Diajukan dalam rangka praktek klinis dokter internsip sekaligus sebagai bagian dari
persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas Cebongan
Kota Salatiga
Disusun Oleh:
dr. Rinda Yanuarisa
Topik:
PENYULUHAN PREEKLAMPSIA
Diajukan dan dipresentasikan dalam rangka praktik klinis dokter internsip sekaligus sebagai
bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas
Cebongan Kota Salatiga
Mengetahui,
Dokter Internship, Dokter Pendamping
1
BAB I
PENDAHULUAN
Di Indonesia, preeklampsia – eklampsia masih merupakan salah satu penyebab kematian ibu,
yang berkisar 1,5% sampai 25%, sedangkan kematian bayi antara 45% sampai 50% . Oleh karena itu
diagnosa dini pre-eklampsia yang merupakan tingkat pendahuluan eklampsia serta penanganannya,
perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak . Perlu ditekankan bahwa
sindroma pre-eklampsia ringan dengan hipertensi, edema dan proteinuri sering tidak diketahui atau
tidak diperhatikan oleh wanita yang bersangkutan. Tanpa disadari dalam waktu singkat dapat timbul
pre-eklampsia berat, bahkan eklampsia. Dengan pengetahuan ini, menjadi jelas bahwa pemeriksaan
antenatal yang teratur dan secara rutin mencari tanda-tanda pre-eklampsia, sangat penting dalam
usaha pencegahan pre-eklampsia berat dan eklampsia, di samping pengendalian terhadap faktor-faktor
predisposisi yang lain.
Angka kematian ibu melahirkan dan bayi di Indonesia meningkat pada 5 tahun terakhir.
Peningkatan kejadian kematian akibat pre-eklampsia dan komplikasinya sampai saat ini penyebabnya
belum diketahui secara pasti, sehingga belum ada kesepakatan dalam strategi pencegahan pre-
eklampsia. Oleh karena itu deteksi dini pre-eklampsia melalui Antenatal Care (ANC) sangat
diperlukan yaitu dengan minimal 4 kali kunjungan yaitu masing-masing 1 kali pada trimester I dan II,
serta 2 kali pada trimester III.
Pengetahuan masyarakat mengenai pre-eklampsia masih sangat kurang, hal inilah yang
menyebabkan peningkatan kejadian pre-eklampsia. Selain itu, banyaknya komplikasi yang
ditimbulkan oleh pre-eklampsia, maka diperlukan program pengendalian secara terpadu dan
menyeluruh di bidang promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
2
B. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
Salah satu upaya promosi kesehatan, yaitu dengan melakukan intervensi dalam upaya
memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai pre-eklampsia, dilakukan rencana
pelaksanaan penyuluhan. Sasaran peserta adalah kader Kelompok Sayang Ibu (KSI) Ledok.
Penyuluhan dilakukan dengan memberikan pengarahan tentang pengertian, faktor resiko,
gejala, penyebab, komplikasi, dan cara mencegah preeklampsia. Setelah penyuluhan
direncanakanakan dilakukan sesi pertanyaan dan diskusi terbuka.
C. PELAKSANAAN
Penyuluhan dilakukan oleh dokter dan tenaga kesehatan dari Puskesmas Cebongan
yang dilaksanakan di Aula Kelurahan Ledok pada hari Jumat, 7 Desember 2018.
Penyuluhan tentang preeklampsia dilaksanakan pada pukul 08.30 WIB dan berakhir
pada pukul 09.30 WIB. Penyuluhan dibuka oleh perwakilan Puskesmas (Bidan). Selanjutnya
dilakukan penyuluhan tentang pre-eklampsia, meliputi :
1. Pengertian preeklampsia
2. Penyebab preeklampsia
3. Gejala preeklampsia
4. Komplikasi preeklampsia
5. Cara mencegah preeklampsia
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PREEKLAMPSIA
1. Definisi
Preeklampsia adalah kelainan malfungsi endotel pembuluh darah atau vaskular yang
menyebar luas sehingga terjadi vasospasme setelah usia kehamilan 20 minggu,
mengakibatkan terjadinya penurunan fungsi organ dan pengaktifan endotel yang
menimbulkan terjadinya hipertensi, edema nondependen dan proteinuria.2
2. Etiologi
Sampai saat ini, etiologi pasti dari pre-eklampsia/eklampsia belum diketahui. Ada
beberapa teori mencoba menjelaskan perkiraan etiologi dari kelainan tersebut diatas,
sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory.
