Anda di halaman 1dari 11

JURNAL

ADMINISTRASI NEGARA
Volume 2. No 1, Agustus 2017

KOORDINASI DALAM PENANGANAN GELANDANGAN PIKOTIK DI KOTA


BANDUNG

COORDINATION IN HANDLING PSYCHOTIC VAGRANT IN BANDUNG CITY

Andini Hening Safitri; Ida Widianingsih; Mas Halimah


aheningsafitri@ymail.com; ida.widianingsih@unpad.ac.id; mas.halimah@unpad.ac.id
Program Studi Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Padjadjaran
Bandung, Indonesia

ABSTRAK
Latar belakang penelitian ini berawal dari fenomena masih sering ditemuinya
gelandangan yang menderita gangguan jiwa atau gelandangan psikotik yang terlantar dan
berkeliaran di kota-kota besar termasuk Kota Bandung. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deduktif dengan
mengacu pada koordinasi efektif yang dikemukakan oleh State Service Commision (2008),
yang didalamnya terdapat tiga dimensi utama dalam koordinasi, yaitu dimensi mandat,
sistem dan perilaku. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa koordinasi dalam
penanganan gelandangan psikotik di Kota Bandung masih belum berkaitan dengan dimensi
mandat, sistem dan perilaku. Agar koordinasi dalam penanganan gelandangan psikotik di
Kota Bandung dapat berjalan efektif, diperlukan peningkatan dalam beberapa aspek yang
berkaitan dengan dimensi koordinasi, yaitu dalam hal komitmen pemimpin, tujuan yang
terdefinisikan secara jelas dan disepakati bersama, kerangka kerja dan akuntabilitas,
pengukuran kinerja, ketepatan dan kemampuan perwakilan dan kepemimpinan dalam tim,
serta budaya dan nilai bersama.

Kata Kunci: gelandangan psikotik, koordinasi, mandat, sistem, perilaku

ABSTRACT
The background of this research came from the phenomenon are often seen the
homeless people with mental illness or psychotic vagrant displaced and wandering in major
cities including Bandung. The method used in this study is a qualitative research method
with a deductive approach by reference to the effective coordination proposed by the State
Services Commission (2008) , in which there are three main dimensions in coordination,
the dimensions of the mandate, systems and behaviors. From this research, it can be
concluded that the coordination in handling psychotic vagrant in Bandung still not
associated with the dimensions of the mandate, systems and behaviors. In order to
coordinate the handling of psychotic vagrant in Bandung can be effective, it needs
improvement in some aspects related to the dimensions of coordination, namely in terms of
commitment to leadership, the goals are clearly defined and agreed together, frameworks
and accountability, performance measurement, accuracy and the ability of representation
and leadership in the team, as well as shared culture and values.

Keywords: psychotic vagrants, coordination, mandates, systems, behaviors

ISSN: 2086-1338 Halaman: 10


JURNAL ADMINISTRASI NEGARA
Volume 2. No 1, Agustus 2017

PENDAHULUAN tanggung jawab pemerintah daerah.


