Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teori elemen statemen keuangan tidak terbatas pada penlaran tentang definisi, tetapi
meliputi pula penalaran tentang pengukuran, penilaian, pengakun, penyajian, dan
pengungkapan. Penalaran ini menjadi dasar dalam pemilihan kebijakan baik pada tingkat
perekayasaan maupun penetapan standar.
Konsep kesatuaan usaha menegaskan bahwa perusahaan merupakan entitas yang berdiri
sendiri dan bertindak atas namanya sendiri dan perusahaan menjadi fokus pelaporan. Jadi
fungsi pengelolaan dan pemilikan terpisah sehingga keduanya dipandang sebagai huubungan
bisnis. Hubungan bisnis dapat dipertahankan kalau aset yang dikelola manajemen selalu
ditunjukkan asal atau sumbernya.
Setelah badan usaha berdiri dan pemilik menanamkan dana ke badan usaha, upaya
badan usaha dalam mendatangkan pendapatan dilakukan dengan menyediakan barang dan
jasa yang melibatkan pemerolehan berbagai aset.
Aset merupakan elemen neraca yang akan membentuk informasi semantik berupa
posisi keuangan bila dihubungkan dengan elemen yang lain yaitu kewajiban dan ekuitas.
Aset merepresentasikan potensi jasa fisis dan nonfisis yang memampukan badan usaha untuk
menyediakan barang dan jasa.

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelaskan pengertian aset?
2. Bagaimana mengukur dan mentukan kos aset pada saat perolehan?
3. Sebutkan dan jelaskan berbagai dasar atribut penilaian asset?
4. Jelaskan konsep penilaian asset?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN ASET


FASB mendefinisi aset dalam kerangka konseptualnya sebagai berikut (SFAC No 6,
prg 25):
Assets are probable future economic benefits obtained or controlled by a perticular
entity as a result of past transactions or events.

(Aset adalah manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti atau diperoleh atau
dikuasai/dikendalikan oleh suatu entitas akibat transaksi atau kejadian masa lalu.)

Dengan makna yang sama, IASC mendefinisi aset sebagai berikut:

An assets is resource controlled by the enterprise as a result of past events and from
which future economic benefits are expected to flow to the enterprise.

Dalam Statement of Accounting Concepts No. 4, Australian Accounting Standard


Board (AASB) mendefinisi aset sebagai berikut:

Assets are service potential or future economic benefits controlled by the reporting
entity as a result of past transaction or other past events.

Menurut APB dan ijiri medefinisi aset sebagai sumber ekonomik karena adanya unsur
kelangkaan sehingga suatu entitas harus mengendalikannya dari akses pihak lain melalui
transakasi ekonomik. APB juga membedakan aset menjadi yang digolongkan sebagai
sumber ekonomik sebagai berikut :
1. Sumber produktif
a. Sumber produkitf kesatuan usaha yang meliputi bahan baku, gedung, pabrik,
perlengkapan, sumber alam, paten dan semacamnya, jasa, dan sumber lain yang
digunakan dalam produksi barang dan jasa.

2
b. Hak kontraktual atas sumber produktif meliputi semua hak untuk menggunakan
sumber ekonomik pihak lain dan hak untuk mendapatkan barang atau jasa dari
pihak lain.
2. Produk yang merupakan keluaran kesatuan usaha terdiri atas :
a. Barang jadi yang menunggu penjualan
b. Barang dalam proses
3. Uang
4. Klaim untuk menerima uang
5. Hak pemilikan atau investasi pada perusahaan lain.

Dengan berbagai perbedaan di atas, pada dasarnya dapat disimpulkan bahwa terdapat
tiga karakteristik utama yang harus dipenuhi agar suatu objek atau pos dapat dapat disebut
aset, yaitu : (a) Manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti, (b) Dikuasai atau
dikendalikan oleh entitas, dan (c) Timbul akibat transaksi masa lalu. kriteria (a) merupakan
kriteria utama dan lebih memuat aspek semantik sedangkan kriteria (b) dan (c) lebih
memuat aspek pengakuan daripada semantik.

2.1.1 Manfaat Ekonomik


Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek harus mengandung manfaat
ekonomik di masa datang yang cukup pasti. ini mengisyaratkan bahwa manfaat
tersebut terukur dan dapat dikaitkan dengan kemampuannya untuk mendatangkan
pendapatan atau aliran kas di masa datang.
Uang atau kas mempunyai manfaat atau potensi jasa karena apa yang dapat dia
beli atau karena daya tukarnya. dengan kata lain, potensi jasa kas dapat ditukarkan
dengan potensi jasa apapun yang diperlukan kesatuan usaha untuk melaksanakan
kegiatan ekonominya. kemampuan ini disebut dengan daya beli atas sumber
ekonomik.
Sumber selain kas mempunyai manfaat ekonomik karena dapat ditukarkan dengan
kas, barang, ata jasa. Karena dapat digunakan untuk memproduksi barang dan jasa,
atau karena dapat digunakan untuk melunasi kewajiban. FSAB mengajukan dua hal
yang harus dipetimbangkan dalam menilai apakah pada saat tertentu suatu pos atau
objek masih dapat disebut sebagai aset, yaitu :

3
1. Apakah suatu pos yang dikuasai oleh suatu kesatuan usaha pada mulanya
mengandung manfaat ekonomik masa datang.
2. Apakah semua atau sebagian manfaat ekonomik tersebut masih tetap ada pada
saat penilaian.

2.1.2 Dikuasai oleh Entitas

Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek atau pos tidak harus dimiliki oleh
entitas tetapi cukup dikuasai oleh entitas. Bila pemilikan menjaadi kriteria aset, maka
akan banyak pos yang tidak msuk ebagai aset sehingga tidak dapat dilaporkan dalam
neraca. Dengan kata lain, pemilikan sebagai kriteria akan mengakibatkan banyak pos
dilaporkan di luar neraca.
Oleh karena itu, konsep penguasaan lebih penting daripada konsep kepemilikan.
hal ini dilandasi oleh konsep dasar substansi mengungguli bentuk yuridis. substansi
atau tujuan dari pemilik adalah penguasaan. Most mengemukakan bahwa penguasaan
atau kendali terhadap suatu objek dapat diperoleh dengan cara :
1. Pembelian
2. Pemberian
3. Penemuan
4. Perjanjian
5. Produksi / transformasi
6. Penjualan
7. Lain – lain eperti pertukaran, peminjaman, penjaminan, pengkonsignaan, dan
berbagai transaksi komersial yang diakui hukum atau kebiasaan bisnis.
pendefinisian asset lebih difokuskan pada manfaat ekonomik masa datang yang
dikuasai oleh entitas dan baru kemudian pada objek fisis dan pihak yang
menyediakan manfaat. karena pemilikan bukan bagian dari definisi aset, manfaat
yang dikuasai tidak harus mencakupi seluruh objek fisis atau seluruh manfaat yang
dimiliki/dikuasai pihak lain. dua entitas atau lebih dapat menguasai secara bersama-
sama satu objek fisis atau satu onggok jasa yang disediakan pihak lain.

