Anda di halaman 1dari 12

TUGAS RUTIN 3

MANFAAT PENDIDIKAN DAN EFISIENSI PENDIDIKAN

DARTO PAULUS SIMANIHURUK


NIM : 8186166003

DOSEN PENGAMPU : Dr. M. Nasir, M.Si

MATA KULIAH : EKONOMI PENDIDIKAN

PASCA SARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MANFAAT PENDIDIKAN DAN EFISIENSI PENDIDIKAN
A. Mengukur Manfaat Pendidikan
Keuntungan pendidikan tidak selalu dapat diukur dengan standar nilai ekonomi atau uang.
Hal ini disebabkan manfaat pendidikan, disamping memiliki nilai ekonomi juga memiliki nilai
sosial. Ada empat kategori yang dapat dijadikan indikator dalam menentukan tingkat
keberhasilan pendidikan yaitu:
1. Dapat tidaknya seorang lulusan melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi
2. Dapat tidaknya memperoleh pekerjaan
3. Besarnya penghasilan (gaji) yang diterima
4. Sikap perilaku dalam konteks sosial, budaya, dan politik.
Pada tabel mengukur keuntungan pendidikan, digambarkan bagaimana cara mengukur
keuntungan pendidikan menurut nilai ekonomi (penghasilan) yang dibandingkan dengan biaya
(cost) keuntungan tersebut diukur dengan pola penghasilan seumur hidup. Untuk memperoleh
pola penghasilan seumur hidup ini dilakukan dengan dua cara yaitu:
1. Cross sectional, dengan jalan mengukur penghasilan dalam waktu yang bersamaan kepada
sejumlah orang yang bervariasi umumnya, kemudian dicari rata-rata penghasilan dari orang-
orang yang usianya sama.
2. Longitudinal dengan jalan mengikuti sejumlah orang yang seusia dan penghasilannya diukur
pada setiap tingkat usianya.
Penghasilan atau gaji merupakan ukuran yang paling banyak digunakan untuk menentukan
keberhasilan pendidikan dikarenakan:
1. Baik logika maupun pengalaman menunjukkan bahwa mayoritas sosial bersekolah sebagai
sarana unuk mendapatkan manfaat ekonomi
2. Mudah diukur
3. Data gaji cukup tersedia, namun demikian ada beberapa hal yang perlu ditentukan terlebih
dahulu sebelum dilakukan pengukuran yaitu:
a. Apa gaji awal atau gaji seumur hidup
b. Menggunakan honor atau data kroseksional.
Taksonomi manfaat pendidikan.
T.W. Schultz, dalam bukunya The Economic Value of Educatioan, mengidentifikasi
beberapa kategori manfaat pendidikan. Salah satu dari kategori manfaat itu adalah manfaat-
manfaat ekonomis yang akan didapatkan dari pendidikan, yaitu menemukan bakat yang
potensial, peningkatan kapabilitas seseorang sehingga dapat menyesuaikan dalam perubahan
kesempatan kerja, penyiapan tenaga guru, dan penyediaan sumber daya manusia untuk
mendukung pertumbuhan ekonomi. Selain itu, pendidikan juga bermanfaat untuk
mempersiapkan manusia menjadi warga negara yang lebih baik, dapat mengapresiasi dan
mengakui budaya lain secara lebih luas, mengurangi ketergantungan kepada pasar berbagai jasa,
sebagai sumber pemasukan pajak penghasilan, serta memberi kesempatan kepada generasi yang
akan datang untuk memiliki pendidikan yang lebih baik, dan oleh karena itu, pendidikan juga
bermanfaat untuk menjadikan masa depan lebih baik.

