Anda di halaman 1dari 17

Isu Lingkungan yang ada di daerah sekitar

Desa Bancak, Kecamatan Gunungwungkal, Kabupaten Pati

LAPORAN PENGAMATAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Konservasi

Pengampu : Sutaryono

Disusun Oleh :

Nurul Hidayah (1401416215)

ROMBEL D

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016
BAB 1
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pada kesempatan ini, saya akan membahas isu-isu lingkungan di tempat tinggal
saya yaitu di desa Bancak, Kecamatan Gunungwungkal, Kabupaten Pati. Saya akan
membahas isu-isu lingkungan mulai dari wilayah desa, kecamatan, dan kabupaten tempat
tinggal saya.
Saya akan membahas isu-isu lingkungan yang terfokuskan pada fenomena-
fenomena yang berhubungan dengan air, misalnya wilayah kali (dalam bahasa Inonesia
artinya sungai) maupun pantai yang ada di sekitar tempat tinggal saya.

Kabupaten Pati adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya


adalah Pati. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Rembang di
timur, Kabupaten Bloradan Kabupaten Grobogan di selatan, serta Kabupaten
Kudus dan Kabupaten Jepara di barat. Kabupaten Pati sendiri memilki slogan Pati “Bumi
Mina Tani” yang artinya :
a. B = Berdaya
b. U = Upaya
c. M = Makmur
d. I = Identitas Pati
e. M = Makmur
f. I = Ideal
g. N = Normatif
h. A = Adil
i. T = Tertib
j. A = Aman
k. N = Nyaman
l. I = Indah
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Kerusakan Lingkungan Pada tingkat Desa


Kali Dongingkong

Desa yang saya tempati beralamatkan di Desa Bancak, Kecamatan


Gunungwungkal, Kabupaten Pati. Desa saya tersebut merupakan desa yang terletak di
dataran tinggi, berada di kaki gunung Jrahi. Desa saya masih terlihat asri, belum banyak
bangunan yang terbentuk, dan belum banyak polusi udara yang ditimbulkan. Namun,
belum bukan berarti tidak. Di beberapa wilayah, sudah terlihat kerusakan-kerusakan.
Dahulu desa saya ini sangat terkenal dengan kebersihan airnya. Masyarakat apabila
akan mandi atau mencuci pakaian pasti langsung sungai. Namun, perilaku warga yang
suka mengambil pasir secara berlebihan membuat airnya menjadi keruh. Warga yang
sedang beraktifitas juga terganggu sehingga sekarang jarang ada warga yang
memanfaatkan sungai tersebut. Ada, tapi jarang. Hanya satu atau dua orang saja.
Sungai tersebut sekarang malah kering, hanya ada sedikit airnya. Sampai saat ini,
belum ada upaya tegas dari kepala desa untuk menangani situasi tersebut. Hanya ada
himbauan-himbauan yang dilontarkan. Namun, masyarakat masih saja selalu tidak
menghiraukannya.

Selain kegiatan penambangan pasir, beberapa bulan ini terjadi fenomena-fenomena


baru yang sangat mengerikan. Yaitu budaya membuang sampah di sungai. Padahal
sebelumnya, tidak pernah ada orang yang membuang sampah di sungai. Bahkan sekarang
sampah-sampah tersebut jumlahnya sangat banyak. Sekarang sungai tersebut sudah
menjadi seperti tempat pembuangan sampah bagi warga sekitar. Sungai tersebut dijadikan
warga sebagai tempat pembuangan pampers, popok bayi, sampah pembalut, dan lain-lain.
Sangat mengerikan dan tidak enak dipandang oleh mata. Ini menjadi isu lingkungan yang
hangat karena baru terjadi akhir-akhir ini. Bahkan, warga-warga sekitar pun seperti saya
yang tidak pernah membuang sampah disitu jadi heran, sejak kapan sampah menumpuk
sebanyak itu.
Saya melihat situasi ini sangat miris, karena terlihat perbedaan yang nyata sekali
antara sungai ini pada masa dulu dan pada waktu sekarang. Dahulu sungai ini menjadi
primadona sebagai tempat yang berharga dan sangat bermanfaat bagi warga. Namun
sekarang sungai ini hanya menjadi pemandangan yang dilihat dari jauh saja.
B. Kerusakan Lingkungan Pada tingkat Kecamatan
Kali Mbelek

Kecamatan yang saya tinggali adalah kecamatan Gunungwungkal Kabupaten


Pati. Pusat dari kecamatan ini sendiri yaitu berada di Desa Gunungwungkal, bersebelahan
dengan desa Bancak. Karena tidak berbeda lokasi yang jauh, masalah yang saya angkat
kali ini yaitu mengenai sungai sekitar. Sungai yang akan saya bahas kali ini yaitu sungai
mbelek.
Sungai ini dulunya sangat jernih. Airnya sangat murni, deras, dan indah dipandang.
Namun, beberapa tahun terakhir air sungai ini sangat memprihatinkan. Kegiatan warga
sekitar yang sangat merugikan membuat sungai ini berubah drastis dalam beberapa tahun
terakhir.
Kegiatan-kegiatan warga tersebut seperti mengambil pasir secara berlebihan.
Hampir setiap hari, bisa dilihat banyak truk pengangkut pasir beserta kuli-kulinya berada
di sekitar sungai untuk mengambil pasir. Kegiatan penambangan pasir tersebut juga
merusak persawahan yang ada di sekitar.
Selain kegiatan penambangan pasir, beberapa tahun ini terjadi fenomena-fenomena
baru yang sangat mengerikan. Yaitu budaya membuang sampah di sungai. Padahal
sebelumnya, tidak pernah ada orang yang membuang sampah di sungai. Bahkan sekarang
sampah-sampah tersebut jumlahnya sangat banyak. Sekarang sungai tersebut sudah
menjadi seperti tempat pembuangan sampah bagi warga sekitar. Sungai tersebut dijadikan
warga sebagai tempat pembuangan pampers, popok bayi, sampah pembalut, dan lain-lain.
Sangat mengerikan dan tidak enak dipandang oleh mata.
Ini menjadi isu lingkungan yang hangat karena baru terjadi akhir-akhir ini. Bahkan,
warga-warga sekitar pun seperti saya yang tidak pernah membuang sampah disitu jadi
heran, sejak kapan sampah menumpuk sebanyak itu.
Upaya tegas yang dilakukan oleh kepala desa maupun pemerintah setempat belum
ada dikarenakan wialayah tersebut merupakan wilayah perbatasan antara desa Bancak dan
desa Gunungwungkal yang jauh dari perumahan warga.
Namun, dari pemerintah sendiri pernah memasang slogan jangan buang sampah
disini. Namun, slogan itu lama-kelamaan musnah dan tidak terlihat lagi.
Ini menjadi masalah yang serius dan sangat memprihatinkan.

C. Kerusakan Kabupaten
Kabupaten yang saya tinggali yaitu Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah.
Kabupaten pati terdiri dari 21 kecamatan yang dihimpun dari 405 desa. Mata pencaharian
penduduknya bervariasi. Ada yang sebagai petani untuk daerah perdesaan, buruh,
perkebunan untuk daerah pergunungan, dan pegawai-pegawai terutama banyak yang
berada di daerah kabupaten.
Pusat kota yang merupakan pusat dari pemerintahan terletak di Pati Kota. Di
kabupaten Pati ini, meskipun kabupatennya besar, namun tidak begitu banyak masalah –
masalah yang berhubungan dengan kerusakan ataupun pencemaran. Namun, tetap ada di
beberapa wilayah. Berikut ini saya akan mengungkapkan kerusakan ataupun pencemaran-
pencemaran yang terjadi di kabupaten Pati menurut hasil observasi saya.
1. Kali Kecing

Mengapa disebut kali Kecing? Kali dalam bahasa Indonesia berarti sungai,
sedangkan Kecing dalam bahasa Indonesia mempunyai arti berbau busuk atau berbau
menyengat yang tidak sedap. Sehingga kali kecing merupakan sebuah sungai yang
berbau tidak sedap atau bisa dibilang busuk. Ini adalah salah satu pencemaran
lingkungan yang terjadi di desa
Pencemaran ini terjadi karena berasal dari limbah pabrik tapioka yang
beralamatkan di desa Ngemplak. Ini dapat terjadi karena dalam proses pembuangan
limbah tepung tapioka tidak disaring dan langsung dibuang ke kali kecing. Air yang
ada di Kali Kecing sangat keruh, bewarna hijau tua kecoklatan, bertekstur kental, dan
yang paling mengenaskan adalah air ini berbau busuk padahal jika dihirup dari jarak
yang agak jauh.
Tepung tapioka merupakan salah satu tepung yang terkenal dan diproduksi di
beberapa wilayah di kecamatan Ngemplak Kabupaten Pati yang terbuat dari singkong.
Di kabupaten Pati juga terkenal aneka tepung-tepung buatan lainnya yang berbahan
singkong karena Kabupaten Pati merupakan salah satu Kabupaten dengan komoditas
terbesarnya yaitu singkong.
Kali kecing beralamatkan dari sekitar prabik tepung tapioka itu sendiri yaitu
Ngemplak sampai ke Bulumanis dan melewati beberapa desa lainnya. Disini saya akan
membahas Kali Kecing yang berada di desa Cebolek, Kecamatan Margoyoso,
Kabupaten Pati.
Limbah yang diakibatkan oleh tepung tapioka ini ada 2, yaitu limbah padat yang
disebut onggok dan limbah cair.
Onggok merupakan limbha padat hasil industri tapioka yang berupa ampas hasil
ekstraksi dari pengolahan tepung tapioka. Dalam industri tepung tapioka, dihasilkan 75
% onggok tapioka dari total bahan baku. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa jumlah
onggok yang dihasilkan sangat banyak. Onggok tersebut lah yang menimbulkan bau
yang tidak sedap dan mencemari lingkungan. Pihak pabrik yang membuang onggok di
sungai inilah yang mengakibatkan sungai menjadi berbau tidak sedap yang akhirnya
disebut kali kecing. Limbah padat ini juga mengandung sianida yang dapat
mengakibatkan keracunan seperti sakit kepala, sesak nafas, tubuh lemah, dan buang air
kecil tidak lancar.
Limbah yang kedua adalah limbah cair. Limbah cair dari tepung tapioka apabila
tidak ditangani dengan tidak tepat juga menimbulkan pencemaran. Limbah ini juga
mengeluarkan bau yang tidak sedap dikarenakan limbah ini mengandung bahan organik
yang mengalami pembusukan apabila terkena air sehingga air menjadi berbau busuk
dan bewarna hitam dikarenakan kadar oksigen dalam air ini nol.
Kejadian yang miris ini sudah menjadi isu lingkungan yang hangat dibicarakan
oleh masyarakat. Sebenarnya, sudah ada upaya dari masyarakat dan pemerintah
khususnya dari Desa Cebolek untuk menghentikan pencemaran lingkungan tersebut.
Salah satunya yaitu dengan menyaring air yang masuk ke wilayah kali Kecing. Namun
arus air yang deras, yang membuat penyaringan kurang maksimal sehingga air masih
saja tetap mengandung bahan-bahan berbahaya.
Masyarakatnya juga sudah berupaya untuk tidak membuang sampah di area kali
kecing tersebut. Namun masih saja pencemaran belum bisa dihentikan secara
maksimal. Lebih-lebih karena pencemaran ini sudah terjadi selama belasan tahun.
Saya sebagai mahasiswa sangat miris dan prihatin terhadap pencemaran
lingkungan yang terjadi di sungai Kali Kecing tersebut. Seharusnya sungai bisa
dimanfaatkan warga sekitar untuk mengambil airnya untuk dimanfaatkan dalam
kehidupan sehari-hari. Tetapi ini malah menimbulkan dampak negatif yang luar biasa
besar bagi warga sekitar.
2. Kali Tayu

Kali tayu merupakan sebuah sungai yang terletak di desa Sambiroto, kecamatan
tayu, Kabupaten Pati. Sungai ini merupakan salah satu tempat mata pencaharian warga
karena sungai ini menghubungkan para nelayan untuk sampai ke laut.
Para nelayan mencari ikan di laut lepas dan pulangnya menyinggahkan
perahunya di pinggir kali Tayu untuk dipakai lagi keesokan harinya untuk berlayar
kembali.
Sungai ini dulunya sangat bersih, jernih, dan terawat. Namun, sekarang menjadi
tempat pembuangan sampah. Kawasan sekitar sungai tersebut memang kawasan padat
penduduk dan dekat dengan pasar Tayu. Mungkin itulah yang menyebabkan banyak
warga sekitar tayu yang membuang sampah sembarangan disana.
Kali tayu ini setiap harinya dilalui oleh ratusan perahu-perahu kecil milik para
nelayan. Ini mungkin juga yang membuat sungai ini dipenuhi dengan sampah.
Mesin yang digunakan dalam perahu oleh para nelayan yang menggunakan
diesel dengan bahan baku solar juga tidak ramah lingkungan. Ini juga membuat air
sungai yang tercemar.
Upaya pemerintah untuk mengatasi pencemaran ini sudah lumayan banyak.
Pemerintah setempat sudah membuat slogan dan aturan untuk jangan membuang
sampah di tempat tersebut. Selain itu, pemerintah setempat juga telah membuat aturan
untuk wilayah pasar Tayu sekitarnya yaitu tayu bersih. Bahkan sekarang pasar Tayu
sudah di gusur dan dibuat pasar yang bersih.

LOMBAN
Itu dilakukan agar terciptanya kawasan tayu yang sehat, bersih, dan enak
dipandang. Karena sungai tersebut setiap tahunnya pada lebaran kupat yaitu seminggu
setelah idul Fitri dijadikan sebagai tempat wisata tahunan. Wisata tahunan tersebut
bernama lomban. Lomban tersebut adalah acara syukuran para nelayan atas hasil bumi
yang diberikan oleh yang kuasa dengan cara mengadakan karnaval, menawarkan wisata
perahu, dangdut, dan pasar malam.
Acara yang terkenal yaitu wisata perahu. Setiap pengunjung yang telah
berjumlah 7 orang akan naik satu perahu dengan harga sekitar Rp. 7000,00. Para
pengunjung akan diajak oleh nelayan memutar-mutar kali Tayu dalam waktu 15 menit.
Acara ini merupakan acara turunan dan budaya bagi warga sekitar. Acara ini
bernuansa sakral karena harus ada persembahan-persembahan tertentu, misalnya
pembuangan kepala Kerbau di Kali Tayu, sesajen-sesajen, dan adat-adat lainnya.
Pada waktu acara tersebut, wilayah Tayu akan ramai dipenuhi pengunjung dari
berbagai tempat. Namun, dari pemerintah sekitar juga tetap menghimbau para
pengunjung untuk menjaga kebersihan melaui slogan-slogan yang dipasang dijalanan.
Saya sebagai mahasiswa sangat tidak setuju dan menyayangkan kalau sungai
tersebut yang merupakan tempat wisata saat lebaran kupat yang dalam hal ini
merupakan ciri khas dari Pati harus kotor, penuh dengan sampah, dan terawat. Sungai
tersebut harus dilestarikan dan dibersihkan dengan baik karena sebagai area para
nelayan untuk melaksanakan serangkaian acara adat yaitu Lomban.
3. Pantai Banyutowo

Pantai banyutowo yang berlokasi di sebelah timur Desa banyutowo ini


merupakan salah satu daftar objek wisata di Kabupaten pati. Pantai ini yang dulunya
hanya dijadikan para nelayan untuk berlabuh kapal-kapal nelayan milik warga setempat
ini ternyata sekarang ini banyak diminati wisatawan.
Disana para pengunjung bisa melihat indahnya matahari terbenam dan matahari
terbit tanpa dipungut biaya sepeser pun. Tempat ini dipenuhi pengunjung saat bulan
puasa tiba. Para warga bersama keluarga ataupun teman mereka berbondong-bondong
berboncengan naik motor menuju tempat ini. Mereka biasanya datang ke Pantai ini saat
menjelang berbuka puasa dan saat sehabis solat duhur.
Ini juga sudah menjadi budaya warga sekitar menjelang bulan puasa tiba. Disini
juga terkenal dengan ikan-ikan yang ditawarkan. Di pantai ini, merupakan tempat pusat
ikan yang ada di Kabupaten pati. Setiap harinya, para pedagang ikan atau para
pengkulak ikan akan datang kesini untuk membeli ikan-ikan dari nelayan. ikan yang
ditawarkan bukan hanya ikan segar, tetapi juga ikan panggang. Ikan-ikan disini sangat
lengkap dengan harga yang terjamin murah.
Namun, sekarang ada disayangkan yaitu sampah-sampah yang berserakan di
sekitar pantai. Selain itu, wilayah tersebut sangat gersang di pinggir-pinggir pantai.
Upaya yang dilakukan warga dan pemerintah juga sudah bagus. Untuk menuju
identits dan ciri khas Pati, maka diadakan kerja bakti dan pembersihan pantai oleh
warga sekitar dan himbauan kepada para nelayan untuk menjaga kebersihan sekitar.
Dan upaya-upaya tersebut lumayan berhasil. Meskipun ada beberapa sampah, namun
sampah-sampahnya tidak sampai menumpuk tinggi.
BAB III

PENUTUP

Dari laporan yang telah saya buat tersebut, saya dapat menyimpulkan bahwa
sebenarnya lingkungan itu sangat bermanfaat bagi kehidupan sekitar yang khususnya yang saya
bahas ini adalah lingkungan sungai. Namun apabila tidak dirawat dengan benar, maka yang
akan kita peroleh bukan hal baik tapi hal buruknya. Oleh karena itu, kita sebagai warga sekitar
yang baik tidak boleh melakukan pencemaran seperti membuang sampah sembarang, kencing
sembarangan, menebang pohon sembarangan, dan lain-lain. Kita juga harus mengajak warga
sekitar untuk berbuat baik dan lebih mencintai lingkungan yang kita tinggali ini. Apabila
lingkungan kita bersih, maka kita akan hidup dengan nyaman sesuai dengan Slogan “Pati Bumi
Mina Tani” yang selalu berupaya agar terciptanya identitas Pati yang merupakan ciri khas
Kabupaten pati yang makmur, ideal, normatif, nyaman, tentram, adil, dan juga indah.

Anda mungkin juga menyukai