4
2.1.3 Akibat Transaksi atau Kejadian Masa Lalu
Aset harus timbul akibat transaksi atau kejadian masa lalu, kriteria ini untuk
memenuhi definisi tetapi bukan kriteria untuk pengakuan. Jadi, manfaat ekonomik
dan penguasan atau hak atas manfaat saja tidak cukup untuk memasukkan suatu objek
ke dalam aset kesatuan usaha untuk dilaporkan melalui statemen keuangan.
transaksi atau kejadian masa lalu merupakan syarat perlu tetapi tidak
merupakan syarat cukup untuk pengakuan aset. syarat perlu harus ditetapkan agar
tidak terjadi pengakuan aset yang bersifat hipotetis. contohnya adalah penganggaran
pembelian mesin yang disetujui dalam RUPS tidak dengan sendirinya menimbulkan
aset sebelum ada transaksi pembelian. walaupun bencana alam dapat menurunkan
atau menghilangkan manfaat ekonomik masa mendatang, suatu kesatuan usaha tetap
dan menguasai dan melaporkan aset kalau bencana tersebut belum terjadi.
FSAB memasukkan trnsksi atau kejdian sebagai kriteriaa aset krena transaksi
atau kejaadian tersebut dapat menambah atau mengurangi aset. Aset atau nilainya
dapat dipengaruhi oleh kejadian atau seluruhny di luar kemmpun kesatuan usaha atau
manajemennya untuk mengendalikan misalnya kenaikan harga, perubahan tingkat
bunga, pertumbuhan alamiah, penyusutan, pencurian, huru – hara, kecelakaan, dan
bencana alam. Berbagai transaksi, kejadian, atau keadaan pada akhirnya akan memicu
pengakuan atau penghapusan manfaat ekonomik suatu objek.

2.1.4 Karakteristik Pendukung


FSAB menyebutkan beberapa karakteristik pendukung yang melibatkan kos,
berwujud, tertukarkan, terpisahkan, dan berkekuatan hukum. Karakteristik pendukung
tersebut lebih menguatkan atau menyakinkan adanya aset tetapi tidak adanya
karakteristik pendukung tidak menghalangi suatu objek untuk memenuhi syarat
sebagai aset.
1. Melibatkan kos
2. Berwujud
3. Tertukarkan
4. Terpisahkan
5. Berkekuatan hukum

5
2.2 PENGUKURAN
Pengukuran bukan kriteria untuk mendefinisi aset tetapi merupakan kriteria
pengakuan aset. salah satu kriteria pengakuan aset adalah keterukuran manfaat ekonomik
masa datang. yang dimkasud pengukuran dalam pembahasan disini adalah penentuan
jumlah rupiah yang harus diletakan pada suatu objek aset pada saat terjadinya yang akan
dijadikan data dasar untuk mengikuti aliran fisis objek tersebut.

Sebagai aliran informasi, kos juga mengalami tiga perlakuan akuntansi mengikuti aliran
fisis, yaitu :
1. pengukuran, pengakuan, dan klasifikasi pertama kali pada saat terjadinya. Untuk
selanjutnya seluruh kegiatan dalam tahap ini disebut pengukuran saja.
2. pencatatan berikutnya dalam rangka mengikuti aliran fisis aset berupa alokasi,
distribusi, dan penggabungan untuk kepentingan internal / manajerial atau kepentingan
pengkosan produk. Untuk selanjutnya seluruh kegiatan dalam tahap ini disebut
penulusuran
3. pembebanan ke pendapatan perioda berjalan atau perioda – perioda yang akan datang.
Kos yang belum menjadi beban pendapatan (biaya) akan tetap melekat pada objek
menjadi aset badan usaha. Untuk selanjutnya seluruh kegiatan dalam tahap ini disebut
pembebanan ke pendapatan.
secara konseptual suatu sumber ekonomik harus diperlakukan dahulu sebagai aset dan
baru kemudian diperlakukan sebagai biaya pada saat aset tersebut dianggap telah keluar
dari kestuan usaha dan mendatangkan penadapatan. Walaupun demikian, secara teknis
pembukuan atau karena alasan kepraktisan, dapat saja suatu sumber ekonomik langsung
dicatat sebagai upaya (biaya) sehingga kosnya langsung didebit ke akun biaya tanpa
melalui akun aset. Bila suatu pengeluaran sumber ekonomik yang mengukur kos suatu
objek dicatat sebagai aset, dikategorikan jadi pengeluaran untuk kapital sedangkan kalau di
catat sebagai biaya, di kategorikan sebagaipengeluaran untuk pendapatan.
perlu ditegaskan kembali bahwa kos adalah pengukur sedangkan aset dan biaya
adalah elemen yang diukur. Sebagai pengukur elemen, kos melekat pada aset atau biaya
sehingga kos, aset, dan biaya, ketiganya sering dirancukan. kerancuan dapat timbul karena
secara teknis pembukuan suatu kos dapat dibebankan atau didebit ke aset atau biaya pada
saat terjadinya

6
2.2.1 Kos Sebagai Pengukur dan Bahan OLah Akuntansi
Konsep dasar penghargaan sepakatan menegaskan bahwa pengukur asset pada
saat pemerolehan yang paling objektif adalah jumlah rupiah yang terlibat dalam
transaksi pertukaran antara dua pihak independen yang sama-sama berkehendak
(arm’s length barganing). Dalam arti luas kos mempunyai makna sebagai agregat
harga (price agregat) dalam perolehan suatu asset
Penghargaan sepakatan (kos) dalam transaksi antarpihak independen menjadi
dasar pengukuran karena jumlah rupiah tersebut dianggap cukup terandalkan untuk
mendekati/ mengaproksimasi nilai sebenarnya (true value) atau nilai wajar (fair
value) suatu objek pada saat transaksi. Kos yang didasarkan atas penghargaan
sepakatan lebih terandalkan karena penyebarannya lebih terpusat atau variansi
(variance) lebih kecil atau sempit daripada kos yang didasarkan atas penilaian secara
subjektif atau selain penghargaan sepakatan. Dengan kata lain, kos atas dasar
sepakatan lebih akurat (accurate) daripada atas dasar yang lain.

2.2.2 Penghargaan Sepakatan Sebagai Bukti


Transaksi pertukaran (jual-beli) dapat dijadikan landasan untuk menetukan kos
yang terandalkan karena penghargaan sepakatannya didasarkan atas mekanisme pasar
yang bebas sehingga tia menjadi bukti validitas pengukuran kos lebih-lebih dalam
mekanisme pasar sempurna (perfect market). Mekanisme pasar bebas menjamin dan
menghendaki agar:
a. Pihak bertransaksi sama-sama berkehendak dan bebas tanpa tekanan atau
ancaman
b. Pihak bertransaksi sama-sama berkemampuan memperoleh informasi secara
bebas
c. Barang yang dipertukarkan cukup standar (umum) dan tersedia cukup banyak di
pasar bebas. Dengan kata lain, cukup banyak penjual dan pembeli sehingga tak
seorangpun cukup kuat untuk mempengaruhi harga

Kondisi (a) menghindari adanya transaksi sepihak. Transaksi-transaksi seperti


merger, likuidasi, dan akuisisi internal sering dilakukan secara sepihak atas kehendak

7
pihak yang lebih berkuasa. Demikian juga,. Gaji staf yang ditentukan oleh perusahaan
yang dikuasai dan dimiliki oleh staf itu sendiri mungkin tidak mencerminkan harga
pasar yang berlaku untuk jasa tenaga kerja.

Kondisi (b) menjamin bahwa penghargaan sepakatan benar-benar merefleksi


nilai wajar atau nilai sebenarnya yaitu nilai yang paling objektif. Bila pihak yang
bertransaksi tidak mempunyai pengetahuan dan informasi sama (terjadi asimetri
informasi) penghargaan sepakatan mungkin tidak lagi merefleksi nilai wajar.