1. Manfaat Pendidikan: Antara Konsumtif dan Investasi


Sementara itu, manfaat pendidikan bagi individu dapat diklasifikasikan kepada manfaat
konsumtif dan investasi.
a. Manfaat Secara Konsumtif
Suatu produk atau jasa dikategorikan bersifat konsumtif ketika ia menghasilkan kepuasan
atau kegunaan dalam periode tertentu saja. Pendidikan dikatakan memiliki manfaat secara
konsumtif karena dengan pendidikan, seseorang membelanjakan sesuatu yang bersifat
konsumtif. Bahkan seorang anak yang dipaksa sekolah pun akan merasakan manfaat secara
konsumtif ini. Meskipun pada awalnya ia membenci untuk sekolah, tetapi lama kelamaan ia akan
menyukainya.
b. Manfaat Komponen Investasi
Sesuatu produk atau jasa dikatakan bersifat investasi, apabila ia menghasilkan kepuasan atau
kegunaan untuk waktu yang akan datang. Kajian-kajian tentang manfaat pendidikan secara
ekonomis banyak menekankan pada aspek investasi. Dan dari semua itu, peningkatan
pendapatan adalah merupakan manfaat nyata dari pendidikan. Sekolah dan pelatihan akan
meningkatkan produktivitas seseorang dan itu akan meningkatkan kesempatannya untuk
memperoleh upah/gaji yang lebih tinggi, dan dengan begitu, ia juga akan lebih berkontribusi
dalam kehidupan sosial. Seseorang yang berpendidikan tinggi, khususnya dalam pendidikan
umum, akan lebih fleksibel memperoleh pekerjaan baru, sehingga kemungkinan untuk menjadi
penganggur lebih kecil. Tetapi yang lebih penting, bahwa pendidikan merupakan investasi masa
depan.
2. Manfaat Pendidikan: Antara Individu dan Masyarakat
Selain manfaat dari aspek konsumsi dan investasi, manfaat pendidikan juga dapat
diklasifikasikan ke dalam manfaat secara private/individual dan manfaat sosial. Manfaat secara
individual adalah manfaat yang dapat dirasakan oleh seseorang karena pendidikannya.
Sedangkan manfaat sosial adalah manfaat yang mungkin tidak dirasakan oleh seseorang karena
pendidikannya, tetapi manfaatnya diserap oleh anggota masyarakat yang lain. Pada umumnya,
seseorang yang berpendidikan lalu ia menjadi anggota masyarakat, maka manfaat yang bersifat
individual akan termasuk ke dalam manfaat secara sosial. Dengan begitu, manfaat sosial berarti
keseluruhan dari manfaat pendidikan secara individual dan manfaat lain yang mungkin tidak
dirasakan secara individu.
Pada dasarnya, ada dua manfaat pendidikan secara sosial dan tidak termasuk dalam domain
individu. Keduanya adalah (1) pembayaran pajak yang berkaitan dengan manfaat pendidikan,
misalnya pajak yang dikeluarkan seseorang selama hidupnya, dan (2) manfaat-manfaat eksternal,
seperti kemampuan pemerintah dalam mengandalkan pajak penghasilan yang berasal dari
individu, yang sulit dicapai tanpa dukungan masyarakat yang melek huruf. Contoh lainnya
adalah dengan banyaknya orang yang berpendidikan, maka produksi buku dan majalah dalam
jumlah besar akan memperkecil harga, yang juga akan membawa manfaat pada terciptanya
masyarakat informasi.
3. Manfaat Lain Pendidikan
Manfaat pendidikan lain juga dapat diklasifikasikan ke dalam: (1) pilihan secara finansial
yang semakin terbuka bagi siswa, dan (2) pilihan-pilihan non-finasial. Klasifikasi ini didasarkan
pada penelitian Weisbrod (1962, 1964). Dengan pendidikan, seseorang memiliki peluang pilihan
finansial yang semakin terbuka. Manfaat ini dapat dirasakan karena dengan menyelesaikan
jenjang pendidikan tertentu, seseorang akan memiliki kesempatan terbuka untuk melanjutkan
studi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yang berarti ia memiliki kesempatan menambah
jumlah pengalaman training yang lebih baik.
Manfaat kedua (terbukanya peluang-peluang non-finansial), mislanya, seorang guru besar
memiliki banyak keuntungan non-finansial karena jabatannya itu. Melalui jabatannya itu,
seorang guru besar tidak hanya memiliki tingkat kebebasan dan fleksibilitas dalam bekerja, tetapi
juga pertemuanya dengan mahasiswa setiap hari serta kesenangan yang diperolehnya melalui
kegiatan perkuliahan dan penelitian. Buktinya, banyak orang yang memiliki kecakapan akademik
sekaligus mampu bekerja di sektor industri, tetapi lebih memilih menjadi dosen atau peneliti
meskipun dengan gaji yang lebih rendah.
4. Efek-efek Antar-generasi
Tambahan lagi, manfaat lain dari pendidikan dapat dirasakan oleh generasi yang akan
datang. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa seseorang akan memilih
untuk melanjutkan pendidikan yang tinggi apabila orang tuanya juga memiliki pendidikan yang
baik. Bahkan ada kecenderungan seseorang berusaha untuk melampaui jenjang pendidikan orang
tuanya.
Beberapa Pendekatan untuuk Mengukur Manfaat Pendidikan
Terdapat tiga pendekatan untuk mengukur manfaat pendidikan, yaitu: (1) pendekatan
korelasi sederhana, (2) pendekatan residual, dan (3) pendekatan keuntungan pendidikan.
