Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

MANAJEMEN PEMBANGKITAN

Disusun oleh : Asep Kurniawan


fakultas Teknik Elektro
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wataala, karena rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul Manajemen Pembangkitan guna memenuhi tugas mata kuliah
Konversi Energi Listrik. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam menyelesaikan makalah ini sehingga dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat
untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Depok, 22 maret 2019
Penyusun

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

. DAFTAR ISI
1. PENDAHULUAN.
2. PEMBAHASAN 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 2.11 Manajemen Operasi Manajemen
Pemeliharaan.. Suku Cadang.. Laporan Pemeliharaan Laporan Kerusakan Laporan dan Analisis Gangguan
Manajemen Logistik.. Penghapusan Aktiva Tetap. Pembinaan Sumber Daya Manusia (SDM) Pengujian
Instalasi Baru atau Alat Baru. Riset dan Pengembangan
3. LEMBAR PERTANYAAN DAFTAR PUSTAKA.

BAB 1 PENDAHULUAN.

Listrik merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena manusia dalam menjalankan
aktivitasnya tidak akan terlepas dari kebutuhan terhadap listrik. Mulai dari perseorangan sampai
perindustrian, memiliki kebutuhan yang besar tehadap listrik sehingga lahirlah industri pembangkitan
listrik. Pembangkitan energi listrik merupakan kegiatan yang berlangsung selama 24jam per hari tujuh hari
dalam sepekan karena seperti yang diketahui bahwa energi listrik dibutuhkan setiap harinya. Untuk dapat
memenuhi kebutuhan tersebut maka diperlukan sebuah pengaturan yang baik mengenai pembangkitan.
Menurut salah seorang ahli ekonomi, Ricky W. Griffin, manajemen adalah sebuah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara
efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara
efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
Berdasarkan pemahaman tersebut, maka untuk memperoleh sistem pembangkitan yang baik maka perlu
adanya perencanaan, pengaturan, dan pengkoordinasian yang baik antarelemen yang terkait. Pada bagian
ini akan dijelaskan bagaimana manajemen pembangkitan yang baik yang meliputi manajemen operasi,
manajemen pemeliharaan, manajemen bahan bakar, manajemen suku cadang, dan aplikasi peralatan dan
metode kerja yang baru.

BAB 2 PEMBAHASAN.

2.1 Manajemen OperasiPenyediaan tenaga listrik kontinu selama 24 jam sehari maka dari itu diperlukan
sebuah manajemen operasi yang tertib agar kegiatan penyediaan energi listrik tidak terhambat. Salah
satunya dengan menyusun metode kerja shift, yang mana mampu memenuhi kebutuhan petugas untuk
beroperasi selama 24 jam. Umumnya dalam terdapat lima shift sehingga dapat diberikan istirahat sekali
dalam satu minggu untuk setiap shift selama 24 jam penuh. Dalam operasi pembangkitan, sebelumnya
perlu dilakukan perencanaan beban agar pengaturan distribusi beban dari pusat listrik ke pusat pengatur
beban dapat diatur dengan sesuai. Jika diringkas dalam sebuah alur skematik maka hubungan antara pusat
listrik dan pusat pengatur beban adalah sebagai berikut
Pusat pengatur beban membuat perkiraan beban
Interkoneksi
Membagikan jatah beban ke pusat listrik
Pusat listrik merencanakan kinerja unit pembangkit untuk memenihi kebutuhan beban
Dalam operasi pembangkit dilakukan pencatatan besaran-besaran tertentu yaitu : a. Besaran yang
berhubungan dengan keamanan peralatan, yaitu arus, tegangan, daya, suhu, tekanan, dan getaran. b.
Besaran yang berhubungan dengan kinerja peralatan, yaitu energi(kWh) dan pemakaian bahan bakar atau
air jika pada PLTA. Pencatatan besaran tersebut dapat dilakukan secara manual maupun secara otomatis
dengan menggunakan alat recorder atau komputer. Tujuan pencatatan ini adalah untuk data yang nantinya
dapat digunakan untuk menganalisa kinerja alat yang nantinya dapat dijadikan dasar dalam transaksi jual
beli energi, pengawasan bahan bakar, dan mengetahui efisiensi unit pembangkit dalam jaringan. Selain itu,
data pencatatan tadi dapat digunakan untuk menganalisa perkembangan sistem, dimana hasil analisa data
tersebut diperlukan untuk membuat rencana pengembangan sistem.
2.2
Manajemen Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan dengan beberapa tujuan, yaitu 1. Mempertahankan Efisiensi Jika untuk
pembangkitan 10KV listrik membutuhkan bahan bakar bensin sebanyak 50 liter bensin, maka diharapkan
dengan adanya pemeliharaan alat efisiensi tersebut tidak mengalami penurunan. 2. Mempertahankan
Keandalan Keandalan ini dimaksudkan seperti misalkan bantalan pada pembangkit dibiarkan saja, maka
lama-kelamaan akan kotor dan kering sehingga akan menyebabkan kinerja pembangkit yang tidak
maksimal. Maka dari itu dibutuhkan adanya pemeliharaan agar alat tetap dala kondisi baik. 3.
Mempertahankan Umur Ekonomis Misalkan generator yang bekerja terus-menerus diperkirakan umur
ekonomisny adalah 10 tahun, maka bila tidak ada pemeliharaan yang baik pencapaian umur alat tersebut
tidak akan mencapai 10 tahun karena akan muncul kerusakan-kerusakan pada bagianbagiannya.
Dalam perkembangannya pemeliharaan berdasarkan waktunya adanya dua jenis, yaitu a. Pemeliharaan
Periodik Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan menurut periode waktu tertentu berdasarkan buku
petunjuk alat dari pabrik pembuat alat tersebut. b. Pemeliharaan Prediktif Kegiatan pemeliharaan yang
dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan dalam skala besar yang didasarkan pada adat dan
informasi yang menyangkut alat yang akan dipelihara. Contoh beberapa jenis catatan besaran-besaran yang
dicatat pada proses pemeliharaan, yaitu 1. Tahanan isolasi Misalkan dari hasil pengukuran tahanan isolasi
tiap bulannya ternyata nila tahanan isolasi cenderung menurun maka dari data tersebut dapat ditentukan
waktu pemeliharaan isolasi. 2. Sinar Inframerah Sinar inframerah yang dipancarkan oleh suatu alat juga
dapat menggambarkan suhu dari bagian alat tersebut. Kamera inramerah merupakan alat yang dapat
dimanfaatkan untuk menganalisis kondisi bagian alat. Misalkan jika pada sebuah lat difoto lalu pada hasil
foto terlihat adanya bagian yang lebih terang disbanding yang lain maka suhu pada bagian tersebut berarti
lebih tinggi daripada suhu pada bagian yang lain. 3. Kandungan air Pengamatan kandungan air dilakukan
pada minyak transformator bersamaan dengan pengamatan tegangan tembusnya. Pada umumnya tegangan
tembus aka menurun jika kandungan air pada minyak naik. Penanganannya dapat dilakukan dengan
penyaringan untuk membuang kotoran dan pemanasan untuk menghilangkan kandungan air.

