Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah dengan dosen
Oleh :
2018
ANATOMI DAN FISIOLOGI
1. Anatomi mata
Gambar 1.
(Brunner&Suddarth, 2002)
1) Alis
Alis adalah dua potong kulit tebal melengkung yang ditumbuhi bulu. Alis dikaitkan
pada otot-otot sebelah bawahnya serta berfungsi melindungi mata dari sinar
matahari.
2) Kelopak mata
Kelopak mata merupakan dua lempengan, yaitu lempeng tarsal yang terdiri dari
jaringan fibrus yang sangat padat serta dilapisi kulit dan dibatasi konjungtiva.
Jaringan dibawah kulit ini tidak mengandung lemak. Kelopak mata atas lebih besar
daripada kelopak mata bawah serta digerakkan ke atas oleh otot-otot melingkar,
yaitu muskulus orbikularis okuli yang dapat dibuka dan ditutup untuk melindungi
dan meratakan air mata ke permukaan bola mata dan mengontrol banyaknya sinar
yang masuk.
3) Bulu mata
Gambar 2.
(Brunner&Suddarth, 2002)
1) Sklera
Pembungkus yang kuat dan fibrus. Sklera membentuk putih mata dan tersambung
pada bagian depan dengan sebuah jendela membran yang bening, yaitu kornea.
Sklera melindungi struktur mata yang sangat halus serta membantu
mempertahankan bentuk biji mata.
2) Khoroid
3) Retina
Lapisan saraf pada mata yang terdiri dari sejumlah lapisan serabut, yaitu sel-sel saraf
batang dan kerucut. Semuanya termasuk dalam konstruksi retina yang merupakan
jaringan saraf halus yang menghantarkan impuls saraf dari luar menuju jaringan
saraf halus yang menghantarkan impuls saraf dari luar menuju diskus optikus, yang
merupakan titik dimana saraf optik meninggalkan biji mata. Titik ini disebut titik
buta, oleh karena tidak mempunyai retina. Bagian yang paling peka pada retina
adalah makula, yang terletak tepat eksternal terhadap diskus optikus, persis
berhadapan dengan pusat pupil.
4) Kornea
Merupakan bagian depan yang transparan dan bersambung dengan sklera yang putih
dan tidak tembus cahaya. Kornea terdiri atas beberapa lapisan. Lapisan tepi adalah
epithelium berlapis yang tersambung dengan konjungtiva.
6) Iris
Tirai berwarna didepan lensa yang bersambung dengan selaput khoroid. Iris berisi
dua kelompok serabut otot tak sadar (otot polos). Kelompok yang satu mengecilkan
ukuran pupil, sementara kelompok yang lain melebarkan ukuran pupil itu
sendiri.
7) Pupil
Bintik tengah yang berwarna hitam yang merupakan celah dalam iris, dimana
cahaya dapat masuk untuk mencapai retina.
Terletak diantara iris dan lensa. Baik bilik anterior maupun bilik posterior yang diisi
dengan aqueus humor.
9) Aqueus humor
Cairan ini berasal dari badan siliaris dan diserap kembali ke dalam aliran darah pada
sudut iris dan kornea melalui vena halus yang dikenal sebagai Saluran Schlemm.
10) Lensa
Daerah sebelah belakang biji mata, mulai dari lensa hingga retina yang diisi dengan
cairan penuh albumen berwarna keputih-putihan seperti agar-agar. Berfungsi untuk
memberi bentuk dan kekokohan pada mata, serta mempertahankan hubungan antara
retina dengan selaput khoroid dan sklerotik.
2. Fisiologi mata
a. Pembentukan bayangan
Cahaya dari objek membentuk ketajaman tertentu dari bayangan objek di retina.
Bayangan dalam fovea di retina selalu lebih kecil dan terbalik dari objek nyata.
Bayangan yang jatuh pada retina akan menghasilkan sinyal saraf dalam mosaik
reseptor, selanjutnya mengirim bayangan dua dimensi ke otak untuk
direkonstruksikan menjadi bayangan tiga dimensi. Pembentukan bayangan abnormal
terjadi jika bola mata terlalu panjang dan berbentuk elips, titik fokus jatuh didepan
retina sehingga bayangan menjadi kabur. Untuk melihat lebih jelas harus
mendekatkan mata pada objek yang dilihat, dibantu dengan lensa bikonkaf yang
memberi cahaya divergen sebelum masuk mata. Pada hipermetropia, titik fokus
jatuh dibelakang retina. Kelainan dikoreksi dengan lensa bikonveks. Sedangkan
pada presbiopia, bentuk abnormal karena lanjut usia yang kehilangan kekenyalan
lensa.
c. Lintasan penglihatan
Setelah impuls meninggalkan retina, impuls ini berjalan ke belakang melalui nervus
optikus. Pada persilangan optikus, serabut menyilang ke sisi lain bersatu dengan
serabut yang berasal dari retina. Otak menggunakan visual sebagai informasi untuk
dikirim ke korteks serebri dan visual pada bagian korteks visual ini membentuk
gambar tiga dimensi. Gambar yang ada pada retina di traktus optikus disampaikan
secara tepat ke korteks jika seseorang kehilangan lapang pandang sebagian besar
dapat dilacak lokasi kerusakan di otak yang bertanggung jawab atas lapang pandang
GLAUKOMA
DEFINISI
KLASIFIKASI
1. Glaukoma Primer
a. Glaukoma Sudut Terbuka Primer
Glaukoma sudut terbuka primer terdapat kecenderungan familial yang kuat.
Gambaran patologi utama berupa proses degeneratif trabekular meshwork
sehingga dapat mengakibatkan penurunan drainase humor aquos yang
menyebabkan peningkatan takanan intraokuler. Pada 99% penderita glaukoma
primer sudut terbuka terdapat hambatan pengeluaran humor aquos pada sistem
trabekulum dan kanalis schlemm. Sehingga tekanan di dalam mata perlahan-
lahana akan meningkat penglihtaan yang progresif.
2. Glaukoma Sekunder
Peningkatan tekanan intraokuler pada glaukoma sekunder merupakan
manifestasi dari penyakit lain dapat berupa peradangan, trauma bola mata dan
paling sering disebabkan oleh uveitis.
3. Glaukoma Kongenital
Glaukoma kongenital biasanya sudah ada sejak lahir dan terjadi akibat
gangguan perkembangan pada saluran humor aquos. Glaukoma kongenital
seringkali diturunkan. Pada glaukoma kongenital sering dijumpai adanya epifora
dapat juga berupa fotofobia serta peningkatan tekanan intraokuler. Glaukoma
kongenital terbagi atas glaukoma kongenital primer (kelainan pada sudut kamera
okuli anterior), anomali perkembangan segmen anterior, dan kelainan lain (dapat
berupa aniridia, sindrom Lowe, sindom Sturge-Weber dan rubela kongenital).
ETIOLOGI
1. Penyebab utama glaukoma primer atau sudut terbuka kronis merupakan proses
degeneratif pada jaringan trabekular sehingga terjadi penurunan aliran humor
aqous. Peningkatan tekanan intraokular juga terjadi karena uveitis (inflamsi
pada uvea, struktur penyaring). Penekanan akibat tumor yang tumbut cepat dan
penggunan kortokosteroid topikal kronis juga dapat menghasilkan menifestasi
glaukoma sudut terbuka.
2. Glaukoma sekunder terjadi akibat edema, cedera pada mata (hifema), inflamsi,
tumor, dan proses lanjut katarak dan diabetes. Jaringan edematosa dapat
menghambat aliran humor aqous melalui jaringan reabekular. Penyembuhan
luka tepi kornea yang terlambat dapat menyebabkan pertumbuhan sel epitel
diruang okuli anterior.
PATOFISOLOGI
Tekanan intraokular (TIO) ditentukan oleh laju produksi akous humor
dibadan siliaris dan hambatan aliran akous humor dari mata. TIO bervariasi dengan
siklus diurnal (tekanan tertinggi biasanya pada waktu bangun tidur) dan posisi
tubuh (meningkatkan ketika berbaring). Variasi normal biasanya tidak melebihi 2-3
mm Hg. TIO dan tekanan darah tidak berhubungan satu sama lain, tetapi variasi
pada tekan darah sistemik dapat berhubungan dengan variasi TIO. Peningkatan TIO
dapat terjadi karena peningkatan produksi humor aquous atau obstruksi aliran. Jika
humor aquous terakumulasi pada mata, peningkatan tekanan suplai darah ke saraf
optik dan retina. Jaringan lunak ini menjadi iskemik dan terjadi penurunan fungsi
secra bertahap.
MANIFESTASI KLINIS
1. Penglihatan kabur
2. Fotofobia (sensitif terhadap cahaya)
3. Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga)
4. Mual, muntah, berkeringat
5. Mata merah, hiperemia kongjungtiva, dan silar
6. Virus menurun
7. Edema kornea
8. Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma sudut
terbuka)
9. Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya
10. TIO meningkat
KOMPLIKASI
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
PENATALAKSANAAN
1. Terapi Medik
Tujuannya adalah menurunkan TIO (Tekanan Intra Okuler) terutama dengan
menggunakan obat sistemik (obat yang mempengaruhi tubuh.
a. Obat Sistemik
1) Asetazolamida
Obat yang menghambat enzim karbonik anhidrase yang akan
mengakibatkan diuresis dan menurunkan sekresi cairan mata sebanyak
60%, menurunkan tekanan bola mata. Pada permulaan pemberian
akan terjadi hipokalemia sementara. Dapat memberikan efek samping
hilangnya kalium tubuh parastesi, anoreksia, diarea, hipokalemia, batu
ginjal dan miopia sementara.
2) Agen Hiperosmotik
Macam obat yang tersedia dalam bentuk obat minum adalah glycerol
dan isosorbide sedangkan dalam bentuk intravena adalah manitol.
Obat ini diberikan jika TIO sangat tinggi atau ketika acetazolamide
sudah tidak efektif lagi
b. Obat Tetes Mata Lokal
1) Penyekat Beta
Macam obat yang tersedia adalah timolol, betaxolol, levobunolol,
carteolol, dan metipranolol. Digunakan 2x sehari, berguna untuk
menurunkan TIO.
2) Steroid (Prednison)
Digunakan 4x sehari, berguna sebagai dekongestan mata. Diberikan
sekitar 30-40 menit sesudah terapi sistemik.
2. Terapi Bedah
a. Iridektomi Perifer
Digunakan untuk membuat saluran dari bilik mata belakang dan depan
karena telah terdapat hambatan dalam pengalran humor akueus.
b. Tabekulotomi (Bedah Drainase)
Dilakukan jika sudut yang tertutup lebih dari 50% atau gagal dengan
iridektomi.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1. Riwayat
a. Riwayat okular:
- Tanda peningkatan TIO: nyeri tumpul, mual, muntah, pandang kabur.
- Pernah mengalami infeksi: uveitis, trauma, pembedahan.
b. Riwayat kesahatan:
- Menderita diabetes melitus, hipertensi, penyakit kardiovaskuler,
serebrovaskular,gangguan tiroid.
- Keluarga menderita glaukoma.
- Penggunaan obat kartikosteroid jangka lama: topikal/sistemik
- Penggunaan antidepresan trisiklik, antihistamin.
c. Psikososial
Kemampuan aktifitas, gangguan membaca, risiko jatuh, berkendaraan.
d. Pengkajian umum:
- Usia
- Gejala penyakit sistemik: diabetes melitus, hipertensi, gangguan
kardiovaskuler, hipertoid.
- Gejala gastrointestinal: mual, muntah
e. Pengkajian khusus mata
- Pengukuran TIO dengan tonometer (TIO > 23 mm Hg)
- Nyeri tumpul orbita
- Perimetri: menunjukan penurunan luas lapang pandang.
- Kemerahan
- Gonioskopi menunjukan sudut mata tertutup atau terbuka.
Tujuan:
Klien melaporkan kemampuan yang lebih baik untuk proses rangsang
penglihatan dan mengkomunikasikan perubahan visual.
Kriteria hasil:
a. Klien mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi
penglihatan.
b. Klien mengidentifikasi dan menunjukkan pola-pola alternatif untuk
meningkatkan penerimaan rangsang penglihatan.
Intervensi keperawatan untuk diagnosa penurunan persepsi sensori:
penglihatan
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji ketajaman penglihatan klien. 1. Mengidentifikasi kemampuan
2. Dekati klien dari sisi yang sehat. visual klien.
3. Identifikasi alternatif untuk
optimalisasi sumber rangsangan. 2. Memberikan rangsang sensori
4. Sesuaikan lingkungan untuk mengurangi rasa
optimalisasi penglihatan: isolasi/terasingi.
- Orientasikan klien terhadap
ruang rawat. 3. Memberikan keakuratan
- Letakkan alat yang sering penglihatan dan perawatannya.
digunakan didekat klien atau
pada sisi mata yang lebih sehat. 4. Meningkatkan kemampuan
- Berikan pencahayaan cukup. persepsi sensori.
- Letakkan alat di tempat yang
tetap.
- Hindari cahaya menyilaukan.
5. Anjurkan penggunaan alternatif 5. Meningkatkan kemampuan
rangsang lingkungan yang dapat respons terhadap stimulas
diterima auditorik, taktil. lingkungan.
Tujuan:
Nyeri berkurang, hilang atau terkontrol.
Kriteria hasil:
a. Klien dapat mengidentifikasi penyebab nyeri
b. Klien menyebutkan faktor-faktor yang dapat meningkatkan nyeri.
c. Klien mampu melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri.
Intervensi keperawatan untuk diagnosa nyeri
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji derajat nyeri setiap hari atau 1. Nyeri glaukoma umumnya
sesering mungkin, jika diperlukan. sangat parah terutama pada
glaukoma sudut tertutup.
2. Terangkan penyebab nyeri dan Penyebab munculnya nyeri
faktor/ tindakan yang dapat adalah peningkatan tekanan
memicu nyeri. intraokular, yang dapat
meningkatkan akibat dipicu
oleh.
- Mengejan (valsalva
maneuver)
- Batuk
- Mengangkat benda berat
- Penggunaan kafein (rokok,
kopi, teh)
- Tidur pada sisi yang sakit.
- Hubungan seks
2. Untuk menurunkan sensasi
3. Ajarkan tindakan distraksi pada nyeri dan memblokir sensasi
relaksasi pada klien. nyeri menuju otak. Teknik ini
umumnya efektif saat nyeri
tidak sangat mengganggu klien.
Intervensi keperawatan untuk diagnosa nyeri
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji derajat nyeri setiap hari atau 1. Nyeri glaukoma umumnya sangat
sesering mungkin, jika parah terutama pada glaukoma
diperlukan. sudut tertutup.
2. Terangkan penyebab nyeri dan 2. Penyebab munculnya nyeri adalah
faktor/ tindakan yang dapat peningkatan tekanan intraokular,
memicu nyeri. yang dapat meningkatkan akibat
dipicu oleh.
- Mengejan (valsalva maneuver)
- Batuk
- Mengangkat benda berat
- Penggunaan kafein (rokok,
kopi, teh)
- Tidur pada sisi yang sakit.
- Hubungan seks
3. Untuk menurunkan sensasi nyeri
dan memblokir sensasi nyeri
menuju otak. Teknik ini umumnya
3. Ajarkan tindakan distraksi pada efektif saat nyeri tidak sangat
relaksasi pada klien. mengganggu klien.
KATARAK
DEFINISI
ETIOLOGI
KLASIFIKASI
1. Katarak Kongenital
Sejak sebelum umur 1 tahun sudah terlihat disebabkan oleh
infeksi virus yang dialami ibu pada saat usia kehamilan masih
dini, katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi
sebelum atau segera setelah lahir dan bayi berusaia kurang dari
1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan pada
bayi yang cukup berarti terutama akibat penanganannya yang
kurang tepat.
2. Katarak Juvenil
Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai
terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3
bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan dari
katarak kongenital. Katarak juvenil biasanya merupakan
penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit
lainnya.
3. Katarak Senile
Setelah usia 50 tahun akibat penuaan. Katarak senile biasanya
berkembang lambat selama beberapa tahun, kekeruhan lensa
dengan nucleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya
mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. Katarak senile terdiri
dari 4 stadium yaitu,:
MANIFESTASI KLINIS
KOMPLIKASI
1. Edema makular
2. Kejadian ablasio retina sering terjadi pada saat 12 bulan
pascaoperasi
Komplikasi pada pasien yang menderita katarak pada umumnya adalah sebagai
berikut:
1. Uveitis
Terjadi karena mata lensa merupakan benda asing untuk jaringan uvea.
2. Glaukoma
Terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata sehingga mengganggu
aliran cairan balik mata depan (Istiqomah,2003).
TES DIAGNOSTIK
1. Uji Mata ( Kartu mata snellen/ mesin telebinokular (test ketajaman
penglihatan dan sentral penglihatan)
2. Keratometri
3. Pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopis
4. A-scan ultrasound (echography)
5. Hitung sel endotel yang sangat berguna sebagai alat diagnostik,
khususnya bila dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan.
6. Darah putih : dibawah 10.000 normal.
PENATALAKSANAAN
1. Extracapsular Cataract Ekstraktie (ECCE)
Korteks dan nucleus diangkat, kapsul posterior ditinggalkan
untuk mencegah prolaps viterus, untuk melindungi retina dari sinar
ultraviolet dan memberikan sokongan untuk implantasi lensa
intraokuler. ECCE paling sering dilakukan karena memungkinkan
dimasukannya lensa intraokuler ke dalam kapsul yang tersisa.
Setelah pembedahan dilakukan koreksi virus lebih lanjut. Virus
basanya pulih dalam 3 bulan setelah pembedahan. Teknik yang
sering digunakan dalam ECCE adalah Fakoemulsifikasi, jaringan
dihancurkan dan debris diangkat melalui pengisapan (suction)
(Istikomah,2003).
2. Intracapsula Cataract Extractie (ICCE)
Pada pembedahan jenis ini lensa diangkat seluruhnya.
Keuntungan dari prosedur ini adalah kemudahan prosedur ini
dilakukan, sedangkan kerugiannya , mata beresiko tinggi
mengalami retinal detechmentdan mengangkat struktur penyokong
untuk penanaman lensa intraokuler. Salah satu teknik ICCE adalah
menggunakan cryosurgery, lensa dibekukan dengan probe
superdingin dan kemudian diangkat. Menurut (Ilyas,2003)
pembedahan dengan cara ini mengurangi penyulit yang sering
terjadi pada teknik ECCE.
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1. Riwayat
a. Riwayat penyakit: trauma mata, penggunaan obat
kortikosteroid, penyakit diabetes mellitus, hipotiroid,
glaukoma
b. Riwayat keluhan gangguan: stadium katarak
c. Psikososial: kemampuan aktivitas, gangguan membaca, resiko
jatuh
2. Pengkajian umum
a. Usia
b. Gejala penyakit sistemik: diabetes mellitus, hipotiroid
3. Pengkajian khusus mata
a. Dengam pelebaran pupil, ditemukan kekeruhan lensa pada
lensa
b. Keluhan terdapat diplopia, pandangan berkabut
c. Penurunan tajam penglihatan (miopia)
d. Tanda glukoma (akibat komplikasi)
DO:
a. Visus berkurang
b. Penurunan tajam penglihatan (miopia)
c. Terdapat kekeruhan lensa pada pemeriksaan
Tujuan:
Klien melaporkan kemampuan yang lebih baik untuk proses
ransangan penglihatan dan mengomunikasikan perubahan visual.
Kriteria hasil:
a. Klien mengindetifikasi faktor-faktor yang memengaruhi fungsi
penglihatan
b. Klien mengindentifikasi dan menunjukkan pola-pola alternatif
untuk meningkatkan penerimaan rangsangan penglihatan
Intervensi Rasional
1. Kaji ketajaman penglihatan klien 1. Mengindentifikasi kemampuan
visual klien
2. Identifikasi alternatif untuk 2. Memberikan keakuratan
optimalisasi sumber rangsangan. penglihatan dan perawatannya
3. Meningkatkan kemampuan
3. Sesuaikan lingkungan untuk persepsi sensori
optimalisasi penglihatan:
- Orientasikan klien terhadap
ruang rawat
- Letakkan alat yang sering
digunakan di dekat klien atau
pada sisi mata yang lebih sehat
- Berikan pencahayaan cukup
- Letakkan alat ditempat yang
tetap
- Hindari cahaya menyilaukan
- Anjurkan penggunaan 4. Meningkatkan kemampuan
alternatif rangsangan respons terhadap stimulus
lingkungan yang dapat lingkungan
diterima: auditorik, taktil
Intervensi Rasional
1. Jelaskan gambaran kejadian pre-dan 1. Meningkatkan pemahaman tentang
pascaoperasi, manfaat operasi dan gambaran operasi untuk menurunkan
sikap yang harus dilakukan klien ansietas
selama masa operasi
Tujuan:
Tidak terjadi cedera mata pascaoperasi
Kriteria hasil:
a. Klien menyebutkan faktor yang menyebabkan cedera
b. Klien tidak melakukan aktivitas yang menigkatkan resiko
cedera
Intervensi Rasional
1. Diskusikan tentang rasa sakit, 1. Meningkatkan kerja sama dan
pembatasan aktivitas dan pembalutan pembatasan yang diperlukan
mata.
2. Istirahat mutlak diberikan hanya
2. Tempatkan klien pada tempat tidur beberapa menit hingga satu atau dua
yang lebih rendah dan anjurkan untuk jam pascaoperasi atau satu malam jika
membatasi pergerakan mendadak atau ada komplikasi
tiba-tiba serta menggerakan kepala
berlebihan.
3. Mencegah atau menurunkan resiko
3. Bantu aktivitas selama fase istirahat. komplikasi cedera
DAFTAR PUSTAKA