Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

DASAR KESEHATAN LINGKUNGAN

HUBUNGAN PENYAKIT ASMA DENGAN TEORI H.L BLUM DAN


KONSEP SEGITIGA EPIDEMIOLOGI

OLEH:

YUFEN LORENS ATI

1807010431

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
perkenanan-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Dasar Kesehatan
Lingkungan dengan judul Hubungan Penyakit Asma Dengan Teori H.L Blum Dan
Konsep Segitiga Epidemiologi. Penulis juga mengucapkan limpah terima kasih
kepada dosen mata pelajaran ini Ibu Dr.Marylin S. Junias, ST.,M.Kes yang telah
memberikan tugas ini.

Penulis sangat berharap dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat dan
memberikan edukasi kepada mahasiswa dan pembaca, namun dalam pembuatan
makalah ini tentu masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca guna memperbaiki makalah penulis pada kesempatan
lainnya.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat
untuk kita semua. Penulis yakin dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan, saran dan kritik dari pembaca sangat dibutuhkan untuk memperbaiki
makalah ini nantinya.

Kupang, 01 Maret 2019

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. 2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………..................................................3
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4
Latar Belakang .............................................................................................................. 4
Rumusan Masalah ......................................................................................................... 5
Tujuan Makalah ............................................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 6
Defenisi Asma .................................................................................................... 6
Faktor Penyebab Penyakit Asma ....................................................................... 7
Hubungan Penyakit Asma Dengan Teori H.L Blum ......................................... 8
Hubungan Penyakit Asma Dengan Konsep Segitiga Epidemiologi ................ 10
Upaya Preventif Dan Promotif ......................................................................... 14
BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 16
Kesimpulan ...................................................................................................... 16
Saran ................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 17
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asma merupakan masalah kesehatan dunia yang tidak hanya terjangkit di negara
maju tetapi juga di negara berkembang. Menurut data laporan dari Global Initiatif for
Asthma (GINA) pada tahun 2012 dinyatakan bahwa perkiraan jumlah penderita asma
seluruh dunia adalah tiga ratus juta orang, dengan jumlah kematian yang terus
meningkat hingga 180.000 orang per tahun (GINA,2012). Data WHO juga
menunjukkan data yang serupa bahwa prevalensi asma terus meningkat dalam tiga
puluh tahun terakhir terutama di negara maju. Hampir separuh dari seluruh pasien
asma pernah dirawat di rumah sakit dan melakukan kunjungan ke bagian gawat
darurat setiap tahunnya (Rengganis, 2008). Penyakit asma masuk dalam sepuluh
besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia.
Asma adalah penyakit inflamasi kronis saluran napas yang bersifat reversible
dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan
dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat
berubah-ubah secara spontan yang ditandai dengan mengi episodik, batuk, dan sesak
di dada akibat penyumbatan saluran napas (Henneberger dkk., 2011).
Pada umumnya penderita asma akan mengeluhkan gejala batuk, sesak napas, rasa
tertekan di dada dan mengi. Pada beberapa keadaan batuk mungkin merupakan satu-
satunya gejala. Gejala asma sering terjadi pada malam hari dan saat udara dingin,
biasanya bermula mendadak dengan batuk dan rasa tertekan di dada, disertai dengan
sesak napas (dyspnea) dan mengi. Batuk yang dialami pada awalnya susah, tetapi
segera menjadi kuat. Karakteristik batuk pada penderita asma adalah berupa batuk
kering, paroksismal, iritatif, dan non produktif, kemudian menghasilkan sputum yang
berbusa, jernih dan kental. Jalan napas yang tersumbat menyebabkan sesak napas,
sehingga ekspirasi selalu lebih sulit dan panjang dibanding inspirasi, yang mendorong
pasien untuk duduk tegak dan menggunakan setiap otot aksesori pernapasan.
Penggunaan otot aksesori pernapasan yang tidak terlatih dalam jangka panjang dapat
menyebabkan penderita asma kelelahan saat bernapas ketika serangan atau ketika
beraktivitas.
Asma mempunyai dampak yang sangat mengganggu aktivitas sehari-hari. Gejala
asma dapat mengalami komplikasi sehingga menurunkan produktifitas kerja dan
kualitas hidup (GINA, 2012). Pada penderita asma eksaserbasi akut dapat saja terjadi
sewaktu-waktu, yang berlangsung dalam beberapa menit hingga hitungan jam.
Semakin sering serangan asma terjadi maka akibatnya akan semakin fatal sehingga
mempengaruhi aktivitas penting seperti kehadiran di sekolah, pemilihan pekerjaan
yang dapat dilakukan, aktivitas fisik dan aspek kehidupan lain.
A. Rumusan Masalah
1. Apa itu penyakit Asma ?
2. Apa yang menyebabkan terjadinya Asma ?
3. Bagaimana hubungan Asma dengan teori H.L Blum ?
4. Bagaimana hubungan Asma dengan konsep segitiga epidemiologi ?
5. Bagaimana upaya preventif dan promotif pada penyakit Asma ?