1. Pendekatan Korelasi Sederhana
Para sarjana mencatat tentang korelasi yang nyata antara pencapaian pendidikan dengan
penghasilan. Demikian, hasil kajian yang dilakukan di beberapa wilayah di Amerika Serikat
dengan menggunakan metode time series (longitudinal) dan metode cross-sectional. Kajian itu
menunjukkan tentang adanya hubungan saling terkait antara pendidikan dengan penghasilan atau
pendapatan. Tetapi kajian itu tidak menjelaskan apakah tingginya pendapatan daerah, negara
atau individu disebabkan oleh pendidikan, atau sebaliknya, tingginya investasi di bidang
pendidikan yang menyebabkan tingginya pendapatan. Tetapi keduanya dipandang benar, dalam
arti investasi di bidang pendidikan menyebabkan kenaikan pada pendapatan, dan tingginya
pendapatan juga menyebabkan semakin tingginya pendidikan.
2. Pendekatan Residual
Seperti diketahui, dalam melakukan kajian tentang dinamika pertumbuhan ekonomi,
beberapa sarjana ekonomi mencatat sejumlah porsi pertumbuhan ekonomi yang tersisa, yang
tidak dapat dijelaskan ketika faktor input klasik seperti tanah, tenaga kerja, dan modal
diikutsertakan. Pendekatan residual adalah pendekatan yang digunakan untuk menjelaskan
fenomena input ekonomi klasik yang hanya memasukan aspek tenaga kerja secara kuantitas,
bukan kualitasnya. Perubahan-perubahan dalam output yang disebabkan oleh perubahan dalam
kualitas tenaga kerja serta faktor-faktor lain yang tidak dispesifikasi, kemudian tidak tertinggal
dan tidak dapat dijelaskan. Padahal, hubungan antara pendidikan dengan pertumbuhan ekonomi
cukup penting untuk menjamin perlakukan secara komprehensif. Selain itu, sejumlah kajian
tentang kontribusi pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi didasarkan pada pendekatan
keuntungan pendidikan.
3. Pendekatan Keuntungan Langsung Pendidikan
Pendekatan ini didasarkan pada premis bahwa pendidikan menghasilkan keuntungan
langsung, baik bagi individu maupun masyarakat. Meskipun keuntungan bagi individu harus
dihitung menurut kepuasan pada masa sekarang dan mendatang, data dan problem-problem
konseptual lain harus mendapatkan paerhatian para peneliti untuk memahami konsep keuntungan
yang terkait dengan penghasilan atau gaji masing-masing.
a. Profil Penghasilan Berdasarkan Usia
Dalam suatu buku yang terkenal yang ditulis oleh G.S. Becker (1964) disebutkan bahwa
penghasilan individu selama hidupnya berbeda-beda tergantung kepada profil penghasilan
berdasarkan usia secara khusus. Berdasarkan profil ini, seseorang yang masih muda dan belum
berpengalaman akan memperoleh penghasilan yang rendah (low earning), kemudian beranjak
menuju kepada penghasilan yang lebih tinggi dan memperoleh penghasilan puncak pada usia
pertengahan, dan akhirnya, penghasilannya akan menurun kembali. Yang juga penting adalah
bahwa tinggi-rendahnya profil penghasilan berdasarkan usia akan bervariasi tergantung kepada
tingkat pendidikan seseorang. Profil ini pun tidak akan seragam untuk semua usia yang sama.
Misalnya kita dapat membandingkan antara profil penghasilan berdasarkan usia, antara
yang berpendidikan SMA dengan Universitas. Contoh Profil Penghasilan Berdasarkan Usia.
Seseorang yang berusia 18 tahun dan telah menempuh pendidikan selama 11 tahun; lalu
kemudian ia menempuh kembali pendidikan selama empat tahun, maka selama empat tahun itu
(selama menempuh jenjang universitas), mungkin ia tidak akan memperoleh tambahan
penghasilan (antara usia 18 – 21 tahun). Pada saat yang sama mungkin sekali seseorang yang
berpendidikan SMA memiliki penghasilan lebih tinggi dari yang seseorang berpendidikan
universitas; karena yang berpendidikan SMA memiliki pengalaman kerja dan pelatihan yang
lebih baik, sementara ia sendiri masih melanjutkan studi. Diperkirakan puncak penghasilan untuk
mereka yang berpendidikan universitas adalah pada usia 57 tahun; sedangkan yang
berpendidikan SMA pada usia 47 tahun. Hal ini dapat dijelaskan dengan dua cara, yaitu:
Pertama, pekerjaan yang terkait dengan mereka yang berpendidikan tinggi (universitas) tidak
terlalu menggantungkan kekuatan fisik tetapi lebih pada kapasitas intelektual. Kedua,
sebagaimana penjelasan Mincer (1974), mereka yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi
memiliki pengalaman pelatihan yang lebih banyak.
b. Diferensiasi Penghasilan
Profil penghasilan berdasarkan usia dapat digunakan untuk memperoleh perbedaan antara
penghasilan kelompok yang berpendidikan tinggi dengan kelompok yang berpendidikan rendah.
c. Diferensiasi Penghasilan Seumur Hidup
Diferensiasi penghasilan seumur hidup adalah jumlah keseluruhan penghasilan yang
diterima oleh kelompok dengan tingkat pendidikan tertentu dibandingkan dengan kelompok
dengen tingkat pendidikan yang berbeda.

B. EFISIENSI PENDIDIKAN
Efisensi menjadi salah satu fokus penelahaan ilmu ekonomi pendidikan. Dibidang ekonomi,
kata ekonomis juga sering dipersepsi sebagai efisiensi. Misalnya, fase istilah tidak ekonomis
merupakan frasa pengganti tidak ekonomis. Diluar kerangka uang atau material, efisiensi juga
dapat digantikan dengan dimensi waktu dan tenaga. Kata efisiensi juga bermakna penghematan,
yaitu penghematan tenaga, hemat waktu dan hemat gerakan.
Menurut Windham, dalam Ace Suryadi ( 1999:110) bahwa efiesiensi adalah sebagai suatu
keadaan yang menunjukkan bahwa tingkat keluaran secara optimal dapat dihasilkan dengan
menggunakan komposisi masukan yang minimal atau memelihara suatu tingkat keluaran tertentu
dengan tingkat masukan yang tidak berubah atau yang lebih rendah.
Sedangkan menurut Nanang Fattah (2009: 35) efisiensi adalah menggambarkan hubungan antara
input dan output. Suatu sistem yang efisien ditunjukkan oleh keluaran yang lebih untuk sumber
masukan .
Efisensi juga dapat diberi makna sebagai proses kegiatan yang mampu melahirkan
suasana : kondusif, menyenangkan, merangsang kreativitas, mendorong prestasi dan iklim yang
sehat ( Sudarwan Danim, 2004:40)
Kemampuan subyek atau kelompok subyek untuk menciptakan kondisi seperti mereka dapat
bekerja sesuai dengan tugas pokok, fungsi, prosedur, kriteria hasil. Efisiensi umumnya merujuk
pada pertanyaan bagaimana sumber-sumber yang ada harus dialokasikan untuk menghasilkan
barang dan jasa yang berbeda bentuk dan nilainya. Untuk mengubah satu atau beberapa jenis
barang menjadi bentuk lain diperlukan energi, waktu, upah, tenaga manusia, peralata dan lain-
lain.
Setelah menjadi barang atau jasa yang berwujud lain, terjadilah nilai tambah. Selain itu
efisiensi dapat diberi makna dengan menggunakan beberapa persfektif dan denggan cara-cara
yang berbeda pula. Di bidang ekonomi, utilitas sumber-sumber dapat disebut memenuhi kriteria
efisiensi juka dengan menggunakan cara tertentu didapatkan hasil yang lebih optimal menurut
kriteria yang telah ditetapkan.
Efisiensi juga bermakna tidak diperlukannya alokasi sumber-sumber lain untuk mencapai
tujuan yang dikehendaki, kecuali sumber-sumber yang telah ditetapkan dan disepakati sejak
program itu dirumuskan.
Dalam kaitannya dengan kesejahteraan, efisiensi bermakna bahwa upaya untuk mencapai tujuan
dan sasaran tertentu yang berkaitan dengan barang dan jasa, dengan tidak mengurangi
persyaratan minimum yang dibutuhkan untuk mencapai kesejahteraan itu, tidak menguras hak
milik yang lain. Di sinilah terjadi apa yang disebut oleh para ekonom sebagai kesejahteraan
ekonomi.
Efisensi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni efisiensi teknis dan efisiensi ekonomis.
Efisensi teknis menunjuk pada pencapaian tingkat atau kuantitas tertentu atau kelauaran fisik
sebagai produk dari kombinasi semua jenis dan tingkat masukan yang berbeda. Sedangkan
efisiensi ekonomis menunjuk pada penempatan ukuran-ukuran kegunaan atau harga pada
masukan yang digunakan dan keluaran yang dicapai ( Ace Suryadi, 1999:111)

Konsep efisiensi sangat relevan bagi ilmu ekonomi pendidikan. Sejak munculnya
pengakuan ini, sebagian besar penelitian dalam bidang ekonomi pendidikan banyak berfokus
pada pertanyaan bagaimana sumber-sumber masyarakat harus dialokasikan pada investasi
pendidikan dan bentuk-bentuk lain investasi. Efisiensi usaha ekonomi pun relatif, misalnya
sangat mungkin masih bisa menabung jika anak-anaknya disekolahkan di dalam negeri.
Sebaliknya hanya sampai pada titik impas atau mungkin defisit, ketika anak-anaknya
disekolahkan diluar negeri. Keputusan masyarakat atau keluarga untuk melakukan investasi
dalam bentuk dan jenis apa sangat ditentukan oleh nilai-nilai yang dikandung keluarga atau
masayrakat. Disamping stimulan yang didapat dari lingkungan.
Menurut Nanang Fattah ( 2009:35) efisiensi pendidikan memiliki kaitan antara
pendayagunaan sumber-sumber pendidikan yang terbatas sehingga mencapai optimalisasi yang
tinggi. Beberapa masalah efisiensi pengajaran di Indonesia adalah mahalnya biaya pendidikan,
waktu yang digunakan dalam proses pendidikan, mutu pegajar dan banyak hal lain yang
menyebabkan kurang efisiennya proses pendidikan di Indonesia. Yang juga berpengaruh dalam
peningkatan sumber daya manusia Indonesia yang lebih baik.
Masalah mahalnya biaya pendidikan di Indonesia sudah menjadi rahasia umum bagi kita.
Sebenarnya harga pendidikan di Indonesia relative lebih randah jika kita bandingkan dengan
Negara lain yang tidak mengambil sitem free cost education. Namun mengapa kita menganggap
pendidikan di Indonesia cukup mahal? Hal itu tidak kami kemukakan di sini jika penghasilan
rakyat Indonesia cukup tinggi dan sepadan untuk biaya pendidikan.
Jika kita berbicara tentang biaya pendidikan, kita tidak hanya berbicara tenang biaya
sekolah, training, kursus atau lembaga pendidikan formal atau informal lain yang dipilih, namun
kita juga berbicara tentang properti pendukung seperti buku, dan berbicara tentang biaya
transportasi yang ditempuh untuk dapat sampai ke lembaga pengajaran yang kita pilih. Di
sekolah dasar negeri, memang benar jika sudah diberlakukan pembebasan biaya pengajaran,
nemun peserta didik tidak hanya itu saja, kebutuhan lainnya adalah buku teks pengajaran, alat
tulis, seragam dan lain sebagainya.
Untuk mengukur efisiensi sebuah sekolah suatu negara ternyata tidak mudah karena sulit
didefinisikan dan diukur luarannya. Disamping analisis terhadap nilai yang didapat dari hasil
transformasi atas masukan pendidikan tidaklah mudah karena sifatnya terlalu lunak, berbeda
dengan tranformasi bahan mentah menjadi barang jasi pada sebuah proses produksi.
Suatu program pendidikan yang efisien ialah yang mampu menciptakan keseimbangan antara
sumber-sumber yang di butuhkan dan yang ada atau tersedia guna mengurangi hambatan-
hambatan dalam mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena itu, mutu pendidikan dapat dipahami
sebagai kemampuan dari suatu sistem pendidikan untuk mengalokasikan sumber-sumber
pendidikan secara adil sehingga setiap peserta didik memperoleh kesempatan yang sama untuk
mendayagunakan sumber-sumber pendidikan tersebut dan mencapai hasil yang optimal.
B. Efisiensi Internal
Dalam sistem pendidikan apabila memiliki efisiensi internal akan menghasilkan output
yang diharapkan dengan biaya minimum ( Nanang Fattah, 2009:35). Dengan input tertentu dapat
memaksimalkan output yang diharapkan. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengukur
efisiensi internal adalah sebagai berikut :
1. Rata-rata lama belajar, seorang lulusan menggunakan waktu belajar dapat dilakukan dengan
metode mencari statistik kohort (kelompok belajar). Hal tersebut dapat dihitung dengan cara
jumlah waktu yang dihabiskan lulusan dalam suatu kohort dibagi dengan jumlah lulusan dalam
kohort tersebut.
2. Input-Output Ratio, adalah perbandingan antara murid yang lulus dengan murid yang masuk
dengan memperhatikan waktu yang seharusnya ditentukan untuk lulus, artinya dibandingkan
antara tingkat masukan dengan tingkat keluaran.
Berdasarkan hal-hal diatas, maka masukan pendidikan, proses pendidikan, hasil pendidikan dan
lingkungan harus terus dikelola dan terbina secarra optimal dengan memperoleh tingkat efisien
yang tinggi.
Konsep efisiensi Internal dikaitkan dengan perbandingan antara biaya input pendidikan dan
efektivitasnya dalam mendukung hasil-hasil belajar. Aspek efisisensi internal dari suatu sekolah
bukan hanya bergantung pada karakteristik administratif, melainkan pemberian rangsangan yang
dapat memotivasi perilaku siswa, guru dan kepala sekolah.
C. Efisensi Eksternal
Efisiensi eksternal sering dihubungkan dengan metode cost benefit analysis, yaitu rasio
antara keuntungan finasial sebagai hasil pendidikan dengan seluruh biaya yang dikeluarkan
untuk pendidikan ( Nanang Fattah, 2009:38). Analisis efisiensi ekternal berguna untuk
menentukan kebijakan dalam pengalokasian biaya pendidikan, juga merupakan pengakuan sosial
terhadap lulusan atau hasil pendidikan.
Secara konseptual efisiensi eksternal dikaitkan dengan analisis keuntungan atas investasi
pendidikan dari pembentukan kemampuan, sikap, keterampilan. Dalam memeprhitungkan
investasi tersebut ada dua hal yang penting, yaitu : menghasilkan kemampuan yang memiliki
nilai ekonomu dan nilai guna dari kemampuan.
D. Analisis Keefektifan Biaya
Teknik analisis ekonomi digunakan untuk menganalisis hubungan antara masukan dan
luaran dalam pendidikan. Diantaranya adalah analisis kefektifan biaya yang dimaksudkan untuk
membandingkan efisiensi beberapa alternatif usaha pendidikan untuk mencapai tujuan yang
sama .
Beberapa contoh mengenai analisis keefektifan biaya ( Sudarwan Danim, 2004:44) adalah
sebagai berikut :
1. Penelitian untuk mengetahui apakah lebih efektif secara pembiayaan jika sebuah balai
penataran atau pelatihan merekrut dan mengangkat sendiri widyaiswara dibandingkan dengan
menggunakan strategi outsourcing atau menggunakan tenaga ahli dari luar dengan pola kontrak
dan sejenisnya.
2. Penelitian untuk mengetahui apakah secara pembiayaan dan hasil yang dicapai, penggunaan
metode mengajar untuk mata pelajaran tertentu dengan media pembelajaran yang tertentu pula
lebih efektif dibandingkan dengan cara lain.
3. Penelitian untuk mengetahui apakah secara ekonomis lebih efektif jika sekolah kejuruan
memiliki bengkel yang lengkap untuk keperluan praktik anak didik sekaligus sebagai fungsi
usaha dibandingkan dengan menggunakan pendekatan pendidikan sistem ganda.
Penelitian yang disebutkan diatas dilakukan untuk membuktikan pilihan macam apa yang dapat
melahirkan suatu lulusan secara efektif dengan pembiayaan dan pengorbanan sumber-sumber
terendah. Luarannya dapat berupa skor ujian akhir, kemampuan mendemonstrasikan
keterampilan dan waktu yang diperlukan untuk memecahkan masalah.
Menurut Nanang Fattah ( 2009:35 ) efisiensi biaya pendidikan hanya akan ditentukan oleh
ketepatan didalam mendayagunakan anggaran pendidikan dengan memberikan prioritas pada
faktor-faktor input pendidikan yang dapat memacu pencapaian prestasi belajar siswa. Dengan
demikian untuk mengetahui efisiensi biaya pendidikan biasanya digunakan metode analisis
keefektifan biaya yang memperhitungkan besarnya kontribusi setiap masukan pendidikan
terhadap efektivitas pencapaian tujuan pendidikan atau prestasi belajar.
Pelaksanaan proses pendidikan yang efisien adalah apabila pendayagunaan sumber daya
seperti waktu, tenaga dan biaya tepat sasaran, dengan lulusan dan produktifitas pendidikan yang
optimal. Pada saat sekarng ini, pelaksanaan pendidikan di Indonesia jauh dari efisien, dimana
pemanfaatan segala sumberdaya yang ada tidak menghasilkan lulusan yang diharapkan.
Banyaknya pengangguran di Indonesia lebih dikarenakan oleh kualitas pendidikan yang telah
mereka peroleh. Pendidikan yang mereka peroleh tidak menjamin mereka untuk mendapat
pekerjaan sesuai dengan jenjang pendidikan yang mereka jalani.
Pendidikan yang efektif adalah pelaksanaan pendidikan dimana hasil yang dicapai sesuai dengan
rencana / program yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika rencana belajar yang telah dibuat oleh
dosen dan guru tidak terlaksana dengan sempurna, maka pelaksanaan pendidikan tersebut tidak
efektif.
Tujuan dari pelaksanaan pendidikan adalah untuk mengembangkan kualitas SDM sedini
mungkin, terarah, terpadu dan menyeluruh melalui berbagai upaya. Dari tujuan tersebut,
pelaksanaan pendidikan Indonesia menuntut untuk menghasilkan peserta didik yang memeiliki
kualitas SDM yang mantap. Ketidakefektifan pelaksanaan pendidikan tidak akan mampu
menghasilkan lulusan yang berkualitas. Melainkan akan menghasilkan lulusan yang tidak
diharapkan. Keadaan ini akan menghasilkan masalah lain seperti pengangguran.
Penanggulangan masalah pendidikan ini dapat dilakukan dengan peningkatan kulitas tenaga
pengajar. Jika kualitas tenaga pengajar baik, bukan tidak mungkin akan meghasilkan lulusan atau
produk pendidikan yang siap untuk mengahdapi dunia kerja. Selain itu, pemantauan penggunaan
dana pendidikan dapat mendukung pelaksanaan pendidikan yang efektif dan efisien. Kelebihan
dana dalam pendidikan lebih mengakibatkan tindak kriminal korupsi dikalangan pejabat
pendidikan. Pelaksanaan pendidikan yang lebih terorganisir dengan baik juga dapat
meningkatkan efektifitas dan efisiensi pendidikan. Pelaksanaan kegiatan pendidikan seperti ini
akan lebih bermanfaat dalam usaha penghematan waktu dan tenaga.

DAFTAR PUSTAKA

Danim, Sudarwan. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Pustaka Setia. Bandung. 2004.
Fattah, Nanang. Ekonomi & Pembiayaan Pendidikan. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2009.
Harsono. Pengelolaan Pembiayaan Pendidikan. Suryajaya Press. Yokyakarta. 2007.
Suryadi, Ace. Pendidikan Investasi SDM dan Pembangunan. Balai Pustaka. Jakarta . 1999.

Anda mungkin juga menyukai