Kondisi (c) dimaksudkan untuk meyakinkan keobjektifan kos atas dasar


penghargaan sepakatan karena harga yang disepakati dalam tawar-menawar anatara
pihak yang bebas biasanya menunjukkan nilai wajar yang berlaku pada saat transaksi.
Hal ini benar khususnya untuk barang atau jasa yang bersifat standar dan relative
mudah diperoleh

Jadi bila kondis-kondisi di atas tidak dipenuhi, penghargaan sepakatan yang


terjadi tidak dapat diterima begitu saja sebagai pengukur kos yang objektif.
Walaupun demikian, berdasarkan konsep dasar relativitas bukti (veriviable objective
evidence) dapat dianggap bahwa penghargaan yang akhirnya dicapai merupakan bukti
yang terbaik diperoleh (best obtainable) sebagai dasar penentuan kos.

2.2.3 Pengukuran Kos


Dalam praktiknya, pemerolehan aset merupakan proses yang tidak terjadi begitu
saja selesai dalam satu kegiatan tetapi terdiri atas serngkaian kegiatannya misalnya,
menempatkan order, menerima barang, meneliti kecocokan, mengangkut barang,
mencoba barang, menyimpan atau menempatkan barang, dan akhirnya menggunakan
barang tersebut. tiap kegiatan biasanya melibatkan pengorbanan sumber ekonomik.
Oleh karena itu, besar kecilnya kos yang harrus dicatat pertama kali sebagai pengukur
suatu aset pada saat pemerolehan ditentukan oleh dua hal yaitu: (1) batas kegiatan
yang disebut pemerolehan dan (2) jenis penghargaan

8
Batas Kegiatan

Batas kegiatan berkaitan dengan masalah unsur pengorbanan sumber ekonomik


apa saja yang membentuk kos suatu asset. Secara teoritis dan sebagai ketentuan
umum, batas akhir kegiatan untuk memasukkan unsur kos sebagai bagian dari kos
asset, adalah saat dimulainya penggunaan asset. Kos utama merupakan unsur kos
yang mempresentasi penghargaan sepakatan pada waktu suatu asset diperoleh atau
pada saat pertukaran. Pada umumnya pertukaran merupakan kegiatan utama dalam
serangkaian kegiatan pemerolehan suatu asset sampai asset siap digunakan.

Jenis Penghargaan

masalah ini berkaitan dengan penentuan kos utama yang harus dicatat. Dalam
transaksi pertukaran, penghargaan sepakatan dapat dinyatakan dalam berbagai bentuk
sumber ekonomik atau instrument yang diserahkan oleh pemeroleh asset. Bentuk
instrument mempengaruhi dasar penentuan kos utama.

Agar penghargaan yang telah disetujui dapat dicatat dalam system akuntansi,
penghargaan tersebut harus dinyatakan dalam satuan uang. Persyaratan ini akan
mudah dilakukan kalau penghargaan tersebut berwujud uang tunai (kas). Bila
transaksi terjadi dalam mekanisme pasar bebas antara pihak independen, kos tunai
(cash cost) adalah pengukur asset yang paling valid dan objektif.

Kalau sumber ekonomik nonkas merupakan penghargaan yang digunakan dalam


transaksi, pengukur yang ideal untuk menentukan kos asset yang diperoleh adalah
jumlah rupiah uang tunai yang akan diperoleh seandainya sumber ekonomik tersebut
dijual dulu secara tunai kepada umum. Jumlah rupiah melekat ini disebut jumlah
setara tunai (money or cash equivalent) atau kos tunai terkandung atau implicit
(implied cash cost) dari penghargaan yang diserahkan oleh pemeroleh asset.

Kos Dalam Barter. Barter atau pertukaran asset adalah pemerolehan asset adalah
pemerolehan asset (biasanya asset berwujud atau nonmoneter) dengan penghargaan
berupa asset berwujud atau nonmoneter lainnya. Bila hal ini terjadi, pengukuran asset
yang diperoleh bergantung pada apakah asset yang dipertukarkan sejenis (similar)

9
atau taksejenis (dissimilar). Asset sejenis artinya asset yang fungsinya sama dan tidak
harus asset yang identik.

Bila suatu usaha menukarkan asset sejenis, secara konseptual dianggap bahwa
perusahaan tersebut melakukan pemeliharaan atau pemertahanan capital (daya
produksi) dan bukan melakukan penjualan sehingga penerimaan asset dan penyerahan
asset dianggap sebagai transaksi pemeliharaan bukan transaksi penjualan. Dengan
demikian, fungsi asset dalam memberi kontribusi untuk pembentukan pendapatan
belum berhenti atau habis. Jadi, proses pembentukan pendapatan oleh fungsi asset
tersebut belum selesai oleh karena itu kalau terjadi untung (gain) tidak selayaknyalah
untung tersebut diakui karena cara konseptual untung tidak dapat timbul dari
transaksi pemeliharaan atau pembelian; untung hanya timbul dari transaksi penjualan.

Bila kesatuan usaha menukarkan asset tidak sejenis, secara konseptual dianggap
transaksi tersebut melibatkan dua transaksi yaitu penjualan dan pembelian. Dalam hal
ini dianggap bahwa kesatuan usaha menjual asset yang diserahkan secar tunai
kemudian seketika itu pula menggunakan seluruh kas yang diterima untuk membeli
asset yang diterima (baru).

Dalam barter, dapat pula terlibat kas sebagai tombok (boot) baik dari pihak
kesatuan usaha atau dari lawan barter. Bila dalam barter asset sejenis tombok
diberikan oleh lawan barter, maka barter tersebut tidak murni sejenis tetapi campuran.
Artinya, asset yang diserahkan sebagian ditukar dengan asset sejenis dan sebagian
dengan kas. Oleh karena itu, bagian untung yang timbul dari penjualan tunai dapat
diakui sebagai untung yang masuk dalam statement laba-rugi. Utung yang dapat
diakui adalah proporsional antara tombok dan harga pasar asset yang diterima
kesatuan usaha.

Atas dasar penalaran atau teori diatas berikut ini disarikan prinsip-prinsip
penentuan kos asset yang diterima dalam barter atau pertukaran.

1. Pertukaran taksejenis, tanpa pembayaran tombok : asset yang diterima dicatat


sebesar nilai wajar/pasar asset yang diserahkan atau nilai wajar asset yang

10
diterima, mana yang lebih mudah atau jelas ditentukan. Untung atau rugi yang
timbul diakui pada saat pertukaran.
2. Pertukaran taksejenis, dengan pembayaran tombok : asset yang diterima dicatat
sebesar nilai wajar/pasar asset yang diserahkan ditambah tombok atau nilai wajar
asset yang diterima, dalam hal ini nilai pasar asset yang diserahkan menunjukan
kas yang akan diterima seandainya asset tersebut dijual. Untung atau rugi yang
timbul diakui pada saat pertukaran.
3. Pertukaran sejenis, tanpa pembayran tombok : asset yang diterima dicatat sebesar
nilai buku atau nilai pasar asset yang diserahkan, mana yang lebih rendah. Ini
berarti bahwa kalau terjadi untung maka untung tidak diakui dan sebaliknya kalau
terjadi rugi, rugi tersebut diakui pada saat transaksi.
4. Pertukaran sejenis, dengan pembayaran tombok: asset yang diterima dicatat
sebasar nilai buku asset yang diserahkan ditambah tombok atau nilai pasar asset
yang diserahkan ditambah tombok, mana yang lebih rendah. Ini juga berarti
bahwa kalau terjadi untung maka untung tidak diakui dan sebaliknya kalau terjadi
rugi, rugi tersebut diakui pada saat transaksi.
5. Pertukaran sejenis, dengan pembayaran tombok:
Bila terjadi rugi: asset yang diterima dicatat sebesar harga pasar asset yang
diserahkan dikurangi kas yang diterima. Ini Berarti rugi yang terjadi diakui semua
pada saat terjadinya transaksi.
Bila terjadi untung: asset yang diterima dicatat sebesar nilai buku asset yang
diserahkan dikurangi porsi nilai buku asset yang diserahkan yang dianggap dijual
(ditukar dengan kas). Atau, nilai pasar/wajar asset yang diterima dikurangi untung
tangguhan (deferred gain).

