-9 selama 10 menit  Rujuk ke
Atau diberi ASI  Badan bayi telanjang mata ditutup RS
Puskesmas  Terus diberi ASI  Banyak
 Banyak minum minum
Rumah Sakit Sama Sama dengan Terapi sinar Terapi sinar
dengan di di atas
atas
 Periksa golongan darah ibu dan bayi
 Periksa kadar bilirubin
Nasihat bila Waspadai bila Tukar
semakin kadar bilirubin darah
kuning naik > 0,5
kembali mg/jam Coomb’s
test
(Saifuddin, A. B. 2006)
Pedoman pengelolaan ikterus menurut waktu timbulnya dan kadar
bilirubin
(modifikasi dari MAISELS.1972)
Bilirubin < 24 jam 24 –48 jam 49 – 72 jam > 72 jam
(mg%)
<5 Pemberian makanan yang dini
5–9 Terapi sinar bila Phenobarbital + kalori cukup
hemolisis
10 – 14 Transfui tukar Terapi sinar
bila hemolisis
15 – 19 Transfusi tukar Transfusi tukar Terapi sianr +
bila hemolisis
> 20 Transfusi tukar

Sebelum dan sesudah transfusi tukar  beri terapi sinar


+ Bila tak berhasil transfusi tukar

Observasi

Penyebab ikterus perlu diselidiki

Bila terdapat :
- Asfiksia Pengobatan seperti pada kadar
- RDS bilirubin yang lebih tinggi berikutnya
- Asidosis metabolik
- Protein total < 5 gr%
- BBL < 1500 g
- Tanda-tanda kelainan S.S.P.

Sesudah tranfusi tukar harus diberi fototerapi. Bila terdapat keadaan seprti
asfiksia perinatal, distres pernafasan, asidosis metabofik, hiportemia, kadar
protein kurang atau sama dengan 5g%, berat badan lahir kurang dari 1.500
g dan tanda-tanda gangguan susunan saraf pusat, penderita harus diobati
seperti pada kadar bilirubin yang lebih tinggi berikutnya.

 Pengobatan umum
Bila mungkin pengobatan terhadap etiologi atau faktor penyebab dan
perawatan yang baik. Hal lain yang perlu diperhatikan ialah pemberian
makanan yang dini dengan cairan dan kalori cukup dan iluminasi kamar
bersalin dan bangsal bayi yang baik.

 Tindak lanjut
Bahaya hiperbilirubinemia ialah kernicterus. Oleh karena itu terhadap bayi
yang menderita hiperbilirubinemia perlu dilakukan tindak lanjut sebagai
berikut:
4. Penilaian berkala pertumbuhan dan perkembangan
5. Penilaian berkala pendengaran
6. Fisioterapi dan rehabilitasi bila terdapat gejala sisa.
(Staf Pengajar IKA Fakultas Kedokteran UI. 2007)
2.7 KOMPLIKASI
Ikterus baru dapat dapat dikatakan fisiologis apabila sesudah pengamatan
dan pemeriksaan selanjutnya tidak menunjukkan dasar patologis dan tidak
mempunyai potensi berkembang menjadi kern-icterus.
Kern-icterus (ensefalopati biliaris) ialah suatu kerusakan otak akibat
perlengketan bilirubin indirek pada otak (Abdul Bari Saifudin. 2006: 381
DAFTAR PUSTAKA

Ladewig, P dkk. (2006) Buku Saku Asuhan Ibu dan Bayi Baru Lahir. Jakarta:
EGC

Mansjoer, A dkk . (2007) Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius

Saifuddin, A. B. (2006) Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo

Staf Pengajar IKA Fakultas Kedokteran UI. (2007) Buku Kuliah 3 IKA. Jakarta:
Infomedika

Hidayat, A. A. A. (2008) Pengantar IKA 1. Jakarta: Salemba Medika


ASUHAN KEBIDANAN
BAYI BARU LAHIR DENGAN IKTERUS

I. PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
 Ikterus pada bayi baru lahir terdapat pada 25 – 50% neonatus cukup bulan
lebih tinggi lagi pada neonatus kurang bulan
 Ikterus Fisiologi timbul pada hari kedua dan ketiga setelah lahir
 Dianggap seperti rubinemia jika :
1. Ikterus terjadi pada 24 jam pertama
2. Ikterus yang disertai dengan masa gestasi kurang dari 36 minggu,
asfiksia, hipoksia, sindrom, gangguan pernapasan, infeksi, trauma lahir
pada kepala, hipoglikemia
- Ikterus biasanya bermanifestasi pada kadar yang lebih rendah pada orang
berkulit putih dan lebih tinggi pada orang yang berkulit berwarna
(Rusepno Hasan . 2007 : 1101 – 1102) .
- Waspada terhadap riwayat prenatal tentang imunisasi Rh, inkompatibilitas
ABO, penggunaan aspirin pada ibu, solfonamida, atau obat-obatan
antimikroba keturunan asli Amerika, Jepang, Cina, atau kebangsanaan
Korea (faktor predisposisi bagi kadar biurubin yang meningkat), cairan
amnion berwarna kuning, yang mengindikasikan penyakit hemolitik
tertentu.
(Ladewig, P. dkk. 2006)

B. Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum
- Ikterus bisa menjadi potologis bila disertai dengan berat badan < 2000
(Mansjoer, A dkk. 2007)
b. Pemeriksaan Khusus
- Ikterus dapat dilihat sebagai suatu penampakan kekuning-kuningan pada
kulit mukosa, sklera, dan urine (Ladewig, P. dkk. 2006).
- Gejala klinis yang dapat diamati pada ikterus adalh mata yang berputar,
letargi, kejang, tidak mu menghisap, tonus otot meninggi, leher kaku dan
akhirnya oprstotonus (Staf Pengajar IKA Fakultas Kedokteran VI. 2007).
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Ikterus yang timbul 24 jam pertama, dilakukan pemeriksaan
- kadar bilirubin serum berkala
- Darah tepi lengkap
- Golongan darah ibu dan bayi
- Uji Coomb
- pemeriksaan penyaring defisiensi enzim G-6-PD biakan darah/ biopsi
heper bila perlu (Staf Pengajar IKA Fakultas kedokteran VI. 2007).

II. MENGIDENTIFIKASI DIAGNOSA & MASALAH


a. Diagnosa : Ikterus
b. Masalah : Kekuning-kuningan pada kulit, mukosa, skelera dan urine
(Ladewig, P dkk. 2006)
III. MENGIDENTIFIKASI DIAGNOSA & MASALAH POTENSIAL
a. Diagnosa Potensial : Hiperbilirubinemia & kernicterus
(Staf Pengajar IKA Fakultas Kedokteran UI. 2007)
b. Masalah Potensial : kerusakan otak, retardasi mental
(Mansjoer, A. dkk. 2007)

IV. KEBUTUHAN
- Pemberian penyuluhan tentang pemberian ASI pada bayi ikterus
- Konsultasi dengan dokter

V. TUJUAN
Mencegah dan menghentikan peningkatan ikterus dengan pengawasan antenal
yang baik (Staf Pengajar IKA Fakultas Kedokteran UI. 2007)

VI. KRITERIA HASIL


 Warna kulit tidak kekurangan
 Skelera berwarna putih keabuan
 Bayi mau menghisap
 Tonus otot normal

No. Intervensi Rasional


1. Pemberian ASI sesegera Pemberian makanan oral dini dapat
mungkin menguragi peredaran enteroheptik
(Mansjoer, A. dkk. 2007)
2. Jemur Matahari pagi jam 2-9 Sinar matahari pagi membantu
selama 10 menit merubah pro vit D menjadi vit D
3. Badan bayi telanjang, mata Mencegah cedera retenci dan
ditutup terbakarnya kornea (Ladewig, P. 2006)
Banyak minum mencegah dehidrasi
4. Nasehat bila semakin kurang Ibu mengetahui tindak lanjut perawatan
kembali bayi ikterus

VII. EVALUASI
 Penilaian terhadap kadar bilirubin
 Pernilaian berkala pertumbuhan dan perkembangan
 Fisioterapi dan rehabilitasi bila terjadi gejala sisa
 Penilaian berkala pendengaran
(staf pengajar IKA fakultas kedokteran UI . 2007 : 1100)

VIII. IMPLENTASI
 Melakukan IMD
 Menjemur bayi di matahari pagi jam 7-9 selama 10 menit dengan kondisi
bayi telanjang dan mata tertutup.
 Sering menyusukan bayi.
 Menasehati ibu apabila bayi semakin kuning.
BAB 3
TINJAUAN KASUS

Tempat : Ruang Eldeweis RSUD Wlingi Blitar


Tanggal/Waktu MRS : 16-06-2013/21.00 WIB
Tanggal/Waktu Pengkajian : 19-06-2013/20.00 WIB
No. Register : 162716
Dx Masuk : Neonatus usia 4 hari dengan hiperbilirubinemia

I. PENGKAJIAN
1) Data Subyektif
a. Identitas
Nama Bayi : By. ”KN”
Tanggal lahir : 16-06-2013
Umur : 4 hari
Jenis Kelamin : perempuan
Anak Ke :2

Nama Ibu : Ny. ”KN” Nama Ayah : Tn. ”MH”


Umur : 39 tahun Umur : 34 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indo
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Penghasilan :- Penghasilan : Rp 1.800.000
Alamat : RT/RW 2/1 Ds. Mronjo, Kec. Selopuro, Blitar

a. Keluhan utama
Ibu mengatakan bayi lahir secara normal di bidan desa 4 hari yang lalu,
bayi lahir dalam keadaan sehat dan langsung menangis. Ibu kemudian dirujuk
ke RSUD karena robekan jalan lahir yang luas, bayi ikut dibawa ke RSUD
dan mendapatkan perawatan di ruang bayi. Keesokan harinya (tanggal 17-6-
2013) dilakukan rawat gabung bayi dengan ibu, bayi mau menyusu, namun 2
hari terakhir bayinya malas menyusu dan sering tidur.

b. Riwayat kesehatan yang lalu


Ibu mengatakan selama ini tidak pernah menderita penyakit menular
seperti hepatitis, TBC,AIDS. Penyakit menurun seperti asma. Hipertensi,
jantung dan DM.

c. Riwayat kesehatan keluarga


Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
menurun seperti DM, jantuung, asma dan hipertensi. Penyakit menular seperti
hepatitis, TBC, AIDS dan lain-lain.
d. Riwayat Obstetri
Hamil ke :2
Umur kehamilan : 9 bulan
Kehamilan : tunggal
 Riwayat Kehamilan Sekarang
Hamil ke :2
UK : 39-40 minggu
ANC
TM I Berapa kali : 2x di bidan
Keluhan : Mual muntah
Terapi : Vosea, Kalk, B6
Penyuluhan : Makan sedikit tapi sering, sering ngemil
TM II Berapa kali : 3x di bidan
Keluhan : Badan pegal-pegal
Terapi : Bivabion, Kalk, Vit C
Penyuluhan : Pemenuhan gizi dengan diit TKTP, Istirahat cukup
TM III Berapa kali : 3x di bidan
Keluhan : pusing, sering kencing.
Terapi : Bivabion, Kalk
Penyuluhan : Istirahat Cukup, kurangi minum malam hari.

 Riwayat Persalinan Sekarang


Ibu mengatakan bayi lahir secara normal di bidan desa 4 hari yang lalu,bayi
lahir dalam keadaan sehat dan langsung menangis. Ibu kemudian dirujuk ke
RSUD karena robekan jalan lahir yang luas, bayi ikut dibawa ke RSUD dan
mendapatkan perawatan di ruang bayi.
Ibu datang MRS dengan rujukan dari bidan desa dengan diagnosa P2002 post
partum kala IV dengan rupture perineum totalis.
Tanggal lahir : 16-06-2013
Jam : 18.50 WIB
Persalinan : spontan
Ketuban : kehijauan
Bayi lahir menangis kuat : A-S: 7-8
Berat Badan Lahir : 3100 gram
Berat Badan Sekarang : 2900 gram
Panjang Badan Lahir : 51 cm
Lingkar Kepala : 32 cm

e. Pola Kebiasaan Sehari-hari


- Pola eliminasi : BAK : pampers penuh,warna kuning, bau khas.
BAB: 2-3 x/hari warna hijau kekuningan.
- Pola istirahat : sepanjang hari bayi selalu tidur, terbangun karena
BAB/BAK/haus.
- Pola personal Higiene :Ganti pampers sesuai kebutuhan bayi.

f. Keadaan Sosial Budaya


Ibu mengatakan tidak ada kebiasaan dalam keluarganya yang dapat
merugikan keadaan bayinya, seperti memberikan makanan lunak ataupun padat
saat masih bayi, membubuhi ramuan pada tali pusat, dan lain sebagainya.

B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : cukup
BB / PB : 2900 gram/51 cm
Suhu : 367 0C
Pernafasan : 42 x/menit
HR : 136 x/menit
Kesadaran : menangis kuat, gerakan aktif
2. Pemeriksaan Fisik
 Inspeksi
Kepala : Rambut hitam, tidak tampak benjolan abnormal, tidak
ada caput succedaneum, tidak ada cephal hematoma.
Muka : Muka tampak kekuningan, tidak cyanosis, tangis (+).
Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sclera kekuningan.
Hidung : Simetris, tidak ada pernapasan cuping hidung.
Mulut : Bibir lembab, tampak kemerahan, tidak ada
palatoskisis, tidak ada labio palatoskisis.
Telinga : Simetris, serumen tidak ada ka/ki.
Leher : Tidak terlihat pembesaran kelenjar vena jugularis dan
kelenjar tyroid, tampak kekuningan.
Dada : Sesak (-), tampak kekuningan.
Mammae : Simetris.
Tulang Belakang : Tidak ada spina bifida.
Abdomen : Tampak tali pusat yang terbungkus kasa steril, tampak
kekuningan.
Anogenetalia : labia mayora menutupi labia minora, anus (+)
berlubang.
Ekstermitas : Simetris, tidak terdapat polidaktil, tidak terdapat
sindaktil, warna kemerahan, pergerakan sendi lemah.
 Palpasi
Muka : bila ditekan berwarna kuning
Leher : bila ditekan berwarna kuning
Dada : bila ditekan berwarna kuning
Abdomen : bila ditekan berwarna kuning

 Auskultasi
Dada : Tidak terdengar suara ronchi dan wheezing
Abdomen : Bising usus (+) normal 3-5 x/menit
 Perkusi
Abdomen : Tidak meteorismus
Reflek patella : +/+

3. Pemeriksaan Antropometri
Berat Badan Lahir : 3100 gram
Berat Badan Sekarang : 2900 gram
Panjang Badan : 51 cm
Lingkar Kepala : 31 cm
Lingkar Dada : 30 cm
Lingkar Lengan Atas : 10 cm

4. Reflek
Reflek Rooting :+
Reflek Sucking :+
Reflek Grasping :+
Reflek Tonick neck :+
Reflek Moro :+
5. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 19 Juni 2013
Bilirubin Indirect 12,7 mg/dl 0,21-0,52
Bilirubin Direct 0,90 mg/dl 0,21-0,52
Bilirubin total 13,60 mg/dl 0,36-0,96

6. Kesimpulan
Neonatus usia 4 hari dengan Hiperbilirubinemia kremer IV
II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA, MASALAH DAN KEBUTUHAN
Data Dasar Dx/Mx/Keb
DS : Dx :
 Ibu mengatakan bayi lahir secara normal di bidan desa 4 hari yang Neonatus usia 4 hari
lalu, bayi lahir dalam keadaan sehat dan langsung menangis. Ibu dengan
kemudian dirujuk ke RSUD karena robekan jalan lahir yang luas, Hiperbilirubinemia
bayi ikut dibawa ke RSUD dan mendapatkan perawatan di ruang kremer IV
bayi. Keesokan harinya (tanggal 17-6-2013) dilakukan rawat
gabung bayi dengan ibu, bayi mau menyusu, namun 2 hari terakhir
bayinya malas menyusu dan sering tidur.
 DO :
Keadaan Umum : Cukup
BB : 2900 gram
PB : 51 cm
Suhu : 367 0C
Pernafasan : 42 x/menit
HR : 136 x/menit
Kesadaran : menangis, gerakan aktif
Inspeksi
Kepala : Rambut hitam, tidak tampak benjolan
abnormal, tidak ada caput succedaneum, tidak
ada cephal hematoma.
Muka : Muka tampak kekuningan, tidak cyanosis,
tangis (+).
Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sclera
kekuningan.
Hidung :Simetris, tidak ada pernapasan cuping hidung.
Mulut : Bibir lembab, tampak kemerahan, tidak ada
palatoskisis, tidak ada labio palatoskisis.
Telinga : Simetris, serumen tidak ada ka/ki.
Leher :Tidak terlihat pembesaran kelenjar vena
jugularis dan kelenjar tyroid, tampak kekuningan
Dada : Sesak (-), tampak kekuningan
Mammae : Simetris.
Tulang Belakang : Tidak ada spina bifida.
Abdomen : Tampak tali pusat yang terbungkus kasa steril,
tampak kekuningan.
Anogenetalia : labia mayora menutupi labia minora, anus (+)
berlubang.
Ekstermitas : Simetris, tidak terdapat polidaktil, tidak
terdapat sindaktil, warna kemerahan, pergerakan
sendi lemah.
Palpasi
Muka : bila ditekan berwarna kuning
Leher : bila ditekan berwarna kuning
Dada : bila ditekan berwarna kuning
Abdomen : bila ditekan berwarna kuning

Auskultasi
Dada : Tidak terdengar suara ronchi dan wheezing
Abdomen : Bising usus (+) normal

Perkusi
Abdomen : Tidak meteorismus
Reflek patella : +/+
Pemeriksaan Antropometri
Berat Badan Lahir : 3100 gram
Berat Badan Sekarang : 2900 gram
Panjang Badan : 51 cm
Lingkar Kepala : 33 cm
Lingkar Dada : 32 cm
Lingkar Lengan Atas : 10 cm

Reflek
Reflek Rooting :+
Reflek Sucking :+
Reflek Grasping :+
Reflek Tonick neck :+
Reflek Moro :+
Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 19 Juni 2013
Bilirubin Indirect 12,7 mg/dl 0,21-0,52
Bilirubin Direct 0,90 mg/dl 0,21-0,52
Bilirubin total 13,60 mg/dl 0,36-0,96

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL


Kern ikterus

IV. IDENTIFIKASI KEBURUHAN SEGERA


Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi

V. INTERVENSI
Diagnosa: Neonatus umur 4 hari dengan hiperbilirubinemia kremer IV
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 2x24 jam
diharapkan kadar bilirubin berkurang dan tidak terjadi kern
ikterus.

Kriteria Hasil :
 KU: baik
 Suhu: 36,5-37,50C
 Nadi: 120-160 x/menit
 Nafas: 40-60 x/menit
 Kulit, mukosa, sclera bayi tidak kuning.
 Bilirubin Indirect < 10 mg%.
 Bayi tidak malas minum
 Turgor kulit baik

Intervensi
1. Lakukan pendekatan terapeutik pada ibu dan keluarga serta memberikan
KIE tentang keadaan bayinya.
R/ Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga akan menciptakan
rasa percaya kepada petugas, keluarga akan lebih kooperatif dalam setiap
tindakan yang akan dilakukan untuk membantu meningkatkan keadaan
bayinya saat ini.
2. Lakukan perawatan bayi setiap hari, seperti perawatan tali pusat,
mengganti popok, mengganti baju bayi dan menunda memandikan bayi.
R/ Meminimalkan kejadian infeksi dan mencegah terjadinya hipotermi.
3. Berikan diit nutrisi ASI/PASI pada bayi.
R/ Memenuhi kebutuhan nutrisi pada bayi.
4. Lakukan pemeriksaan kolaborasi dengan laboratorium.
R/ Mengetahui keadaan bayi/kadar bilirubin direct dan bilirubin indirect
didalam tubuh bayi secara detail untuk menentukan penanganannya dan
mencegah terjadinya kem ikterus.
5. Siapkan bayi untuk dilakukan penyinaran, melepas seluruh baju bayi dan
memakaikan kaca mata kasa karbon.
R/ Memaksimalkan hasil penyinaran yang akan dilakukan pada bayi serta
menjaga mata bayi dari sinar blue light.
6. Berikan foto terapi selama 24 jam dengan istirahat 12 jam
R/ Fototerapi akan memecah bilirubin menjadi bentuk yang tidak toksik
yang dapat dikeluarkan sempurna
7. Ubah posisi fototerapi tiap 6 jam (miring kiri/kanan, terlentang,
tengkurap).
R/ Penyinaran merata dan lebih maksimal
8. Observasi keadaan umum dan TTV bayi
R/ Pemantauan keadaan umum dan TTV bayi berguna sebagai deteksi dini
adanya komplikasi
9. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
R/ Pemberian terapi yang tepat akan mempercepat proses penyembuhan

VI. IMPLEMENTASI
1. Melakukan pendekatan terapeutik pada ibu dan keluarga serta memberikan
KIE tentang keadaan bayinya. Jelaskan pada keluarga bayi bahwa bayinya
saat ini mengalami peningkatan kadar bilirubin sehingga menyebabkan
warna kuning pada kulit dan membutuhkan penyinaran.
2. Melakukan perawatan bayi sehari-hari dengan mengganti popok sesuai
kebutuhan bayi dan perawatan tali pusat dengan kasa steril untuk
meminimalkan kejadian infeksi pada tali pusat bayi.
3. Memberikan diit nutrisi ASI/PASI pada bayi sesuai kebutuhan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi pada bayi.
- ASI/susu formula 12 x (25-30 cc)/hari
4. Melakukan pemeriksaan, kolaborasi dengan laboratorium untuk
mengetahui kadar bilirubin direct dan bilirubin indirect didalam tubuh bayi
secara detail untuk menentukan penanganannya dan mencegah terjadinya
kem ikterus.
5. Menyiapkan bayi untuk dilakukan penyinaran, melepas seluruh baju bayi
yang hanya menyisakan pampers dan memakaikan kaca mata kasa karbon
pada matanya untuk memaksimalkan hasil penyinaran yang akan
dilakukan pada bayi serta menjaga mata bayi dari sinar blue light.
6. Memberikan foto terapi selama 24 jam dengan istirahat 12 jam, untuk
memecah bilirubin menjadi bentuk yang tidak toksik yang dapat
dikeluarkan dengan sempurna.
7. Mengubah posisi fototerapi tiap 6 jam (miring kiri/kanan, terlentang,
tengkurap) untuk mendapatkan hasil penyinaran yang lebih maksimal.
8. Mengobservasi keadaan umum dan TTV bayi.
9. Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi yang tepat
guna mempercepat proses penyembuhan bayi.
VII. EVALUASI
Tanggal: 21 Juni 2013 Jam 10.00 WIB
S : -
O:
- KU : Baik
- S : 36,6 OC,
- RR : 48 x/mnt.
- HR : 128 x/mnt.
- Minum Speen (+) 30 cc, muntah (-).
- Warna kulit kemerahan, sclera putih keabuan
- Hasil laboratorium tgl 21-6-2013
Bilirubin Indirect 7,19 mg/dL
Bilirubin Direct 0,85 mg/dL
Bilirubin Total 8,67 mg/dL
A: Neonatus umur 6 hari
P : - Berikan KIE pada ibu dan keluarga tentang perawatan bayi di rumah
- Anjurkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif di rumah
- Pasien KRS
- Anjurkan ibu untuk kontrol di poli anak 3 hari lagi
BAB 4
PEMBAHASAN

Setelah melakukan asuhan kebidanan pada bayi Ny. “KN” dengan


Hiperbilirubinemia melalui tahap pengumpulan data dengan studi kasus,
observasi, wawancara, pemeriksaan, dan studi pustaka pada bagian ini penulis
akan membahas tentang asuhan kebidan yang telah diberikan pada Bayi Ny. “KN”
dengan Hiperbilirubinemia di Ruang Edelweis RSU Ngudi Waluyo secara
terperinci yang meliputi faktor pendukung dan penghambat keberhasilan proses
asuhan kebidanan serta kesenjangan yang terjadi antara teori dengan pelaksnaan
dilapangan serta tindakan untuk mengatasi permasalahan dan menilai keberhasilan
masalah dengan secara menyeluruh.
Sesuai dengan teori Varney, pengkajian adalah pengumpulan data yang
berhubungan dengan pasien diperoleh data bayi usia 4 hari dengan BB 2900 gram
PB 51 cm. Bayi malas menyusu 2 hari terakhir, terlihat kekuningan pada muka,
leher, dada dan abdomen bayi. Kadar bilirubin direct 0,90 mg/dL dan Bilirubin
Indirect 12,7 mg/dl, jumlah bilirubin total 13,6 mg/dl she.ingga ditegakkan
diagnose Neonatus Usia 4 Hari Dengan Hiperbilirubinemia Kremer IV
Intervensi yang dilakukan pada bayi bayi Ny. “KN” dengan
Hiperbilirubinemia dilakukan pemberian sinar blue light untuk menurunkan kadar
bilirubin didalam tubuhnya. Di dalam teori juga menjelaskan bahwa pemberian
nutrisi yang cukup sesuai kebutuhan akan mempercepat prose penyembuhan bayi,
hal ini juga sesuai dengan kasus pada bayi bayi Ny. “KN” dengan
Hiperbilirubinemia yang sudah mampu menerima cukup nutrisi ASI/PASI.
Setelah dilakukan Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir bayi Ny. “KN”
dengan Hiperbilirubinemia hasil yang diperoleh dari evaluasi ini keadaan bayi
baik, tidak terjadi hal-hal yang menjadi komplikasi dari tindakan tersebut.
Kesimpulan dari pembahasan studi kasus pada bayi dengan hiperbilirubinemia
adalah tidak ditemukan perbedaan antara teori dengan penerapan manajemen
kebidanan Varney.
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dalam pembuatan asuhan kebidanan pada
Bayi bayi Ny. “KN” dengan Hiperbilirubinemia yaitu pada tahap pengkajian data
yang terdiri atas data subjektif diperoleh data secara lengkap yang berasal dari
pasien dengan metode wawancara atau tanya jawab dan data objektif yaitu
pemantauan langsung oleh tenaga kesehatan. Data yang didapatkan dalam
pengkajian digunakan sebagai dasar dalam menentukan identifikasi diagnosa atau
masalah terhadap keadaan yang dirasakan oleh bayi. Bayi tidak mengalami
keadaan yang gawat darurat, sehingga untuk penulisan kebutuhan segera hanya
perlu di lakukan pemantauan suhu bayi dan pemantauan berat badan bayi serta
kolaborasi dengan dokter.
Pada penatalaksanaan rencana tindakan disusun berdasarkan keadaan yang
dialami oleh bayi dan juga disesuaikan dengan kebutuhan bayi. Setelah rencana
kegiatan telah tersusun dengan baik maka tahap selanjutnya adalah melaksanakan
rencana tindakan yang telah disusun sebelumnya.
Evaluasi yang didapat berdasarkan asuhan kebidanan yang diberikan
sehingga bayi tidak mengalami komplikasi/ masalah dan bayi sudah di bolehkan
pulang pada hari ke tiga karena kondisinya baik.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Petugas Kesehatan
1. Dalam memberikan asuhan kebidanan diharapkan tetap
mempertahankan untuk menjaga komunikasi dalam menjalin kerjasama
antara petugas dan pasien untuk keberhasilan asuhan yang diberikan.
Selain itu dalam melakukan tindakan petugas kesehatan harus benar-
benar mempertahankan kebersihan dan kesterilan.
2. Memberi waktu kepada klien dan keluarga untuk bertanya serta
memberikan keterangan dan informasi yang jelas dan tepat.
5.2.2 Bagi Masyarakat
1. Keluarga diharapkan selalu bekerja sama dengan petugas kesehatan agar
asuhan dapat berjalan dengan baik / lancar
2. Melaksanakan saran dan petunjuk yang diberikan petugas kesehatan
3. Segera datang / memeriksakan diri kepada petugas kesehatan jika
mengalami komplikasi atau ketidaknyamanan.

Anda mungkin juga menyukai

  • FORMAT
    FORMAT
    Dokumen2 halaman
    FORMAT
    Restyan Puspa N
    Belum ada peringkat
  • BBLR
    BBLR
    Dokumen11 halaman
    BBLR
    Restyan Puspa N
    Belum ada peringkat
  • Down Score
    Down Score
    Dokumen1 halaman
    Down Score
    Restyan Puspa N
    Belum ada peringkat
  • Askep BBLR Nicu
    Askep BBLR Nicu
    Dokumen38 halaman
    Askep BBLR Nicu
    ditamanda
    100% (3)
  • Tata Tertib Di HCU
    Tata Tertib Di HCU
    Dokumen2 halaman
    Tata Tertib Di HCU
    Restyan Puspa N
    Belum ada peringkat
  • SOP GDS
    SOP GDS
    Dokumen3 halaman
    SOP GDS
    Restyan Puspa N
    Belum ada peringkat
  • Massage Bayi
    Massage Bayi
    Dokumen14 halaman
    Massage Bayi
    Restyan Puspa N
    Belum ada peringkat
  • Tata Tertib Di HCU
    Tata Tertib Di HCU
    Dokumen6 halaman
    Tata Tertib Di HCU
    Restyan Puspa N
    Belum ada peringkat
  • Pengajuan
    Pengajuan
    Dokumen7 halaman
    Pengajuan
    Restyan Puspa N
    Belum ada peringkat
  • Askep BBLR Nicu
    Askep BBLR Nicu
    Dokumen38 halaman
    Askep BBLR Nicu
    ditamanda
    100% (3)
  • Tata Tertib Di HCU
    Tata Tertib Di HCU
    Dokumen6 halaman
    Tata Tertib Di HCU
    Restyan Puspa N
    Belum ada peringkat
  • PPK Eos
    PPK Eos
    Dokumen2 halaman
    PPK Eos
    FADHILA SANDY
    Belum ada peringkat
  • Buku Ajar Neonatologi ANAK
    Buku Ajar Neonatologi ANAK
    Dokumen3 halaman
    Buku Ajar Neonatologi ANAK
    Restyan Puspa N
    Belum ada peringkat
  • Askep BBLR Nicu
    Askep BBLR Nicu
    Dokumen4 halaman
    Askep BBLR Nicu
    Restyan Puspa N
    Belum ada peringkat
  • LP Anemia
    LP Anemia
    Dokumen14 halaman
    LP Anemia
    Restyan Puspa N
    Belum ada peringkat
  • Prolaps Uteri
    Prolaps Uteri
    Dokumen25 halaman
    Prolaps Uteri
    Restyan Puspa N
    Belum ada peringkat
  • Standar Operasional Prosedur Pijat Bayi
    Standar Operasional Prosedur Pijat Bayi
    Dokumen3 halaman
    Standar Operasional Prosedur Pijat Bayi
    Faysha Dhini
    Belum ada peringkat
  • BBLR
    BBLR
    Dokumen2 halaman
    BBLR
    Restyan Puspa N
    Belum ada peringkat
  • Tata Naskah Rawat Gabung
    Tata Naskah Rawat Gabung
    Dokumen4 halaman
    Tata Naskah Rawat Gabung
    Restyan Puspa N
    Belum ada peringkat
  • Pathway Sepsis PDF
    Pathway Sepsis PDF
    Dokumen2 halaman
    Pathway Sepsis PDF
    Julia Dewi Eka Gunawati
    Belum ada peringkat
  • Massage Bayi
    Massage Bayi
    Dokumen14 halaman
    Massage Bayi
    Restyan Puspa N
    Belum ada peringkat
  • Hiperbillirubin 3
    Hiperbillirubin 3
    Dokumen16 halaman
    Hiperbillirubin 3
    Restyan Puspa N
    Belum ada peringkat
  • Asfiksia
    Asfiksia
    Dokumen13 halaman
    Asfiksia
    Restyan Puspa N
    Belum ada peringkat
  • BBLR
    BBLR
    Dokumen11 halaman
    BBLR
    Restyan Puspa N
    Belum ada peringkat
  • Hiperbillirubin 3
    Hiperbillirubin 3
    Dokumen16 halaman
    Hiperbillirubin 3
    Restyan Puspa N
    Belum ada peringkat
  • HAND OVER Perawat Landscape
    HAND OVER Perawat Landscape
    Dokumen2 halaman
    HAND OVER Perawat Landscape
    Restyan Puspa N
    Belum ada peringkat
  • Edffdf
    Edffdf
    Dokumen2 halaman
    Edffdf
    Restyan Puspa N
    Belum ada peringkat
  • Spo 2
    Spo 2
    Dokumen2 halaman
    Spo 2
    Restyan Puspa N
    Belum ada peringkat
  • IKHTERUS
    IKHTERUS
    Dokumen25 halaman
    IKHTERUS
    Restyan Puspa N
    Belum ada peringkat
  • Asfiksia
    Asfiksia
    Dokumen10 halaman
    Asfiksia
    Restyan Puspa N
    Belum ada peringkat