2.3
Suku CadangSuku Cadang diperlukan untuk menggantikan bagian-bagian tertentu dalam pemeliharaan
unit pembangkit. Suku cadang pada dasarnya dibagi atas dua kategori, yaitu : 1. Consumable Parts
Merupakan suku-suku cadang yang pasti akan digunakan atau dikonsumsikan setelah waktu tertentu.
Contohnya seperti busi mesin bensin mobil yang setelah jam pemakaian tertentu harus diganti. Begitu pula
dengan elemen saringan minyak pelumas (filter cartridge)yang terbuat dari kertas yang setelah jam
pemakaian tertentu harus diganti. Apabila tidak diganti, maka tekanan minyak pelumas akan turun dan
membahayakan bantalan yang menerima minyak pelumas. Bantalan (bearing) juga merupakan consumable
parts. Karena setelah melampaui jam operasi tertentu menjadi aus (worn) dan harus segera diganti. 2.
Spare Parts Merupakan suku yang dicadangkan untuk menggantikan suku yang mengalami kerusakan yang
tidk dapat diperkirakan sebelumnya kapan akan terjadi. Pada dasarnya apabila pengoperasian unit
pemabangkit dilakukan secara benar maka kerusakan unit pembangkit tidak akan terjadi. Contoh dari spare
parts adalah cylinder head mesin diesel, sudu-sudu turbin, dan kumparan stator generator.

2.4
Laporan PemeliharaanLaporan pemeliharaan khususnya pemeliharaan besar (overhaul) haruslah memuat
hal-hal
sebagai berikut: 1. Tanggal Pelaksanaan Hal ini diperlukan untuk : Membandingkan pelaksanaan
pemeliharaan dengan rencananya Jika ada penyimpangan terhadap rencana, harus dijelaskan penyebabnya
Membandingkan pelaksanaan pemeliharaan kali ini dengan pelaksanaan pemeliharaan sebelumnya. 2.
Pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan Pekerjaan pemeliharaan umumnya sebagai berikut: Membaongkar
atau membuka unit-unit tertentu dari pembangkit.
Memeriksa secara visual atau menggunaklan instrument terhadap bagianbagian yang telah dibuka tadi.
Melakukan pembersihan bagian-bagian alat atau instalasi. Melakukan penggantian suku-suku tertentu serta
melakukan perbaikanperbaikan Melakukan penyetelan atau peneraan alat-alat ukur alat-alat control dan
alat-alat proteksi. Menutup Kembali bagian yang telah dibuka Melakukan uji coba dan mebandingkan
kinerja unit pembangkit sebelum dan sesudah menjalani pemeliharaan
3. Penggunaan suku-suku serta material dalam melaksanaka pekerjaan pemelihaaran, volume maupun
harganya. 4. Penggunaan Tenaga Kerja yang melaksanakan pekerjaan pemeliharaan, baik hari, orangnya
beserta klasifikasi dan biayanya. 5. Rekomendasi untuk operasi dan pemeliharaan yang akan datang 6.
Perhitungan biaya pemeliharaan dalam rupiah per kWh, yaitu jumlah pemeliharaan kali ini dibagi dengan
jumlah produksi kWh dalam selang waktu antara pemeliharaan sebelum ini dengan pemeliharaan ini.

