Anda di halaman 1dari 2

Penerapan Greenroof Sebagai Salah

Satu Inovasi Mengurangi Dampak Global


Warming

Pemanasan global (global warming) semakin marak diperbincangkan akhir-


akhir ini. Bagaimana tidak, suatu bentuk ketidakseimbangan ekosistem di bumi
akibat terjadinya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan di
bumi ini bahkan dapat menyebabkan ketidakstabilan suhu dan iklim dan berakhir
pada kepunahan makhluk hidup di bumi.

Di Balikpapan sendiri, global warming belum menjadi perhatian khusus oleh


masyarakat. Kurangnya kepedulian masyarakat ini menimbulkan inovasi-inovasi
baru bermunculan untuk menarik minat masyarakat dalam turut serta berpartisipasi
memperbaiki kondisi lingkungan. Salah satunya dengan urban farming karena
selain memberikan kontribusi terhadap ketahanan panan perkotaan, urban farming
juga berkontribusi dalam penyelamatan lingkungan dengan menghasilkan O2dan
meningkatkan kualitas lingkungan kota.

Semakin marak pembangunan menyebabkan keterbatasan lahan di


Balikpapan, namun fungsi urban farming tetap dapat diaplikasikan dengan inovasi
Green Roof yang merupakan layer atau lapisan struktur konstruksi hijau yang
terdiri dari media pertumbuhan/tanah dan media tanaman diatas sebuah bangungan
(Canada Mortgage and Housing Corporation, 2006) Model green roof ini
merupakan modifikasi dari penggunaan lahan di daerah yang telah terbangun dan
sesuai diterapkan oleh bangunan-bangunan di perkotaan yang memiliki tingkat
kerapatan tinggi dan keterbatasan lahan.

Penerapan green roof memiliki peran penting dalam mengurangi global


warming sekaligus menciptakan isu sustainabilitas perkotaan dimana
menurut International Green Roof Association (IGRA) antara lain dapat membantu
mengurangi penyerapan panas ke dalam bangunan dengan efek shading dan proses
evapotranpirasi yang berfungsi untuk mendinginkan suhu udara di sekitar atap
bangunan dan mempengaruhi suhu termal ke dalam bangunan. Dapat
meningkatkan daya tahan atap bangunan dikarenakan perlindungan terhadap
tekanan radiasi ultraviolet, rasio ozon, dan hujan yang pada umumnya dapat
mempercepat proses kerusakan atap.
Green roof juga berperan dalam kontribusi terhadap manajemen air hujan
terutama storm water (air hujan yang tidak diserap ke dalam tanah) dimana green
roof dapat menyerap hingga 50%-60% ke dalam tanah mediumnya, setelah
penyerapan air hujan oleh tanaman, air tersebut akan dievaporasikan (diuapkan)
kembali ke udara dan sisanya akan disalurkan dalam pengelolaan air hujan seperti
tanki penyimpanan air sebagai cadangan air bagi tanaman dan dapat diolah
menjadi air bersih sehingga dapat dikonsumsi masyarakat yang tinggal di gedung
tersebut.

Green roof dibentuk atas beberapa lapisan di atas beton atap rumah agar
tanaman yang ditanam di atasnya dapat tetap terjaga, tentunya dengan perawatan
yang cukup rutin dari pemilik. Lapisan paling atas tentunya diisi oleh media
tanaman, lapisan kedua ada waterproofing (penahan air) sebagai penyerat, setelah
itu ada sekam padi sebagai media tumbuh dan melekatnya akar. Concentrate block
sebagai penguat lapisan dn kerikil sebagai saluran air yang mengalir dari atas
sehingga tidak mengikis beton yang dilapisi oleh screed sebelum berbatasan
dengan atap beton rumah.

Isu global warming semakin tahun semakin mengkhawatirkan karena dampak


yang berkepanjangan bagi seluruh masyarakat di dunia, oleh karena itu penerapan
inovasi untuk meminimalisir dampak global warming seperti green roof ini dapat
segera diterapkan di perkotaan-perkotaan Indonesia terutama Balikpapan yang juga
dapat berpengaruh pada tingkat kenyamanan hidup masyarakat karena adanya
pengganti RTH ini.

Anda mungkin juga menyukai