B. Tujuan Makalah
1. Untuk menjelaskan apa itu penyakit Asma
2. Untuk menjelaskan penyebab terjadinya penyakit Asma
3. Untuk menjelaskan hubungan penyakit Asma dengan teori H.L Blum
4. Untuk menjelaskan hubungan penyakit Asma dengan konsep segitiga
epidemiologi
5. Untuk menjelaskan upaya preventif dan promotif pada penyakit Asma
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi Asma
Penyakit Asma berasal dari kata “Asthama” yang diambil dari bahasa Yunani yang
berarti “Sukar Bernafas”. Penyakit asma merupakan proses inflamasi kronik saluran
pernapasan yang melibatkan banyak sel dan elemennya. Proses inflamasi kronik ini
menyebabkan saluran pernapasan menjadi hiperesponsif, sehingga memudahkan
terjadinya bronkokonstriksi, edema, dan hipersekresi kelenkar, yang menghasilkan
pembaasan aliran udara di saluran pernapasan dengan manifestasi klinik yang bersifat
periodik berupa mengi, sesak nafas, dada terasa berat, batuk-batuk terutama pada
malam hari atau dini hari/subuh. Gejala ini berhubungan dengan luasnya inflamasi,
yang derajatnya bervariasi dan bersifat reversible secara spontan maupun dengan atau
tanpa pengobatan (GINA, 2011).
Penyakit asma merupakan penyakit keturunan, bila ada salah satu atau dua orang
tua, kakek, atau nenek menderita Asma maka bisa diturunkan ke generasi berikutnya.
Penyakit asma juga tidak dapat disembuhkan dan obat-obatan yang ada saat ini hanya
berfungsi menghlangkan gejala. Namun, dengan mengontrol penyakit Asma, penderia
bisa bebas dari gejala penyakit Asma yang menggangu, sehingga dapat menjalani
aktivitas hidup sehari-hari. Mengingat banyak faktor risiko yang berperan, maka
prioritas pengobatan penyakit asma sejauh ini ditujuksn untuk mengontrol gejala.
Kontrol yang baik ini diharapkan dapat mencegah terjadinya eksaserbasi (kumatnya
gejala penyakit asma), menormalkan fungsi paru-paru, memperbolehkan aktivitas
sosial yang baik dan meningkatkan kualitas hidup seseorang yang terkena penyakit
Asma.
B. Faktor Penyebab Penyakit Asma
Asma merupakan penyakit keturunan (Genetik). Seseorang berpeluang besar
terkena Asma jika salah satu atau kedua orang tuanya juga menderita Asma.
Meskipun begitu, ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi seseorang terkena
penyakit Asma. Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain:
1. Alergi, seperti bulu hewan, debu dan serbuk sari
2. Infeksi paru-paru dan saluran nafas yang umumnya disebabkan virus flu dan
demam.
3. Obat-obatan seperti obat anti inflamasi non steroid (obat peredah sakit) seperti
aspirin dan ibuprofen. Sebagai catatan aspirin sebaiknya tidak diberikan
kepada anak-anak dibawah usia 16 tahun.
4. Iritasi udara, seperti uap kimia, asap rokok, dan polusi udara.
5. Faktor cuaca, seperti cuaca dingin, berangin, cuaca panas, yang didukung
kualitas udara yang buruk, cuaca lembab, dan perubahan suhu yang drastis.
6. Makanan dan minuman yang mengandung sulfit (zat alamiah yang kadang-
kadang digunakan sebagai pengawet makanan) seperti selai, makanan olahan,
makanan setengah matang, dan minuman sari buah kemasan.
7. Olahraga (kadag-kadang gejala Asma menjadi lebih buruk saat penderitannya
melakukan olahraga).
8. Kondisi dalam ruangan, seperti ruangan yang lembab atau berjamur, ruangan
yang berdebu, serta pengunaan pengharum ruangan yang terkadang dapat
memicu seseorang batuk-batuk sehingga menyebabkan iritasi pada paru-paru.
9. Faktor emosi seperti stress atau tertawa (Ketika kita berada dalam situasi
stress, diafragma justru merata sehingga kita mulai bernapas dengan cepat dan
dangkal. Pernapasan dangkal menyebabkan paru-paru tidak mendapatkan
porsi yang maksimal dari udara beroksigen. Akibatnya, Anda jadi sesak
napas. Reaksi panik dan ketidaknyamanan karena tidak bisa bernapas normal
kemudian membuat tingkat stress, tekanan darah, dan kecemasan Anda makin
menjadi-jadi.
10. Alergi terhadap makanan tertentu yang dapat menyebabkan penderita Asma
mengalami reaksi anaflaksi, misalnya alergi kacang-kacangan.

C. Hubungan Penyakit Asma Dengan Teori H.L Blum

Gambar oleh: emeralda, 2014I

Menurut H.L Blum, ada 4 faktor yang memengaruhi status derajat kesehatan
masyarakat atau perorangan. Faktor-faktor tersebut dapat dihubungkan dengan
penyakit Asma, hubungan tersebut digambarkan sebagai berikut:

1. Lingkungan
Lingkungan memiliki pengaruh dan peranan terhadap penyebab timbulnya
penyakit Asma. Emisi bahan bakar kendaran bermotor dan asap hasil industri
merupakan penyebab utama penyakit Asma dari segi lingkungan. Selain itu
udara dingin juga dapat menyebabkan penyakit Asma.
Misalkan paparan lingkungan dalam ruangan dan allergen memainkan
peranan penting terjadinnya penyakit Asma. Asap rokok atau emisi bahan
bakar di lingkungan sekitar rumah merupakan faktor yang menyebabkan
timbulnya Asma. Didalam asap hasil pembakaran kendaraan terdapat zat CO
yang terlalu banyak dan apabila terhirup terus menerus makan seseorang yang
semula telah terkena infeksi saluran pernapasan akan mengalami sesak nafas
secara berkelanjutan apabila hari-harinya terpapar asap karbon tersebut.
Karbon monoksida merupakan bahan pencemar udara terbesar yang
dihasilkan dari pembuangan bahan bakar bermotor. Disamping itu juga
terdapat banyak zat - zat berbahaya hasil pembuangan gas kendaraan
bermotor seperti Timbal (Pb), Nitrogen dioksida (NO2), Karbon dioksida
(CO2).
Begitu pula dengan lingkungan rumah yang terdapat banyak debu
sedangkan didalam debu tersebut terdapat macam-macam zat dan organisme
dan salah satunya adalah tungau debu rumah. Tungau ini menghasilkan suatu
allergen yang pada orang yang rentan dapat menyebabkan alergi atau reaksi
hipersensitivitas tipe 1. Pada lingkungan sekitar yang terpapar asap rokok juga
akan mempengaruhi sistem pernapasan seseorang. Seseorang yang terpapar
asap rokok dapat berpengaruh pada proses patologi yaitu dapat memperburuk
proses inflamasi, berpengaruh pada fisiologi asma yaitu mengakibatkan
bronkokosntriksi akut,menurunnya fungsi paru-paru dengan menurunnya
VEP1.
2. Perilaku
Perilaku merupakan faktor kedua yang mempengaruhi derajat kesehatan
karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan individu, keluarga, dan
masyarakat sangat tergantung pada perilaku masyarakat itu sendiri. Perilaku
yang berkaitan erat dengan asma dapat berupa gaya hidup, pola makan,
maupun kebiasaan merokok.
Dengan berkembangnya zaman orang-orang banyak yang memilih gaya
hidupnya masing-masing ada yang memilih tetap pada zaman terdahulu ada
yang memilih mengikuti perkembangan zaman. Misalnya gaya hidup terbiasa
tidur dengan menggunakan AC atau kipas angin kebiasaan ini tentu sangat
memberikan risiko yang tinggi sehingga seseorang akan sangat dengan mudah
terkena penyakit Asma. Kelembaban udara dan ruangan yang berlebihan
dapat memicu Asma itu kambu pada seseorang yang telah terkena Asma.
Kebiasaan merokok atau mendekati seseorang yang merokok juga dapat