2.5
Laporan KerusakanKerusakan merupakan hal yang tidak dikehendaki untuk terjadi, tettapi dalam
praktiknya
tidak dapat dihindarkan. Oleh karena itu setiap kerusakan harus dianalisis penyebabnya dengan harapan
agar tidak terulang lagi kejadian yang sama. Untuk dapat menganalisis penyebab kerusakan, diperluka
laporan kerusakan yang memadai. Oleh karena itu, laporan kerusakan harus berisi tentang hal-hal sebagai
berikut :
1. Tanggal dan jam terjadinya kerusakan 2.
2. Situasi sistem tenaga listrik sewaktu terjadi kerusakan
3. 3. Data dan informasi mengenai kerusakan yang sudah pernah terjadi sebelumnya
4. Parameter-parameter, seperti arus, tegangan,daya, suhu, tekanan, dan lain-lain yang berkaitan
dengan alat yang rusak, sebelum dan sesudah kerusakan terjadi. 5. Jika memyamgkut kerusakan unit
pembangkit, maka lapiran overhaul (pemeliharaan besar) yang terakhir perlu dilampirkan. Beberapa
kerusakan berat beserta penyebabnya adalah sebagai berikut: 1. Kerusakan Sudu-sudu Turbin PLTU
Penyebab Kerusakan: Kebocoran kondensor yang menyebabkan air laut pendingin masuk ke dalam sirkuit
uap sehingga garam laut (NaCl) ikut dalam uap dan menggigit sudu-sudu turbin uap sampai akhirnya rusak
Langkah Pencegahan: Unit PLTU harus segera dihentika apabila ada tanda-tanda air laut masuk ke dalam
sirkuit uap. Hal ini terlihat daari naiknya daya hantar listrik air ketel. Air ketel harus dibersihkan dari
kontaminasi NaCl dan kebocoran kondensor harus diperbaiki. 2. Poros Engkol Mesin Diesel Patah
Penyebab Kerusakan: Bantalan Utama (main bearing) dari poros engkol aus dan tidak diganti dengan yang
baru sehingga defleksi poros engkol menjadi besar. Ini mengakibatkan poros engkol mengalami getaran
besar dan patah. Langkah Pencegahan: Defleksi poros engkol harus selalu dikontrol sebulan sekali dan
defleksi ini harus diperbaiki dengan mengganti bantalan uatama yang aus.
3. Cylinder Head Mesin Diesel Retak Penyebab Kerusakan: Pengabut BBM fungsinya kuran baik sehingga
pembuatan BBM dalam silinder tidak sempurna dan terjasi hot spot pada cylinder head yang menimbulkan
keretakan. Langkah Pencegahan: Mengganti pengabut tersebut dengan yang baik atau menyetelnya supaya
fungsinya normal kembali.
4. Sudu-sudu turbin gas rusak Penyebab Kerusakan: Kompresor kotor sehingga tekanan udara yang
dihasilkannya kurang besar dan tdapat terjadi overheating pada pengabut.
Langkah Pencegahan: Kompresor dibersihkan dan saluran udaranya diganti serta memperbaiki pengabut.
5. Kerusakan Saluran Air di sisi hilir PLTA Penyebab Kerusakan: Tanah longsor di tepi saluran air sisi
PLTA. Sehingga menimbulkan permukaan air naik sehingga masuk ke dalam ruang turbin dserta
generator. Langkah Pencegahan: Memasang Talud yang cukup kuat serta menanam tanaman pencegah
tanah longsor.
6. Lilitan stator generator Terbakar Penyebab Kerusakan: Terjadi gangguan pada saluran keluar pusat
listrik yang berdekatan dengan generator. Langkah dihilangkan. Pencegahan: Penyebab gangguan saluran
penggunaan harus
7. Transformator Penaik Tegangan Rusak Penyebab Kerusakan: lilitan kumparan rusak dan bushing
transformatornya rusak karena kebocoran yang menyebabkan hubung singkat. Langkah Pencegahan:
Kondensator kosentris dari kertas harus secara periodic diperiksa dan apabila ada gejala kebocoran harus
segera diganti.
8. Lilitan stator motor Listrik Terbakar Penyebab Kerusakan: beban lebih dan isolasi bocor. Langkah
Pencegahan: Relai proteksi arus lebih dari motor harus di cek dan distel secara periodik dan diganti apabila
perlu dan tahanan isolasi pada kumparan stator harus secara periodic diukur, terutama setelah motor lama
berhenti.
9. Pemutus Tenaga Meledak/Rusak Penyebab Kerusakan: Arus hubung singkat melampaui kemampuan
pemutus tenaga(PMT)
Langkah Pencegahan: PMT diganti dengan yang mempunyai kemampuan pemutus arus hubung singkat
yang lebih besar.
2.6
Laporan dan Analisis GangguanGangguan pada pembangkitan merupakan kejadian yang menyebabkan
PMT trip tidak
atas kehendak (tindakan) operator. Karena dalam suatu sistem pembangkitan melibatkan banyak
komponen dan sangat kompleks, maka ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan gangguan pada
pembangkitan, antara lain:
1. Faktor manusia Faktor ini terutama menyangkut kesalahan atau kelalaian dalam memberikan perlakuan
pada sistem. Misalnya, salah menyambung rangkaian, keliru dalam mengkalibrasi suatu piranti
pengamanm dan sebagainya.
2. Faktor internal Faktor ini menyangkut gangguan-gangguan yang berasal dari sistem itu sendiri.
Misalnya, usia pakai (ketuaan), keausan, dan sebagainya. Hal ini dapat mengurangisensitivitas relay
pengaman, juga mengurangi daya isolasi peralatan listrik lainnya.
Berdasarkan sifatnya, gangguan terdiri dari dua jenis, yaitu: 1. Gangguan bersifat temporer gangguan
dikatakan temporer apabila PMT trip dan jika dimasukkan lagi keadaannya normal kembali. Walaupun
gangguan bersifat temporer, namun jika menyangkut unit pembangkit yang besar, maka dapat
menimbulkan gangguan beruntun dan menimbulkan pemadaman yang luas dalam sistem.

