Untuk mencari biaya peluang adalah dengan cara mencari pilihan yang
ditinggalkan dengan nilai tertinggi
Jawaban: E
Pembahasan:
ASYARAKAT INFORMASI
1. Adanya level intensitas informasi yang tinggi (kebutuhan akan informasi yang
tinggi) dalam kehidupan masyarakatnya sehari – hari pada organisasi –
organisasi yang ada, dan tempat– tempat kerja.
2. Penggunaan teknologi informasi untuk kegiatan sosial, pengajaran dan bisnis,
serta kegiatan– kegiatan lainnya.
3. Kemampuan pertukaran data digital yang cepat dalam jarak yang jauh
4. Masyarakat yang sadar akan informasi dan mendapatkan informasi secara cukup.
5. Menjadikan informasi sebagai komoditas bernilai ekonomis.
6. Mengakses informasi super highway (berkecepatan tinggi)
7. Distribusi informasi berubah dari tercetak menjadi elektronik dengan karakteristik
informasi: Terbaru, Journal, Prediksi Sistem layanan berubah dari manual ke
elektronis (e-service)
8. Sektor ekonomi bergeser dari penghasil barang ke pelayanan jasa
9. Kompetisi bersifat global & ketat
Menurut Sutarno(2005)
Ciri-ciri masyarakat informasi adalah :
Sumber informasi terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.
Adanya kesadaran masyarakat tentang arti pentingnya informasi dalam berbagai
aktivitas kehidupan.
Terbukanya pandangan dan wawasan masyarakat dalam pemanfaatan teknologi
informasi secara tepat guna.
Berkembangnya lembaga-lembaga perpustakaan, dokumentasi dan informasi secara
merata.
Kemajuan sumber daya manusia, informasi dan fisik yang memanfaatkan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Informasi dikelola dengan baik, disajikan tepat waktu dan dikemas dengan teknologi
dapat dikembangkan sebagai suatu komoditi yang bernilai ekonomis
Penerapan pendekatan saintifik, pembelajaran abad 21 (4C), HOTS, dan integrasi literasi dan
PPK dalam pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam rangka
menjawab tantangan, baik tantangan internal dalam rangka mencapai 8 (delapan) SNP dan
tantangan eksternal, yaitu globalisasi.
Untuk mewujudkan hal tersebut di atas, maka guru sebagai ujung tombak pebelajaran harus
mampu merencanakan dan melaksanakan PBM yang berkualitas. Menurut Surya (2014:333)
proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah suatu bentuk interaksi antara pihak pengajar
dan pelajar yang berlangsung dalam situasi pengajaran dan untuk mencapai tujuan
pengajaran. Dalam interaksi itu akan terjadi proses komunikasi timbal balik antara pihak-
pihak yang terkait yaitu antara guru dan selaku pengajar dan siswa selaku pelajar.
Perilaku belajar yang terjadi pada pada diri siswa timbul sebagai akibat perilaku mengajar
pada guru yang terkait melalui melalui suatu bentuk komunikasi. Jenis komunikasi yang
terjadi dalam proses belajar mengajar disebut sebagai komunikasi instruksional yag
didalamnya terkait komunikasi dua arah antara pengajar dan pelajar. Oleh karena itu,
komunikasi jenis ini disebut sebagai komunikasi dialogis. Dengan komunikasi jenis ini,
terjadilah perilaku mengajar dan perilaku belajar yang saling terkait satu dengan yang lainnya
untuk mencapai tujuan insruksional.
Untuk mewujudkan pembelajaran abad 21 dan HOTS, guru harus memiliki keterampilan
proses yang baik dalam pembelajaran. Keterampian proses dapat diartikan sebagai
keterampilan guru dalam menyajikan pembelajaran yang mampu memberikan pengalaman
belajar yang bermakna dan menyenangkan bagi siswa. Pembelajaran berpusat kepada siswa
(student center), dan merangsang siswa untuk menyelesaikan masalah. Peran guru dalam
PBM bukan hanya sebagai sumber belajar, tapi juga sebagai fasilitator.
Menurut Mulyasa, (2006:70-92) ada 8 (delapan) keterampilan yang harus dimiliki oleh guru
untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan, antara lain (1)
keterampilan bertanya, (2) memberikan penguatan, (3mengadakan variasi, (4) menjelaskan,
(5) membuka dan menutup pelajaran, (6) membimbing diskusi kelompok kecil, (7) mengelola
kelas, dan (8) mengajar kelompok kecil dan perorangan.
Acuannya dan etikanya antara lain, pertanyaan yang disampaikan harus singkat, padat, dan
jelas, redaksinya dapat dipahami oleh siswa, dan mampu menarik perhatian siswa. Pertanyaan
harus menyebar, semua siswa diberi hak yang sama untuk menerima dan menjawab
pertanyaan guru, jangan diberikan kepada siswa-siswa tertentu saja.
Pertanyaan harus bersifat terbuka, jangan langsung ditujukan kepada siswa tertentu, pastikan
bahwa siswa siap menjawabnya, karena kalau diberikan kepada siswa yang tidak atau belum
siap, berpotensi akan mempermalukan siswa di hadapan teman-temannya. Pertanyaan juga
bukan diberikan untuk memberikan sanksi kepada siswa yang kurang memperhatikan materi
yang disampaikan oleh guru.
Keterampilan memberikan penguatan merupakan respon guru terhadap suatu perilaku yang
dapat meningkatkan kemungkinan terulangnya kembali perilaku tersebut. Penguatan dapat
dilakukan secara verbal atau non verbal. Secara verbal misalnya melalui kalimat "...oleh
karena itu, bapak/ibu ingin tegaskan kepada kalian bahwa...", "bapak/ibu akan ingin
menggarisbawahi bahwa...", "bapak/ibu ingin menekankan bahwa...", "tepat sekali apa yang
disampaikan oleh teman kalian tadi bahwa...", dan sebagainya.
Penguatan non verbal antara lain melaui gerakan mendekati peserta didik, acungan jempol,
raut wajah yang ikut meyakinkan penjelasan atau jawaban siswa, dan sebagainya. Penguatan
dapat dilakukan kepada individu, kelompok tertentu, atau kepada siswa secara keseluruhan.
Penjelasan guru yang baik antara lain; suaranya dapat didengar oleh siswa, nada suaranya
proporsional, tidak terlalu rendah, dan tidak terlalu tinggi, tidak berbelit-belit, menyampaian
ilustrasi dan penguatan yang tepat dan relevan dengan materi yang disampaikan.
Menggunakan alat peraga atau media pembelajaran untuk membantu memperjelas materi,
dan penggunaan bahasa tubuh yang tepat untuk membantu menegaskan sebuah penjelasan.
Kemampuan membuka dan menutup pembelajaran akan terlihat mulai dari gaya dan sikap
guru ketika mengajar. Kemampuan ini akan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan
pembelajaran. Kegiatan pembelajaran terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kegiatan awal,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Porsinya biasanya 10% kegiatan awal, 80% kegiatan inti,
dan 10% kegiatan penutup. Deskripsi kegiatan pembelajaran sebelumnya sudah disusun
dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan dilaksanakan pada saat tatap muka
dengan siswa di kelas.
Langkah-langkah kegiatan awal antara lain; guru mengucap salam, guru mengajak siswa
untuk berdoa, mengecek kehadiran siswa, mengecek kesiapan belajar siswa, menyampaikan
tujuan pembelajaran, dan menyampaikan apersepsi atau mengaitkan pembelajaran
sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari saat itu.
Langkah-langkah kegiatan inti antara lain; guru menjelaskan materi, guru menerapkan model,
strategi, metode, dan teknik mengajar yang telah ditetapkan dalam RPP. Kegiatan inti
merupakan jantungnya pembelajaran. Disitulah pendekatan saintifik, pembelajaran abad 21,
HOTS, integrasi literasi dan PPK diterapkan. Walau skenarionya telah disusun dalam RPP,
tetapi dalam prakteknya dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi kelas. Oleh karena itu,
guru harus memiliki kepekaan dan cepat mengambil keputusan untuk menentukan strategi
pembelajaran yang akan digunakan.
Langkah-langkah kegiatan penutup antara lain; guru mengajak siswa untuk menyimpulkan
materi, melakukan refleksi, dan menyusun program tindak lanjut.
Saat diskusi berlangsung, guru mengamati tiap kelompok, berkeliling, mendekati, dan
membimbing diskusi kelompok. Siapa tahu ada kelompok yang memerlukan bantuan atau
penjelasan dari guru. Guru pun harus cermat dalam mengatur waktu diskusi kelompok baik
ketika menyusun kelompok, mengerjakan tugas, dan presentasi kelompok.
Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan maksudnya adalah harus mampu
mengajar siswa baik secara kelompok atau pun perseorangan serta menentukan strategi yang
tepat untuk melakukannya agar tujuan pembelajaran tercapai. Dalam hal menyampaikan
materi pelajaran, guru memperhatikan tingkat kemampuan berpikir siswa, dan memiliki
kepekaan terhadap kebutuhan dan keinginan siswa, karena pada dasarnya guru adalah
pelayanan dan fasilitator bagi siswa untuk menguasai sejumlah kompetensi yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Melalui berbagai pelatihan atau bimbingan teknis (bimtek) K-13 yang telah dilakukan selama
ini diharapkan mampu mengubah paradigma guru, juga meningkatkan kompetensi guru
dalam pembelajaran. Pendekatan saintifik, pembelajaran abad 21 (4C), HOTS, integrasi
literasi dan PPK, dan pembelajaran kontekstual sebenarnya bukan hal yang baru bagi guru.
Secara sadar ataupun tidak sebenarnya sudah hal tersebut dilakukan, hanya dalam K-13 lebih
ditegaskan lagi untuk dilaksanakan pada PBM, dan hasilnya dilakukan melalui penilaian
otentik yang mampu mengukur ketercapaian kompetensi siswa.
MODEL PEMBELAJARAN UNTUK ABAD XXI
Model pembelajaran secara sederhana diartikan cara atau teknik
memfasilitasi anak untuk belajar yang terbaik. Cara/teknik yang
digunakan oleh seorang guru bergantung pada: 1) karakteristik
peserta didik, 2) karakteristik kompetensi yang harus dikuasai oleh
peserta didik, 3) daya dukung lingkungan belajar, termasuk ke
dalam daya dukung adalah kemampuan guru dalam memfasilitasi
pembelajaran anak. Model pembelajaran abad 21 merupakan
cara/teknik yang digunakan guru untuk memfasilitasi pengaman
belajar terbaik anak sesuai dengan kondisi anak, lingkungan belajar
anak, dan daya dukung yang dimiliki. Untuk itu kita harus
menguraikan apa yang menjadi karakteristik pembelajar abad 21
ini.
Pengkategorian karakteristik lainnya dikembangkan
oleh http://www.education.alberta.ca yang mengidentifikasi
karakteristik pembelajar abad 21 adalah: 1) sangat nyaman dengan
globalisasi dan pengaruhnya terhadap bagaimana kita bekerja dan
bersosialisasi. Mereka menampakkan sikap yang lebih santai dan
terbuka terhadap lingkungan sosial yang dinamis di sekitarnya. 2)
cenderung menunjukkan penerimaan dan toleransi yang tinggi
terhadap orang lain. Mereka juga mengharapkan hal yang sama
berupa keterbukaan, pilihan-pilihan, fleksibilitas baik di sekolah
maupun di dunia kerja. 3) memiliki harapan yang tinggi terhadap
relevansi dan makna kerja mereka. 4) memiliki hubungan yang erat
dengan internet. 5) memiliki keterampilan belajar abad 21, yaitu:
literasi dalam teknologi informasi dan komunikasi, kemampuan
untuk berpikir dan memecahkan masalah, keterampilan
interpersonal dan mengarahkan diri, kepedulian global, finansial,
ekonomi, bisnis, dan melek kewarganegaraan. Dan 6) yang paling
penting adalah bagaimana menjaga keberlanjutan belajar dalam
kehidupan mereka.
Karakteristik pembelajar abad 21 ini menjadi penting untuk
diketahui oleh para guru dan orang tua supaya dapat mengetahu
bagaimana cara/teknik memfasilitasi pembelajarannya.
Cara/teknik pembelajaran yang digunakan untuk memfasilitasi
pembelajaran abad 21 ini meliputi:
1) pembelajaran yang berpusat pada peserta didik,
2) multi interaksi dalam proses pendidikan,
3) lingkungan belajar yang lebih luas,
4) peserta didik aktif menyelidiki dalam proses belajar,
5) apa yang dipelajari kontekstual dengan anak,
6) pembelajaran berbasis tim,
7) objek yang dipelajari relevan dengan kebutuhan anak,
8) semua indera anak didayagunakan dalam proses belajar,
9) menggunakan multimedia (khususnya ICT),
10) hubungan guru dengan siswa adalah kerjasama untuk belajar
bersama,
11) peserta didik belajar sesuai dengan kebutuhan individual,
sehingga layanan pembelajaran lebih individual juga,
12) kesadaran jamak (bukan individual),
13) multi displin,
14) otonomi dan kepercayaan,
15) mengembangkan pemikiran kreatif dan kritis,
16) guru dan siswa sama-sama saling belajar.
(Sumber: dikembangkan dari “Paradigma Pendidikan Abad 21”,
BSNP, 2010).
Joyce, Weil, & Calhoun (2009-Edisi kedelapan) dalam bukunya
Model of Teaching mengemukakan empat kelompok model
pengajaran, yaitu kelompok: 1) model yang memproses informasi,
2) model interaksi sosial, 3) model pengajaran personal, 4) model
sistem-sistem perilaku.