menimbulkan infeksi saluran pernapasan sehingga seseorang yang telah
terkena asma sangat tidak boleh terpapar asap rokok karena itu dapat
memperparah keadaan orang tersebut.
3. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat
menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap
penyakit, pengobatan dan perawatan serta kelompok masyarakat yang
memerlukan pelayanan kesehatan. Begitu juga dengan Asma, penderita Asma
juga sangat memerlukan pelayanan kesehatan yang memadai agar derajat
kesehatan meningkat.
4. Genetik
Genetik atau keturunan merupakan faktor yang sudah ada dalam tubuh
manusia yang dibawah sejak lahir. Misalnya dari golongan penyakit
keturunan seperti Asma, seseorang berpeluang besar terkena Asma jika salah
satu dari kedua orang tuanya juga memiliki riwayat menderitat Asma.
D. Hubungan Penyakit Asma Dengan Konsep Segitiga Epidemiologi
Segitiga epidemiologi merupakan konsep dasar epidemiologi yang memberi
gambaran tentang hubungan interaksi antara tiga faktor yang berperan dalam
terjadinya penyakit dan masalah kesehatan lainnya. Faktor tersebut antara Host
(penjamu), agent (penyebab), dan Environment (lingkungan).
Gambar diatas, merupakan keadaan seimbang interaksi antara Host, Agent, dan
Environment sehingga menimbulkan seseorang tidak berisiko Asma. Meskipun
dalam keadaan seimbang tetapi pada peristiwa yang dikenal periode Prepatogenesis,
pada tahap ini individu dalam keadaan sehat/normal tetapi mereka pada dasarnya
peka terhadap kemungkinan terganggu oleh serangan agent penyakit Asma. Tetapi
interaksi ini masih terjadi diluar tubuh. Pada tahap ini juga belum ada tanda-tanda
sakit sampai sejauh ini daya tahan penjamu masih kuat.
Keadaan di masyarakat dikatakan ada masalah kesehatan jika terjadinya
ketidakseimbangan antara Host, Agent, dan Environment. Pada saat terjadinya
ketidakseimbangan antara Host, Agent, dan Environmentakan menimbulkan penyakit
pada individu atau masalah kesehatan di masyarakat.

Risiko penyakit
Asma

Berikut ini adalah hubungan antara penyakit Asma dengan segitiga epidemiologi:
a) Host
Host (penjamu) adalah semua faktor yang terdapat pada manusia yang
dapat mempengaruhi timbulnya satu perjalanan penyakit, termasuk
penyakit Asma. Host erat hubungannya dengan manusia sebagai makhluk
biologis dan manusia sebagai makhluk sosial sehingga manusia dapat
terjangkit penyakit. Seperti yang telah dijelaskan diatas mengenai periode
prepatogenesis. Pada tahap ini terdapat periode pathogenesis dimana
interaksi antara ketiga faktor yaitu Host, Agent, dan Environment tidak
seimbang sehingga individu mudah terkena penyakit Asma. Perubahan
yang terjadi dapat berupa perubahan faktor Host dimana jumlah orang
yang rentan terhadap suatu faktor agent penyebab penyakit Asma
meningkat. Misalnya: peningkatan jumlah anak yang rentan terhadap
penyakit Asam karena riwayat Asma yang diderita oleh orang tua.