Sudah menjadi keharusan bagi suatu Seperti disebutkan dalam Undang-
negara untuk merespon berbagai macam Undang Nomor 18 Tahun 2014 Tentang
permasalahan yang muncul dimana Kesehatan Jiwa dimana disebutkan pada
permasalahan setiap negara akan berbeda Pasal 80 bahwa Pemerintah dan
dan akan berbeda pula dalam merespon Pemerintah Daerah bertanggung jawab
Permasalahan tersebut melakukan penatalaksanaan terhadap
(Nugroho,2014:29). Salah satu respon Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)
yang ditunjukan adalah merespon yang terlantar, menggelandang,
masalah sosial yang dilakukan melalui mengancam keselamatan dirinya dan/atau
berbagai pelayanan sosial orang lain, dan/atau mengganggu
(Suharto,2006:4), dengan memberikan ketertiban dan/atau keamanan umum.
pelayanan berupa penjaminan sosial, Beberapa daerah di Indonesia
perumahan, kesehatan, pendidikan dan memiliki angka gangguan jiwa dan angka
pelayanan sosial personal gelandangan psikotik yang cukup tinggi,
(Suharto,2006:9). diantaranya adalah Kota Bandung. Dari
Salah satu fenomena yang data Riset Kesehatan Daerah Provinsi
menunjukan bahwa masih adanya Jawa Barat tahun 2007 diketahui bahwa
masalah sosial saat ini diantaranya dapat warga pengidap gangguan jiwa di Kota
dilihat dari banyaknya Orang Dengan Bandung mencapai 600.000 orang. Angka
Gangguan Jiwa (ODGJ) yang sering tersebut lebih besar jika dibandingkan
berkeliaran dan terlantar di jalanan dengan jumlah penduduk Kota Cimahi
khususnya di kota-kota besar di Indonesia pada tahun yang sama yaitu tahun 2007
(perpustakaan.bppksyogyakarta.com:200 yang bedasarkan data Badan Pusat
9). Masih ditemuinya fenomena tersebut Statistik Kota Cimahi berjumlah 536.743
menuntut keseriusan pemerintah untuk jiwa.
memberikan respon dengan cara Selain tingginya angka gangguan
memberikan pelayanan kesehatan, jiwa di Kota Bandung, pada tahun 2015
penjaminan sosial dan juga memberikan Kota Bandung menjadi salah satu daerah
fasilitasi perumahan bagi gelandangan di Jawa Barat yang menyumbang pasien
psikotik, yang mana dalam hal ini gangguan jiwa terbanyak ke Rumah Sakit
gelandangan psikotik termasuk kedalam Jiwa Provinsi Jawa Barat, dimana hingga
jenis Penyandang Masalah Kesejahteraan bulan September 2015 tercatat bahwa
Sosial (PMKS) yang menderita gangguan Kota Bandung menyumbang 11.363
jiwa. Pentingnya peran pemerintah untuk pasien di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa
menangani gelandangan psikotik tertuang Barat dan diantara pasien tersebut
dalam Undang-Undang Dasar 1945 pada terdapat pasien yang merupakan
pasal 28H ayat 1, disebutkan bahwa setiap gelandangan psikotik.
orang berhak hidup sejahtera lahir dan Berdasarkan data pasien gelandangan
batin, bertempat tinggal, dan psikotik di Instalasi Kesehatan Jiwa
mendapatkan lingkungan hidup yang baik Masyarakat pada tahun 2014 tercatat
dan sehat serta berhak memperoleh jumlah pasien gelandangan psikotik yang
pelayanan kesehatan. Melihat hal tersebut dirujuk ke RSJ Provinsi Jawa Barat oleh
maka jelaslah bahwa gelandangan Pemerintah Kota Bandung adalah
psikotik berhak mendapatkan lingkungan sebanyak 21 orang, dan jumlah tersebut
yang baik dan mendukung, serta berhak merupakan jumlah tertinggi diantara
mendapatkan pelayanan kesehatan. daerah lainnya di Jawa Barat.
Dalam menangani gelandangan Tingginya angka gelandangan
psikotik, tidak hanya pemerintah pusat psikotik di Kota Bandung menuntut
saja yang berperan, tetapi juga menjadi Pemerintah Kota Bandung untuk lebih

ISSN: 2086-1338 Halaman: 11


JURNAL ADMINISTRASI NEGARA
Volume 2. No 1, Agustus 2017

pro-aktif dalam menangani hal tersebut. pengamatan awal dan wawancara awal
Dalam penanganannya tidak dapat satu yang penulis lakukan, penulis melihat
lembaga saja yang terlibat mengingat bahwa tidak semua pihak yang terlibat
gelandangan psikotik ini merupakan dalam penanganan gelandangan psikotik
kategori gelandangan dan mengidap di Kota Bandung mengetahui dan
gangguan jiwa, maka dari itu diperlukan memiliki data pasti terkait jumlah
keterlibatan lembaga lain yang berwenang gelandangan psikotik di Kota Bandung
untuk menangani gelandangan psikotik di dan mengetahui apakah gelandangan
Kota Bandung secara menyeluruh. psikotik yang dijangkau benar-benar
Berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa mendapatkan perawatan yang sesuai
Barat Nomor 45 Tahun 2012 Tentang hingga mendapatkan rehabilitasi sosial
Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah atau tidak. Berdasarkan indikasi yang
Provinsi Jawa Barat Nomor 11 Tahun penulis temukan, maka penulis ingin
2010 Tentang Penyelenggaraan mengetahui bagaimana koordinasi dalam
Kesehatan pasal 33 yang menyebutkan penanganan gelandangan psikotik di Kota
bahwa: Bandung.
“Dalam rangka penyaringan proses
pasien psikotik gelandangan, Dinas METODE
melaksanakan koordinasi dengan Dinas Pada penelitian ini, penulis
Sosial,Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, menggunakan metode penelitian kualitatif
Rumah Sakit Jiwa, Satuan Polisi Pamong dengan pendekatan deduktif. Pemilihan
Praja dan Kepolisian” metode tersebut dikarenakan dalam
Selain lembaga-lembaga yang penelitian ini penulis bertujuan untuk
disebutkan oleh Peraturan Gubernur Jawa mencari tahu secara mendalam terkait
Barat Nomor 45 Tahun 2012 di atas, pihak koordinasi dalam penanganan
lainnya yang juga terlibat dalam gelandangan psikotik di Kota Bandung.
penaganan gelandangan psikotik adalah Kemudian pendekatan deduktif dipilih
Komando Distrik Militer (Kodim) oleh penulis mengingat dalam penelitian
0618/BS Kota Bandung. ini penulis mengacu pada teori yang
Dalam penanganan gelandangan relevan yaitu mengenai dimensi dalam
psikotik di Kota Bandung saat ini, penulis koordinasi. Dengan pendekatan ini
menemukan bahwa terdapat beberapa penulis dapat memulai melakukan
indikasi masalah dalam koordinasi penelitian dengan teori acuan yang
penanganan gelandangan psikotik, relevan (Yin, 2011:95) untuk menggali
diantaranya adalah belum adaya pedoman informasi lebih jauh terkait dengan
yang disepakati bersama yang digunakan koordinasi dalam penanganan
oleh pihak yang terlibat, yang berkaitan gelandangan psikotik di Kota Bandung.
dengan penanganan gelandangan psikotik
di Kota Bandung. Belum adanya pedoman HASIL DAN PEMBAHASAN
tersebut diantaranya menyebabkan belum Berdasarkan teori yang menjadi
adanya pola yang jelas terkait dengan acuan dalam penelitian yang penulis
penanganan gelandangan psikotik lakukan, koordinasi dalam penanganan
khususnya terkait dengan penanganan gelandangan psikotik di Kota Bandung
pasca rehabilitasi. Selain itu juga dalam dilihat dari tiga dimensi diamana setiap
membahas penanganan gelandangan dimensi memiliki aspek-aspeknya sendiri
psikotik di Kota Bandung tidak ada yang diuraikan sebagai berikut:
pertemuan khusus yang terjadwal rutin
dan berkala yang bersifat formal, dan juga A. Dimensi Mandat
Informasi terkait gelandangan psikotik Pada dimensi ini terdapat tiga aspek
yang tidak merata dimana berdasarkan yang berkaitan dengan koordinasi, yaitu

ISSN: 2086-1338 Halaman: 12


JURNAL ADMINISTRASI NEGARA
Volume 2. No 1, Agustus 2017

komitmen pemimpin, keterlibatan selaku pihak yang bertanggungjawab


stakeholder dan tujuan yang didefiniskan dalam hal rehabilitasi sosial sudah
secara jelas dan disepakati bersama. berupaya semaksimal mungkin dengan
membangun kerja sama dengan panti
a. Komitmen Pemimpin rehabilitasi swasta ataupun panti
Dalam koordinasi penanganan rehablitasi yang berasal dari swadaya
gelandangan psikotik, komitmen dari masyarakat.
pemimpin lembaga-lembaga yang terlibat
menjadi sangatlah penting, dimana juga b. Keterlibatan Stakeholder
disebutkan oleh State Services Keterlibatan menjadi kunci utama
Commission (2008:12) bahwa “....the dari keberlangsungan aktivitas
senior leaders have invested significant koordinasi. Ketika pihak-pihak yang
time and energy modelling and terlibat dalam penanganan gelandangan
supporting this way of working. psikotik tidak terlibat, maka penanganan
Komitmen dalam penanganan gelandangan psikotik tidak akan berjalan
gelandangan psikotik ini diantaranya baik. Pada koordinasi penanganan
dapat terlihat dari diprioritaskannya gelandangan psikotik di Kota Bandung ini
penanganan gelandangan psikotik oleh melibatkan berbagai macam lembaga
lembaga-lembaga yang terlibat dalam dimana jika mengacu pada Peraturan
penanganan gelandangan psikotik di Kota Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor 45
Bandung, dituangkannya komitmen Tahun 2012, disebutkan bahwa lembaga-
kedalam bentuk yang formal seperti surat lembaga yang terlibat dalam penanganan
keputusan ataupun juga peraturan gelandangan psikotik diantaranya adalah
bersama, selain itu juga dapat terlihat dari Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Satpol PP,
disediakannya sarana prasarana. Kepolisian dan RSJ. Diluar itu,
Dari penelitian yang penulis lakukan Pemerintah
dapat dilihat bahwa komitmen yang Kota Bandung ikut melibatkan
terbentuk masih belum optimal. Dimana Kodim 0618/BS dalam penanganan
saat ini tidak ada program khusus yang gelandangan psikotik.
berkaitan dengan gelandangan psikotik Pada aspek keterlibatan stakeholder
dan sejauh ini prioritas dalam hal dalam penanganan gelandangan psikotik,
penanganan gelandangan psikotik adalah berdasarkan penelitian yang sudah
ketika ditemukan kasus tersebut maka dilakukan saat ini sudah baik. Dimana
semua lembaga yang terkait dalam semua lembaga yang terlibat dalam
penanganan gelandangan psikotik ikut penanganan gelandangan psikotik sudah
turun tangan dan menindaklanjuti berpartisipasi aktif sesuai dengan
gelandangan psikotik. Selain itu saat ini kapasitasnya masing-masing. Selain itu
belum ada satu bentuk komitmen dalam dalam hal keterlibatan dari masyarakat
penanganan gelandangan psikotik yang untuk ikut melaporkan keberadaan
sifatnya formal yang mengatur secara gelandangan psikotik juga sudah cukup
kseluruhan terkait penanganan baik, dimana melalui media pengaduan
gelandangan psikotik di Kota Bandung. yang disediakan oleh Pemerintah Kota
Dalam hal sarana prasarana yang Bandung yaitu twitter, cukup banyak
disediakan untuk mendukung laporan dari masyarakat terkait dengan
pelaksanaan penanganan gelandangan keberadaan gelandangan psikotik di Kota
psikotik juga masih terdapat kekurangan Bandung.
dimana Pemerintah Kota Bandung tidak
memiliki panti rehabilitasi eks-psikotik c. Tujuan yang Jelas dan Disepakati
bagi yang tidak memiliki keluarga. Bersama
Walaupun demikian, saat ini Dinas Sosial

ISSN: 2086-1338 Halaman: 13


JURNAL ADMINISTRASI NEGARA
Volume 2. No 1, Agustus 2017

Pada dimensi mandat, adanya tujuan


yang jelas dan di sepakati bersama a. Kerangka Kerja dan Akuntabilitas
merupakan hal yang penting dalam Adanya kerangka kerja yang jelas
melaksanakan koordinasi penanganan yang menjabarkan tugas dan fungsi dari
gelandangan psikotik. Mengingat masing-masing pihak, akan mencegah
banyaknya lembaga yang terlibat dalam dari adanya tumpang tindih tugas, selain
penanganan gelandangan psikotik maka itu juga alur kerja akan menjadi lebih
tujuan yang ditetapkan juga haruslah jelas. Dalam aspek kerangka kerja dan
dapat difenisikan dengan jelas dan akuntabilitas, penulis melihat bahwa hal
disepakati bersama agar hasil yang tersebut belum berjalan dengan baik,
diinginkan dapat tercapai. Disebutkan dikarenakan belum adanya bentuk
juga oleh State Services Commission pertanggungjawaban khusus yang
(2008:13) bahwa “......If objectives are berkaitan dengan penananganan
unclear or not shared, participants may gelandangan psikotik dan bentuk
work towards different, incompatible pelaporan tidak bersifat menyeluruh
goals and fail to achieve desired karena laporan yang dibuat terpisah pada
outcomes.” masing-masing lembaga. Selain itu juga
Penulis melihat bahwa dalam hal penulis melihat bahwa belum adanya
tujuan penanganan gelandangan psikotik kejelasan terkait pemulangan
di Kota Bandung belum didefinisikan gelandangan psikotik dan eks-psikotik ke
dengan baik dan jelas. Hal tersebut keluarganya, serta peran dalam pasca
dikarenakan belum adanya pedoman rehabilitasi sosial bagi eks-psikotik.
bersama yang sifatnya formal yang sudah Kemudian juga penulis masih melihat
disepakati oleh masing-masing pihak bahwa dalam upaya Perkesmas yang
yang berkoordinasi. Walaupun di satu sisi dilakukan oleh Dinas Sosial masih
koordinasi dalam penanganan terdapat kendala terkait dengan
gelandangan psikotik sudah berjalan dan keberadaan eks-psikotik di panti
semua pihak sudah menyepakati untuk rehabilitasi.
melakukan penanganan gelandangan
psikotik sesuai dengan tugas pokok dan b. Kecukupan dan Ketersediaan
fungsi serta kapasitas dan Sumber Daya
kewenangannya, disisi lain penulis Dalam berbagai macam kegiatan,
melihat pentingnya membuat pedoman ketersediaan sumber daya merupakan
formal yang menguraikan tujuan dan salah satu aspek pendukung yang akan
sasaran yang jelas, dimana pedoman berpengaruh pada keberlangsungan dan
tersebut merupakan pedoman yang sudah keberlanjutan suatu kegiatan. Begitupun
disepakati bersama. Hal tersebut penulis juga dengan koordinasi dalam
anggap penting agar nantinya tidak terjadi penanganan gelandangan pskotik yang
saling lempar tugas dalam penanganan membutuhkan sumber daya termasuk
gelandangan psikotik di Kota Bandung. anggaran, dan ketersediaan waktu, agar
penanganan yang diberikan dapat lebih
B. Sistem menyeluruh dan berkelanjutan.
Dimensi sistem dalam koordinasi Dalam aspek ketersediaan dan
berkaitan dengan kerangka kerja dan kecukupan sumber daya penulis melihat
akuntabilitas. Hal lain yang berkaitan bahwa penanganan gelandangan psikotik
dengan dimensi ini adalah adanya sudah difasilitasi dengan anggaran dan
ketepatan dan kecukupan sumber daya waktu yang cukup. Walaupun saat ini
yang dibutuhkan, proses mengawasi dan belum ada penganggaran secara khusus
menilai bagaimana kinerja dari koordinasi yang ditujukan untuk koordinasi
dalam penanganan gelandangan psikotik. penanganan gelandangan psikotik dengan

