Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

S P2 A0 POST PARTUM
DENGAN PLASENTA PREVIA H0 DIRUANG BERSALIN

RSUD dr. LOEKMONO HADI KUDUS

Nama Kelompok :

1. Eka Pratiwi
2. Maza Malika
3. Dian Lutfia Sari
4. Siska Trisniati

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN 2018/2019
A. DEFINISI POST PARTUM
Masa nifas ( puerperium ) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat – alat kandungan kembali seperti pra-hamil.
Lama masa nifas ini yaitu 6 – 8 minggu.(Rustam Mochtar,2011).
Masa nifas adalah periode sekitar 6 minggu sesudah melahirkan anak,
ketika alat – alat reproduksi tengah kembali kepada kondisi normal. (Barbara
F. weller 2013).
Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa
bantuan alat – alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya
berlangsung kurang dari 24 jam.(Abdul Bari Saifuddin, 2002).
Pesalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi
baik pada ibu maupun pada janin. (Prawirohardjo, 2011).

DEFINISI PLASENTA PREVIA

Placenta previa adalah placenta yang letaknya abnormal, yaitu pada


segmen bawah uterus, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir (Mansjoer, dkk, 2011).
Placenta previa totalis adalah apabila setiap bagian placenta secara totalis
menutupi osteum uteri internum atau seluruh ostium uteri internum tertutup
ketika serviks berdilatasi lengkap (Bobak, dkk 2011)
Menurut Prawiroharjo (2011), plasenta previa adalah plasenta yang ada
didepan jalan lahir (prae = di depan ; vias = jalan). Jadi yang dimaksud
plasenta previa ialah plasenta yang implantasinya tidak normal, rendah sekali
hinggamenutupi seluruh atau sebagian ostium internum.
Menurut Cunningham (2006), plasenta previa merupakan implantasi
plasenta di bagian bawah sehingga menutupi ostium uteri internum, serta
menimbulkan perdarahan saat pembentukan segmen bawah rahim.
B. KLASIFIKASI
Menurut Hanafiah (2004) klasifikasi plasenta previa dapat dibedakan
menjadi 4 derajat berdasarkan atas terbalnya jaringan plasenta melalui
pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu yaitu:
1. Marginal placenta previa
Apabila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir permukaaan, plasenta
tertanam pada satu tepi segmen rahim bawah dekat dengan tulang. (terjadi
pada pembukaan 2 cm)
2. Incomplete / parsial plasenta previa
Apabila sebagian pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta atau
menyiratkan penutupan tak sempurna. (terjadi pada pembukaan 5 cm )
3. Total / complete placenta previa
Apabila seluruh pembukaan tertutup oleh jaringan placenta, seluruhnya
tulang dalam tertutup oleh placenta, saat servik sepenuhnya berdilatasi.
(terjadi pada pembukaan 3 cm)
4. Implantasi rendah / low-lying implantasi
Digunakan saat placenta diposisikan pada segmen bawah rahim yang lebih
rendah tapi jauh dari tulang.
C. ETIOLOGI
Menurut Manuaba (2011), penyebab terjadinya plasenta previa
diantaranya adalah mencakup :
1. Perdarahan (hemorrhaging)
2. Usia lebih dari 35 tahun
3. Multiparitas
4. Pengobatan infertilitas
5. Multiple gestation
6. Erythroblastosis
7. Riwayat operasi/pembedahan uterus sebelumnya
8. Keguguran berulang
9. Status sosial ekonomi yang rendah
10. Jarak antar kehamilan yang pendek
11. Merokok
Menurut Masjoer, dkk pada tahun 2011, Penyebab spesifik tidak
diketahui pasti, namun placenta previa meningkat pada grande multipara,
primigravida tua, bekas seksio sesarea, bekas aborsi, kelainan janin dan
leiomioma uteri, ovulasi terlambat, kehamilan ganda.

D. PATOFISIOLOGI
Perdarahan antepartum akibat placenta previa terjadi sejak kehamilan
20 minggu saat segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai melebar serta
menipis. Umumnya terjadi pada trimester ketiga karena segmen bawah uterus
lebih banyak mengalami perubahan, pelebaran segmen bawah uterus dan
pembukaan serviks menyebabkan sinus uterus robek Karena lepasnya
placenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari
placenta. Perdarahan tak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut
otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada placenta letak
normal
E. PATHWAY
F. MANIFESTASI KLINIS
Menururt FKUI (2011), tanda dan gejala plasenta previa diantaranya
adalah :
1. Pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri dari biasanya dan berulang.
2. Darah biasanya berwarna merah segar.
3. Terjadi pada saat tidur atau saat melakukan aktivitas.
4. Bagian terdepan janin tinggi (floating), sering dijumpai kelainan letak
janin.
Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak
fatal, kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya. Tetapi perdarahan
berikutnya (reccurent bleeding) biasanya lebih banyak.