b) Agent
Pada tahap ini, jika seseorang dengan kekebalan tubuh kuat makan
faktor yang menyebabkan penyakit Asma tidak akan berkembang didalam
tubuhnya. Akan tetapi, jika sistem kekebalan tubuh tidaklah mendukung
maka individu akan mudah menyerang.
Dari gambar diatas kita dapat menarik kesimpulan bahwa terdapat
faktor penyebab Asma yang berkembang atau bertambah dalam
menginfeksi Host atau individu (timbulnya penyakit akibat bibit penyakit
Asma meningkat. Misalnya: tungau debu rumah banyak ditemukan pada
lingkungan rumah ditambah riwayat Asma yang diderita oleh orang tua
memungkin seorang anak dapat berisiko terinfeksi penyakit Asma.
Agent (penyebab) adalah suatu substansi tertentu yang keberadaannya
atau ketidakseimbangannya diikuti kontak efektif pada manusia dapat
menimbulkan penyakit atau mempengaruhi perjalanan suatu penyakit
bermacam-macamnya berupa golongan biotis (unsur hidup) dan golongan
abiotis (unsur mati). Penyakit asma ditimbulkan oleh golongan abiotis,
yaitu golongan kimiawi yang berupa limbah maupun polusi industri.
Faktor penyebab Asma antara lain :
1. Alergen dari debu, bulu binatang, kecoa, jamur, dan serbuok sari
dari pohon, rumput, dan bunga
2. Iritan seperti asap rokok, polusi udara, bahan kimia atau debu di
tempat kerja, senyawa dalam produk dekorasi rumah, dan
semprotan (seperti hairspray)
3. Obat-obatan seperti aspirin atau obat anti-inflamasi nonsteroid lain
dan nonselektif beta-blocker
4. Sulfit dalam makanan dan minuman
5. Infeksi virus pernapasan bagian atas, seperti pilek
6. Aktivitas fisik, termasuk olahraga
c) Environment
Faktor perubahan lingkungan merupakan faktor pendukung dari adanya
penyakit Asma. Lingkungan memiliki pengaruh dan peranan terhadap
penyebab timbulnya penyakit Asma. Perubahan pada lingkungan yang
menyebabkan mudahnya penyebaran dari Agent dan perubahan pada
lingkungan yang menyebabkan perubahan pada kerentanan Host.
Contohnya bertambahnya penyakit Asma pada musim penghujan dan
infeksi saluran pernapasan meningkat bersamaan dengan meningkatnya
polusi udara.
Faktor Lingkungan, meliputi:
1. Alergen dalam ruangan (tungau debu rumah, kucing, dan
alternaria/jamur).
2. Alergen di luar ruangan (alternaria, tepung sari)
3. Makanan (bahan penyedap, pengawet, pewarna makanan, kacang,
coklat, makanan laut, susu sapi, telur)
4. Obat-obatan tertentu (golongan aspirin, NSAID, β blocker dll)
5. Bahan yang mengiritasi (misalnya parfum, household spray dll)
6. Ekspresi emosi berlebih
7. Asap rokok (perokok aktif dan pasif)
8. Exercised induced asthma. Mereka yang asmanya kambuh ketika
melakukan aktivitas tertentu, tergantung jenis aktivitas yang
dilakukan serta keadaan udara di tempat melakukan aktivitas.
9. Perubahan cuaca
10. Tempat tinggal. Orang yang tinggal di daerah industri lebih
berisiko

