Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN IMUNISASI


DI POLIKLINIK TUMBUH KEMBANG
RSUD ULIN BANJARMASIN

Tanggal 11 Maret – 16 Maret 2019

Oleh:
Reka Baihaqi D, S. Kep
NIM. 1830913320036

PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2019
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : Reka Baihaqi D, S.Kep.

NIM : 1830913320036

JUDUL LP : Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Imunisasi di


Poliklinik Tumbuh Kembang RSUD Ulin Banjarmasin

Banjarmasin, 11 Maret 2019

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Eka Santi, S.Kep., Ns., M. Kep Wiwik Winarsih, S.Kep, Ns


NIP. 197080615 200812 2 001 NIP. 19600228 198911 2 001
Laporan Pendahulan Imunisasi

Definisi Tujuan
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan Diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga
memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta
sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu.

Manfaat
1. Menghindarkan bayi dari serangan
penyakit: diharapkan kesehatan Jenis Imunisasi
Pemberian Imunisasi Sasaran
anak akan tetap terjaga hingga anak 1. Imunisasi Aktif
Wajib Pada Anak Usia 1. Semua anak di Merupakan pemberian zat sebagai
tumbuh menjadi lebih aktif dan juga
Infant (0-1 Tahun) bawah usia 1 tahun antigen yang diharapkan akan terjadi
dewasa. 2. Anak-anak lain suatu proses infeksi buatan sehingga
2. Memperkecil kemungkinan  HEPATITIS B
yang belum tubuh mengalami reaksi imonologi
terjadinya penyakit menular:  BCG
mendapatkan spesifik yang menghasilkan respons
menambah jumlah anak yang  DPT
imunisasi lengkap seluler dan humoral serta sel memori,
memiliki kekebalan tubuh yang  POLIO
3. Anak usia sekolah sehingga apabila benar-benar terjadi
tinggi terhadap serangan penyakit.  CAMPAK
(imunisasi booster infeksi maka tubuh secara cepat dapat
3. Meningkatkan kesehatan nasional:  Hib
atau ulangan) merespons.
anak-anak akan merasa aman karena
4. Calon pengantin 2. Imunisasi Pasif
terbebas dari penyakit berbahaya Merupakan pemberian zat
dan ibu hamil
yang bisa menular. untuk imunisasi TT (immunoglobulin) yaitu suatu zat yang
dihasilkan melalui suatu proses infeksi
Pemberian Imunisasi yang dapat berasal dari plasma manusia
atau binatang yang digunakan untuk
1. Orang tua anak harus ditanyakan status kesehatan anak saat ini, apakah dalam kondisi sehat atau
mengatasi mikroba yang diduga sudah
sakit, pengalaman atau reaksi terhadap imunisasi yang pernah didapat sebelumnya, dan penyakit
masuk di dalam tubuh yang terinfeksi
yang dialami di masa lalu dan sekarang
2. Orang tua harus mengerti tentang hal-hal yang berkaitan dengan penyakit yang dapat dicegah seperti DPT, polio, hepatitis B, dan HiB.
dengan imunisasi (PD3I) terlebih dahulu sebelum menerima imunisasi (informed consent)
3. Catatan imunisasi yang lalu (apabila sudah pernah mendapat imunisasi sebelumnya), pentingnya
menjaga kesehatan melalui tindakan imunisasi Efek Samping
4. Ada beberapa kontraindikasi pemberian imunisasi seperti flu berat atau panas tinggi, perubahan 1. Nyeri pada bekas penyuntikan
pada sistem imun, sedang dalam pemberian obat-obatan yang menekan sistem imun, dan adanya 2. Suhu badan naik pada DPT
riwayat alergi terhadap pemberian imunisasi sebelumnya. 3. Diare pada vaksin polio
4. Timbul bisul kecil pada hepatitis B
Dasar Hukum Pelaksanaan Manfaat 5 Imunisasi Dasar Jenis-Jenis Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan
Program Imunisasi Imunisasi
1. Menetralkan bahannya sebelum bisa
1. Permenkes No. 42 tahun  TBC
memasuki sel
2013 Tentang Pedoman  Difteri
2. Mengenali dan menghancurkan sel
Penyelenggaraan Program  Pertusis
yang telah terinfeksi sebelum agen  Campak
Imunisasi
ini dapat berbiak  Polio
2. Kepmenkes No.
3. Pertahanan imun non spesifik  Hepatitis B
1626/Menkes/SK/XII/2005
4. Menguatkan atau meningkatkan  Hepatitis A
Tentang Pedoman Pemantauan
system imun alami yang dihasilkan  Meningitis
Dan Penanggulangan Kejadian
tubuh  Meningokokus
Ikutan Pasca Imunisasi
5. Mencegah penyakit infeksi  Influenza
3. Kepmenkes RI, No.
 Haemophilis
428/MENKES/ SK/ IV/ 2010  Influenza tipe B
tentang Gerakan Akselerasi Jenis Imunisasi Anak Usia 0-18
 Kolera
Imunisasi Nasional UCI 2010 Tahun Menurut Rekomendasi  Rables Japanese enchiphaliti
-2014 Ikatan Dokter Anak Indonesia  Tipus abdominalis
(IDAI) Tahun 2017  Pneumonia
 Pneumokokus
1. Hepatitis B  Varicella
2. Polio  Parilitis
3. BCG  Epidemika
4. DPT  Rotavirus
5. Hib
6. PCV
7. Rotavirus
8. Influenza
9. Campak
10.MMR
11.Tifoid
12.Hepatitis A
13.Varisela
14.HPV
15.Japanese encephalitis
16.Dengue
IMUNISASI DASAR

PEMBERIAN IMUNISASI DAN KEMASAN VAKSIN

VAKSIN Penyimpanan Dosis Kemasan Masa Kadaluarsa Reaksi imunisasi Efek samping Kontra indikasi
BCG Lemari es, 0,05 ml Ampul 1 tahun setelah Tidak demam Jarang di jumpai Tidak ada larangan
suhu 2-8oC dengan tanggal
bahan pengeluaran
pelarut 4 ml
DPT Lemari es, 0,5 ml, 3x Vial 5 ml 2 tahun setelah Demam Gejala bersifat Anak yang sakit
o
suhu 2-8 C suntik, tanggal ringan,pembengkak sementara: lemes, parah, kejang demam
interval pengeluaran an dan nyeri di demam, kemerahan kompleks, batuk rejan,
minimal 4 tempat suntikan 1-2 pada tempat suntikan gangguan kekebalan
minggu hari
POLIO Freezer, suhu 2 tetes Vial disertai 2 tahun Tidak ada Tidak ada Diare berat, sakit
-20oC mulut pipt tetes parah, gangguan
kekebalan
HEPATITIS 0,5 ml HB PID Nyeri pada tempat Selama 10 tahun Anak yang sakit berat
suntikan, disertai belum dilaporkan
rasa panas dan ada efek samping
pembengkakan yang berarti
CAMPAK Freezer, suhu Setelah Vial berisi 2 tahun setelah Tidak terjadi Sangat jarang terjadi Sakit parah, penderita
-20oC dilarutkan 10 dosis tanggal reaksi, mungkin TBC tanpa
diberikan vaksin yang pengeluaran demam ringan dan pengobatan, kurang
0,5 ml dibeku sedikit bercak gizi dalam derajat
keringkan, merah berat, gangguan
beserta kekebalan, penyakit
pelarut 5 ml keganasan.
CARA PEMBERIAAN DAN WAKTU YANG TEPAT UNTUK PEMBERIAN IMUNISASI

Umur
Vaksin Pemberian Imunisasi Dosis Selang Cara Pemberian
Waktu Pemberian
Pemberian

BCG 1 kali 0,05 cc 0-11 bulan Intrakutan tepat di insersio muskulus


deltoideus kanan.

DPT 3 kali 0,5 cc 4 minggu 2-11 bulan Intramuskular.

Polio 4 kali 2tetes 4 minggu 0-11 bulan Di teteskan ke mulut.

Campak 1 kali 0,5 cc 4 minggu 9-11 bulan Subkutan, biasanya di lengan kiri
atas.

Hepatitis B 3 kali 0,5 cc 4 minggu 0-11 bulan Intrmuskular pada paha bagian luar.

TT 3 kali 0,5 cc Intramuskulus


IMUNISASI/ VAKSIN PENTAVALEN

VAKSINPemberianIntervalUsiaKeteranganHepatitis3x1 dan 6 bulan Vaksin Pentavalen


setelah dari suntikan pertama0-11 bulanBCG1x0-11 bulanMinimal tidak ada
batasanDPT3x2-11 bulanLengkapiPOLIO4x4 minggu (minimal)0-11 yaitu penggunakaan vaksin kombinasi, Vaksin ini merupakan
bulanSebelum usia 1 tahunCampak1x4 minggu (minimal)9-11 bulan gabungan vaksin DPT-HB ditambah Hib. Sebelumnya kombinasi ini
hanya terdiri dari DPT dan HB (kita kenal sebagai DPT Combo).
Sesuai dengan kandungan vaksinnya, vaksin Pentavalen mencegah
berberapa jenis penyakit, antara lain Difteri, batuk rejan atau batuk 100
hari, tetanus, hepatitis B, serta radang otak (meningitis) dan radang
paru (pneumonia) yang disebabkan oleh kuman Hib (Haemophylus
influenzae tipe b).

Kenapa Haemophillus Influenzae type b


(Hib)? Hal ini antara lain disebabkan beberapa
Vaksin Pentavalen diberikan saat anak berusia 2, 3 dan 4 bulan. Kemudian dilanjutkan ketika anak kenyatan epidemiologi berikut:
berusia 1,5 tahun, yang kita kenal sebagai imunisasi booster (lanjutan). Sebagaimana imunisasi
Haemophilus Influenzae tipe b (Hib)
lainnya, Imunisasi Pentavalen bisa didapatkan secara gratis di semua Posyandu, Puskesmas atau merupakan suatu bakteri gram negatif dan
fasilitas kesehatan pemerintah lainnya. hanya ditemukan pada manusia
Beberapa pertimbangan penggunaan vaksin Pentavalen tersebut diantaranya:
Penyebaran melalui percikan ludah (droplet)
Mengurangi “kesakitan” pada anak: Sebagaimana kita ketahui, vaksin DPT, HB, dan Hib jika
diberikan secara sendiri-sendiri, berarti masing-masing diberikan 3 kali tiap anak O (keseluruhan Kelompok usia paling rentan terhadap infeksi
taip anak akan menerima 9 kali imunisasi). Sedangkan jika diberikan imunisasi pentavalen, hanya Hib adalah usia 4 – 8 bulan
akan membutuhkan 3 kali imunisasi (suntikan)
Mengurangi kunjungan: Keuntungan pemberian vaksin kombinasi, selain memberikan kekebalan Sebagian besar orang yg mengalami infeksi
beberapa penyakit sekaligus, juga mempersingkat jadwal imunisasi, yang semula 6 kali (3 kali tidak menjadi sakit, tetapi menjadi karier
DPT dan 3 kali Hepatitis B), menjadi hanya butuh 3 kali kunjungan
Mengurangi risiko 6 penyakit sekaligus: Imunisasi pentavalen (DPT-HB-Hib) merupakan kombinasi Prevalensi karier cukup tinggi (>3% ),
dari vaksin DPT, HB, dan Hib. Vaksin DPT untuk mengurangi risiko penyakit difteri, pertusis sehingga kemungkinan kejadian meningitis
(batuk 100 hari), dan tetanus, vaksin HB untuk mengurangi risiko penyakit hepatitis B dan vaksin dan pneumonia akibat Hib, biasanya juga
Hib mengurangi risiko penyakit seperti meningitis dan arthritis tinggi.
IMUNISASI/ VAKSIN PENTAVALEN

 Vaksin Hepatitis B.  Vaksin Polio.


Paling baik diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir dan Pada saat bayi lahir atau saat dipulangkan harus diberikan
didahului pemberian injeksi vitamin K1. Hal tersebut vaksin polio oral (OPV-0). Selanjutnya, untuk polio-1,
penting untuk mencegah terjadinya perdarahan akibat polio-2, polio-3 dan polio booster dapat diberikan vaksin
defisiensi vitamin K. Bayi lahir dari ibu HbsAg positif, polio oral (OPV) atau inaktivasi (IPV), namun sebaiknya
diberikan vaksin hepatitis B dan HBIg pada ekstremitas paling sedikit mendapat satu dosis vaksin IPV.
yang berbeda, untuk mencegah infeksi perinatal yang
beresiko tinggi untuk terjadinya hepatitis B kronik.
Vaksinasi hepatitis B selanjutnya dapat menggunakan
vaksin hepatitis B monovalen atau vaksin kombinasi.
 Vaksin BCG.  Vaksin DTP.
Pemberian vaksin BCG dianjurkan sebelum 3
Vaksin DTP pertama diberikan paling cepat pada umur 6 minggu.
bulan, optimal diberikan pada umur 2 bulan.
Dapat diberikan vaksin DTwP atau DtaP atau kombinasi dengan
Apabila diberikan sesudah umur 3 bulan, perlu
vaksin lain. Untuk anak umur lebih dari 7 tahun DTP yang
dilakukan uji antibodi.
diberikan harus vaksin Td, di booster setiap 10 tahun.

 Vaksin Campak.
Imunisasi campak menurut Permenkes No.42 tahun
2013, diberikan 3 kali pada umur 9 bulan, 2 tahun,
dan pada SD kelas 1 (program BIAS). Untuk anak
yang telah mendapat imunisasi MMR umur 15
bulan, imunisasi campak umur 2 tahun tidak
diperlukan.
 Vaksin Pneumokokus (PCV).
Apabila diberikan pada umur 7-12 bulan, PCV diberikan 3 kali dengan interval 2 bulan; pada umur lebih dari 1 tahun diberikan 1
kali. Keduanya perlu dosis booster 1 kali pada umur lebih dari 12 bulan atau minimal 2 bulan setelah dosis terakhir. Pada anak umur
di atas 2 tahun PCV diberikan cukup satu kali.
 Vaksin Rotavirus.
Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, vaksin rotavirus pentavalen diberikan 3 kali. Vaksin rotavirus monovalen dosis I
diberikan umur 6-14 minggu, dosis ke-2 diberikan dengan interval minimal 4 minggu. Sebaiknya vaksin rotavirus monovalen selesai
diberikan sebelum umur 16 minggu dan tidak melampaui umur 24 minggu. Vaksin rotavirus pentavalen: dosis ke-1 diberikan umur
6-14 minggu, interval dosis ke-2, dosis ke-3 diberikan pada umur kurang dari 32 minggu (interval minimal 4 minggu).
 Vaksin Varisela.
Diberikan setelah umur 12 bulan, namun terbaik pada umur sebelum masuk sekolah dasar. Bila diberikan pada umur lebih dari 12
tahun, perlu 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu.
 Vaksin Influenza.
Diberikan pada umur minimal 6 bulan, diulang setiap tahun. Untuk imunisasi pertama kali (primary immunization) pada anak umur
kurang dari 9 tahun diberi dua kali dengan interval minimal 4 minggu. Untuk anak 6 – <36 bulan, dosis 0,25 mL.
 Vaksin Human papiloma virus (HPV).
Diberikan mulai umur 10 tahun. Vaksin HPV bivalen diberikan tiga kali dengan interval 0, 1, 6 bulan; vaksin HPV antibodi dengan
interval 0, 2, 6 bulan.
VAKSIN DPT – HB – Hib PENTABIO

Vaksin pentavalen merupakan gabungan dari 5 jenis vaksin Pemberian vaksin pentavalen sama dengan vaksin kombo yaitu pada
dalam satu sediaan. Kelima vaksin tersebut meliputi : umur bayi 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan untuk imunisasi dasar. Untuk
imunisasi lanjutan vaksin pentavalen diberikan pada umur anak paling
Difteri –> Kuman yang menyebabkan penyakit difteri, cepat 18 bulan sampai 3 tahun. Jadi total vaksin pentavalen diberikan
menyerang salura pernapasan, menimbulkan lapisan putih di sebanyak 4 kali dimana pemberian 1-3 di vastus lateralis (sisi luar paha)
tenggorokan dengan efek dapat menyumbat saluran nafas, kiri-kanan-kiri secara IM. Pemberian ke-4 diberikan di deltoid (lengan
dan toksinnya dapat mengganggu kerja jantung. kanan atas) secara IM.
Vaksin pentavalen disimpan di lemari es bersuhu 2-8 derajat C da proses
Pertusis –> kuman penyebab penyakit batuk rejan atau batuk transportasi menggunakan cooling pack (ingat cooling pack berisi air
100 hari dengan ciri khas batuk beruntun dingin, bukan berisi es). Vaksin tahan disimpan sampai tanggal
kadaluarsanya atau sepanjang indikator suhu pada vial (tanda kotak
Tetanus –> kuman penyebab penyakit tetanus, yaitu kekakuan dikelilingi bulatan) warnanya masih aman (warna kotak tidak sama atau
seluruh tubuh termasuk otot pernapasan sehingga lebih tua dari warna bulatan). Jika sudah dibuka sebaiknya digunakan
menyebabka kematian akibat gagal nafas dalam waktu 2 minggu.
Vaksin pentavalen hanya diberikan pada bayi yang belum pernah
Hepatitis B –> virus penyabab peradangan pada hati dimana mendapat vaksin kombo. Apabila sudah mendapatkan imunisasi kombo
keadaan kronis dapat menyebabkan kerusakan hati (sirosis dosis pertama atau kedua, tetap dilanjutkan dengan pemberian vaksin
hepatis) dan kanker hati (hepatoma) kombo sampai dosis ketiga. Bagi bayi dibawah 3 tahun yang belum
mendapat vaksin kombo 3 dosis, dapat diberikan vaksin pentavalen pada
Haemophilus influenza tipe B –> kuman penyebab radang usia 18 bulan dan imunisasi lanjutan diberikan minimal 12 bulan dari
paru-paru (pneumonia) dan radang otak (meningitis) vaksin pentavalen dosis ketiga.
terbanyak pada anak-anak Kontraindikasi pemberian vaksin pentavalen meliputi adanya alergi atau
hipersensitifitas terhadap komponen vaksin (termasuk pengawetnya
thimerosal), dan kejang atau kelainan saraf serius lainnya (kontraindikasi
terhadap komponen pertusis).
Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang dapat terjadi meliputi reaksi
lokal seperti bengkak, nyeri, kemerahan, dan demam.
Mekanisme Pengenalan Imun
Proses Imunisasi

Antigen (vaksin) masuk ke dalam tubuh



Mengadakan antigen pada limfosit dengan peranan macrofagh terhadap pyrogen eksogen

Interleukin 1, 6 dan TNF

PGe2

Thalamus anterior

Peningkatan set point panas

Efek samping Ansietas

Hipertermi Nyeri Akut Kesiapan Meningkatkan Pengetahuan

Risiko keterlambatan
Hambatan Komunikasi
Hambatan Interaksi ResikoAnsietas
Trauma
perkembangan
Verbal
Sosial
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
DENGAN IMUNISASI

Pengkajian
a. Identitas
Nama, alamat, tempat dan tanggal lahir, ras, jenis kelamin, agama,
Diagnosa Keperawatan
tanggal wawancara, informan
b. Keluhan Utama
Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen Cidera
Untuk menjalani suatu imunisasi anak diharapkan dalam kondisi
Fisik (Prosedur Imunisasi)
sehat jasmani dan rohani karena akan dipenetrasikan antigen dalam
Kesiapan Meningkatkan Pengetahuan
imunisasi yang akan memicu fungsi imunnya, namun seiring
Ansietas Berhubungan Dengan Krisis Situasi
dengan kondisi anak yang rentan terhadap kontak infeksi dari
(Prosedur Invasif)
lingkungan, tidak menutup kemungkinan jika saat memasuki jadwal
Hipertermi Berhubungan Dengan Proses
imunisasi ia berada dalam kondisi sakit.
Imunisasi
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Jika saat ini kesehatan anak baik, riwayat penyakit sekarang
mungkin tidak terlalu menjadi acuan, akan tetapi jika anak dalam
kondisi tidak sehat, hal ini dapat dijadikan kajian lebih lanjut untuk
mengetahui status kesehatan anak saat ini.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Untuk memperoleh profil penyakit anak, cedera-cedera, atau
pembedahan sebelumnya yang pada kesempatan ini akan digunakan
sebagai petunjuk yang berarti dalam pemberian imunisasi.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Untuk mengidentifikasi adanya faktor genetika atau penyakit yang
memiliki kecenderungan terjadi dalam keluarga dan untuk mengkaji
pajanan terhadap penyakit menular pada anggota.
f. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi menyeluruh atau umum, integumen,
kepala, mata, telinga, hidung, mulut, tenggorokan, leher, dada,
respirasi, kardiovaskuler, gastrointestinal, genitourinaria,
ginekologik, muskuluskeletal, neurologik, dan endokrin.
NOC DAN NIC

Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen Cidera Fisik


(Prosedur Imunisasi)
NOC :
 Pain Level,
 Pain control,
 Comfort level
Kriteria Hasil :
 Bayi tidak menangis secara terus menerus
 Tanda vital dalam rentang normal

NIC NIC
Pain Management Analgesic Administration
 Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk  Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor sebelum pemberian obat
presipitasi Observasi reaksi nonverbal dari  Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan
ketidaknyamanan frekuensi
 Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui  Cek riwayat alergi
pengalaman nyeri pasien  Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari
 Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri analgesik ketika pemberian lebih dari satu
 Bantu keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan  Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya
 Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri nyeri
seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan  Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis
 Kurangi faktor presipitasi nyeri optimal
 Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non  Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan
farmakologi dan inter personal) nyeri secara teratur
 Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi  Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
 Ajarkan tentang teknik non farmakologi analgesik pertama kali
 Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri  Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
 Evaluasi keefektifan kontrol nyeri  Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala
 Tingkatkan istirahat  (efek samping)
 Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
Kesiapan Meningkatkan Pengetahuan Ansietas Berhubungan Dengan Krisis
Situasi (Prosedur Invasif)
NOC :
 Knowledge : Disease Process NOC :
 Knowledge : Health Behavior  Anxiety level
Kriteria Hasil :  Sosial anxiety level
1. Orang tua menyatakan pemahaman tentang Indikator :
penyakit, kondisi, prognosis dan program 1. Klien mampu mengidentifikasi dan
pengobatan mengungkapkan gejala cemas
2. Orang tua mampu melaksanakan prosedur 2. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan
yang dijelaskan secara benar menunjukan teknik untuk mengontrol
3. Orang tua mampu menjelaskan kembali apa cemas
yang dijelaskan perawat/tim kesehatan 3. Vital sign dalam batas normal
lainnya 4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa
tubuh dan tingkat aktivitas menunjukan
NIC : berkurangnya kecemasan.

Teaching : disease Process NIC :


 Berikan penilaian tentang tingkat Anxiety Reduction
pengetahuan orang tua pasien tentang
imunisasi yang spesifik.  Gunakan ketenangan, meyakinkan
 Jelaskan prosedur imunisasi dengan cara pendekatan
yang tepat.  Jelaskan semua prosedur
 Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
 Lihat untuk mengerti perspektif orang
muncul pada penyakit bagi yng tidak
melakukan imunisasi, dengan cara yang tua pasien terhadap situasi stress
tepat  Sediakan informasi tentang diagnosis,
 Sediakan informasi pada orang tua pasien pengobatan, dan prognosis
tentang kondisi, dengan cara yang tepat  Tetap bersama pasien untuk
 Eksplorasi dengan orang tua pasien kenyamanan dan mengurangi takut
kemungkinan sumber atau dukungan,  Tanggapi perilaku
dengan cara yang tepat  Ciptakan suasana untuk menfasilitasi
 Instruksikan kepada orang tua pasien kepercayaan
mengenai tanda dan gejala untuk  Menyemangati secara verbal
melaporkan pada pemberi perawatan mengenai perasaan, persepsi, dan
kesehatan, dengan cara yang tepat
ketakutan
 Identifikasi perubahan tingkat
kecemasan
 Bantu pasien mengidentifikasi situasi
yang menurunkan kecemasan
 Pegang dan nyamankan bayi atau
anak
 Bicara lembut atau bernyanyi pada
bayi atau anak
 Pertahankan kontak mata
 Duduk dan bicara dengan pasien
 Tawarkan minuman hangat atau susu
Hipertermi Berhubungan Dengan Proses Imunisasi

NOC :
 Thermoregulation

Indikator:
1. Suhu tubuh dalam rentang normal
2. Nadi dan RR dalam rentang normal
3. Tidak ada perubahan warna kulit

NIC :
Fever Treatment
 Monitor suhu sesering mungkin
 Monitor warna dan suhu kulit
 Monitor nadi dan RR
 Monitor tingkat kesadaran
 Monitor intake dan out put
 Berikan antipiretik
 Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
 Selimuti pasien
 Lakukan tapid sponge
 Kolaborasi pemberian cairan intravena
 Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
 Tingkatkan sirkulasi udara
 Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil.
DAFTAR PUSTAKA

Bratawidjaya, K.G. 2012. Imunologi Dasar Edisi ke-10. Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Gloria M. Bulechek, (et al). 2013. Nursing Interventions Classifications (NIC) 6th
Edition. Missouri: Mosby Elsevier.

Hidayat, A.Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk


Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Hinchliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan. Jakarta: EGC.

IDAI. 2017. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta: Ikatan Dokter Anak


Indonesia.

Moorhed, (et al). 2013. Nursing Outcomes Classifications (NOC) 5th Edition.
Missouri: Mosby Elsevier .

Nanda Internasional. 2018. Diagnosis Keperawatan 2018-2020. Jakarta: EGC.

Schwartz, M.William. 2004. Clinical Handbook of Pediatrics. Jakarta: EGC.

Supartini, Yupi. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta:
EGC.

Umar. 2006. Imunisasi Mengapa Perlu?. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara.

Wahab, Samik. 2000. Ilmu kesehatan anak vol. 2. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai