Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN

Dosen Pembimbing:

Ns. Aria Wahyuni, S.Kep, M.Kep Sp. MB

Mata Kuliah: Keperawatan Medikal Bedah II

Oleh Anggota Kelompok 3:

Shan Pebri Joalia

Ulfa Zakyiah

Victor Trio Saputra

Kori Susandry

STIKES FORT DE KOCK BUKITTINGGI

TAHUN AJARAN

2017/2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Apendiks disebut juga umbai caring. Istilah usus buntu yang dikenal di masyarakat
awam sesungguhnya kurang tepat karena usus buntu yang sebenarnya adalah sekum. Organ
yang tidak diketahui fungsinya ini sering menimbulkan masalah kesehatan. Peradangan akut
apendiks memerlukan tindak bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya
berbahaya.
Apendiks veriformis merupakan suatu struktur berbentuk seperti jari yang menempel
pada sekum dikuadran bawah abdomen. Walaupun apendiks veriformis diketahui tidak
mempunyai fungsi apapun, ia dapat meradang dan menimbulkan penyakit yang disebut
apendiksitis.
Peradangan dikuadran kanan bawah dahulu dianggap sebagai penyakit non bedah
pada sekum (tiflitis atau peritiflitis) sampai fitz mengemukakan apendiksitis akut sebagai
suatu entitas tersendiri pada tahun 1886. Inflamasi apendiks diakibatkan oleh obstruksi pada
50% sampai 80%, biasanya oleh fekalit dan, yang lebih jarang, batu empedu, tumor, atau
gumpalan cacing (oxyuris vermikularis).(Robbins & Cotran, 2009)
Bila diagnosis klinis sudah jelas tindakan paling tepat yang satu-satunya adalah
apendiktom. Pada apendiksitis tanpa komplikasi, biasanya tidak perlu diberikan antibiotik,
kecuali pada apendisitis gonggrenosa atau apendisitis perforata. Apendiktomi bisa dilakukan
secara terbuka. Bila apendiktomi terbuka, insisi McBurney paling banyak dipilih ahli bedah.
Pada penderita yang diagnosanya tidak jelas, sebaiknya dilakukan observasi terlebih dahulu.
Pemeriksa laboratorium dan ultrasonografi dapat dilakukan bila observasi masih dapat
keraguan. Apendiktomi dilakukan pada infiltrat periapendikuler tanpa push yang telah
ditenangkan sebelumnya, pasien diberi antibiotik kombinasi yang aktif terhadap kuman aerop
dan anaerop. Baru setelah keadaan tenang yaitu sekitar 6-8 minggu kemudian, dilakukan
apendiktomi. Pada anak kecil, wanita hamil, dan penderita usia lanjut, jika secara konservatif
tidak baik dan berkembang menjadi abses, dianjurkan operasi secepatnya. Bila sudah terjadi
abses dianjurkan drainase saja kemudian apendiktomi dikerjakan setelah 6-8 minggu
kemudian. (Sjamsuhidajat, 2010)

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Apendiksitis.
2. Etiologi Apendiksitis.
3. Manifestasi Klinik Apendiksitis.
4. Pemeriksaan Penunjang.
5. Pemeriksaan Medik Apendiksitis.
6. Asuhan Keperawatan Apendiksitis.

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian Apendiksitis.


2. Untuk mengetahui etiologi Apendiksitis.
3. Untuk mengetahui manifestasi klinik Apendiksitis.
4. Untuk mengetahui komplikasi Apendiksitis.
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Apendiksitis.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan medik Apendiksitis.
7. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan Apendiksitis.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Apendisitis
(Price & Wilson, 2005) Mengatakan apendiksitis merupakan penyakit bedah mayor
yang paling sering terjadi. Walaupun apendiksitis dapat terjadi pada setiap usia,
namun paling sering terjadi pada remaja dan dewasa muda. Angka mortalitas penyakit
ini sangat tinggi sebelum era antibiotik.

B. Etiologi
a. Obstruksi atau penyumbatan pada lamen apendiks yang dapat disebabkan oleh
fekalit (massa feses yang keras, terutama disebabkan oleh kekurangan makanan
berserat). Konstipasi akan menaikkan tekanan intrasekal yang berakibat sumbatan
fungsional apendiks dan meningkannya pertumbuhan flora normal kolon,
hiperplasia jaringan limfoid, benda asing tumor, cacing atau parasit lain.
b. Infeksi bakteri (seperti, proteus, klebsiella, streptococcus dan pseudomona, dan
bakteri anaerobik terutama bacteroides fragilis), parasit.
c. Striktura karena fibrosa pada dinding usus

C. Manifestasi klinis
a. Awitan mendadak atau secara bertahap nyeri difusi di daerah epigastrium atau
peri umbilikus sering terjadi.
b. Dalam beberapa jam, nyeri menjadi lebih terlokalisasi dan dapat dijelaskan
sebagai nyeri tekan di daerah kuadran kanan bawah abdomen.
c. Nyeri lepas (nyeri yang timbul sewaktu tekanan dihilangkan dari bagian yang
sakit) merupakan gejala klasik peritonitis dan umum ditemukan di apendiksitis.
Terjadi defans muskular atau pengencangan perut.(J. Corwin, 2009)
d. Panas (infeksi akut) bila timbul komplikasi. Gejala lain yang muncul yaitu demam
yang tidak terlalu tinggu dengan suhu antara 37,50-38,50C, tetapi bila suhu lebih
tinggi diduga telah terjadi perforasi.
e. Mual dan muntah dengan anoreksia akibat nyeri visceral.
f. Obstipasi karena klien takut mengejan, klien apendiksitis akut juga mengeluh
obstipasi sebelum datangnya rasa nyeri dan beberapa klie mengalami diare, hal
tersebut timbul biasanya pada klien apendiks pelvikal yang merangsang daerah
rektum.
g. Pada inspeksi, klien berjalan membungkuk sambil memegangi perutnya yang saki,
timbul kembung bila terjadi perforasi, penonjolan perut kanan bawah terlihat pada
abses apendiks. Posisi klien biasanya miring kesisi yang sakit sambil melakukan
fleksi pada sendi paha, karena setiap ekstensi meningkatkan nyeri.
h. Nausea. (Saputra, 2014)
i. Regiditas abdomen (keras seperti papan)

D. Komplikasi
a) Perforasi, tanda dan gejala :
a) Nyeri seluruh abdomen.
b) Pekak hati hilang.
c) Bising usus hilang.
d) Dapat terjadi peritonitis jika apendiks yang membengkak pecah.
Peritonitis secara bermakna meningkatkan resiko komplikasi pasca
pembedahan.
b) Massa periandikuler
Hal ini terjadi bila apendisitis gangrenosa atau mikroperforasi ditutupi
pendindingan oleh omentum. Umumnya massa apendix terbentuk pada hari
ke-4 sejak peradangan mulai apabila tidak terjadi peritonitis generalisata.
Massa apendix dengan proses radang yang masih aktif ditandai dengan
keadaan umum masih terlihat sakit, suhu masih tinggi, terdapat tanda-tanda
peritonitis, lekositosis, dan pergeseran ke kiri. Massa apendix dengan proses
meradang telah mereda ditandai dengan keadaan umum telah membaik, suhu
tidak tinggi lagi, tidak ada tanda peritonitis, teraba massa berbatas tegas
dengan nyeri tekan ringan, lekosit dan netrofil normal

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Test rectal
Hasil teraba benjolan dan penderita merasa nyeri pada daerah prolitotomi
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Klien mengalami lekositosis (lebih dari 12.000 mm3), leukosit meningkat sebagai
respon fisiologis untuk melindungi tubuh terhadap mikroorganisme yang
menyerang. Pada klien dengan apendisitis akut, nilai netrofil akan meningkat
75%, perlu dipertimbangkan adanya penyakit infeksi pada pelvis terutama pada
wanita. Jika jumlah lekosit lebih dari 18.000/mm3 maka umumnya sudah terjadi
perforasi dan peritonia.
b. C-rective protein (CPR). Pertanda respon inflamasi akut (acute phase responce)
dengan nilai sensitifitas dan spesifitas CRP cukup tinggi, yaitu 80-90% dan lebih
dari 90%
c. Hb (hemoglobin) nampak normal
d. Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis infiltrat
e. Urinalisis: normal, tetapi eritrosit, leukosit mungkin ada. Urine rutin penting
untuk melihat adanya infeksi pada ginjal.
f. Limfosit 14.3% (nilai normal 22-44)
g. Monosit 10.4% (nilai normal 0-7)
h. MCV 75Fl (nilai normal 80-96)
i. MCH 2Fl (nilai normal 28-33)
j. Kreatinin 0,59 mg/dl (nilai normal 0.6-1.1)
3. Foto abdomen
Dapat menunjukan adanya pengerasan material pada apendiks (fekalit), ileus
terlokalisir. Pada keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam diafragma.

F. Penatalaksanaan Medik Apendiksitis

Penatalaksaan medik pada klien apendiksitis yakni :

a. Apendiktomi yaitu pembedahan untuk mengangkat apendiks pembedahan


diindikasikan bila diagnosa apendiksitis telah ditegakkan. Hal ini dilakukan sesegera
mungkin untuk menurunkan risiko perforasi. Pilihan apendiktomi dengan Cito
(segera) untuk apendiksitis akut, abses dan perforasi. Pilihan apendiktomi elektif
untuk apendiksitis kronik
b. Pemberian terapi antibiotik untuk mengurangi risiko peritonitas dengan sepsis misal
metronidazol atau antibiotika kronik
c. Pemberian terapi analgesik untuk mengurangi rasa nyeri.
d. Terapi cairan dengan elektrolit untuk mengganti cairan yang hilang memenuhi
kebutuhan cairan
e. Bed rest total posisi fowler
f. diet
BAB III

Asuhan Keperawatan

Kasus Apendiksitis

Seorang ibu berusia 30 tahun dirawat dirumah sakit pasien mengatakan nyeri perut dibagian
kanan bawah dirasa sejak kurang lebih satu tahun yang lalu, tidak pernah berobat sebelumnya
karena dikira hanya magh, pasien datang ke IGD pada tanggal dengan membawa hasil USG
pada dengan gambaran apendiksitas untuk segera dioperasi, pasien sudah puasa sejak pukul
08.00 WIB. Terapi di IGD infus ringer laktat 20 tetes permenit, injeksi keterolac 10 mg.
Pasien dilakukan operasi atau pembedahan pada tanggal. Pada saat dilakukan pengkajian
mengeluh nyeri perut post operasi, nyeri dirasa timbul saat bergerak, kualitas nyeri perih dan
terasa panas seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 4 (0-10), dan nyeri hilang timbul, pasien
tampak lemah. Pada riwayat yang pernah dialami, pasien mengatakan tidak mempunyai
penyakit apendisitis sebelumya. Tidak pernah mengalami kecelakaan, dirawat dirumah sakit,
ataupun menjalani operasi, hanya sakit biasa seperti demam, pilek dan batuk. Riwayat
kesehatan keluarga, pasien mengatakan keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit
apendisitis, dan slah satu keluarga mempunyai penyakit keturunan yaitu diabetes militus
diderita kakek dan neneknya. Pada kasus ini pasien mengalami masalah pola eliminasi.
Buang air kecil (BAK), sebelum sakit BAK kurang lebih tujuh kali sekali sehari, warna
kunig, berbau khas. Selama sakit pasien mengatakan merasakan nyeri luka post operasi
sehingga belum bisa melakukan toileting secara mandiri, BAK dengan terpasang Dower
Cateter kurang lebih 1000 cc per hari, warna kuninh, berbau khas. Sebelum sakit mampu
melakukan aktivitas harian dengan mandiri. Selama sakit mengatakan untuk aktivitas, makan,
dan berpindah dibantu orang lain, untuk toileting dibantu dengan alat. Sebelum sakit pasien
mengatakan tidak mengalami gangguan kesadaran, gangguan pendengaran, ataupun
gangguan penglihatan. Selama sakit pasien mengatakan tidak ada gangguan kesadaran,
gangguan pendengaran, ataupun gangguan penglihatan, pada luka post operasi apendiktomi
teras nyeri, nyeri dirasa saat bergerak, kualitas nyeri seperti ditusuk-tusuk, diperut kanan
bawah kuadran 4, skala nyeri 4 (0-10), nyeri hilang timbul. Pasien tampak lemah dan
merintih kesakitan. Pada pemeriksaan fisik pasien composmentis dengan nilai GCS 15
(E4V5M6). Tekanan darah 100/70 mmHg, frekuensi nadi 84 kali permenit, frekuensi
pernapasan 20 kali permenit dan suhu 38 derjat celcius. Pada pemeriksaan fisik abdomen,
dilakukan dengan cara inspeksi, auskultasi, perkusi, palpasi (IAPP). Inspeksi meliputi ada
luka post operasi diperut kanan bawah, tertutup kassa, warna kulit sekitar luka tidak
kemerahan, umbilikus bersih. Auskultasi peristaltik usus 5 kali permenit. Suara perut saat
diperkusi tidak terkaji. Pada saat palpasi, terdapat nyeri tekan pada bagian perut kanan bawah
kuadran 4 atau daerah post operasi apendiktomi. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan
pada pasien. Meliputi pemeriksaan laboratorium tanggal pre operasi meliputi limfosit 14,3%
(nilai normal : 22-44); monosit 10,4% (nilai normal: 0-7); MCV 75fL (nilai normal: 80-96);
MCH 2fL (nilai normal:28-33); kreatinin 0,59 mg/dl (nilai normal: 0.6-1.1). Hasil
pemeriksaan USG pada tanggal dengan hasil hepar, vesica felea, pancreas, kedua ren, lien,
vesica urinaria, maupun prostat dalam batas normal; secara sonografi adanya gambaran
edneksitis kanan, small simple cyst ovaril kiri. Pada region Mc Burney tampak struktur
tubuler blind end non kompresi menyongkokng gambaran apendisitis. Pasien diberi terapi
infus ringer laktat 20 tetes permenit pada tangan sebelah kiri, dan terpasang DC, mendapat
terapi injeksi taxegram 1gram/12 jam untuk saluran urogenital gonore tidak terkomplikasi
disebabkan neuseria. Torasic 10mg/8 jam untuk terapi somatik jangka pendek nyeri akut
serajad sedang berat. Gastridin 150 mg/12 jam untuk tungkak lambung dan usus dua belas
jari. Tanda-tanda vital meliputi tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 84 kali permenit,
pernapasan 20 kali permenit dan suhu 38 derjat celcius.

A. PENGKAJIAN
1. Data Pasien
Nama : Ny (A)
Umur : 31 tahun
Alamat : jl. Soekarno Hatta, Garegeh
No RM : 125699
Tanggal Masuk: 15 Maret 2018
2. Data penanggung jawab
Nama : Tn. Kim
Umur : 36 Tahun
Alamat : Jl. Soekarno Hatt, Garegeh
Hubungan dg pasien : Suami
Data pasien Ruang Rawat : Ruang Mawar

Nama : Ny ( A ) No Rekam Medik : 125699

Umur : 31 tahun Tgl/jam masuk : 15 maret 2018/ 10.00


Pekerjaan : Ibu rumah tangga Tgl/jam pengkajian: 15 maret 2018 /13.00
Suku : Melayu
Diagnosa Medis : Apendiksitis
Agama : Islam
Informan : Pasien
Status Perkawinan : Sudah menikah
RIWAYAT KESEHATAN
Keluhan Utama dan Riwayat Kesehatan Sekarang : nyeri perut bagian kanan bawah
Riwayat Kesehatan Masa Lalu:
1. Penyakit : Asma Stroke Gastritis Infeksi Lainnya, sebutkan
2. Pola Hidup : merokok kurang olahraga diet tidak teratur stres sex bebas
penggunaan obat terlarang
3. Faktor Resiko : hipertensi diabetes melitus hiperkolesterolemia penyakit
lainnya,
4. Riwayat Kesehatan Keluarga : hipertensi diabetes meliatus penyakit jantung

1. Oksigenasi dan Sirkulasi


Data Objektif :
a. Pernapasan 20x/menit
b. Takikardi
c. Frekuensi nadi 84x/menit

2. Makanan dan Cairan


Data Subjektif :
a. Anoreksia
b. Mual
c. Muntah

3. Eliminasi
Data subjektif :
a. Kekakuan
b. Pasien mengatakan diare (kadang-kadang)

Data Objektif :
a. BAK menggunakan Dower Cateter kurang lebih 1000cc/hari, warna kuning
dan berbau khas
b. Penurunan atau tidak adanya bunyi usus
c. Konstipasi pada awitan permulaan

4. Aktifitas dan istirahat


Data subjektif :
a. Malaise
b. Klien mengatakan nyeri saat bergerak
c. Selama sakit klien mengatakan untuk aktivitas, makan, dan berpindah dibantu
orang lain

Data Objektif :

a. Pasien tampak lemah


b. Pasien merintih kesakitan
c. Frekuensi nadi 84x/menit

5. Proteksi (keamanan)
Data subjektif :
a. Pasien mengatakan demam

Data Objektif :

a. Frekuensi nadi 84x/menit


b. Suhu 38oC
c. Demam
6. Nyeri/ kenyamanan
Data subjektif :
a. Pasien mengatakan nyeri perut bagian kanan bawah
b. Nyeri perut abdomen disekitar epigastrium dan umbilikus
c. Pasien mengatakan kualitas nyeri perih dan terasa ditusuk-tusuk
Data objektif :
a. Skala nyeri 4 (0-10)
b. Nyeri diperut kanan bawah kuadran 4
c. TD 100/70 mmHg
d. Frekuensi nadi 84x/menit
e. Suhu 38 derjat celcius
f. Perilaku berhati-hati
g. Nyeri lepas pada sisi kiri diduga inflamasi peritoneal

7. Pernapasan
Data subjektif :
a. Pasien mengatakan batuk
b. Pasien mengatakan pilek

Data objektif :
a. Takipnea
b. Pernafasan dangkal
c. Frekuensi pernafasan 20x/menit

8. Mode Konsep Diri


Data Subjektif
a. Sensasi tubuh: Perasaan tak berdaya.
b. Klien tampak gelisah
c. Citra Tubuh: perasaan takut
d. Konsistensi diri: kacau
e. Peran pasien sebagai seorang ibu bagi anak-anaknya terganggu.

Data Objektif

a. Status emosional: Takut, cemas


b. Respon fisiologis yang terobservasi: perubahan alam perasaan, takut, mudah
terangsang.
9. Mode Fungsi Peran

a. Apakah memiliki cukup energi untuk melakukan aktivitas di rumah ?: tidak


ya
b. Apakah bekerja di luar rumah ? : tidak ya
c. Berpartisipasi dalam kegiatan di masyarakat : tidak ya,
majelis taqlim
d. Berpartisipasi dalam terapi: selalu kadang-kadang jarang
tidak pernah

10. Mode Interdependensi (Perilaku)


a. Orang lain yang bermakna: Keluarga
b. Citra Tubuh : harus menyesuaikan.
c. Konsistensi diri : Kacau

Penatalaksanaan

No. Nama Obat Golongan Indikasi Efek Samping Kontra Indikasi


1. Cefotaxime sefalosporin Infeksi yang Efek samping Hypersensitifitas
generasi disebabkan yang sering terhadap
ketiga oleh gram terjadi, gejalanya sefalosporin
positif atau mirip dengan porfiria.
gram negatif, reaksi alergi yang
gonore, bedah, ditimbulkan oleh
Haemophilus penisilin. Reaksi
epiglothitis dan mendadak yaitu
meningitis. anafilaksis
dengan spasme
bronkus dan
urtikaria dapat
terjadi. Reaksi
silang umumnya
terjadi pada
pasien dengan
alergi berat,
sedangkan pada
alergi penisilin
ringan atau
sedang
kemungkinan
kecil.
2. Ceftazidime Sefalosporin Infeksi yang Reaksi Hypersensitifitas
semisintetik disebabkan hipersensitivitas terhadap
oleh gram (urticaria, sefalosporin
positif atau pruritus, ruam, porfiria.
gram negatif. reaksi parah
seperti
anaphylaxis bisa
terjadi). Efek GI
(diare, N/V,
diare/rang usus
besar). Efek
lainnya infeksi
candidal.

3. Ceftriaxome Sefalosporin Infeksi yang Gangguan Hypersensitifitas


disebabkan lambung-usus, terhadap
oleh gram perubahan sefalosporin
positif atau hematological, perforia.
gram negatif, reaksi kulit,
gonore, dan gangguan
bedah. koagulasi, nyeri
pada tempat
penyuntikan, sakit
kepala, pusing,
agramulositosis.

4. Cefpiron Sefalosporin Infeksi yang Reaksi Jangan


generasi disebabkan hipersensitif, menggunakan
keempat oleh gram gangguan obat ini untuk
positif atau gastrointestinal, pasien dengan
gram negatif, nyeri dada, riwayat pernah
gonore, dan takikardi, sakit mengalami
bedah. tenggorokan, reaksi
dyspnea, sakit hipersensitivitas
kepala, pusing, pada cefpiron
ansietas, dan antibiotik
kebingungan, golongan
reaksi lokal. sefalosporin
lainnya. Dan
kontraindikasi
untuk penderita
porfiria.
5. Metronidazole Obat Gonore, bedah, Rasa tidak enak Memiliki
Antimikroba hemophilus pada mulut, lidah riwayat alergi
epiglotitis dan berbulu halus, metronidazol
meningitis. gangguan saluran atau komponen
cerna. metronidazol,
Angioedema, dan sedang
anoreksia, nyeri memiliki usia
ulu hati, meriang, kehamilan
neuropati periter, trimester
ruam kulit, pertama yaitu 0-
pruritus, 3 bulan.
leukopenia
ringan, dan
anafilaksis.
DATA FOKUS

PRE OPERASI
DS :
1. Pasien mengatakan nyeri perut bagian kanan bawah sejak 1 tahun yang lalu
2. Pasien mengatakan tidak mempunyai penyakit apendiks sebelumnya
3. Pasien mengatakan keluarga tidak mempunyai penyakit apendiksitis
4. Sebelum sakit pasien mengatakan BAK kurang lebih 7x sehari warna kuning dan
berbau khas
5. Sebelum sakit mampu melakukan aktivitas harian dengan mandiri
6. Sebelum sakit pasien mengatakan tidak mengalami gangguan kesadaran, gangguan
pendengaran dan gangguan penglihatan

DO :
1. Tekanan Darah 100/70 mmHg.
2. Frekuensi nadi 84x/mnt.
3. Frekuensi pernapasan 20x/mnt.
4. Skala nyeri 4 (0-10).
5. Suhu 38 derajat celcius
6. Limfosit 14,3 % ( normal 22-24 )
7. Monosit 10,4 % ( normal 0-7 )
8. MCV 75 F L ( normal 80-96 )
9. MCH 2 FL ( normal 28-33 )
10. Kreatinin 0,59mg/dl ( normal 0,6-1,1 )

POST OPERASI
DS :
1. Pasien mengeluhkan nyeri perut post operasi
2. Nyeri dirasa timbul saat bergerak, kualitas nyeri perih dan terasa panas seperti
ditusuk - tusuk
3. Selama sakit pasien mengatakan merasakan nyeri luka post operasi, sehingga belum
bisa melakukan toileting sendiri, BAK terpasang Dower Cateter 1000cc/hari warna
kuning dan berbau khas
4. Selama sakit pasien mengatakan untk aktivitas makan dan berpindah dibantu orang
lain. Untuk toileting dibantu dengan alat
5. Selama sakit pasien mengatakan tidak ada gangguan kesadaran, gangguan
pendengaran dan gangguan penglihatan

DO :
1. Tekanan Darah 100/70 mmHg.
2. Frekuensi nadi 84x/mnt.
3. Frekuensi pernapasan 20x/mnt.
4. Skala nyeri 4 (0-10).
5. Suhu 38 derajat celcius
6. Pasien tampak lemah dan merintih kesakitan
7. Peristaltik usus 5 kali per menit.
8. Suara perut saat diperkusi tidak terkaji.
9. Sebelum sakit BAK kurang lebih 7 kali sehari, warna kuning, berbau khas.

ANALISA DATA

No Data Etiologi (berdasarkan patofisiologi) Masalah


keperawatan
1. DS: Apendiktomi Nyeri akut
Pasien mengeluhan Nyeri akut Adalah
nyeri perut post Luka insisi pengalaman
operasi, pasien sensorik atau
mengatakan nyeri Menstimulasi hyper-sensitivitas pada emosional berkaitan
dirasa timbul saat sistem saraf pusat dengan kerusakan
bergerak, kualitas jaringan aktual atau
nyeri perih dan terasa Nyeri fungsional dengan
panas seperti oncet dadakan atau
ditusuk-tusuk, nyeri lambat dan ber
hilang timbul. intensitas ringan
DO: hingga berat yang
1. Tekanan berlangsung kurang
Darah 100/70 dari 3 bulan.
mmHg.
2. Frekuensi
nadi 84x/mnt.
3. Frekuensi
pernapasan
20x/mnt.
4. Pasien
tampak lemah
dan merintih
kesakitan.
5. Suhu 38
derajat
6. Ada luka post
operasi
diperut kanan
bawah,
tertutup kasa,
warna kulit
sekitar luka
tidak
kemerahan.
2. DS: Apendiktomi Gangguan mobilitas
- Selama sakit fisik
pasien Luka insisi Gangguan mobilitas
mengatakan fisik Adalah
untuk Nyeri terasa saat bergerak keterbatasan dalam
aktivitas gerakan fisik dari
makan dan Fisik Lemah satu atau lebih
berpindah ekstremitas secara
dibantu orang mandiri.
lain
- Untuk
toileting
diantu dengan
alat
- Nyeri dirasa
saat bergerak
DO:
- BAK
terpasang
Dower
Cateter

3. DO: Apendiktomi Resiko infeksi


- Ada luka post Resiko Infeksi
operasi diperut Luka insisi Adalah beresiko
kanan bawah mengalami
- Monosit 10,4 % Terputusnya kontuinitas jaringan peningkatan
- Suhu 38 derajat terserang organisme
Media berkembangnya patogen patogenik

Resiko infeksi
4. DS: peningkatan tekanan intanuminal Defisit pengetahuan
1) Pasien Defisit Pengetahuan
mengatakan dapat meningkatkan jumlah kuman Adalah ketiadaan
tidak pernah atau kurangnya
berobat memudahkan bakteri infasi dari dalam informasi kognitif
sebelumnya lumen menembus mukosa yang berkaitan
karena dikira dengan topik.
hanya maag. Ulserasi apendik

Apendiksitis

Terjadi perubahan status kesehatan

Kurang informasi

Pasien tidak pernah berobat karena


dianggap maag

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (prosedur operasi)
Nyeri akut
Adalah pengalaman sensorik atau emosional berkaitan dengan kerusakan jaringan
aktual atau fungsional dengan oncet dadakan atau lambat dan ber intensitas
ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.

Alasannya: diagnosa ini dijadikan priopritas karena jika nyeri akut tidak dikontrol
dapat menyebabkan proses rehabilitasi pada pasien tertunda, proses hospitalisasi
berjalan lama. Dan karena nyeri yang pasien rasakan, pasien tidak dapat menikmati
kehidupannya dengan nyaman.
2. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri
Gangguan mobilitas fisik
Adalah keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara
mandiri.

Alasannya: dikarenakan pada saat melakukan pergerakan pasien selalu merasakan


nyeri dibagian luka post operasi, pasien merasakan lemah dan cemas saat bergerak,
sehingga aktivitasnya dibantu oleh orang lain.

3. Resiko infeksi b.d efek prosedur invasif


Resiko Infeksi
Adalah beresiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik.

Alasannya: karena pada pemeriksaan laboratorium hasil monosit yang didapatkan


tinggi, yang mana penyebab salah satunya yaitu cedera karena luka sayatan atau
insisi. Cedera mengalami proses peradangan sehingga akan melibatkan sel darah
putih untuk perlawanan. Dalam proses melawan peradangan tersebut terjadi respon
alami berupa peningkatan suhu tubuh atau demam.

4. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi


Defisit Pengetahuan
Adalah ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik.

Alasannya: karena kurangnya pengetahuan tentang penyakit, pasien tersebut


merasa penyakitnya bisa cepat sembuh (maag) padahal penyakit yang dideritanya
bisa sangat parah jika tidak segera diobati apalagi pasien tidak pernah berobat
sebelumnya.
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN

No Diagnosa NOC NIC Aktivitas keperawatan

1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 1 Pengaturan 1. Pengaturan posisi


agen pencedera tindakan posisi a. Berikan matras yang
fisik (prosedur keperawatan 3x24 2 Pengurangan lembut
operasi). jam diharapakan : kecemasan b. Jangan
3 Manajemen menempatkan pasien
a. Ekspresi nyeri nyeri pada posisi yang
wajah bisa meningkatkan
dipertahankan nyeri
pada 3 c. Posisikan pasien utk
ditingkatkan ke meninggikan
5 drainase urin
b. Nyeri terkontrol d. Balikkan tubuh
dipertahankan pasien sesuai
pada 3 ditingka kondisi kulit
tkan pada 4 e. Gunakan alat alat
yang tepat untuk
c. Panjangnya menyokong anggota
episode nyeri tubuh pasien
dipertahankan (misalnya gulungan
pada 3 tangan dan trokanter
ditingkatkan ke gulungan)
5
2. Pengurangan
kecemasan
a. Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan
b. Dorong keluarga
untuk mendampingi
klien dengan cara
yang tepat
c. Kaji untuk tanda
verbal dan non
verbal kecemasan

3. Manejemen nyeri
a. Lakukan pengkajian
nyeri komprehensif
yang meliputi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi kualitas,
intensitas atau
beratnya nyeri atau
faktor pencetus.
b. Observasi adanya
petunjuk nonverbal
mengenai
ketidaknyamanan
terutama pada
mereka yang tidak
dapat berkomunikasi
secara efektif.
c. Ajarkan penggunaan
teknik
nonfarmakologi
seperti hinopsis,
relaksasi, terapi
musik aplikasi,
panas dingin dan
pijatan.
d. Dukung istirahat
atau tidur yang
adekuat untuk
membantu
penurunan nyeri.
e. Berikan individu
penurunan nyeri
yang optimal dengan
peresepan analgesik.

2. Gangguan Setelah dilakukan 1. Bantuan perawatan 1. Bantuan perawatan


mobilitas fisik tindakan diri diri:
b.d nyeri keperawatan 3x24 2. Terapi aktivitas a. Monitor kebutuhan
jam diharapakan : 3. Manajemen nyeri pasien terkait dengan
a. Kecepatan alat-alat kebersihan
gerakan diri, alat bantu untuk
dipertahankan berpakaian,
pada tingkat 3 – berdandan, eliminasi
tingkat 5 dan makan
b. Kontrol gerakan b. Berikan peralatan
dipertahankan kebersihan pribadi
pada tingkat 3 – (misalnya deodorant,
tingkat 5 sikat gigi dan sabun
c. Keseimbangan mandi)
gerakan c. Dorong pasien untuk
dipertahankan malakukan aktivitas
pada tingkat 3 – normal sehari-hari
tingkat 5 sampai batas
kemampuan (pasien)
d. Dorong kemandirian
pasien tapi bantu
ketika pasien tak
mampu
melakukanya
e. Ciptakan rutinitas
aktivitas perawatan
diri.

2. Terapi aktivitas:
a. Bantu klien untuk
meningkatkan
motivasi diri dan
penguatan
b. Berikan
kesempatan keluarga
untuk terlibat dalam
aktivitas, dengan cara
yang tepat
c. Bantu klien dan
keluarga untuk
mengidentifikasikan
kelemahan dalam
level aktivitas tertentu
d. Bantu klien untuk
mengidentifikasikan
aktivitas yang
bermakna
e. Bantu klien untuk
tetap fokus pada
kekuatan (yanfg
dimilikinya)
dibandingkan dengan
kelemahan (yang
dimilikinya)

3. Manajemen nyeri:
a. Gunakan strategi
komunikasi terapeutik
untuk mengetahui
pengalaman nyeri dan
sampaikan
penerimaan pasien
terhadap nyeri.
b. Gali bersama
pasien faktor-faktor
yang dapat
menurunkan atau
memperberat nyeri
c. Bantu keluarga
dalam mencari dan
menyediakan
dukungan
d. Tentukan
kebutuhan frekuensi
untuk melakukan
pengkajian
ketidaknyamanan
pasien dan
mengimplementasikan
rencana monitor
e. Ajarkan prinsip
manajemen nyeri

3. Resiko infeksi Setelah dilakuukan 1. Kontrol infeksi 1. Kontrol infeksi


b.d prosedur tindakan 2. Perlindungan a. Bersihkan lingkugan
pembedahan keperawatan 3x24 infeksi dengan baik setelah
invasif diharapkan: digunakan untuk setiap
1.Cara penularan pasien
dipertahan di 3 b. Anjurkan pasien
ditingkatkan ke 5 mengenai teknik
2. Cara lanjut untuk mencuci tangan dengan
infeksi yang tepat
terdiagnosis c. Alokasikan
dipertahankan di 3 kesesuaian luas ruang
ditingkatkan ke 5 per pasien, seperti yang
3. Faktor yang diindikasikan oleh
berkontribusi pedoman pusat
terhadap penularan pengendalian dan
infeksi dipertahankan pencegahan penyakit
di 3 ditingkatkan ke d. Pastikan teknik
5 perswatan luka yang
4. Tidak lanjut untuk tepat
infeksi yang e. Ajarkan pasien dan
terdiagnosis keluarga mengenai tanda
dipertahankan di 3 dan gejala infeksi dan
ditingkatkan ke 5 kapan harus
5. Pengobatan untuk melaporkanya epada
infeksi yang penyedia perawatan
terdiagnosis kesehatan
dipertahankan di 3
ditingkatkan ke 5 2. Perlindungan infeksi
a. Monitor adanya tanda
dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
b. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
c. Batasi jumlah
pengunjung, yang sesuai
d. Pertahankan asepsis
untuk pasien beresiko
e. Periksa kondisi setiap
sayatan bedah atau luka
f. Ajarkan pasien dan
keluarga mengenai tanda
dan gejala infeksi kapan
harus melaporkanya
kepada pemberi layanan
kesehatan.

4. Defisit Setelah dilakukan 1. Pengajaran: proses 1. Pengajaran: proses


pengetahuan b.d tindakan penyakit penyakit
kurang keperawatan 3x24 2. Fasilitas a. Kaji tingkat
terpaparnya jam diharapakan: pembelajaran pengetahuan pasien
informasi a. Karakteristik 3. Peningkatan terkait dengan proses
spesifik penyakit persiapan penyakit yang spesifik.
dipertahankan pada pembelajaran b. Jelaskan patofisiologi
3 ditingkatkan ke 5. penyakit dan bagaimana
b. faktor – faktor hubunganya dengan
penyebab dan faktor anatomi dan fisiologi
yang berkontribusi sesuai kebutuhan
dipertahankan pada c. jelaskan tanda an
3 ditingkatkan ke 5 gejala yang umum
c. Efek fisiologis sesuai dengan kebutuhan
penyakit d. Jelaskan mengenai
dipertahankan pada proses penyakit sesuai
3 ditingkatkan ke 5 dengan kebutuhan
d. Tanda dan gejala e. Berikan informasi
penyakit kepada pasien mengenai
diprtahankan pada 3 kondisinya sesuai
ditingkatkan ke 5 kebutuhan
e. Proses perjalanan
penyakit 2. Fasilitas pembelajaran
dipertahankan pada a. Mulai tindakan hanya
3 ditingkatkan ke 5 jika pasien memang
sudah siap untuk
menerima proses
pembelajaran
b. Tuliskan tujuan
pembelajaran yang jelas
dan mudah dinilai
c. Sesuaikan insstruksi
dengan tingkat
pendidikan dan
kemampuan memahami
pasien
d. Ciptakan lingkungan
yang kondusif untuk
belajar
e. Beri waktu bagi
pasien bertanya dan
mendiskusikan pikiranya
3. Peningkatan persiapan
pembelajaran
a. Bina hubungan baik
yang saling
memepercayai
b. Penuhi kebutuhan
fisiologis dasar pasien
c. Bantu pasien
menyadari keparahan
penyakit dengan cara
yang tepat
d. Bantu pasien bahwa
ada pilihan – pilihan
pengobatan
e. Bantu pasien
menyadari kemapuan
untuk mencegah
penyakit atau kondisi
dengan cara yang tepat

Anda mungkin juga menyukai