E. Upaya Preventif Dan Promotif

Pencegahan dan tindakan dini harus menjadi tujuan utama dalam menangani asma
pada anak. Pengendalian lingkungan, ASI eksklusif, penghindaran makan berpotensi
alergenik, pengurangan pajanan terhadap tungau debu rumah dan rontokan bulu
binatang, terbukti mengurangi manifestasi alergi makanan khususnya dermatitis
atopik pada bayi, juga asma. Penggunaan antihistamin non sedative seperti ketotifen
dan seftirizin jangka panjang dapat mencegah terjadinya asma pada anak dengan
dermatitis atopic.
Pengendalian lingkungan harus dilakukan untuk setiap penderita asma.
Penghindaran terhadap asap rokok merupakan rekomendasi penting. Keluarga yang
mempunyai anak dengan asma dianjurkan tidak memelihara binatang berbulu (seperti
anjing, kucing, burung). Perbaikan ventilasi ruangan, dan penghindaran kelembaban
kamar perlu untuk anak yang sensitif terhadap debu rumah dan tungaunya.
Perlu ditekankan bahwa anak yang sensitif terhadap debu rumah sering kali
menderita rhinitis alergi dan atau sinusitis yang membuat Asmanya sukar
dikendalikan, deteksi dan diagnosis kedua kelainan ini yang diikuti dengan terapi
adekuat akan memperbaiki gejala Asmanya.
BAB III
PENUTUP

I. Kesimpulan
Penyakit asma merupakan penyakit keturunan, bila ada salah satu atau dua orang
tua, kakek, atau nenek menderita Asma maka bisa diturunkan ke generasi berikutnya.
Namun, dengan mengontrol penyakit Asma, penderia bisa bebas dari gejala penyakit
Asma yang menggangu sehingga dapat menjalani aktivitas hidup sehari-hari.
Menurut H.L Blum, ada 4 faktor yang memengaruhi status derajat kesehatan
masyarakat atau perorangan antara lain: lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan,
dan genetik atau keturunan.
Berikut ini adalah hubungan antara penyakit Asma dengan segitiga epidemiologi:
a) Host
Host (penjamu) adalah semua faktor yang terdapat pada manusia yang
dapat mempengaruhi timbulnya satu perjalanan penyakit, termasuk
penyakit Asma.
b) Agent
Agent (penyebab) adalah suatu substansi tertentu yang keberadaannya
atau ketidakseimbangannya diikuti kontak efektif pada manusia dapat
menimbulkan penyakit atau mempengaruhi perjalanan suatu penyakit.
c) Environment
Lingkungan memiliki pengaruh dan peranan terhadap penyebab timbulnya
penyakit Asma.

Pencegahan dan tindakan dini harus menjadi tujuan utama dalam menangani asma
pada anak. Pengendalian lingkungan, ASI eksklusif, penghindaran makan berpotensi
alergenik, pengurangan pajanan terhadap tungau debu rumah dan rontokan bulu
binatang, terbukti mengurangi manifestasi alergi makanan khususnya dermatitis
atopik pada bayi, juga asma. Pengendalian lingkungan harus dilakukan untuk setiap
penderita asma. Penghindaran terhadap asap rokok merupakan rekomendasi penting.

II. Saran
Karena lingkungan merupakan faktor ypaling besar memberikan risiko bagi
seseorang terkena penyakit Asma maka dari itu sangat disarankan memperhatikan
sanitasi lingkungan baik itu lingkungan rumah atau lingkungan sekitar tempat anda
tinggal, perhatikan juga kebersihan perorangan. Dengan memperhatikan kebersihan
hal-hal diatas maka risiko seseorang terkena penyakit Asma akan lebih kecil.
DAFTAR PUSTAKA

FKM UNDIP. 2012. Hubungan Kondisi Fisik Lingkungan Rumah dengan Kejadian
Asma di Wilayah Kerja Puskesmas Bulu Lor Kecamatan Semarang Utara,
Volume 1, Nomor 2,Halaman 493 – 503. Jakarta: FKM UNDIP

N, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta: Rhineka


Cipta.

World Health Organization. 2011. WHO Reports On The Global Tobacco


Epidemic. Geneva: WHO.

IndoDATIN. 1 mei. You Can Control Your Asthma.

Bustan, M. 2012. Pengantar Epidemiologi.Jakarta: Rhineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai