02
NIM : 530016259
Jawaban :
1. Analisis laporan keuangan adalah proses penganalisaan atau penyidikan terhadap laporan
keuangan yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi beserta lampiran-lampirannya
untuk mengetahui posisi keuangan dan tingkat “kesehatan” perusahaan yang tersusun
secara sistematis dengan menggunakan teknik-teknik tertentu.
Menurut Prastowo (2002), secara umum metode analisis laporan keuangan dapat
diklasifikasikan menjadi dua klasifikasi, yaitu:
Metode analisis horizontal (dinamis)
Metode analisis horizontal (dinamis) adalah metode analisis yang dilakukan
dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk beberapa periode, sehingga
dapat diketahui perkembangan dan kecenderungannya. Disebut metode analisis
dinamis karena metode ini bergerak dari tahun ke tahun (periode). Teknik-teknik
analisis yang termasuk pada klasifikasi metode ini adalah teknik analisis
perbandingan, analisis tren (index), analisis sumber dan penggunaan dana, analisis
perubahan laba kotor.
Metode analisis vertikal (statis)
Metode analisis vertikal (statis) adalah metode analisis yang dilakukan dengan
cara menganalisis laporan keuangan pada tahun (periode) tertentu, yaitu dengan
membandingkan antara pos yang satu dan pos lainnya pada laporan keuangan
yang sama pada tahun (periode) yang sama. Oleh karena membandingkan antara
pos yang satu dengan yang lainnya pada laporan keuangan yang sama, maka
disebut metode vertikal. Disebut metode statis karena metode ini hanya
membandingkan pos-pos laporan keuangan pada tahun (periode) yang sama.
Teknik-teknik analisis yang termasuk pada klasifikasi metode ini adalah teknik
analisis persentase per komponen (common size), analisis ratio, dan analisis
impas.
Menurut Munawir (2002;36), teknik analisis yang biasa digunakan dalam analisis laporan
keuangan adalah sebagai berikut:
3. Menurut Munawir (2010:26), laporan laba-rugi merupakan suatu laporan yang sistematis
tentang penghasilan, beban, laba-rugi yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama
periode tertentu. Walaupun belum ada keseragaman tentang susunan laporan laba-rugi
bagi tiap-tiap perusahaan, namun prinsip-prinsip yang umumnya diterapkan adalah
sebagai berikut:
Bagian yang pertama menunjukkan penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok
perusahaan (penjualan barang dagangan atau memberikan service) diikuti dengan
harga pokok dari barang yang dijual, sehingga diperoleh laba kotor.
Bagian kedua menunjukkan beban-beban operasional yang terdiri dari beban
penjualan dan beban umum/administrasi (operating expenses).
Bagian ketiga menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh di luar operasi pokok
perusahaan, yang diikuti dengan beban-beban yang terjadi di luar usaha pokok
perusahaan (non operating/financial income dan expenses).
Bagian keempat menunjukkan laba atau rugi yang insidentil (extra ordinary gain
or loss) sehingga akhirnya diperoleh laba bersih sebelum pajak pendapatan.
4. Pada umumnya, Analisis Rasio Keuangan (Financial Ratio Analysis) dapat dibedakan
menjadi beberapa jenis yaitu Analisis Rasio Profitabilitas, Analisis Rasio Solvabilitas,
Analisis Rasio Likuiditas dan Analisis Rasio Aktivitas.
a. Analisis Rasio Profitabilitas
Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba (profit) dari
pendapatan (earning) yang berhubungan dengan penjualan, aset dan ekuitas.
Beberapa jenis rasio profitabilitas sering yang digunakan adalah Margin Laba
Kotor (Gross Profit Margin), Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin), Return on
Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Return on Sales (ROS), Return on
Capital Employed (ROCE).
b. Analisis Rasio Solvabilitas
Rasio Solvabilitas (Solvency Ratio) atau disebut juga dengan Rasio Leverage
(Leverage Ratio) adalah rasio keuangan yang mengukur kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya seperti pembayaran bunga atas
hutang, pembayaran pokok akhir atas hutang dan kewajiban-kewajiban tetap
lainnya. Jenis-jenis Rasio Solvabilitas atau Rasio Leverage yang sering digunakan
adalah Rasio Hutang Terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio), Rasio Hutang
(Debt Ratio) dan Times Interest Earned Ratio.
c. Analisis Rasio Likuiditas
Rasio Likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban hutang jangka pendeknya saat jatuh tempo. Rasio ini
mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya
saat jatuh tempo. Rasio Keuangan yang termasuk sebagai rasio likuiditas ini
diantaranya adalah rasio lancar (asset ratio), rasio cepat (quick ratio) dan rasio kas
(cash ratio).
d. Analisis Rasio Aktivitas
Rasio Aktivitas atau sering juga disebut dengan Rasio Efisiensi adalah jenis
analisis Rasio Keuangan yang mengukur seberapa efektif perusahaan
memanfaatkan aset mereka untuk menghasilkan pendapatan. Yang tergolong
sebagai Analisis Rasio Aktivitas ini diantaranya adalah Rasio Perputaran
Persediaan (Inventory Turnover Ratio), Rasio Perputaran Total Aktiva (Total
Activa Turnover Ratio) dan Rasio Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Asset Turnover
Ratio).
5. Menurut Harahap (2009:298), keterbatasan analisis rasio itu adalah:
Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk
kepentingan pemakai.
Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi
keterbatasan teknik seperti ini.
Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan
menghitung rasio.
Sulit jika data yang tersedia tidak singkron.
Menurut Teuku Mirza dan Imbuh S(1999), ada beberapa kelemahan dari rasio keuangan :
Adanya distorsi karena laba yang dimasukkan tidak memasukkan unsur biaya
modal ekuitas.
Laporan keuangan dari suatu perusahaan yang memiliki sejumlah divisi dari
industri yang berlainan akan sulit dibandingkan dengan perusahaan lain atau
dengan data suatu industri.
Terjadinya distorsi karena pengaruh inflasi dan penggunaan data historis dalam
akuntansi.
Laporan keuangan tidak dapat berdiri sendiri, tetapi harus didukung oleh catatan
atas laporan keuangan. Informasi ini harus dicermati karena mungkin memuat
potensi masalah yang dapat sangat mempengaruhi kondisi keuangan suatu
perusahaan.
Kesulitan dalam menginterpretasikan hasil analisa. Misalkan, quick rqtio yang
tinggi apakah bagus karena kuatnya likuiditas perusahaan. Atau, justru jelek
karena perusahaan memegang kas yang berlebih yang justru tidak produktif.
Perbedaan dalam perlakuan akuntansi dapat menimbulkan distorsi dalam
membandingkan rasio.
Adanya praktek window dressing tentunya membuat laporan keuangan terlihat
bagus.