G. KOMPLIKASI
Menurut Roeshadi (2011), kemungkinan komplikasi yang dapat
ditimbulkan dari adanya plasenta previa adalah sebagai berikut :
1. Pada ibu dapat terjadi :
a. Perdarahan hingga syok akibat perdarahan
b. Anemia karena perdarahan
c. Plasentitis
d. Endometritis pasca persalinan
2. Pada janin dapat terjadi :
a. Persalinan premature
b. Asfiksia berat

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. USG (Ultrasonographi)
Dapat mengungkapkan posisi rendah berbaring placenta tapi apakah
placenta melapisi servik tidak biasa diungkapkan.
2. Sinar X
Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagian-
bagian tubuh janin.
3. Pemeriksaan laboratorium
Hemoglobin dan hematokrit menurun. Factor pembekuan pada umumnya
dibawah batas normal.
4. Pengkajian vagina
Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya ditunda
jika memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih baik
sesudah 34 minggu). Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan ganda
(double setup procedure). Double setup adalah pemeriksaan steril pada
vagina yang dilakukan diruang operasi dengan kesiapan staf dan alat untuk
efek kelahiran secara secar.
5. Isotop scanning
Atau lokasi penempatan placenta.
6. Amniocentesis
Jika 35–36 minggu kehamilan tercapai, panduan ultrasound pada
amniocentesis untuk menaksir kematangan paru–paru (rasio lecithin/
spingomyelin [LS] atatu kehadiran phosphatidygliserol)