Adapun teori-teori tersebut antara lain:
1. Disfungsi sel endotel
2. Reaksi antigen-antibodi
3. Perfusi plasenta yang tidak adekuat
4. Perubahan reaktivitas vaskuler
5. Ketidakseimbangan antara prostasiklin dan tromboksan
6. Penurunan lajunfiltrasi glomerulus dengan retensi air dan garam
7. Penurunan volume intravaskuler
8. Peningkatan sensitivitas sistem saraf pusat
9. Disseminated Intravascular Coagulation
10. Iskemia Uterus
11. Faktor diet
12. Faktor genetik
4
3. Manifestasi Klinis
Gejala Subjektif
Pada preeklampsia didapatkan gejala sakit kepala di daerah frontal, skotoma, diplopia,
penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual, dan atau muntah. Gejala ini sering
ditemukan pada preeklampsia yang meningkat dan merupakan petunjuk bahwa eklampsia
akan timbul. Tekanan darah pun akan meningkat lebih tinggi, edema, dan proteinuria
bertambah meningkat.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik ditemukan peningkatan tekanan darah sistolik 30mmHg dan diastolik
15mmHg atau tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mmHg.
4. Faktor Risiko
Pre-eklamsia hanya terjadi pada saat hamil, sehingga faktor resikonya, antara lain :
1. Riwayat pre-eklamsia
Pasien riwayat keluarga menderita preeklamsia akan meningkatkan risiko terkena
preeklamsia.
2. Kehamilan pertama
Dikehamilan pertama, risiko mengalami preeklamsia jauh lebih tinggi.
3. Usia
Ibu hamil berusia diatas 35 tahun akan lebih besar risikonya menderita preeklamsia
4. Obesitas
Preeklamsia lebih banyak menyerang ibu hamil yang mengalami obesitas
5. Kehamilan kembar
Ibu yang mengandung bayi kembar juga meningkatkan risiko preeklamsia
6. Kehamilan dengan diabetes
Wanita dengan diabetes saat hamil memiliki resiko preeklamsia seiring
perkembangan kehamilan
7. Riwayat hipertensi
Kondisi sebelum hamil seperti hipertensi kronis, diabetes, penyakit ginjal atau lupus,
akan meningkatkan risiko terkena preeklamsia.
5
5. Diagnosis
Kriteria Minimal Preeklampsia:
a. TD > 140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu
b. Ekskresi protein dalam urin > 300 mg/24 jam atau > +1 dipstik, rasio
protein:kreatinin > 30 mg/mmol
6. Tatalaksana
Penanganan pre-eklamsia bertujuan untuk menghindari kelanjutan menjadi eklamsia
dan pertolongan kebidanan dengan melahirkan janin dalam keadaan optimal dan bentuk
pertolongan dengann trauma minimal.
Pada pre-eklamsia ringan penanganan simtomatis dan berobat jalan dengan
memberikan :
1. Sedative ringan
- Phenobarbital 3x30 gr
- Valium 3x10 mg
2. Obat penunjang
- Vitamin B kompleks
- Vitamin C atau vitamin E
- Zat besi
3. Nasehat
- Garam dalam makanan dikurangi
- Lebih banyak istirahat baring ke arah punggung janin
6
- Segera datang memeriksakan diri, bila terdapat sakit kepala, mata kabur,
edema mendadak atau berat badan naik, pernafasan semakin sesak, nyeri pada
epigastrium, kesadaran makin berkurang, gerak janin melemah-berkurang,
pengeluaran urin berkurang.
4. Jadwal pemeriksaan hamil dipercepat dan diperketat
Pada pasien pre-eklampsia berat segera harus diberi obat sedatif kuat untuk mencegah
timbulnya kejang. Apabila sesudah 12 – 24 jam bahaya akut sudah diatasi, tindakan terbaik
adalah menghentikan kehamilan.
Sebagai pengobatan mencegah timbulnya kejang, dapat diberikan larutan magnesium
sulfat (MgSO4) 20% dengan dosis 4 gram secara intravena loading dose dalam 4-5 menit.
Kemudian dilanjutkan dengan MgSO4 40% sebanyak 12 gram dalam 500 cc ringer laktat
(RL) atau sekitar 14 tetes/menit. Tambahan magnesium sulfat hanya dapat diberikan jika
diuresis pasien baik, refleks patella positif dan frekuensi pernafasan lebih dari 16 kali/menit.
Obat ini memiliki efek menenangkan, menurunkan tekanan darah dan meningkatkan
diuresis. Selain magnesium sulfat, pasien dengan pre-eklampsia dapat juga diberikan
klorpromazin dengan dosis 50 mg secara intramuskular ataupun diazepam 20 mg secara
intramuskular.
Setelah keadaan pre-eklamsia berat dapat diatasi, pertimbangan mengakhiri
kehamilan berdasarkan :
1. Kehamilan cukup bulan
2. Mempertahankan kehamilan sampai mendekati cukup bulan
3. Kegagalan pengobatan preeklamsia berat, kehamilan diakhiri tanpa memandang
umur
4. Mempertahankan penderita ke rumah sakit untuk pengobatan yang adekuat
7. Komplikasi
Pada Ibu:
Akibat gejala pre-eklampsia, proses kehamilan maternal terganggu karena terjadi
perubahan patologis pada sistem organ, yaitu:
1. Jantung
Perubahan pada jantung disebabkan oleh terjadinya peningkatan cardiac afterload
akibat hipertensi dan aktivasi endotel sehingga terjadi ekstravasasi cairan
7
intravaskular ke ekstraselular terutama paru. Terjadi penurunan cardiac preload akibat
hipovolemia.
2. Otak
Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan autoregulasi tidak berfungsi. Jika
autoregulasi tidak berfungsi, penghubung penguat endotel akan terbuka menyebabkan
plasma dan sel-sel darah merah keluar ke ruang ekstravaskular
3. Mata
Pada pre-eklampsia tampak edema retina, spasmus menyeluruh pada satu atau
beberapa arteri, jarang terjadi perdarahan atau eksudat. Spasmus arteri retina yang
nyata dapat menunjukkan adanya pre-eklampsia yang berat, tetapi bukan berarti
spasmus yang ringan adalah pre-eklampsia yang ringan.
4. Paru
Edema paru biasanya terjadi pada pasien pre-eklampsia berat yang mengalami
kelainan pulmonal maupun non-pulmonal setelah proses persalinan. Hal ini terjadi
karena peningkatan cairan yang sangat banyak, penurunan tekanan onkotik koloid
plasma akibat proteinuria, penggunaan kristaloid sebagai pengganti darah yang
hilang, dan penurunan albumin yang diproduksi oleh hati.
5. Hati
Pada pre-eklampsia berat terdapat perubahan fungsi dan integritas hepar,
perlambatan ekskresi bromosulfoftalein, dan peningkatan kadar aspartat
aminotransferase serum. Sebagian besar peningkatan fosfatase alkali serum
disebabkan oleh fosfatase alkali tahan panas yang berasal dari plasenta. Pada
penelitian yang dilakukan Oosterhof dkk, dengan menggunakan sonografi Doppler
pada 37 wanita pre-eklampsia, terdapat resistensi arteri hepatika mengakibatkan
ruptur hepatika, menyebar di bawah kapsul hepar dan membentuk hematom
subkapsular (Cunningham, 2005).
6. Ginjal
Lesi khas pada ginjal pasien pre-eklampsia terutama glomeruloendoteliosis, yaitu
pembengkakan dari kapiler endotel glomerular yang menyebabkan penurunan perfusi
dan laju filtrasi ginjal. Konsentrasi asam urat plasma biasanya meningkat terutama
pada pre-eklampsia berat. Pada sebagian besar wanita hamil dengan pre-eklampsia,
penurunan ringan sampai sedang laju filtrasi glomerulus tampaknya terjadi akibat
berkurangnya volume plasma sehingga kadar kreatinin plasma hampir dua kali lipat
8
dibandingkan dengan kadar normal selama hamil (sekitar 0,5 ml/dl). Namun pada
beberapa kasus pre-eklampsia berat, kreatinin plasma meningkat beberapa kali lipat
dari nilai normal ibu tidak hamil atau berkisar hingga 2-3 mg/dl. Hal ini disebabkan
perubahan intrinsik ginjal akibat vasospasme yang hebat.
Kelainan ginjal yang dapat dijumpai berupa glomerulopati, terjadi karena
peningkatan permeabilitas terhadap sebagian besar protein dengan berat molekul
tinggi, misalnya: hemoglobin, globulin, dan transferin. Protein – protein molekul ini
tidak dapat difiltrasi oleh glomerulus.
7. Darah
Kebanyakan pasien pre-eklampsia mengalami koagulasi intravaskular (DIC) dan
destruksi pada eritrosit . Trombositopenia merupakan kelainan yang sangat sering,
biasanya jumlahnya kurang dari 150.000/μl ditemukan pada 15 – 20 % pasien. Level
fibrinogen meningkat pada pasien pre-eklampsia dibandingkan dengan pasien tekanan
darah normal. Jika ditemukan level fibrinogen yang rendah pada pasien pre-eklampsia,
biasanya berhubungan dengan terlepasnya plasenta sebelum waktunya (plasental
abruption).
Pada 10 % pasien dengan pre-eklampsia berat dapat terjadi HELLP syndrome yang
ditandai dengan adanya anemia hemolitik, peningkatan enzim hati dan jumlah platelet
rendah.
8. Sistem Endokrin dan Metabolisme Air dan Elektrolit
Pada pre-eklampsia, sekresi renin oleh aparatus jukstaglomerulus berkurang, proses
sekresi aldosteron pun terhambat sehingga menurunkan kadar aldosteron didalam darah.
Pada pasien pre-eklampsia kadar peptida natriuretik atrium juga meningkat. Hal ini terjadi
akibat ekspansi volume yang menyebabkan peningkatan curah jantung dan penurunan
resistensi vaskular perifer.
Pada pasien pre-eklampsia terjadi pergeseran cairan dari intravaskuler ke interstisial
yang disertai peningkatan hematokrit, protein serum, viskositas darah dan penurunan
volume plasma. Hal ini mengakibatkan aliran darah ke jaringan berkurang dan terjadi
hipoksia.
9
Pada Janin:
Penurunan aliran darah ke plasenta mengakibatkan gangguan fungsi plasenta. Hal ini
mengakibatkan hipovolemia, vasospasme, penurunan perfusi uteroplasenta dan kerusakan
sel endotel pembuluh darah plasenta sehingga mortalitas janin meningkat (Sarwono
prawirohardjo, 2009). Dampak pre-eklampsia pada janin, antara lain: Intrauterine growth
restriction (IUGR) atau pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion, prematur, bayi
lahir rendah, dan solusio plasenta.
PencegahanPrimer
Pencegahan primer merupakan cara yang terbaik namun hanya dilakukan bila
penyebab telah diketahui dengan jelas sehingga memungkinkan untuk menghindari atau
mengkontrol penyebab-penyebab tersebut. Hingga saat ini penyebab pasti terjadinya
preeklampsia masih belum diketahui sehingga pencegahan primer yang efektif sulit dilakukan
pada tahap ini. Dengan dapat mengidentifikasi faktor risiko preeklampsia dan
mengkontrolnya memungkinkan dilakukan pencegahan primer.
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan antara lain ialah mencapai berat badan ideal
sebelum konsepsi, pada hipertensi kronis mengontrol tekanan darah sebelum konsepsi dan
pengendalian diabetes melitus sebelum konsepsi dan selama kehamilan.
10
Pecegahan Sekunder
1. Istirahat
Berdasarkan penelitian yang didapat dari Cochrane, istirahat di rumah 4 jam/hari
bermakna menunrunkan risiko preeklampsia dibandingkan tanpa pembatasan aktivitas.
Dari 3 studi yang dilakukan, didapatkan hasil tidak ada perbedaan kejadian
preeklampsia, kematian perinatal, perawatan intensif pada kelompok yang melakukan
tirah baring di rumah dibandingkan istirahat di rumah sakit pada pasien preeklampsia.
2. Retriksi garam
Pada wanita hamil harus mengandung tinggi protein dan mineral-mineral. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya preeklampsia pertama kali
dengan pembatasan pemberian garam. Namun penelitian secara acak menunjukkan
manipulasi ini kurang efektif dalam mencegah terjadinya hipertensi dalam kehamilan.
3. Suplementasi kalsium
Suplementasi kalsium berhubungan dengan penurunan kejadian hipertensi dan
preeklampsia, terutama pada populasi dengan risiko tinggi untuk mengalami
preeklampsia dan yang memiliki diet asupan rendah kalsium. Suplementasi kalsium
yang adekuat. Tidak ada efek samping yang tercatat dari suplementasi ini.
Pencegahan Tersier
Asuhan antenatal yang baik merupakan bagian yang paling penting dalam pencegahan
tersier. Diperlukan sistem asuhan antenatal yang terorganisir dengan baik, sehingga alur
rujukan semua ibu hamil dengan risiko dapat berjalan dengan jelas dan lancar. Pencegahan
tersier berarti pencegahan dari komplikasi yang disebabkan oleh proses penyakit, sehingga
pencegahan ini merupakan tata laksana penanganan preeklampsia.
11
DAFTAR PUSTAKA
12
LAMPIRAN
13
14