2. Gangguan bersifat permanen gangguan dikatakan permanen apabila PMT dimasukkan setelah trip, PMT
ini akan trip kembali setelah dimasukkan. Hal ini terjadi karena adanya kerusakan
dalam instalasi yang menimbulkan hubung singkat yang perlu diperbaiki terlebih dahulu sebelum PMT
dapat dimasukkan kembali secara normal.
Sementara itu, apabila ditinjau dari segi sifat dan penyebabnya, maka gangguan pun akan dikelompokkan
menjadi: 1. Tegangan lebih atau over voltage Tegangan lebih merupakan suatu gangguan akibat tegangan
pada sistem tenaga listrik lebih besar dari yang seharusnya. Gangguan tegangan lebih dapat terjadi karena
kondisi eksternal dan internal pada sistem. 1. Kondisi Ekternal Kondisi ini terutama akibat adanya
sambaran petir. Petir terjadi disebabkan oleh terkumpulnya muatan listrik, yang mengakibatkan
bertemunya muatan positif dan negatif. Pertemuan ini berakibat terjadinya beda tegangan antara awan
bermuatan positif dengan muatan negatif, atau awan bermuatan positif atau negatif dengan tanah. Bila
beda tegangan ini cukup tinggi, maka akan terjadi locatan muatan listrik dari awan ke awan atau dari awan
ke tanah.
2. Kondisi Internal Hal ini terutama karena isolasi akibat perubahan yang mendadak dari kondisi rangkaian
atau karena resonansi. Misalnya, operasi hubung pada saluran tanpa beban, perubahan beban yang
mendadak, operasi pelepasan pemutus tenaga yang mendadak akibat hubungan singkat pada jaringan,
kegagalan isolasi, dan sebagainya.
2. Hubung singkat Hubung singkat adalah terjadinya hubungan penghantar bertegangan atau penghantar
tidak bertegangan secara langsung tidak melalui media
(resistor/beban) yang semestinya sehingga terjadi aliran arus yang tidak normal (sangat besar). Hubung
singkat merupakan jenis gangguan yang sering terjadi pada sistem pembangkitan, terutama pada saluran 3
fase. Meskipun semua komponen peralatan listrik selalu diisolasi dengan isolasi padat, cair (minyak),
udara, gas, dan sebagainya. Namun karena usia pemakaian, keausan, tekanan mekanis, dan sebab-sebab
lainnya, maka kekuatan isolasi pada peralatan listrik bisa berkurang atau bahkan bisa hilang sama sekali.
Hal ini akan mudah menimbulkan hubung singkat.
3. Beban lebih atau over load Beban lebih merupakan gangguan yang terjadi akibat konsumsi energi
melebihi energi listrik yang dihasilkan pada pembangkit. Gangguan beban lebih sering terjadi terutama
pada generator dan transformator daya. Ciri dari beban lebih adalah terjadinya arus lebih pada komponen.
Arus lebih ini dapat menimbulkan pemanasan yang berlebihan sehingga bisa menimbulkan kerusakan pada
isolasi.
4. Daya balik atau reverse power Daya balik merupakan suatu gangguan berubah fungsi generator menjadi
motor (beban) pada sistem pembangkit tenaga listrik. Gangguan ini terjadi pada sistem tenaga listrik yang
terintegrasi (interconnected system). Pada kondisi normal, generator-generator yang tersambung paralel
akan bekerja secara serentak dalam membangkitkan tenaga listrik. Namun karena sesuatu sebab, misalnya
gangguan hubung singkat yang terlalu lama, gangguan medan magnet, dan sebagainya, maka akan terjadi
ayunan putar rotor sebagian dari generator pada sistem tersebut. Ayunan bisa lebih cepat atau lebih lambat
dari putaran sinkron. Hal ini menyebabkan sebagian generator menjadi motor dan sebagian berbeban lebih.
Dengan demikian, terjadi tenaga listrik yang terbalik, yaitu generator yang seharusnya menghasilkan
tenaga listrik, justru berbalik menjadi motor yang menyerap tenaga listrik. Kejadian ini akan terjadi pada
sistem tegangan tinggi atau ekstra tinggi yang lebih luas.
Sistem pembangkitan dikatakan baik apabila dapat mencatu dan menyalurkan tenaga listrik ke konsumen
dengan tingkat keandalan yang tinggi. Keandalan di sini meliputi kelangsungan, stabilitas, dan harga per
KWH yang terjangkau oleh konsumen. Pemadaman listrik sering terjadi akibat gangguan yang tidak dapat
diatasi oleh sistem pengamannya. Keadaan
ini akan sangat mengganggu kelangsungan penyaluran tenaga listrik. Naik turunnya kondisi tegangan dan
catu daya listrik pun bisa merusak peralatan listrik. Oleh karena adanya beberapa gangguan yang tidak
dapat dihindarkan, maka perlu upaya pencegahan agar dapat memperkecil kerusakan pada peralatan listrik,
terutama pada manusia akibat adanya gangguan. Pencegahan gangguan pada sistem dapat dikategorikan
menjadi dua langkah, yaitu: 1. Usaha memperkecil terjadinya gangguan Cara yang ditempuh meliputi: a.
membuat isolasi yang baik untuk semua peralatan b. membuat koordinasi isolasi yang baik antara
ketahanan isolasi peralatan dan penangkal petir (arrester) c. memakai kawat tanah dan membuat tahanan
tanah pada kaki menara sekecil mungkin, serta selalu mengadakan pengecekan d. membuat perencanaan
yang baik untuk mengurangi pengaruh luar mekanis dan mengurangi atau menghindarkan sebab-sebab
gangguan karena binatang, polusi, kontaminasi, dan lain-lain e. pemasangan yang baik, artinya pada saat
pemasangan harus mengikuti peraturanperaturan yang berlaku f. menghindari kemungkinan kesalahan
operasi, yaitu dengan membuat prosedur tata cara operasional (standing operational procedure) dan
membuat jadwal pemeliharaan yang rutin g. memasang kawat tanah pada SUTT dan gardu induk untuk
melindungi terhadap sambaran petir h. memasang penangkal petir untuk mencegah kerusakan pada
peralatan akibat sambaran petir
2. Usaha mengurangi kerusakan akibat gangguan Beberapa cara mengurangi pengaruh akibat gangguan,
antara lain: a. mengurangi akibat gangguan, misalnya dengan membatasi arus hubung singkat, caranya
dengan menghindari konsentrasi pembangkitan atau dengan memakai impedansi pembatas arus,
pemasangan tahanan, atau reaktansi untuk sistem
pentanahannya sehingga arus ganggua satu fase terbatas. Pamakaian peralatan yang tahan atau andal
terhadap terjadinya arus hubung singkat. b. secepatnya memisahkan bagian sistem yang terganggu dengan
memakai pengaman dan pemutus beban dengan kapasitas pemutusan yang memadai c. merencanakan agar
bagian sistem yang terganggu bila harus dipisahkan dari sistem tidak akan mengganggu operasi sistem
secara keseluruhan atau penyaluran tenaga listrik ke konsumen tidak terganggu d. mempertahankan
stabilitas sistem selama terjadi gangguan, yaitu dengan memakai pengatur tegangan otomatis yang cepat
dan karakteristik kestabilan generator memadai
Selain itu, dalam upaya pencegahan terjadinya gangguan, tentunya dibutuhkan analisa mengenai gangguan
dan dibutuhkan laporan gangguan yang digunakan untuk mencatat semua yang diperlukan guna
mengidentifikasi gangguan. Adapun yang dicantumkan dalam laporan gangguan, antara lain: 1. tanggal
dan jam terjadinya gangguan 2. relai-relai yang bekerja 3. proses mengatasi gangguan 4. kerugian yang
terjadi akibat gangguan 5. penyebab gangguan

2.7
Manajemen LogistikManajemen logistik untuk pembangkitan tenaga listrik meliputi kegiatan pembelian,
pengangkutan, penyimpanan, dan administrasi material (bahan) yang diperlukan untuk menyelenggarakan
pembangkitan tenaga listrik. Material-material yang diperlukan untuk menyelenggarakan pembangkitan
tenaga listrik adalah : a. Bahan bakar dan minyak pelumas b. Bahan-bahan kimia serta alat-alat pembersih
yang terpakai habis, seperti: kertas gosok (amplas), lap, dan lain-lain
c. Consumable parts d. Spare parts e. Alat-alat kerja, seperti: katrol, alat ukur, dan lain-lain f. Barang
bekas/limbah, merupakan hasil/akibat sampingan dari proses pembangkitan tenaga listrik
1. Proses Pembelian Dalam melakukan pembelian, perlu disebutkan spesifikasi material yang akan dibeli,
yang menggambarkan : a. Kualitas yang diinginkan beserta cara untuk menguji kualitas ini serta garansi
yang diinginkan b. Kualitas material yang diinginkan beserta cara pengukurannnya termasuk ketelitian alat
ukur yang akan digunakan c. Cara pembayaran yang diinginkan dan delivery time-nya
2. Proses Pengangkutan 1. Angkutan bisa melalui darat, laut, atau udara atau kombinasinya 2. Dalam
perjanjian pembelian terseut dalam butir a, harus disebutkan siapa yang menanggung biaya pengangkutan
termasuk resiko kehilangan dan kerusakan selama pengangkutan 3. Pengangkutan alat tertentu, seperti
instrumen pengukur atau material yang mudah pecah seperti isolator memerlukan pengepakan khusus
3. Proses Penyimpanan a. Penyimpanan bahan bakar, karena mudah terbakar, memerlukan perhatian
khusus dari segi pencegahan kebakaran. b. Penyimpanan bahan kimia, memerlukan perhatian khusus agar
tidak rusak dan juga tidak menimbulkan bahaya pencemaran kesehatan personil maupun lingkungan.
c. Semua material dan alat kerja, khususnya yang dimensinya kecil, perlu disimpan dengan sistematika
yang baik agar mudah dikontrol dan mudah dicari apabila diperlukan. d. Batu bara yang disimpan dalam
lapangan terbuka secara periodik harus dilakukan pembalikan serta penyiraman dengan air untuk
mencegah penyalaan sendiri (self ignition) e. Bahan Bakar Minyak (BBM) yang disimpan dalam tangki-
tangki, secara periodik harus dilakukan pembuangan air dan kotoran yang mengendap di bagian bawah
tangkinya f. Bahan Bakar Gas (BBG), jika gas dipasok oleh perusahaan gas dengan tekanan yang cukup,
maka hanya diperlukan saringan dan bak untuk menampung kotoran yang tersaring serta air yang
mengembun yang terbawa oleh gas
4. Proses Administrasi a. Jumlah, macam, dan harga barang yang ada dalam gudang b. Hal yang serupa
dengan butir 1 untuk material yang diterima dan yang keluar dari gudang c. Akuntansi material dalam
gudang. Semua material yang tercatat dalam buku gudang secara akuntansi adalah persediaan. Khusus
spare parts dicatat sebagai aktiva tetap yang harus dikenai penyusutan d. Penentuan harga material dalam
gudang ada beberapa cara, yaitu memakai harga perolehan, harga rata-rata atau harga pasar yang mutakhir
e. Material bekas pakai yang dikembalikan ke gudang (seperti mur, baut bekas) dan material limbah
(seperti potongan-potongan kabel) serta material bekas pembungkus atau pengemas (seperti drum bekas
minyak pelumas) perlu disimpan di gudang untuk selekas mungkin dijual. Kegiatan ini harus dicatat secara
khusus (extra compatible). Manajemen logistik harus mengusahakan agar jumlah material dalam gudang
mempunyai nilai minimum, tetapi jangan sampai mengganggu operasi pembangkitan tenaga listrik. Hal ini
berkaitan dengan waktu yang diperlukan untuk pengadaan suatu material (delivery time-nya) serta peran
dari material yang bersangkutan bagi keperluan operasi.

2.8
Penghapusan Aktiva TetapMenurut Standar Akuntansi Keuangan No.16 (2004:16.2) : Aktiva Tetap adalah
aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu, yang
digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal
perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa suatu aktiva tetap mempunyai beberapa sifat, yaitu : 1. Masa manfaatnya jangka panjang atau lebih
dari satu tahun 2. Dimiliki dan digunakan menghasilkan barang atau jasa 3. Tidak ditujukan untuk dijual
kembali atau diperdagangkan untuk mendapatkan keuntungan Dari penjelasan diatas dapat digolongkan
unit pembangkit secara akuntansi tercatat sebagai aktiva tetap. Biasanya, penghapusan unit pembangkit
sebagai aktiva tetap mengacu pada umur ekonomisnya, bila sudah mencapai perkiraan umur ekonomisnya
maka unit pembangkit tersebut akan dihapus dari aktiva tetap. Namun, sebaiknya dalam mengambil
keputusan mengenai penghapusan unit pembangkit harusnya memperhatikan hal-hal berikut : Kinerja unit
pembangkit Perkembangan teknologi unit pembangkit dalam operasi normal perusahaan untuk
Dengan memperhatikan hal-hal diatas, kemungkinan yang terjadi adalah bisa saja pihak manajemen
memutuskan penghapusan lebih cepat atau lebih lama dari umur ekonomis yang diperkirakan. Unit
pembangkit termis lebih besar berkemungkinan untuk dihapuskan lebih cepat dari umur ekonomisnya,
sedangkan banyak unit pembangkit hidro yang tetap beroperasi walaupun sudah melewati perkiraan umur
ekonomisnya karena dianggap masih layak dan ekonomis untuk beroperasi.

2.9
Pembinaan Sumber Daya Manusia (SDM)Pembinaan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam manajemen
pembangkitan lebih menitikberatkan kepada pekerja dengan system shift. Personil yang bekerja dalam
system shift harus mendapat perlakuan yang lebih baik dari pihak manajemen dibandingkan personil yang
tidak bekerja dalam shift, yakni salah satunya adalah dengan memberikan upah yang lebih tinggi. Alasan
yang mendasari hal tersebut diatas diantaranya adalah: Orang yang bekerja dalam shift cenderung
terganggu siklus hidupnya, karena waktu istirahat (waktu tidur) yang tidak menentu. Terkadang orang
bekerja dalam shift bekerja di malam hari dan bahkan pada hari libur pun masih harus bekerja. Waktu
dengan keluarga berkurang, karena jam kerjanya tidak menentu. Dampak seriusnya adalah membahayakan
kesehatan, maka dari itulah pada perusahaan listrik di Perancis (Electricite de France), seseorang tidak
diperbolehkan bekerja dalam shift lebih lama dari 15 tahun. Selain system shift, yang harus diperhatikan
adalah mengenai pembinaan keahlian personil. Keahlian dalam bidang pembangkitan listrik, misalnya
mengenai pemeliharaan dan pengoperasian unit pembangkit, tidak hanya bisa didapat di pendidikan formal
saja, namun didapat dari pengalaman di lapangan ditambah dengan seringnya jam terbang. Manajemen
SDM tentunya harus menyediakan wadah dan sarana prasarana bagi para personil-personil yang memiliki
keahlian dalam bidang tersebut diatas untuk membagi ilmu dan transfer wawasan kepada personil-personil
lain yang termasuk dalam generasi penerus. Hal ini bertujuan agar ilmu dan wawasan yang penting itu
tidak hilang secara sia-sia dan bisa diterapkan oleh personil lain agar bisa meningkatkan kinerja para
personil dalam pembangkitan. Selain itu yang tak kalah penting, manajemen SDM harus memberikan jalur
karir bagi orang-orang yang mempunyai keahlian, karena mereka merupakan aset tak tampak perusahaan
yang sangat berharga.

2.10 Pengujian Instalasi Baru atau Alat BaruDalam pengembangan atau operasi pembangkitan tenaga
listrik sering dihadapi masalah untuk mengoperasikan instalasi baru atau peralatan baru. Hal ini merupakan
konsekuensi dari pengembangan system tenaga listrik atau karena diperlukannya penggantian instalasi atau
alat yang sudah mencapai umur ekonomisnya, atau karena instalasi atau alat tersebut mengalami
kerusakan. Instalasi adalah sekumpulan alat yang menjadi satu kesatuan, misalnya (instalasi) unit
pembangkit yang terdiri dari mesin penggerak generator-generator, transformator penaik tegangan, panel
pengukuran, panel proteksi lengkap dengan PMT dan relai-relainya. Sedangkan yang dimaksud dengan
alat adalah bagian dari instalasi, misalnya generator, transformator, atau PMT saja. Instalasi baru maupun
alat baru yang akan dioperasikan perlu uji terlebih dahulu. Pengujian ini harus mengacu kepada kontrak
pembelian. Dalam kontrak pembelian umumnya disebutkan tentang pengujian-pengujian yang harus
dilakukan sehubungan dengan instalasi atau alat yang akan dibeli dan pengujian ini berkaitan dengan
pembayaran yang harus dilakukan. Adapun pengujian yang harus dilakukan adalah : a. Type test Setiap
alat, baik yang akan dibeli secara tersendiri maupun yang merupakan bagian dari instalasi harus
mempunyai type test. Hal ini harus dicantumkan dalam spesifikasi teknik alat yang ditawarkan. Type test
adalah pengujian yang dilakukan di suatu laboratorium penguji internasional seperti KEMA dari negeri
Belanda dimana dalam type test, alat dengan type identification tertentu mengalami pengujian terhadap
hal-hal yang sifatnya merusak, karena type test memang bertujuan untuk menguji ketahanan suatu alat
dengan desain tertentu terhadap hal-hal yang sifatnya merusak, misalnya : Isolator diuji ketahanannya
terhadap surja tegangan tertentu. Hal yang serupa dilakukan juga terhadap generator dan transformator.
Pemutus tenaga (PMT) diuji kemampuannya untuk memutus arus hubung singkat.
Sertifikat type test diberikan oleh laboratorium penguji untuk alat dengan type desain tertentu yang telah
lulus pengujian seperti tersebut diatas.
b. Factory Test (pengujian di pabrik) Setelah alat yang dipesan selesai dibuat dipabrik, maka pihak pembeli
datang ke pabrik untuk menguji alat tersebut dengan mengacu pada kontrak pembelian. Setelah pihak
pembeli puas dengan hasil pengujian di pabrik, maka alat dapat dikapalkan. Setelah alat tersebut ada diatas
kapal yang ditunjukkan oleh dokumen pengapalan (bill of lading), maka pabrik (penjual) alat umumnya
sudah bisa menagih pembayaran sampai dengan kira-kira 80%. Setelah pembayaran dilakukan maka secara
hokum alat tersebut sudah menjadi milik pembeli, dari segi akuntansi dicatat sebagai pekerjaan dalam
pelaksanaan (bakal aktiva).
c.
Commissioning Setelah alat yang dibeli sampai di site, tempat (proyek), maka alat dipasang secara
individual atau secara instalasi dan kemudian dilakukan commissioning test, yaitu pengujian terhadap alat
atau instalasi yang telah selesai dipasang. Tergantung pada kontrak, selesai pemasangan alat atau instalasi
bisa dilakukan pembayaran oleh pembeli kepada penjual sejumlah uang dengan nilai kira-kira 10% dari
kontrak, kemudian pengujian commissioning dimulai. Pengujian commissioning umumnya meliputi :
Performance test Alat atau instalasi yang baru saja dipasang diuji kinerjanya baik secara individu maupun
secara bersama sebagai instalasi. Hasil pengujian ini jika tidak mencapai keadaan seperti tertera dalam
kontrak bisa menyebabkan penjual terkena penalty. Pengujian kinerja ini pada unit pembangkit antara lain
meliputi pengujian efisien dan load rejection test. Acceptance test
Acceptance test umumnya berupa pengujian alat atau instalasi selama waktu tertentu dengan kondisi
operasi penuh, misalnya untuk unit pembangkit dilakukan pembebanan 100% selama 2x24 jam kemudian
pembebanan 110% selama 2 jam dan diamati pembebanan yang demikian apakah unit pembangkit tersebut
beroperasi secara normal. Setelah pengujian commissioning selesai maka penjual bisa menerima
pembayaran kira-kira 5% dari nilai kontrak yang tergantung kepada isi kontraknya. Sisa pembayaran yang
masih ada akan dibayarkan setelah masa garansi lewat dengan baik.
d. Masa Garansi Masa garansi tergantung pada kontrak, namun umumnya adalah satu tahun. Selama masa
garansi, apabila terjadi kerusakan pada alat atau instalasi yang dibeli atau dioperasikan maka penjual harus
memperbaiki kerusakan tersebut dengan jaminan sisa pembayaran yang belum dibayarkan. Perlu diingat
bahwa umumnya penjual menolak untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi dalam masa garansi apabila
kerusakan tersebut disebabkan oleh kelalaian pihak pembeli, misalnya karena salah operasi. Mengingat
banyaknya masalah dalam proses pembelian yang terkait dengan pengujian tersebut, maka dalam
praktiknya terutama jika menyangkut pemasangan instalasi, sering terjadi keperluan untuk menambah atau
mengurangi alat ataupun pekerjaan. Oleh karena itu dalam kontrak perlu adanya pasal yang
memungkinkan kerja tambah atau kerja kurang. Bahkan untuk kondisi yang lebih ekstrim bisa terjadi
perselisihan antara pembeli dan penjualm untuk itu perlu ada pasal untuk penyelesaian perselisihan yang
dicantumkan dalam kontrak.

2.11 Riset dan PengembanganRiset dan pengembangan di bidang pembangkitan energi listrik saat ini
meliputi halhal sebagai berikut : a. Generator
Tegangan generator terus diupayakan naik, hal ini berkaitan dengan hasil riset mengenai isolasi kumparan
stator generator. b. Kabel Tegangan Tinggi Kabel tanah tegangan tinggi yang ada sampai sekarang
mempunyai tegangan tertinggi 400 KV. Riset dan pengembangan untuk mencapai tegangan yang lebih
tinggi terus berlangsung, masalahnya selain menyangkut masalah isolasi juga menyangkut teknik
penyambungannya. c. Pemutus Tenaga (circuit breaker) Riset masih banyak dilakukan untuk
mengembangkan pemutus tenaga vakum sehingga bisa dicapai tegangan operasi yang lebih tinggi. d.
Instalasi kontrol dan proteksi Riset dan pengembangan instalasi kontrol dan instalasi proteksi dari pusat
listrik menyangkut perangkat keras dan juga perangkat lunak. Dari segi perangkat keras banyak digunakan
alat-alat yang bekerja secara digital sedangkan perangkat lunak banyak dikembangkan program-program
diagnostic untuk menganalisis suatu pengamatan atas keadaan yang tidak normal misalnya keadaan
overload (beban lebih) atau atas kejadian gangguan. Interaksi antara instalasi proteksi dan kontrol
cenderung berkembang, misalnya antara relai saluran dengan computer pusat pengatur beban. Salah satu
perkembangan yang terjadi pada instalasi kontrol adalah pengamatan bagian-bagian yang berputar secara
online. Misalnya pengamatan suhu dari sudu-sudu turbin gas yang sedang beroperasi. Untuk keperluan ini
dipakai alat yang disebut rotating data transmission device. e. Unit PLTG Untuk PLTG terus berkembang
kapasitasnya, sudah bisa mencapai diatas 200 MW. Perkembangan ini menyangkut hasil riset mengenai
material yang bisa dipakai untuk suhu pembakaran yang tinggi, mencapai suhu di atas 1300C yang dipakai
dalam turbin gas. f. Unit PLTD Perkembangan unit PLTD umumnya menyangkut kenaikan jumlah putaran
per menit. Hal ini berkaitan dengan hasil riset mengenai bahan yang dipakai untuk
bagian-bagian yang bergesek seperti bantalan dan cincin penghisap (piston ring) serta cylinder liner. Juga
ada perkembangan mengenai naiknya nilai brake mean effective pressure (BMEP) yang berkaitan dengan
hasil riset mengenai teknik pembakaran bahan bakar dalam silinder, misalnya dengan cara menaikkan
tekanan serta menurunkan suhu udara pembakaran disamping menambah bahan bakar yang dikabutkan
dalam silinder. g. Sumber-sumber Energi Sumber-sumber energi yang terus dikembangkan melalui riset:
Magnetohidrodinamika Fuelcell Solarcell Baterai berkemampuan besar untuk ikut mengatur frekuensi
system melalui inverter. h. Bahan Bakar Gas Saat ini di lingkungan ASEAN pemanfaatan gas alam sebagai
bahan bakar gas terus berkembang. Jaringan gas antar Negara terus dibangun, termasuk pembangunan
instalasi pencairan gas dan juga instalasi untuk menguapkan gas cair, sehingga transportasi gas bisa
dilakukan melalui pipa dalam bentuk gas atau melalui kapal dalam bentuk cair.

BAB 3 PENUTUP.

Berdasarkan pembahasan-pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas manusia yang tidak
dapat terlepas dari kebutuhan listrik maka dari itu industri pembangkitan tenaga listrik menjadi sangat
penting untuk menunjang kegiatan manusia. Untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan sebuah
pengaturan dan control yang baik pada sistem pembangkitan. Manajemen pembangkitan yang baik mampu
mengatur aktivitas-aktivitas yang terjadi didalam proses pembangkitan tenaga listrik itu sendiri.
Manajemen juga dapat membantu pimpinan perusahaan dalam memetakan kerja sama yang dibangun
dalam perusahaan yang dipimpinnya melalui kebijakan-kebijakan untuk meraih tujuan yang diinginkan.
Melalui manajemen yang baik maka pembinaan kerjasama akan serasi dan harmonis serta dapat
meningkatkan daya guna dan potensi yang dimiliki sehingga tujuan dan usaha untuk mewujudkan sistem
pembangkitan tenaga listrik yang efektif dan efisien dapat tercapai.

Anda mungkin juga menyukai