I. PENATALAKSANAAN
1. Menurut Wiknjosastro (2011), penatalaksanaan yang diberikan untuk
penanganan plasenta previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu :
a. Kaji kondisi fisik klien
b. Menganjurkan klien untuk tidak coitus
c. Menganjurkan klien istirahat
d. Mengobservasi perdarahan
e. Memeriksa tanda vital
f. Memeriksa kadar Hb
g. Berikan cairan pengganti intravena RL
h. Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus
masih premature
i. Lanjutkan terapi ekspektatif bila KU baik, janin hidup dan umur
kehamilan
2. Terapi ekspektatif
Tujuan terapi skspektatif adalah supaya janin tidak terlahi premature,
pasien dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kenalis
servisis. Upaya diagnosis dilakukan secara non invasive. Pemantauan
klinis dilaksanakan secara ketat dan baik.
a. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.
b. Belum ada tanda-tanda in partu.
c. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal)
d. Janin masih hidup.
1) Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotic profilaksis.
2) Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi placenta,
usia kehamilan,profil biofisik, letak dan persentasi janin.
3) Berikan kotolitik bila ada kontraksi:
e. MgSO4 4 gr IV dosis awal dilanjutkan 4 gr tiap 6 jam
f. Nifedipin 3 x 20 mg/hari
g. Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin
1) Uji pematangan paru janin dengan tes kocok (Bubble Test) dari test
amniosentesis.
2) Bila setelah usia kehamilan diatas 3 minggu placenta masih berada
di sekitar ostinum uteri internum, maka dugaan placenta previa
menjadi jelas sehingga perlu dilakukan observasi dan konseling
untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat darurat.
3) Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu
masih lama, pasien dapat dipulangkan untuk rawat jalan (kecuali
apabila rumah pasien diluar kota dan jarak untuk mencapai RS lebih
dari 2 jam) dengan pesan segera kembali ke RS apa bila terjadi
pendarahan ulang.
3. Terapi aktif (tindakan segera)
a. Wanita hamil diatas 22 minggu dengan pendarahan pervaginam yang
aktif dan banyak harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa
memandang maturitas janin.
b. Untuk diagnosis placenta previa dan menentukan cara menyelesaikan
persalinan, setelah semua persyaratan di penuhi, dilakukan PDOM jika:
1) Infuse / tranfusi telah terpasang, kamar dan tim operasi telah siap
2) Kehamilan ≥ 37 minggu (BB ≥ 2500 gram) dan in partum
3) Janin telah meninggal atau terdapat anomaly congenital mayor
(missal : anensefali)
4) Perdarahan dengan bagian terbawah janin telah jauh melewati PAP
(2/5 atau 3/5 palpasi luar).
4. Cara menyelesaikan persalinan dengan placenta previa adalah :
a. Seksio Cesaria (SC)
Prinsip utama dalam melakukan SC adalah untuk menyelamatkan ibu,
sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan hidup
tindakan ini tetap dilakukan.
Tujuan SC antara lain:
1) Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera
berkontraksi dan menghentikan perdarahan.
2) Menghindarkan kemungkinan terjadinyarobekan pada servik uteri,
jika janin dilahirkan pervaginam.
b. Melahirkan pervaginam
Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta, penekanan
tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
1) Amniotomi dan akselerasi
Umumnya dilakuka pada plasenta previa lateralis / marginalis
dengan pembukaan > 3 cm serta presentasi kepala. Dengan memecah
ketuban, placenta akan mengikuti segmen bawah rahim dan di tekan
oleh kepala janin. Jika kontraksi uterus belum ada atau masih lemah
akselerasi dengan infuse oksitoksin.
2) Versi Braxton Hicks
Tujuan melakukan versi Braxton Hicks adalah mengadakan
temponade placenta dengan bokong dan kaki janin. Versi Braxton
Hicks tidak di lakukan pada janin yang masih hidup.
3) Traksi dengan Cunam Willet
Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian diberi
beban secukupnnya sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini
kurang efektif untuk menekan placenta dan sering kali menyebabkan
perdarahan pada kulit kepala. Tindakan ini biasanya dikerjakan pada
janin yang telah meninggal dan perdarahan yang tidak efektif.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. FOKUS PENGKAJIAN
Anamnesa
1. Identitas klien: Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan,
pendidikan, alamat, medicalrecord dll.
2. Keluhan utama : Gejala pertama; perdarahan pada kehamilan setelah 28
minggu/trimester III.
a. Sifat perdarahan; tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang
b. Sebab perdarahan; placenta dan pembuluh darah yang robek;
terbentuknya SBR, terbukanya osteum/ manspulasi intravaginal/rectal.
c. Sedikit banyaknya perdarahan; tergantung besar atau kecilnya robekan
pembuluh darah dan placenta.
d. Inspeksi
1) Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau sedikit.
2) Jika perdarahan lebih banyak; ibu tampak anemia.
e. Palpasi abdomen
1) Janin sering belum cukup bulan; TFU masih rendah.
2) Sering dijumpai kesalahan letak
3) Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala biasanya
kepala masih goyang/floating
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Obstetri
Memberikan imformasi yang penting mengenai kehamilan
sebelumnya agar perawat dapat menentukan kemungkinan masalah
pada kehamilan sekarang. Riwayat obstetri meliputi:
1) Gravida, para abortus, dan anak hidup (GPAH)
2) Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi
3) Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, dan
penolong persalinan
4) Jenis anetesi dan kesulitan persalinan
5) Komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi, infeksi,
dan perdarahan.
6) Komplikasi pada bayi
7) Rencana menyusui bayi
b. Riwayat mensturasi
Riwayat yang lengkap di perlukan untuk menetukan taksiran persalinan
(TP). TP ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT).
Untuk menentukan TP berdasarkan HPHT dapat digunakan
rumus naegle, yaitu hari ditambah tujuh, bulan dikurangi tiga, tahun
disesuaikan.
c. Riwayat Kontrasepsi
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada janin,
ibu, a t a u keduanya. Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus
didapatkan pada saat kunjungan pertama. Penggunaan kontrasepsi
oral sebelum kelahiran dan berlanjut pada kehamilan yang
tidak diketahui dapat berakibat buruk pada pembentukan organ seksual
pada janin.
d. Riwayat penyakit dan operasi:
Kondisi kronis seperti dibetes melitus, hipertensi, dan
penyakit ginjal bisa berefek buruk pada kehamilan. Oleh karena itu,
adanya riwayat infeksi, prosedur operasi, dan trauma pada persalinan
sebelumnya harus di dokumentasikan
3. Pemeriksaan fisik
a. Umum
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil:
1) Rambut dan kulit
a) Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan
linea nigra.
b) Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan paha.
c) Laju pertumbuhan rambut berkurang.Wajah
2) Mata : pucat, anemis
3) Hidung
4) Gigi dan mulut
5) Leher
6) Buah dada / payudara
a) Peningkatan pigmentasi areola putting susu
b) Bertambahnya ukuran dan noduler
7) Jantung dan paru
a) Volume darah meningkat
b) Peningkatan frekuensi nadi
c) Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan pembulu darah
pulmonal.
d) Terjadi hiperventilasi selama kehamilan.
e) Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan nafas.
f) Diafragma meningga.
g) Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada.
8) Abdomen
a) Menentukan letak janin
b) Menentukan tinggi fundus uteri
9) Vagina
a) Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan (
tanda Chandwick)
b) Hipertropi epithelium
10) System musculoskeletal
a) Persendian tulang pinggul yang mengendur
b) Gaya berjalan yang canggung
c) Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan
diastasis rectal
b. Khusus
1) Tinggi fundus uteri
2) Posisi dan persentasi janin
3) Panggul dan janin lahir
4) Denyut jantung janin

