Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENGANTAR PERPAJAKAN

PEMERIKSAAN PAJAK DAN SURAT KETETAPAN PAJAK

DISUSUN OLEH :

NAMA KELOMPOK 9 :

1. UMI KALSUM (2017440012)

2. SAPRI ARIYANTO WICAKSONO (2017440115)

3. LIDWIANA KARONA UA ATA (2017440292)

SEMESTER/KELAS : II/A

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS FLORES

ENDE

2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-
Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Pemeriksaan Pajak dan Surat
Ketetapan Pajak (SKP)”.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
sempurnanya makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Ende, 17 Maret 2018

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ..................................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................... 2
1.3 Tujuan......................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................... 3
2.1 Istilah dan Tujuan Pemeriksaan.................................................................................. 3
2.1.1 Istilah Pemeriksaan............................................................................................... 3
2.1.2 Tujuan Pemeriksaan.............................................................................................. 5
2.2 Ruang Lingkup dan Kriteria Pemeriksaan.................................................................. 6
2.1.1 Ruang Lingkup..................................................................................................... 6
2.1.2 Kriteria Pemeriksaan............................................................................................ 8
2.3 Jangka Waktu Pemeriksaan.............................................................. ......................... 10
2.4 Standar Pemeriksaan.................................................................................................. 12
BAB III PENUTUP................................................................................................................. 16
3.1 Kesimpulan................................................................................................................. 16

3.2 Saran........................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara berkembang yang sedang melaksanakan pembangunan di


segala bidang, yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Agar
pembangunan yang dilaksananakn berjalan lancar dan sesuai dengan apa yang
diharapkan. Untuk itu dibutuhkana dana yang tidak sedikit. Dana tersebut
dikumpulkan dari berbagai potensi sumber daya yang dimiliki oleh Negara Indonesia
ini baik dari hasil sumber kekayaan alam seperti, minyak bumi dan gas alam maupun
dari sektor pajak.
Dalam proses perpajakan di Indonesia yang menggunakan system self-assessment
maka tidak lepas dari kesalahan, kelalaian dan tunggakan pajak dari Wajib Pajak
sendiri. Sehingga diperlukan proses pemeriksaan atas penghitungan atau data-data yang
terdapat dalam SSP. Dan untuk menguji kepatuhan serta merupakan upaya pengawasan
terhadap Wajib Pajak.
Pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan mencari, mengumpulkan,
mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dan tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undang perpajakan.
Sedangkan definisi pemeriksaan dijelaskan pada Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 82/PMK.03/2011 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak Pasal 1 ayat (2) yang
berbunyi : “Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data,
keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional
berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.”
Tunggakan pajak merupakan pajak yang terutang ataupun yang belum dibayar
kepada negara dalam jangka waktu yang telah ditetapkan, jumlah hutang pajak yang
harus dibayar dalam batas waktu yang telah ditetapkan tercantum dalam surat ketetapan
pajak (SKP) dan harus dibayar oleh wajib pajak ataupun penanggung pajak.
Dalam pelaksanaannya tidak semua wajib pajak atau penanggung pajak melunasi
pajak yang terhutang tepat waktu. Apabila sampai batas waktu yang telah ditentukan

1
hutang pajak tersebut belum juga dilunasi, maka dilakukkan biaya tindakan penagihan
dengan pajak. Penagihan atau pajak adalah serangkaian tindakan agar penaggung pajak
melunasi utang pajak dan penagihan pajak menegur memperingatkan, melaksanakan
penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan
pencegahan pelaksanaan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang
telah disita. Prosedur penagihan pajak dimulai dari dikeluarkannya Surat Ketetapan
Pajak oleh Kantor Pelayanan Pajak.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa istilah dan tujuan pemeriksaan pajak?

2. Apa saja ruang lingkup dan kriteria pemeriksaan pajak?

3. Bagaimana jangka waktu pemeriksaan pajak?

4. Bagaimana standar pemeriksaan pajak?

1.3 Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah bisa mendapatkan pengetahuan ilmu perpajakan
tentang istilah dan tujuan pemeriksaan, ruang lingkup dan kriteria pemeriksaan, serta
jangka waktu pemeriksaan dan standar pemeriksaan. Dan untuk mengetahui dasar –
dasar ketentuan pemeriksaan pajak yang berlaku di Negara Indonesia berdasarkan
Undang – Undang perpajakan yang berlaku dan ketentuan – ketentuan Pemerintah
lainnya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Istilah dan Tujuan Pemeriksaan


2.1.1 Istilah Pemeriksaan Pajak
Istilah-istilah pemeriksaan dalam pajak sebagai berikut :
a) Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data,
keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional
berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang undangan perpajakan.
b) Pemeriksaan Lapangan adalah Pemeriksaan yang dilakukan di tempat
kedudukan, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, tempat tinggal Wajib
Pajak, atau tempat lain yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak.
c) Pemeriksaan Kantor adalah Pemeriksaan yang dilakukan di kantor Direktorat
Jenderal Pajak.
d) Pemeriksa Pajak adalah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Direktorat
Jenderal Pajak atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak,
yang diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab untuk melaksanakan
Pemeriksaan.
e) Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak adalah tanda pengenal yang diterbitkan
oleh Direktur Jenderal Pajak yang merupakan bukti bahwa orang yang
namanya tercantum pada kartu tanda pengenal tersebut sebagai Pemeriksa
Pajak.
f) Surat Perintah Pemeriksaan adalah surat perintah untuk melakukan
Pemeriksaan dalam rangka menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
g) Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur
untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya serta jumlah harga perolehan dan
penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan
berupa neraca dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak.

3
h) Data yang dikelola secara elektronik adalah data yang bentuknya elektronik,
yang dihasilkan oleh komputer dan/atau pengolah data elektronik lainnya dan
disimpan dalam disket, compact disk, tape backup, hard disk, atau media
penyimpanan elektronik lainnya.
i) Penyegelan adalah tindakan menempelkan kertas segel dalam rangka
Pemeriksaan pada tempat atau ruangan tertentu serta barang bergerak dan/atau
tidak bergerak yang digunakan atau patut diduga digunakan sebagai tempat
atau alat untuk menyimpan buku, catatan, dokumen termasuk data yang
dikelola secara elektronik dan benda-benda lain, yang dapat memberi petunjuk
tentang kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, atau sumber penghasilan Wajib
Pajak yang diperiksa.
j) Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan (Closing Conference) yang untuk
selanjutnya disebut Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan adalah pembahasan
antara Wajib Pajak dan Pemeriksa Pajak atas temuan Pemeriksaan yang
hasilnya dituangkan dalam Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan
yang ditandatangani oleh kedua belah pihak dan berisi koreksi baik yang
disetujui maupun yang tidak disetujui.
k) Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan adalah surat yang berisi tentang
hasil Pemeriksaan yang meliputi pos-pos yang dikoreksi, nilai koreksi, dasar
koreksi, perhitungan sementara jumlah pokok pajak, dan pemberian hak
kepada Wajib Pajak untuk hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan.
l) Tim Quality Assurance Pemeriksaan adalah tim yang dibentuk oleh Direktur
Jenderal Pajak dalam rangka membahas hasil Pemeriksaan yang belum
disepakati antara Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak dalam Pembahasan Akhir
Hasil Pemeriksaan guna menghasilkan Pemeriksaan yang berkualitas.
m) Kertas Kerja Pemeriksaan adalah catatan secara rinci dan jelas yang dibuat
oleh Pemeriksa Pajak mengenai prosedur Pemeriksaan yang ditempuh, data,
keterangan, dan/atau bukti yang dikumpulkan, pengujian yang dilakukan dan
simpulan yang diambil sehubungan dengan pelaksanaan Pemeriksaan.
n) Penghasilan Kena Pajak Yang Tidak Dapat Dihitung adalah Pemeriksa
Pajak tidak dapat melakukan pengujian dalam rangka penghitungan besarnya
penghasilan kena pajak dengan prosedur sesuai dengan standar pelaksanaan
Pemeriksaan.

4
o) Laporan Hasil Pemeriksaan adalah laporan yang berisi tentang pelaksanaan
dan hasil Pemeriksaan yang disusun oleh Pemeriksa Pajak secara ringkas dan
jelas serta sesuai dengan ruang lingkup dan tujuan Pemeriksaan.
p) Pemeriksaan Ulang adalah Pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib
Pajak yang telah diterbitkan surat ketetapan pajak dari hasil Pemeriksaan
sebelumnya untuk jenis pajak dan masa/tahun pajak.
q) Kuesioner Pemeriksaan adalah formulir yang berisikan sejumlah pertanyaan
dan penilaian oleh Wajib Pajak yang terkait dengan pelaksanaan Pemeriksaan.
r) Pemeriksaan Bukti Permulaan adalah Pemeriksaan yang dilakukan untuk
mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak
pidana di bidang perpajakan.

2.1.2 Tujuan Pemeriksaan pajak


Tujuan dilakukannya pemeriksaan adalah sebagai berikut:
1. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan :
a. SPT lebih bayar termasuk yang telah diberikan pengembalian pendahuluan
pajak;
b. SPT rugi;
c. SPT tidak atau terlambat (melampaui jangka waktu yang ditetapkan dalam
Surat Teguran) disampaikan;
d. Melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi, pembubaran,
atau akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya; atau
e. Menyampaikan SPT yang memenuhi kriteria seleksi berdasarkan hasil analisis
(risk based selection) mengindikasikan adanya kewajiban perpajakan WP
yang tidak dipenuhi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
2. Tujuan lain, yaitu:
a. Pemberian NPWP secara jabatan;
b. Penghapusan NPWP;
c. Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) dan pencabutan PKP
d. Wajib Pajak mengajukan keberatan;
e. Pengumpulan bahan untuk penyusunan Norma Penghitungan Penghasilan
Neto.
f. Pencocokan data dan/atau alat keterangan.
5
g. Penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil.
h. Penentuan satu atau lebih tempat terutang PPN.
i. Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak;
j. Penentuan saat mulai berproduksi sehubungan dengan fasilitas perpajakan
dan/ atau;
k. Pemenuhan permintaan informasi dari negara mitra Perjanjian Penghindaran
Pajak Berganda

2.2 Ruang Lingkup dan Kriteria Pemeriksaan


2.2.1 Ruang Lingkup
Ruang lingkup Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dapat meliputi satu, beberapa, atau seluruh jenis pajak, baik untuk satu
atau beberapa Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak dalam tahun-
tahun lalu maupun tahun berjalan.
Ruang lingkup pemeriksaan merupakan cakupan dari jenis pajak dan periode
dari pencatatan atau pembukuan yang menjadi objek untuk dilakukan
pemeriksaan. Dengan pengertian seperti ini, ruang lingkup pemeriksaan pajak
dapat dibagi menjadi dua:
1. Jenis pajak yang diperiksa
Ruang lingkup pemeriksaan pajak bisa diberitahukan kepada Wajib Pajak
melalui Surat Pemberitahuan yang disampaikan. Dapat juga Wajib Pajak
melihat ruang lingkup pemeriksaan dari SP2 yang diperlihatkan atau
disampaikan oleh pemeriksa. Kode pemeriksaan yang tercantum di SP2 juga
memperlihatkan ruang lingkup atau batasan “perintah” diberikan kepada
pemeriksa pajak. Jenis pajak yang diperiksa dapat berupa:
a) seluruh jenis pajak (all taxes);
Seluruh jenis pajak artinya semua kewajiban perpajakan yang menjadi
kewajiban Wajib Pajak harus diperiksa oleh pemeriksa. Atas pemeriksaan
ini, dalam hal pemeriksaan untuk menguji kepatuhan, maka pemeriksa akan
menerbitkan surat ketetapan pajak kecuali jika penyelesaian pemeriksaan
melalui laporan hasil pemeriksaan (LHP) Sumir.
Pada umumnya, pemeriksaan khusus dengan jenis pemeriksaan
lapangan biasanya pemeriksa diberikan ruang lingkup pemeriksaan suluruh