Pertukaran sejenis dengan penerimaan tombok sebanarnya merupakan transaksi


campuran yaitu asset yang diserahkan sebagian ditukar dengan asset sejenis dan
sebagaian yang lain ditukar dengan asset taksejenis (kas). Oleh karena itu, bila terjadi
untung, hanya untung yang berasal dari pertukaran taksejenis (kas) yang dapat diakui
dan sisa untung diperlakukan sebagai untung tangguhan yang melekat pada
(mengurangi kos) asset yang diterima.

11
Barter atau pertukaran aset adalah pemerolehan aset (biasanya aset berwujud
atau nonmoneter) dengan penghargaan berupa aset berwujud atau nonmoneter
lainnya. Atas dasar penalaran, terdapat beberapa prinsip penentuan kos aset yang
diterima dalam barter atau pertukaran, yaitu:

1. pertukaran tak sejenis, tanpa pembayaran tombok


Aset yang diterima dicatat sebesar nilai wajar / pasar aset yang diserahkan atau
nilai wajar aset yang diterima, mana yang lebih mudah atau jlas ditentukan.
Untung atau rugi yang timbul diakui pada saat pertukaran
2. pertukaran tak sejenis, dengan pembayaran tombok
Aset yang diterima dicatat sebesar nilai pasar aset yang diserahkan ditambah
tombok atau nilai wajar / pasar aset yang diterima. Dalam hal ini, nilai pasar aset
yang diserahkan menunjukkan kas yang akan diterima seandainya aset tersebut
dijual. Untung atau rugi yang timbul diakui pada saat pertukaran.
3. pertukaran sejenis, tanpa pembayaran tombok
Aset yang diterima dicatat sebesar nilai buku atau nilai pasar aset yang
diserahkan, mana yang lebih rendah. Ini berarti bahwa kalau terjadi untung maka
untung tidak diakui dan sebaliknya kalau terjadi rugi, rugi tersebut diakui pada
saat transaksi.
4. pertukaran sejenis, dengan pembayaran tombok
Aset yang diterima dicatat sebesar nilai buku aset yang diserahkan ditambah
tombok atau nilai pasar aset yang diserahkan ditambah tombok mana yang lebih
rendah. Ini juga berarti bahwa kalau terjadi untung maka untung tidak diakui dan
sebaliknya kalau terjadi rugi, rugi tersebut diakui pada saat transaksi.
5. pertukaran sejenis, dengan penerimaan tombok
Jika terjadi rugi : aset yang diterima dicatat sebesar harga pasar aset yang
diserahkan dikurangi kas yang diterima. Ini berarti rugi yang terjadi diakui semua
pada saat terjadinya transaksi.
Jika terjadi untung : aset yang diterima dicatat sebesar nilai buku aset yang
diserahkan dikurangi porsi nilai buku aset yang diserahkan yang dianggap dijual.
Atau, nilai psar / wajar aset yang diserahkan dikurangi untung tangguhan.

12
Saham sebagai penghargaan
Saham sebagai penghargaan merupakan salah atau bentuk pemerolehan aset dengan
barter. Dalam beberapa hal, jumlah setara saham dapat dicari dengan membandingkan
harga tunai jenis saham yang sama untuk memperoleh dana tunai (kas) yang diterbitkan
kira – kira bersamaan dengan penyerahan saham untuk memperoleh aset bersangkutan.

Kos dalam reorganisasi


Jika suatu perusahaan sudah berjalan atau beroperasi cukup lama kemudian
mengalami reorganisasi, perusahaan tersebut biasanya tidak mempunyai data kos yang
memadai untuk menentukan kos aset yang dikuasainya. Karena tujuan reorganisasi
biasanya adalah menentukan nilai perusahaan pada saat tersebut.

Hadiah atau Hibah


Masalah khusus timbul bilamana barang atau jasa yang jelas-jelas mempunyai
manfaat ekonomik yang besar diperoleh perusahaan tanpa kos yang berarti atau dengan
kos yang tidak sebanding dengan nilai ekonomik barang yang diperoleh. Gedung dan
tanahnya yang diperoleh perusahaan melalui sumbangan atau hibah adalah contoh
pemerolehan aset tanpa kos. Oleh karena itu pengakuan kos yang wajar diperlukan
untuk menentukan secara tepat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang
biasanya ditunjukkan oleh tingkat kembalian investasi.

Temuan
Kadangkala terjadi bahwa suatu sumber alam atau sarana ditemukan atau
dikembangkan dan mempunyai nilai ekonomik yang jauh melebihi pengeluaran yang
sebenarnya untuk memperolehnya. Misalnya, tambang minyak yang sangat berharga
ditemukan dengan pekerjaan eksplorasi dengan kos nominal (cukup rendah
dibandingkan dengan hasilnya).

Kos Dalam Pembelian Kredit

13
Dengan sistem kredit, nilai waktu uang menjadi faktor yang sangat penting dalam
mengukur kos yang sebenarnya (true cost). kos yang sebenarnya dalam transaksi kredit
bukanlah berapa nilai kontrak yang harus dilunasi dalam beberapa kali angsuran tetapi
berapa kos yang sebenarnya pada transaksi.

Potongan Tunai dan Keringanan


Kos akan tercatat terlalu tinggi kalau potongan tunai dan keringanan-keringanan
lain tidak dikurangkan terhadap harga kesepakatan. Potongan dan keringanan
merupakan suatu hal yang sudah menjadi kebiasaan umum dalam kegiatan usaha.
Dalam perusahaan yang dikelola dengan baik, melewatkan potongan merupakan suatu
kesalahan yang dapat menimbulkan kerugian.

Rugi dalam Pemerolehan Aset


Sebelum pendapatan terjadi yang ditimbulkan oleh upaya yang direpresentasikan
oleh biaya, kos mengalami penghimpunan, penggabungan, dan reklasifikasi. Kos yang
terhimpun tersebut tetap merepresentasi aset kalau aset terbeut belum dikeluarkan
sebagai biaya. Akan tetapi, karena suatu kondisi tertentu dapat terjadi bahwa suatu
potensi jasa tertentu tidak lagi mempunyai kemampuan untuk menghasikan pendapatan.
Dalam kondisi tersebut dapat dikatakan bahwa manfaat ekonomik telah hangus dan
merupakan rugi.

2.3 PENILAIAN
Pengukuran adalah penentuan angka satuan pengukur terhadap suatu objek untuk
menunjukkan makna tertentu objek tersebut. Ojek dapat berupa barang, jasa, binatang,
tubuh manusia, dan benda atau konstruk lainnya. Makna (atribute) dapat berupa nilai, luas,
berat, volume, tinggi, umur, indeks prestasi, dan sebagainya.
dalam penilaian suatu pos untuk tujuan penyajian, akuntansi dapat menggunakan
berbagai dasar penilaian bergantung pada makna yang ingin direpresentasi melalui pos
statemen keuangan. penilaian pos aset dimaksudkan untuk menentukan berapah jumlah
rupiah yang harus dilekatkan pada tiap pos aset dan apa dasar penilaiannya.

14
2.3.1 Tujuan Penilaian Aset
Karena aset merupakan elemen pembentuk posisi keuangan sebagai informasi
semantik bagi investor dan kreditor, maka tujuan penilaian aset harus bepaut dengan
tujuan pelaporan keuangan. Tujuan pelaporan keuangan adalah menyediakan
informasi yang dapat investor dan kreditor dalam menilai jumlah, saat dan
ketidakpastian aliran kas bersih ke badan usaha. Oleh karena itu, dasar penilaian aset
akan relevan kalau penilaian tersebut dikaitkan dengan aliran dengan aliran kas ke
badan usaha. aliran kas bersih ke badan usaha dapat diprediksi melalui informasi
semantik berupa: posisi keuangan, profitabilitas, likuiditas, dan solvensi yang
penenutuannya melibatkan penilaian aset. jadi, Tujuan dari penilaian aset adalah
merepresentasikan atribut pos – pos aset yang berpaut dengan tujuan pelaporan
keuangan dengan menggunakan basis penilaian yang sesuai.

2.3.2 Konsep dan Basis Penilaian


Hendriksen dan Van Breda (1992) membahas konsep dan dasar penilaian aset
untuk tujuan pelaporan keuangan dari dua dimensi yaitu arah aliran aset dan
waktu.karena aset merupakan komponen penentu posisi keuangan pada saat tertentu,
baisi pengukuran untuk menilai aset pada saat tersebut yang paling valid adalah harga
atau nilai pertukaran (exchange prices atau values). Nilai yang diperoleh atas dasar
pertukaran disebut dengan nilai pemasukan (input/entry values atau exchange input
values). Sedangkan yang diperoleh dari pertukaran pemanfaatan disebut nilai keluaran
(output/exit values atau exchange output values). Gambar berikut menyarikan
hubungan antara berbagai dasar pengukuran tersebut.
Dasar diatas lebih mengarahkan untuk mencapai keterandalan penilaian atas dasar
nilai pertukaran. Pos-pos tertentu lebih objektif atau terandalkan penilaiannya kalau
didasarkan atas nilai masukan sedangkan pos-pos lainnya lebih terandalkan kalau
didasarkan atas nilai keluaran. Karena pemakai dianggap berkepentingan dengan aliran
kas bersih, penilaian aset harus berpaut atau relevan dengan kepentingan tersebut. Bila
aliran kas menjdai basis pengukuran aliaran kas tersebbut harus cukup pasti atau jelas

15
melekat pada pos aset yang diukur. Pada umumnya, pos-pos aset moneter dapat
ditukarkan dengan atau berubah menjadi kas dengan cukup pasti sehingga penilaiannya
dapat didasarkan pada nilai keluaran (nilai aliran kas bila pos tersebut keluar atau
dijual).

2.3.3 Nilai Masukan


Didasarkan atas jumlah rupiah yang harus dikeluarkan atau dikorbankan untuk
memperoleh aset atau objek jasa tertentu yang masuk dalam unit usaha. Kalau tujuan
menyajikan makna aset ini adalah untuk menunjukkan aliran kas yang akan keluar dari
unit usaha (seandainya unit usaha harus memperoleh objek jasa yang sama) maka nilai
masukan merupakan alternatif nilai keluaran untuk objek jasa bila memang tidak ada
pasar objek tersebut sehingga nilai keluaran tidak dapat diukur dengan cukup pasti dan
andal. Sebagai nilai alternatif nilai keluaran, nilai masukan menunjukkan secara
konservatif nilai maksimum objek jasa atau pos aset bersangkutan.

Kos Historis

Kos Historis sebagai nilai masukan merupakan pengukur potensi jasa yang paling
objektif untuk pos aset yang baru diperoleh. Kos menunjukan harga pertukaran pada
saat terjadinya. Salah satu keunggulan pos historis dari sudut konsep penilaian adalah
dapat diujinya hasil penilaian tersebut (verifiable) karena kos historis terjadi dari hasil
kesepakatan dua pihak yang independen. Karena dapat diuji validitas penilaiannya, kos
historis dapat dihandalkan sebagai informasi (reliable). Kos historis merupakan nilai
kesepakatan terendah bagi pembeli karena dianggap pembeli tidak dapat memperoleh
barang/jasa yang sama ditempat lain dengan nilai lebih rendah.

Kos kebijaksanaan adalah kos selayaknya yang manajemen bijaksana, atau hati-
hati bersedia membayarnya untuk suatu objek. Kos ini tidak termasuk kos yang
merepresentasi ketidaknormalan atau ketidakbijaksanaan seperti pemborosan (waste),
manipulasi salah urus, atau kurang kompetennya manajemen.

Kos standar adalah kos yang seharusnya terjadi dalam kondisi proses produksi
tertentu yang diasumsi. Walaupun kos standar lebih banyak diterapkan untuk tujuan

16
internal manajemen (untuk pengendalian), kos standar dapat dipertimbangkan sebagai
pengukur aset (khususnya sediaan barang) untuk merefleksi kos produksi dalam kondisi
perusahaan beroperasi pada tingkat efisiensi dan kapasitas normal.

Kos asli merupakan kos suatu aset bagi perusahaan yang pertama kali
menempatkannya untuk digunakan dalam layanan publik. Kos asli dikenal dalam
konteks layanan publik khususnya bila perusahaan membeliaset bekas dari perusahaan
layanan publik lain. Walaupun bermanfaat untuk penetapan tarif layanan publik, kos
asli tidak relevan untuk tujuan penilaian aset karena tidak merefleksi penghargaan
sepakatan.

Kos Pengganti

Kos Pengganti atau kos masukan sekarang menunjukan jumlah rupiah harga
pertukaran atau kesepakatan yang diperlukan sekarang oleh unit usaha untuk
memperoleh aset yang sama jenis dan kondisinya atau penggantinya yang setara
(ekuivalen). Kos pengganti hampir sama konsepnya dengan kos standar sekarang
(current standart cost). Kos standar sekarang adalah berapa kos yang seharusnya untuk
menghasilkan suatu produk dengan kondisi harga, teknologi, dan efisiensi sekarang.
Kos pengganti berbeda dengan kos standar sekarang karena kos pengganti hanya
didasarkan pada harga sekarang tetapi masih tetap didasarkan pada teknologi dan
efisiensi masa lalu.

Nilai penaksiran adalah nilai taksiran kos sekarang atau nilai sekarang yang
ditentukan dengan prosedur dan analisis sistematik oleh pihak independen yang
kompeten. Nilai penaksiran biasanya ditujukan untuk aset tetap perusahaan yang
berjalan terus guna menetapkan “nilai buku sekarang” yaitu kos pengganti atau
reproduksi sekarang dikurangi depresiasi sampai tanggap penaksiran.

Nilai wajar secara umum berarti jumlah rupiah yang dapat diterima untuk suatu
objek dalam suatu transaksi antara pihak-pihak yang berkehendak bebas tanpa tekanan
atau keterpaksaan. Secara khusus, nilai wajar dimaksudkan untuk menunjuk jumlah
rupiah aset untuk menentukan agar laba yang diperoleh merepresentasi tingkat
kembalian wajar (fair return) bagi investor.

17
Nilai terrealisasi bersih dikurangi laba normal adalah nilai yang diharapkan
merepresentasi kos pengganti bila data untuk menentukan kos pengganti tidak tersedia.
Jadi, nilai terrealisasi bersih / netto dikurangi laba normal merupakan cara untuk
menaksir kos pengganti atau kos sekarang.

Kos Harapan

Secara semantik, kos harapan suatu aset adalah nilai pengorbanan ekonomik di
masa datang seandainya potensi jasa aset tersebut diperoleh secara bagian demi bagian
(piecemeal) dan bukan sekaligus (lump sum). Untuk penilaian sekarang, kos harapan
harus didiskon menjadi kos harapan sekarang atau kos masukan masa datang diskonan
(discounted future input cost). Untuk dapat menggunakan dasar penilaian ini tentu saja
harus ada alternatif pemerolehan aset secara bagian demi bagian sebagai pembanding
dan diketahui dengan pasti kos masa datang tiap bagian tersebut.

2.3.4 Nilai Keluaran


Nilai keluaran didasarkan atas jumlah rupiah kas atau penghargaan lainnya
(nonkas) yang diterima suatu unit usaha apabila suatu aset atau potensi jasa akhirnya
keluar dari kesatuan usaha melalui pertukaran atau konversi. Secara umum, penilaian
ini lebih berpaut dengan aset tujuannya adalah dijual atau dikonversi menjadi kas dan
bukan digunakan untuk kegiatan produksi. Ada berbagai dasar penilaian yang dapat
digunakan dan tiap pos aset dapat dinilai menurut dasar yang paling sesuai dengan
tujuan pelaporan tiap pos tersebut.

Harga Jual Masa Lalu

Harga jual masa lalu (past selling price) sebenarnya menunjukkan kas yang cukup
pasti akan diterima dari konversi suatu pos aset yang timbul karena transaksi masa lalu.
Pos yang mempunyai atribut semacam ini adalah piutang usaha karena jumlah rupiah
piutang usaha merupakan harga jual masa lalu. Oleh karena itu, harga jual masa lalu
merupakan salah satu bentuk khusus penilaian yang disebut nilai terrealisasi netto (net
realizable values). Disebut netto atau bersih karena niai keluaran piutang atau sediaan
barang tidak termasuk rugi piutang tak tertagih atau kos kegiatan penjualan tambahan
untuk mendapatkan nilai sekarang pos-pos aset tersebut.

18
Harga Jual Sekarang

Penentuan kos yang berkaitan dengan kegiatan tambahan untuk menuntaskan


transaksi konversi atau penjualan dalam hal tertentu sulit ditentukan atau ditaksir.
Sebagai alternatif, penilaian dapat didasarkan atas harga jual sekarang (current selling
price). Untuk piutang, harga jual sekarang dapat ditentukan atas dasar harga yang
disepakati oleh perusahaan anjak piutang (factoring company).

Harga jual sekarang didasarkan pada anggapan bahwa perusahaan akan


berlangsung terus dan transaksi dilaksanakan dalam pasar yang normal. Bila tidak ada
pasar regular, penilaian dapat ditentukan atas dasar nilai likuidasi (liquidation values).
Nilai likuidasi hanya dapat digunakan apabila kondisi berikut dipenuhi: (1) bila produk
atau potensi jasa lainnya telah berkurang manfaat normalnya lantaran menjadi usang
atau tidak laku lagi dipasarkan dan (2) bila unit usaha merencanakan untuk menutup
usaha dalam waktu dekat sehingga tidak dapat menjual seluruh potensi jasa unit usaha
dalam pasar yang normal sehingga perusahaan ada di dalam posisi tawar-menawar yang
lemah (disadvantaged bargaining power).

Nilai jual sekarang sebenarnya didasari oleh konsep setara tunai sekarang (current
cash equivalents). Nilai ini menunjukkan jumlah rupiah kas atau daya beli yang dapat
direalisasi dengan cara menjual setiap jenis aset di pasar bebas dalam kondisi
perusahaan melikuidasi (menjual) asetnya secara normal. Secara teoritis, setara kas
sekarang merupakan atribut atau properitas yang relevan untuk semua aset. Artinya,
semua aset dapat menggunakan dasar penilaian ini pada titik waktu tertentu sehingga
agregasi jumlah rupiah aset menjadi bermakna tanpa menghadapi masalah agregasi
jumlah rupiah masa lalu, sekarang, dan masa datang yang skala daya belinya berbeda.
Kelemahannya adalah tidak semua aset mempunyai pasar (untuk barang tangan kedua)
dan harga pasar kutipan sehingga hasil pengukuran kurang terandalkan.

Nilai Terrealisasi Harapan

Secara semantik, nilai terrealisasi harapan suatu aset adalah penerimaan kas atau
potensi jasa masa datang yang jumlah dan waktunya cukup pasti. Untuk penilaian
sekarang suatu aset, nilai terrealisasi harapan harus didiskon menjadi nilai terrealisasi

19
harapan sekarang atau penerimaan kas / potensi jasa masa datang diskonan (discounted
future cash receipts / service potensials).

Dasar penilaian ini lebih bermanfaat dan valid untuk menilai investasi tunggal
atau perusahaan secara keseluruhan dari sudut pandang investor. Untuk penilaian aset
secara individual, dasar penilaian ini mengandung beberapa kelemahan yaitu:

1. Kalau tidak ada pasar untuk aset bersangkutan, penentuan aliran kas masa datang
bersifat subjektif sehingga sulit diverifikasi.
2. Pemilihan tarif yang cukup representatif untuk merefleksi risiko tiap aset sangat
problematik.
3. Aliran kas ke perusahaan dihasilkan oleh seluruh aset sebagai satu kesatuan dalam
menghasilkan produk yang akhirnya dijual untuk mendatangkan kas.
4. Memperkuat alasan 3 diatas, beberapa aset memang tidak terpisahkan (severable)
sehingga nilai sekarang seluruh aset (the value of the firm) tidak akan sama dengan
penjumlahan semua kas masa datang diskonan tiap pos aset.

2.3.5 Kos atau Pasar yang Lebih Rendah


Penilaian atas dasar kos atau pasar yang lebih rendah (KAPYLR, baca: kapiler)
atau cost or market whichever is lower (COMWIL) atau lower of cost or market
(LOCOM) ini merupakan kombinasi nilai masukan dan keluaran karena pengertian
pasar dalam hal ini dapat berarti pasar barang masukkan atau keluaran (input atau
output market).
Penggunaan konsep penilaian ini didasari oleh konsep dasar konservatisme. Dalam
kondisi ketidakpastian, kreditor secara historis mendasarkan keputusannya pada nilai
konversi aset yang terendah sehinga penyajian aset dalam neraca juga mengikuti
konsep ini.
Secara teoritis, penilaian atas dasar kos atau pasar yang lebih rendah mempunyai
banyak kelemahan sehingga mengundang banyak kritik. Penilaian ini dianggap lemah
secara teoretis karena alasan berikut:
1. Konservatisme cenderung merendahkan aset total. Ini disebabkan nilai sediaan
tidak pernah dilaporkan lebih tinggi dari kos pemerolehan.

20
2. Lebih rendahnya sediaan akhir pada suatu periode akan berakibat lebih rendahnya
biaya (dalam bentuk kos barang terjual) pada periode berikutnya sehingga laba
menjadi lebih tinggi.
3. Terjadi inkonsistensi penilaian baik dalam suatu tahun atau antar periode. Karena
penilaian antarperiode dapat berubah-ubah dari kos ke pasar, penilaian ini dapat
mengakibatkan penilaian dalam suatu periode secara internal tidak konsisten.
4. Salah satu argumen digunakannya metode KAPYLR adalah bila terjadi penurunan
manfaat akibat kerusakan, keusangan, perubahan harga, atau kemampuan
mendatangkan laba maka selayaknyalah bahwa kos juga harus diturunkan.

KAPYLR sebenarnya merupakan penilaian atas dasar kos pengganti untuk


merefleksi nilai pasar masukan. Argumen yang mendasari adalah bahwa penurunan
dalam kos pengganti pada umumnya merefleksi atau memberi indikasi dalam
penurunan harga jual. Dengan kos pengganti (melalui KAPYLR), perusahaan dapat
mempertahankan tingkat laba kotor penjualan normal (normal profit margin). Lebih
dari itu, bila kos pengganti dibawah kos tetapi lebih tinggi dari nilai terrealisasi bersih
(NTB) penjualan (net realizable value) yaitu harga jual dikurangi pengeluaran yang
wajar untuk menjual, selisih tersebut akan merupakan penilaian lebih (overstatement)
sediaan barang.

Atas dasar penalaran diatas, ketentuan umum penilaian sediaan dinyatakan


sebagai berikut: Sediaan dinilai atas dasar KAPYLR dengan ketentuan bahwa pasar
tidak melebihi nilai terrealisasi bersih atau tidak lebih rendah dari nilai terrealisasi
bersih dikurangi laba kotor normal / LKN (normal profit margin).

2.3.6 Penilaian Menurut FASB

Konsep-konsep penilaian yang dibahas diatas menjadi dasar untuk menjelaskan


berbagai dasar yang dapat digunakan untuk mengukur atau menilai elemen statement
keuangan sesuai dengan atribut yang ingin direpresentasi oleh pengukuran. Bila
dikaitkan dengan aset, dasar penilaian menurut FASB (SFAC No. 5, prgf 67) dapat
disarikan sebagai berikut ini:

21
1. Historical Cost. Tanah, gedung, perlengkapan, perlengkapan pabrik, dan
kebanyakan sediaan dilaporkan atas dasar kos historisnya yaitu jumlah rupiah kas
atau setaranya yang dikorbankan untuk memperolehnya.
2. Current (replacement) Cost. Beberapa sediaan disajikan sebesar nilai sekarang atau
penggantinya yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang harus dikorbankan kalau
aset tertentu yang sejenis diperoleh sekarang.
3. Current Market Value. Beberapa jenis investasi dalam surat berharga disajikan atas
dasar nilai pasar sekarang yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang dapat
diperoleh kesatuan usaha dengan menjual aset tersebut dalam kondisi perusahaan
yang normal (tidak akan dilikuidasi).
4. Net Realizable Value. Beberapa jenis piutang jangka pendek dan sediaan barang
disajikan sebesar nilai terrealisasi bersih yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya
yang akan diterima (tanpa didiskon) dari aset tersebut dikurangi dengan
pengorbanan (kos) yang diperlukan untuk mengkonversi aset tersebut menjadi kas
atau setaranya.
5. Present (or Discounted) Value of Future Cash Flows. Piutang dan investasi jangka
panjang disajikan sebesar nilai sekarang penerimaan kas di masa mendatang sampai
piutang terlunasi (dengan tarif diskon implisit) dikurangi dengan tambahan kos
yang mungkin diperlukan untuk mendapatkan penerimaan tersebut.

2.4 PENGAKUAN

Suatu jumlah rupiah atau kos diakui sebagai aset apabila jumlah rupiah tersebut
timbul akibat transaksi, kejadian, atau keadaan yang mempengaruhi aset. Dengan mengutip
Sterling, Belkaoui (1993, hlm. 194-195) menunjukkan kondisi perlu (necessary) dan
kondisi cukup (sufficient) yang merupakan penguji (test) yang cukup rinci untuk mengakui
aset yaitu:

1. Deteksi adanya aset (Detection of Existence Test). Untuk mengakui aset, harus ada
transaksi yang menandai timbulnya aset.

22
2. Sumber ekonomik dan kewajiban (Economic Resources and Obligation Test). Untuk
mengakui aset, suatu objek harus merupakan sumber ekonomik yang langka,
dibutuhkan, dan berharga.
3. Berkaitan dengan entitas (Entity Association Test). Untuk mengakui aset, kesatuan
usaha harus mengendalikan atau menguasai objek aset.
4. Mengandung nilai (Non-zero Magnitude Test). Untuk mengakui aset, suatu objek harus
mempunyai manfaat yang dapat ditentukan besarnya secara moneter.
5. Berkaitan dengan waktu pelaporan (Temporal Association Test). Untuk mengakui aset,
semua penguji diatas harus dipenuhi pada tanggal pelaporan (tanggal neraca).
6. Verifikasi (Verification Test). Untuk mengakui aset, harus ada bukti pendukung untuk
meyakinkan bahwa kelima penguji diatas dipenuhi.

Apa yang dikemukakan Belkaoui diatas sebenarnya adalah apa yang disebut dengan
kaidah pengakuan (Recognition Rules) yang merupakan petunjuk teknis atau prosedur
untuk menerapkan empat kriteria pengakuan (Recognition Criteria) FASB yaitu definisi,
keterukuran, keberpautan, dan keterandalan.

2.4.1 Beban Tangguhan


Untuk beberapa kasus, pelaksanaan kaidah diatas menjadi pelik karena
karakteristik unik kos yang terlibat menyebabkan keraguan. Paton dan Littleton
(1970) sangat mengkritik penggunaan istilah beban tangguhan inikarena secara
konseptual semua aset (yang dipresentasi dengan kos) merupakan beban tangguhan.
Lebih baik kalau pos tersebut diberi nama yang jelas sesuai dengan sifatnya dan
disajikan secara terpisah dengan pos-pos aset lainnya.
Kos yang mempunyai karakteristik unik sehingga menimbulkan masalah
penangguhan pembebanan misalnya adalah kos yang terlibat dalam transaksi,
kejadian, atau keadaan berikut:
1. Sewaguna
2. Bunga selama masa konstruksi aset tetap
3. Riset dan pengembangan
4. Eksplorasi minyak dan gas bumi
5. Rugi selisih kurs valuta asing

23
6. Sumber daya manusia
7. Kos organisasi

Sewaguna

Sewaguna (lease) menimbulkan masalah pelik dalam pengakuan aset karena di


Amerika pada mulanya sewa guna digunakan sebagai sarana pemerolehan aset tetap
atau fasilitas fisis tanpa harus menunjukkan utang yang timbul dari pemerolehan
tersebut.

Oleh karena itu, dengan konsep dasar substansi diatas bentuk (Substance Over
Form), FASB mewajibkan untuk mengakui dan melaporkan kewajiban yang timbul
dari sewaguna dan mengakui (mengkapitalisasi) fasilitas yang disewaguna sebagai aset
perusahaan kalau secara substantif perjanjian sewaguna tersebut sebenarnya merupakan
pembelian angsuran. Yang menjadi masalah adalah apa kriteria yang harus dipenuhi
agar suatu sewaguna dapat dinyatakan sebagai pembelian angsuran. FASB mengajukan
empat kriteria berikut ini (SFAS No. 13, prgf. 7):

a. Kontrak sewaguna menyebutkan adanya transfer hak milik barang atau


properitas (property) kepada tersewaguna (lessee) pada akhir jangka sewaguna.
b. Kontrak sewaguna memuat pasal bahwa tersewaguna boleh pilih untuk membeli
pada tanggal yang ditetapkan dalam jangka sewaguna dengan harga yang
ditetapkan dan harga tersebut cukup murah sehingga dapat dipastikan di muka
bahwa tersewaguna akan memilih membeli properitas bersangkutan. Pasal
semacam ini disebut Bargain Purchase Option.
c. Jangka sewaguna adalah 75% atau lebih dari sisa umur ekonomis taksiran
properitas sewagunaan sejak penandatanganan kontrak. Bila sisa umur
ekonomik mulai dari penandatanganan kontrak kurang dari 25% umur
ekonomik total, kriteria ini tidak berlaku.

24
Aset Memenuhi Syarat

Dalam keadaan tertentu kapitalisasi bunga tidak perlu dilakukan. Standar


akuntansi menentukan aset yang memenuhi syarat (cukup disebut aset memenuhi)
untuk dilekati kos bunga (qualifying assets) yang dalam PSAK No.26 disebut aset
tertentu. FASB (SFAS No.34, prg.9) menetapkan bahwa kapitalisasi bunga hendaknya
dilakukan hanya aset yang memenuhi syarat:

a. Aset yang dibangun atau diproduksi untuk digunakan sendiri oleh perusahaan
(termasuk aset yang dibangun atau diproduksi oleh pihak lain atas pesanan
perusahaan dan untuk pesanan/kontrak tersebut perusahaan melakukan pembayaran
uang muka atau pembayaran bertahap atas dasar kemajuan pekerjaan pembangunan
aset bersangkutan)
b. Aset dibangun atau diproduksi dengan tujuan untuk dijual sebagai suatu unit atau
projek yang berdiri sendiri terpisah dari orijek atau kegiatan operasi lainnya
(misalnya kapal, kawasan industri, estat real, jembatan, atau semacamnya)
c. Investasi jangka panajang (ekuitas, pinjaman, dan penanaman kas) yang
diperlakukan dengan metoda ekuitas sementara terinvestasi (investee) sedang
melaksanakan kegiatan pembangunan fasilitas fisis asalkan kegiatan tersebut
menggunakan dana investasi itu untuk memperoleh fasilitas fisis tersebut.

Manfaat informasioanal tambahan yang diperoleh dari kapitalisasi tersebut tidak


sepadan dengan tambahan kos akuntansi dan administrasinya. Karakteristik lain suatu
aset yang tidak dapat menjadi objek kapitalisasi adalah:

a. Aset yang sudah digunakan atau yang sudah siap digunakan sesuai dengan tujuan
penggunaan dalam operasi menghasilkan pendapatan.
b. Aset yang belum digunakan dalam kegiatan menghasilkan pendapatan perusahaan
dan juga tidak mengalami penyelesaian/perbaikan atau kegiatan lain yang
diperlukan untuk menjadikan aset tersebut siap digunakan dalam operasi. Jadi,
kalau kegiatan konstruksi berhenti, bunga selama berhentinya kegiatan tidak dapat
dikapitalisasi.

25
c. Aset yang tidak dimasukkan dalam neraca konsolidasian perusahaan induk dan
perusahaan-perusahaan anaknya.
d. Investasi yang diperlukan dengan metoda ekuitas setelah kegiatan operasi utama
yang direncanakan oleh terinvestasi dimulai.
e. Investasi dalam perusahaan regulasian (regulated investees) yang mengkapitalisasi
baik kos utang maupun ekuitas (cost of debt and equity capital).
f. Aset yang diperoleh dengan dana hadiah atau hibah yang dibatasi penggunaanya
oleh penghadiah atau penghibah semata-mata untuk pemerolehan aset tersebut.

Besarnya Kapitalisasi Bunga

Besarnya bunga yang harus dikapitalisasi adalah bagian dari kos bunga yang terjadi
selama perioda-perioda pemerolehan aset yang secara teoritis dapat dihindari
seandainya kesatuan usaha tidak membangun fasilitas fisis yang bersangkutan. Secara
teknis, jumlah rupiah bunga yang dikapitalisasi dalam suatu perioda pemerolehan
adalah tingkat bunga atau tarif kapitalisasi (capitalization rate) dikalikan dengan rata-
rata pengeluaran dana untuk konstruksi selama perioda akuntansi tersebut.

Perioda Kapitalisasi

Kapitalisasi kos bunga diperhitungkan untuk perioda pemerolehan (acquisition


period) sehingga perioda tersebut menjadi perioda kapitalisasi. Perioda kapitalisasi
dimulai ketiaka tiga kondisi berikut dipenuhiPerioda kapitalisasi dimulai ketiaka tiga
kondisi berikut dipenuhi:

a. Pengeluaran untuk pembangunan aset telah dilakukan atau terjadi.


b. Kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk menyelesaikan pembangunan sampai
siap dipakai masih berlangsung
c. Kos bunga telah terhimpun (occured) atau terjadi bersamaan dengan
berjalannnya pembangunan aset.
Kapitalisasi bunga dapat terus dilakukan untuk tiap perioda akuntansi selama ketiga
kondisi diatas dipenuhi.

26
Pengungkapan

Bila sebagian atau seluruh bunga dikapitalisasitentu saja akan ada sebagian
informasi yang hilang. Oleh karena itu, perlu ada pengungkapan (disclosure) tentang
hal ini sehingga statemen keuangan tidak menyesatkan. Agar statemen keuangan tetap
informatif, hal-hal berikut ini harus diungkapkan sebagai penjelesan statemen
keuangan:

a. Bila tidak ada kos bunga yang dikapitalisasi, total bunga yang terjadi selama
perioda dan dibebankan sebagai biaya perioda tersebut.
b. Bila sebagian kos bunga dikapitalisasi, bunga total yang terjadi dan bagian yang
dikapitalisasi.

2.5 PENYAJIAN

Prinsip akuntansi berterima umum, terutama standar akuntansi, menetapkan penyajian


dan pengungkapan tiap pos-pos aset. Walaupun aset didefinisi secara umum sebagai
manfaat ekonomik masa datang yang dikuasai kesatuan usaha dan yang benar-benar timbul
dari transaksi yang sah, tiap pos aset didefinisi lebih lanjut atau spesifik sesuai dengan sifat
pos tersebut. Pengungkapan dan penyajian pos-pos aset harus dipelajari dari standar yang
mengatur tiap pos. Secara umum, prinsip akuntansi berterima umum memberi pedoman
penyajian dan pengungkapan aset sebagai berikut:

a. Aset disajikan di sisi debit atau kiri dalam neraca berformat akun atau dibagian atas
dalam neraca berformat laporan.
b. Aset diklasifikasi menjadi aset lancar dan tetap.
c. Aset diurutkan penyajiannya atas dasar likuiditas atau kelancarannya, yang paling
lancar dicantumkan pada urutan pertama.
d. Kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan pos-pos tertentu harus diungkapkan
(misalnya metoda depresiasi aset dan dasar penilaian sediaan barang).

27
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Aset merupakan elemen neraca pembentuk informasi semantik berupa posisi keuangan
dan mempresentasikan potensi jasa fisis dan nonfisis yang memampukan badan usaha untuk
menyediakan barang dan jasa. secara resmi aset didefinisi sebagai manfaat ekonomik masa
datang yang cukup pasti yang dikuasai oleh suatu entitas sebagai akibat transaksi atau
kejadian masa lalu.

Manfaat ekonomik aset ditunjukkan oleh potensi jasa atau utilitas yang melekat
padanya yaitu suatu daya atau kapasitas langkah yang dapat dimanfaatkan kesatuan usaha
dalam upayanya untuk mendatangkan pendapatan melalui kegiatan ekonomik yaitu
konsumsi, produksi, dan pertukaran.

28

Anda mungkin juga menyukai