B. NURSING CARE PLAN


1. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan cardiac out put berhubungan dengan perdarahan dalam
jumlah yang besar.
b. Ansietas yang berhubungan dengan perdarahan kurangnya pengetahuan
mengenai efek perdarahan dan menejemennya.
c. Resiko tinggi cedera (janin) b/d Hipoksia jaringan / organ, profil darah
abnormal, kerusakan system imun.

2. Intervensi Keperawatan

Diagnosa
No Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Nyeri akut Setelah dilakukkanya 1. kaji karakteristik dan lokasi
berhubungan tindakan keperawatan 2 X ketidaknyaman
dengan agen 24 jam diharapkan nyeri 2. Hindarkan klien dengan
cedera fisik berkurang dengan kriteria lingkungan yang bising
hasil : 3. Anjurkan penggunaan teknik
a.Klien mengungkapkan pernafasan dan relaksasi dan
berkurangnya nyeri distraksi
b. Klien tampak rileks, 4. kolaborasikan pemberian obat
mampu tidur / istirahat analgetika
dengan tepat
2 Resiko infeksi b.d. Setelah dilakukan tindakan
perdarahan keperawatan selama 2 x 24 1. Monitor tanda-tanda vital
diharapkan tidak terjadi 2. Menjaga kebersihan sekitar
infeksi dengan Kriteria luka dan lingkungan klien,
Hasil : rawat lukadengan teknik
a. Tidak ada tanda-tanda aseptik.
infeksi (rubor, kalor, dolor, 3. Ajarkan kepada klien dan
tumor dan fungsiolaesa) keluarga untuk mengenali
b. Tanda-tanda vital tanda dan gejala infeksi
normal terutama suhu (36- 4. Kolaborasikan pemberian obat
37 derajat Celcius) antibiotik

3. Defisit volume Setelah dilakukan tindakan 1. Memonitor status hidrasi


cairan b.d keperawatan selama 2 x 24 2. Memonitor tanda-tanda vital
kehilangan volume diharapkan cairan dalam tiap 15 menit sekali
cairan secara aktif tubuh terpenuhi dengan 3. Dorong keluarga untuk
Kriteria Hasil : membantu pasien makan dan
- tidak ada tanda dehidrasi, minum
elastic turgor kulit baik, 4. Kolaborasikan dengan dokter
membrane mukosa lembab jika terjadi tanda cairan
- tekanan darah, nadi, berlebihan muncul memburuk
respirasi, suhu dalam batas
normal. 2
3. -
4.
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arief. 2011. Kapita Selekta Kedokteran , edisi ketiga . Media


Aesculapius FKUI .Jakarta

Marilynn E. Doenges & Mary Frances Moorhouse, 2011, Rencana Perawatan


Maternal/Bayi, edisi kedua. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.

Murah, Manoe dkk. 2011. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Obstetri Dan
Ginekologi. Bagian /SMF obstetri dan ginekologi FK Unhas . Ujung
Pandang.

Sari, Mei Dian. 2012. AskepPlasentaPrevia. Retrieved: November15, 2013.


From:http://nursemiadiansari.blogspot.com/2012/02/askep-plasenta-
previa.html

Yayan. 2012. AsuhanKeperawatanMaternitas. Retrieved: November15, 2013.


From:http://yayannerz.blogspot.com/2012/02/asuhan-keperawatan-
maternitas-klien.html

Syamsyah, Siti. 2012. AsuhanKeperawatanMaternitas. Retrieved: November15,


2013. From:http://artikelkesehatancity.blogspot.com/2012/10/asuhan-
keperawatan-placenta-previa.html

Cimura, Irsal. 2012. AskepPlasentaPrevia. Retrieved: November15, 2013.


From:http://irsalcimura.blogspot.com/2012/11/askep-plasenta-
previa.html
Rasyid, Abu. 2013. AskepPlasentaPrevia. Retrieved: November15, 2013.
From:http://asuhankeperawatankesehatan.blogspot.com/2013/03/aske
p-plasenta-previa.html

Eviesetya. 2012. AskepPlasentaPrevia. Retrieved: November15, 2013.


From:http://eviesetya.wordpress.com/2012/04/08/askep-plasenta-
previa

Anda mungkin juga menyukai