6
jenis pajak. Untuk seluruh jenis pajak, kode pemeriksaan yang tercantum di
SP2 adalah dengan digit pertama 1 (satu).
Contoh: 1412, 1422, atau 1912. Artinya, jika digit pertama angka 1
maka jenis pajak yang diperiksa meliputi: PPh Badan atau PPh OP, PPh
Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Pasal 26, PPh Pasal 4 (2), PPh
Pasal 15, PPN, PPnBM, dan PBB (kecuali PBB P2 yang sudah kewenangan
Pemda).
b) beberapa jenis pajak; atau
Beberapa jenis pajak biasanya digunakan untuk jenis PPh pemotongan
dan pemungutan, yaitu PPh Pasal 21, PPh Pasal 23, dan PPh Pasal 26. PPh
pemotongan dan pemungutan biasa disingkat P2PPh. Tetapi sejak akhir
2013, bisa beberapa jenis pajak bisa juga ditambahkan PPN. Untuk
pemeriksaan Wajib Pajak yang bergerak dibidang minyak dan gas bumi,
terutama yang baru tahap eksplorasi maka biasanya menggunakan beberapa
jenis pajak karena kewajiban perpajakan PPh Badan belum ada. Seperti
seluruh jenis pajak tetapi dikurangi jenis pajak PPh Badan. Kode
pemeriksaan untuk beberapa jenis pajak menggunakan digit pertama 0
(nol). Untuk memperjelas jenis pajak apa saja yang diperiksa, setelah kode
pemeriksaan maka disebutkan jenis pajak apa saja. Contoh kode 0412
(P2PPh dan PPN), atau 0412 (PPh Badan dan PPN), atau 0412 (P2PPh).
c) satu jenis pajak (single tax).
Satu jenis pajak artinya jenis pajak yang diperiksa hanya satu saja.
Sebelumnya, satu jenis pajak lebih banyak digunakan untuk pemeriksaan
lebih bayar PPN. Tetapi sejak SE-28/PJ/2013 maka untuk pemeriksaan
lebih bayar PPh Orang Pribadi dan PPh Badan diharuskan satu jenis pajak.
Maksud pembatasan jenis pemeriksaan menjadi satu jenis pajak adalah agar
pemeriksaan fokus kepada yang lebih bayar dan mempercepat penyelesaian.
Analisis dari Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan menyimpulkan bahwa
pemeriksaan rutin untuk pemeriksaan lebih bayar terlalu membebani kinerja
pemeriksa pajak secara keseluruhan.
2. Periode Pencatatan atau Pembukuan Wajib Pajak
Undang-Undang KUP mengenal istilah masa pajak, tahun pajak, dan bagian
tahun pajak. Masa Pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi Wajib
Pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang dalam
7
suatu jangka waktu tertentu sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang
KUP. Secara umum, satu masa pajak adalah satu bulan kalender. Tetapi bisa
juga satu masa pajak tiga bulan kalender. Masa pajak biasa digunakan untuk
jenis pajak PPN.

Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila Wajib
Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender. Bagian
Tahun Pajak adalah bagian dari jangka waktu 1 (satu) Tahun Pajak. Bagian
tahun pajak artinya kurang dari 12 bulan kalender. Tahun pajak dan bagian
tahun pajak biasa digunakan dalam PPh.

SP2 yang diberikan harus secara jelas menyebutkan periode pembukuan


yang diperiksa. Sehingga di SP2 biasanya disebutkan bulan atau masa pajak
yang diperiksa. Periode bulan pembukuan (periode akuntansi) kebanyakan
dimulai dari bulan Januari dan diakhir bulan Desember. Tetapi ada juga yang
tidak mengikuti kalender masehi, seperti periode pembukuan mulai April sampai
dengan Maret. Dalam hal bulan permulaan periode pembukuan yang tercantum
di SP2 berbeda dengan periode akuntansi yang dianut Wajib Pajak, maka atas
SP2 tersebut harus dibatalkan dan dibuatkan SP2 baru yang sesuai dengan
periode pembukuan Wajib Pajak.

Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan PPh Badan tidak mungkin dilakukan


untuk tahun berjalan. Karena pemeriksaan untuk menguji kepatuhan harus
menerbitkan surat ketetapan pajak. Artinya, periode pembukuan yang diperiksa
harus sudah lewat. Tetapi pemeriksaan tahun berjalan masih bisa dilakukan
untuk pemeriksaan PPN untuk masa pajak yang sudah lewat. Contoh SP2
ditandatangani bulan Agustus 2014 untuk pemeriksaan satu jenis pajak PPN
masa pajak Maret 2014.

2.2.2 Kriteria Pemeriksaan


Menurut SE-28/PJ/2013 bahwa kriteria adalah alasan dilakukan pemeriksaan
pajak. Pada tingkat kebijakan kriteria pemeriksaan dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Pemeriksaan yang rutin
Pemeriksaan Rutin, merupakan pemeriksaan yang dilakukan sehubungan
dengan pemenuhan hak dan/atau pelaksanaan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.
Pemeriksaan Khusus atau pemeriksaan berdasarkan analisis risiko (risk based

8
audit), merupakan pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak yang
berdasarkan hasil analisis risiko secara manual atau secara komputerisasi
menunjukkan adanya indikasi ketidakpatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan.
pemeriksaan rutin itu adalah pemeriksaan yang tidak memerlukan analisis risiko.
2. Pemeriksaan yang khusus atau Pemeriksaan berdasarkan analisis risiko

Pemeriksaan Khusus atau pemeriksaan berdasarkan analisis risiko (risk based


audit), merupakan pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak yang
berdasarkan hasil analisis risiko secara manual atau secara komputerisasi
menunjukkan adanya indikasi ketidakpatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan.

Analisis manual dilakukan dengan manual. Satu Wajib Pajak atau satu grup
dilakukan analisis secara manual. Analisi ini dituangkan dalam lembar analisis
yang disebut "Analisis Risko Wajib Pajak". Perincian lebih detil tentang analisis
manual terdapat dalam SE-15/PJ/2014 yaitu:

a) Wajib Pajak yang bertransaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan


istimewa di dalam negeri (Wajib Pajak Grup).
b) Wajib Pajak sektor minyak dan gas bumi yang dilakukan berdasarkan
kesepakatan antara SKK Migas, BPKP, dan tentu saja DJP.
c) Wajib Pajak yang bertransaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan
istimewa (pemeriksaan transfer pricing).
d) Pemeriksaan yang dilakukan secara bersama-sama antara DJP dengan pihak
eksternal (biasa disebut joint audit, TOPN, atau Tim Gab).
e) Pemeriksaan berdasarkan hasil pengembangan dan analisis IDLP.
f) Pemeriksaan berdasarkan analisis risiko yang dibuat oleh Direktorat P2 dan
Kanwil DJP.
g) Pemeriksaan bottom-up yang berasal dari usulan kantor pelayanan pajak.

Sementara analisis risiko secara komputerisasi dilakukan secara masal,


gelondongan. Analisis risiko sampai dengan 2014 ini baru dilakukan oleh KPDJP.
Hasil analisis risikonya kemudian diterbitkan intruksi pemeriksaan yang ditanda-
tangani Direktur Pemeriksaan DJP. Walaupun metode analisis risiko secara
komputerisasi berubah-ubah, tetapi karena keperluan "target" dan keperluan

9
penugasa pemeriksaan, maka Direktorat P2 memutuskan tetap untuk menerbitkan
intruksi pemeriksaan.
Pada awalnya, analisis risiko secara komputerisasi disebut "Kriteria Seleksi".
Ketentuan Pemeriksaan Kriteria Seleksi pertama kali diatur di Surat Edaran
Direktur Jenderal Pajak No. SE-01/PJ.7/2003 tentang Kebijakan Pemeriksaan
Pajak (Seri Pemeriksaan 01 – 03). Berdasarkan Surat Edaran ini, Pemeriksaan
Kriteria Seleksi difokuskan terhadap Wajib Pajak yang dikategorikan sebagai
Wajib Pajak Besar dan Menengah baik skala nasional, regional maupun lokal.
Penetapan Wajib Pajak Besar dan Menengah dilaksanakan oleh Kantor Pusat DJP
berdasarkan jumlah peredaran usaha dan jumlah pajak yang dibayarkan serta
elemen-elemen pertimbangan lainnya.

2.3 Jangka Waktu Pemeriksaan

Pasal 31 Undang-Undang KUP ini merupakan dasar hukum atau amanat yang
diberikan oleh Undang-Undang KUP bahwa jangka waktu pemeriksaan pajak "harus
dibatasi". Jangka waktu pemeriksaan dapat dilihat pada jenis pemeriksaannya yaitu :

a. Pemeriksaan Kantor
Pemeriksaan Kantor adalah Pemeriksaan yang dilakukan di kantor Direktorat
Jenderal Pajak. Pemeriksaan Kantor terkait dengan pemeriksaan dalam rangka
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan dalam jangka waktu
paling lama paling lama 4 (empat) bulan, yang dihitung sejak tanggal Wajib Pajak
memenuhi Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor sampai dengan
tanggal Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP) disampaikan kepada Wajib
Pajak. dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan, kecuali
untuk Pemeriksaan atas keterangan lain berupa data konkret yang dilakukan dengan
Pemeriksaan Kantor tidak dapat diperpanjang.
Perpanjangan jangka waktu pengujian Pemeriksaan Kantor dilakukan dalam hal :
1) Pemeriksaan Kantor diperluas ke Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun
Pajak lainnya
2) Terdapat konfirmasi atau permintaan data dan/atau keterangan kepada pihak
ketiga
3) Ruang lingkup Pemeriksaan Kantor meliputi seluruh jenis pajak dan/atau
4) Berdasarkan pertimbangan kepala unit pelaksana Pemeriksaan.

10
b. Pemeriksaan Lapangan
Pemeriksaan Lapangan adalah Pemeriksaan yang dilakukan di tempat
kedudukan, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, tempat tinggal Wajib Pajak,
atau tempat lain yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak.
Pemeriksaan Lapangan terkait dengan pemeriksaan dalam rangka menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan dalam jangka waktu paling
lama 6 (enam) bulan, yang dihitung sejak Surat Pemberitahuan Pemeriksaan
Lapangan disampaikan kepada Wajib Pajak sampai dengan tanggal SPHP
disampaikan kepada Wajib Pajak.
Selanjutnya dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan.
dilakukan dalam hal:

a. Pemeriksaan Lapangan diperluas ke Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun
Pajak lainnya
b. terdapat konfirmasi atau permintaan data dan/atau keterangan kepada pihak ketiga
c. ruang lingkup Pemeriksaan Lapangan meliputi seluruh jenis pajak dan/atau
d. berdasarkan pertimbangan kepala unit pelaksana Pemeriksaan.

Sedangkan terkait dengan:

a. Wajib Pajak Kontraktor Kontrak Kerja Sama Minyak dan Gas Bumi
b. Wajib Pajak dalam satu grup atau
c. Wajib Pajak yang terindikasi melakukan transaksi transfer pricing dan/atau
transaksi khusus lain yang berindikasi adanya rekayasa transaksi keuangan dapat
diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan dan dapat dilakukan
paling banyak 3 (tiga) kali sesuai dengan kebutuhan waktu untuk melakukan
pengujian.

Jangka waktu untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan


dalam rangka Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dan pelaporan paling lama 2
(dua) bulan, yang dihitung sejak tanggal SPHP disampaikan kepada Wajib Pajak
sampai dengan tanggal LHP.

11
Pemeriksaan Lapangan terkait dengan pemeriksaan untuk tujuan lain dilakukan
paling lama 4 (empat) bulan yang dihitung sejak tanggal Surat Pemberitahuan
Pemeriksaan Lapangan disampaikan kepada Wajib Pajak sampai dengan tanggal
LHP.
Pemeriksaan dapat dilakukan terhadap Wajib Pajak, termasuk terhadap instansi
pemerintah dan badan lain sebagai pemungut pajak atau pemotong pajak.

Jangka waktu pelaksanaan pemeriksaan pajak terbatas.


Jangka waktu pemeriksaan pajak dibedakan menurut jenis pemeriksaan
pajaknya, yaitu sebagai berikut :

a) Pemeriksaan Lapangan (PL) harus diselesaikan dalam jangka waktu dua bulan,
terhitung sejak surat pemberitahuan pemeriksaan pajak diterima oleh wajib
pajak atau sesuai dengan instruksi direktur pemeriksaan, penyelidikan dan
penagihan pajak. Jangka waktu tersebut dapat diberikan perpanjangan hanya
paling lama 6 bulan.
b) Pemeriksaan Sederhana Lapangan (PSL) harus diselesaikan dalam jangka waktu
satu bulan, terhitung sejak SP3 diterima oleh wajib pajak. Jangka waktu tersebut
hanya dapat diberikan perpanjangan waktu paling lama satu bulan.
c) Pemeriksaan Sederhana Kantor (PSK) harus diselesaikan dalam jangka waktu
empat minggu, terhitung sejak surat pemberitahuan pemeriksaan pajak diterima
oleh wajib pajak. Jangka waktu tersebut dapat diberikan perpanjangan waktu
paling lama dua minggu.

2.4 Standar Pemeriksaan

Standar pemeriksaan adalah capaian minimum yang harus dicapai dalam


melaksanakan pemeriksaan. Boleh dibilang, standar pemeriksaan merupakan syarat
minimal. Pelaksanaan pemeriksaan pajak boleh lebih bagus atau diatas standar
pemeriksaan yang sudah ditetapkan. Dalam hal dibawah standar, sebenarnya tidak ada
sanksi bagi pemeriksa pajak tetapi akan menjadi ukuran pembinaan pelaksanaan
pemeriksaan oleh Direktorat Pemeriksaan. Standar pemeriksaan lebih lanjut diatur
dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-23/PJ/2013 tentang Standar
Pemeriksaan. Standara pemeriksaan dibagi tiga:

12
1) Standar Umum
Standar umum Pemeriksaan merupakan standar yang bersifat pribadi dan
berkaitan dengan persyaratan Pemeriksa Pajak. Peraturan menteri keuangan dan
peraturan direktur jenderal pajak memberikan syarat minimal pemeriksa pajak
sebagai berikut:

a) telah mendapat pendidikan dan pelatihan teknis yang cukup serta memiliki
keterampilan sebagai Pemeriksa Pajak.
Persyaratan ini merupakan syarat kompetensi untuk dapat menjadi seorang
Pemeriksa Pajak, baik sebagai individu maupun sebagai tim Pemeriksa Pajak
(kompetensi kolektif). Pemeriksa Pajak harus memiliki pengetahuan dan keahlian
yang memadai dibidang perpajakan, akuntansi, dan Pemeriksaan. Pemeriksa
Pajak diharuskan memiliki pengetahuan umum tentang lingkungan dan proses
bisnis Wajib Pajak, termasuk di antaranya adalah kemampuan menerapkan
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku. Pemeriksa Pajak harus memiliki
keterampilan berkomunikasi secara jelas dan efektif, baik secara lisan maupun
tulisan. Pemeriksa Pajak harus memelihara dan meningkatkan keahlian dan
kompetensinya melalui pendidikan berkelanjutan. Pendidikan dimaksud dapat
berupa diklat-diklat, kursus singkat, maupun seminar, baik yang diselenggarakan
oleh Direktorat Jenderal Pajak, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan,
maupun oleh instansi lainnya, di dalam negeri maupun di luar negeri.
b) menggunakan keterampilannya secara cermat dan seksama.
Dalam pelaksanaan Pemeriksaan dan penyusunan LHP, Pemeriksa Pajak
harus menggunakan keterampilannya secara profesional, cermat dan seksama,
objektif, dan independen, serta selalu menjaga integritas. Pemeriksa Pajak
dianggap telah menggunakan keterampilannya secara cermat dan seksama apabila
dalam melaksanakan Pemeriksaan didasarkan pada iktikad baik dan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
c) jujur dan bersih dari tindakan-tindakan tercela serta senantiasa mengutamakan
kepentingan negara.
Pemeriksa Pajak dituntut untuk selalu jujur dan bersih dari tindakan tercela
serta mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi ataupun
golongan. Pemeriksa Pajak harus tunduk pada kode etik yang telah ditetapkan
oleh Direktorat Jenderal Pajak. Dalam semua hal yang berkaitan dengan

13
Pemeriksaan, Pemeriksa Pajak harus bersikap independen, yaitu tidak mudah
dipengaruhi oleh keadaan, kondisi, perbuatan dan/atau Wajib Pajak yang
diperiksanya. Gangguan independensi yang dapat dialami oleh Pemeriksa Pajak
selama Penieriksaan meliputi hal-hal berikut:
i. memiliki hubungan pertalian darah ke atas, ke bawah, atau semenda sampai
dengan derajat kedua dengan Wajib Pajak.
ii. memiliki kepentingan keuangan, baik secara langsung maupun tidak langsung
dengan Wajib Pajak.
iii. pernah bekerja atau memberikan jasa di bidang yang berhubungan dengan
masalah perpajakan, akuntansi, atau pun keuangan kepada Wajib Pajak dalam
kurun waktu 2 (dua) tahun terakhir.
iv. memiliki teman dekat atau keluarga yang dapat berposisi sebagai wakil Wajib
Pajak yang diperiksa.
v. keadaan, kondisi dan perbuatan tertentu lainnya yang menurut pertimbangan
Pemeriksa Pajak dapat mengganggu independensi tersebut..
vi. taat terhadap berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan.
2) Standar Pelaksanaan
Pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan harus dilakukan sesuai standar pelaksanaan Pemeriksaan. Pelaksanaan
Pemeriksaan harus didahului dengan persiapan yang baik sesuai dengan tujuan
Pemeriksaan, yang paling sedikit meliputi kegiatan mengumpulkan dan mempelajari
data Wajib Pajak, menyusun rencana Pemeriksaan (audit plan), dan menyusun
program Pemeriksaan (audit program), serta mendapat pengawasan yang seksama.
Pemeriksaan dilaksanakan dengan melakukan pengujian berdasarkan metode dan
teknik Pemeriksaan sesuai dengan program Pemeriksaan (audit program) yang telah
disusun.
Temuan hasil Pemeriksaan harus didasarkan pada bukti kompeten yang cukup
dan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Pemeriksaan
dilakukan oleh suatu tim Pemeriksa Pajak yang terdiri dari seorang supervisor,
seorang ketua tim, dan seorang atau lebih anggota tim, dan dalam keadaan tertentu
ketua tim dapat merangkap sebagai anggota tim. Apabila diperlukan, Pemeriksaan
untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dapat dilakukan secara
bersama-sama dengan tim pemeriksa dari instansi lain.
14
Kegiatan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan harus didokumentasikan dalam bentuk KKP (Kertas Kerja Pemeriksaan).
KKP wajib disusun oleh Pemeriksa Pajak dan berfungsi sebagai:
a) bukti bahwa Pemeriksaan telah dilaksanakan sesuai standar pelaksanaan
Pemeriksaan;
b) bahan dalam melakukan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dengan Wajib
Pajak mengenai temuan hasil Pemeriksaan;
c) dasar pembuatan LHP (Laporan Hasil Pemeriksaan);
d) sumber data atau informasi bagi penyelesaian keberatan atau banding yang
diajukan oleh Wajib Pajak; dan
e) referensi untuk Pemeriksaan berikutnya.
3) standar pelaporan hasil pemeriksaan
Kegiatan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan harus dilaporkan dalam bentuk LHP yang disusun sesuai standar
pelaporan hasil Pemeriksaan. LHP disusun secara ringkas dan jelas, memuat ruang
lingkup atau pos-pos yang diperiksa sesuai dengan tujuan Pemeriksaan, memuat
simpulan Pemeriksa Pajak yang didukung temuan yang kuat tentang ada atau tidak
adanya penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan, dan
memuat pula pengungkapan informasi lain yang terkait dengan Pemeriksaan. LHP
untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan sekurang-kurangnya
memuat:
a. penugasan Pemeriksaan;
b. identitas Wajib Pajak;
c. pembukuan atau pencatatan Wajib Pajak;
d. pemenuhan kewajiban perpajakan;
e. data/informasi yang tersedia;
f. buku dan dokumen yang dipinjam;
g. materi yang diperiksa;
h. uraian hasil Pemeriksaan;
i. ikhtisar hasil Pemeriksaan;
j. penghitungan pajak terutang; dan
k. simpulan dan usul Pemeriksa Pajak.

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Tujuan pemeriksaan pajak secara keseluruhan adalah supaya wajib Pajak


melaporkan kegiatan usahanya dengan benar. Benar karena wajib pajak melaporkan
kegiatan usahanya sesuai keadaan sebenarnya. Tidak ada yang ditutupi, tidak ada yang
disembunyikan dan terbuka. Benar karena wajib Pajak telah menghitung pajak terutang
sesuai dengan peraturan perundang- undangan perpajakan yang berlaku.
Ada banyak ketentuan dalam melakukan pemeriksaan pajak, secara garis besar
diantaranya yaitu :
a. Ruang lingkup pemeriksaan
b.bKriteria pemeriksaan
c. Jangka waktu Pemeriksaan
d. Standar pemeriksaan

Standar pemeriksaan merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan


suatu hasil pemeriksaan yang berisifat objektif dan profesional. Standar Pemeriksaan
Pajak ini meliputi: Standar Umum Pemeriksaan, Standar Pelaksanaan Pemeriksaan dan
Standar Pelaporan Hasil Pemeriksaan. Ketiga standar tersebut merupakan capaian
minimum yang harus dilakukan oleh Pemeriksa Pajak sesuai dengan dengan tujuan
pemeriksaan tersebut. Standar Umum Pemeriksaan berlaku bagi Pemeriksaan baik
untuk menguji kepatuhan ataupun Pemeriksaan untuk tujuan lain. Sedangkan, Standar
Pelaksanaan Pemeriksaan dan Standar Pelaporan Hasil Pemeriksaan harus disesuaikan
dengan tujuan pemeriksaannya masing-masing.

3.2 Saran
Dengan dianutnya sistem pemungutan pajak self assessment di Indonesia maka
perlu adanya upaya pengawasan pemerintah yang salah satunya dilakukan melalui
pemeriksaan pajak. Tujuan dari Pemeriksaan Pajak adalah menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Untuk
memberikan kepastian hukum, jenis pemeriksaan, ruang lingkup, jangka waktu
pemeriksaan dan standar pemeriksaan lainnya dilakukan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

16
DAFTAR PUSTAKA

http://www.pajak.go.id/content/istilah-istilah-perpajakan-pemeriksaan

http://www.pajak.go.id/content/pemeriksaan-pajak-0

http://tokotokitiko.blogspot.co.id/2014/06/ruang-lingkup-pemeriksaan-pajak.html

http://ortax.org/ortax/?mod=studi&page=show&id=108

http://pajaktaxes.blogspot.co.id/p/blog-page_5.html

17

Anda mungkin juga menyukai