ISSN: 2086-1338 Halaman: 14


JURNAL ADMINISTRASI NEGARA
Volume 2. No 1, Agustus 2017

lebih spesifik, namun kegiatan Selain itu kepemimpinan yang baik dalam
penanganan gelandangan psikotik dapat koordinasi penanganan gelandangan
berjalan dengan bertumpu pada anggaran psikotik akan berdampak pada baik
dari masing-masing lembaga yang buruknya penanganan yang diberikan.
terlibat. Pada aspek ini, penulis melihat
bahwa dalam hal kemampuan dan
c. Pengukuran Kinerja ketepatan sudah cukup baik, dimana pihak
Mengukur kinerja terhadap suatu yang terlibat melakukan kegiatan sesuai
kegiatan sangatlah penting, baik itu dengan kapasitas dan kemampuannya.
jangka panjang maupun jangka pendek. Selain itu juga pihak-pihak terkait sudah
Dengan adanya pengukuran kinerja dapat mampu berkomunikasi dengan baik dan
diketahui sejauh mana keeberhasilan memanfaatkan teknologi, walaupun
kegiatan itu dilakukan. Adanya pertukaran informasi masih belum
mekanisme pengukuran dalam kegiatan menyeluruh. Hanya saja dalam hal
yang dilakukan oleh pemerintah sangatlah kepemimpinan tim belum dapat
penting, terlebih dalam penanganan dirasakan, mengingat dalam penanganan
gelandangan psikotik yang melibatkan gelandangan psikotik ini belum terbentuk
banyak pihak. Penulis melihat bahwa tim khusus yaitu TP-KJM, dan hanya
dalam aspek pengukuran kinerja dalam terdapat tim-tim kecil yang kadang
penanganan gelandangan psikotik masih berubah-ubah.
belum dipenuhi dengan baik, megingat b. Budaya Organisasi yang Mendukung
tidak adanya sasaran dan indikator yang Koordinasi
jelas untuk melihat sejauh mana Dalam koordinasi yang melibatkan
keberhasilan Pemerintah Kota Bandung banyak pihak, maka budaya organisasi
dalam menangani gelandangan psikotik. dari masing-masing pihak tersebut
menjadi suatu hal yang sangat penting.
C. Perilaku salah satu upaya untuk membangun hal
Dimensi perilaku dalam koordinasi tersebut diantaranya dengan adanya
penanganan gelandangan psikotik ini dukungan dengan mengintegrasikan
berkaitan dengan ketepatan dan kegiatan yang dilakukan dalam koordinasi
kemampuan dari perwakilan serta ke dalam lembaga dari masing-masing
kepemimpinan tim. Dimensi ini juga pihak yang terlibat, seperti adanya
berkaitan dengan perilaku dan budaya program atau kegiatan pendukung dalam
organisasi diantaranya dapat dilihat dari penanganan gelandangan psikotik di
adanya dukungan setiap organisasi yang masing-masing lembaga yang terlibat
terlibat dalam penanganan gelandangan (State Services Commission,2008:17).
psikotik di Kota Bandung. Selain itu, Terkait dengan aspek budaya
dimensi ini berkaitan dengan adanya rasa organisasi yang mendukung koordinasi
kebersamaan antara pihak yang terlibat dalam penanganan gelandangan psikotik
dalam koordinasi penanganan penulis menilai bahwa aspek tersebut
gelandangan psikotik di Kota Bandung. sudah cukup mendukung. Hal tersebut
terlihat dari adanya kegiatan lain yang
a. Ketepatan, Kemampuan dan dilakukan oleh beberapa lembaga,
Kepemimpinan dalam Tim sehingga bentuk dukungan tersebut akan
Dalam koordinasi penanganan mempermudah dalam pelaksanaan
gelandangan psikotik di Kota Bandung penanganan gelandangan psikotik di Kota
yang melibatkan banyak lembaga, melihat Bandung.
kemampuan dan ketepatan orang-orang
yang ditunjuk masing-masing lembaga c. Budaya dan Nilai Bersama
dalam berkoordinasi sangatlah penting.

ISSN: 2086-1338 Halaman: 15


JURNAL ADMINISTRASI NEGARA
Volume 2. No 1, Agustus 2017

Adanya budaya dan nilai bersama Saran


dari pihak yang berkoordinasi dalam Saran penulis untuk koordinasi
penanganan gelandangan psikotik dalam penanganan gelandangan psikotik
diantaranya ditandai dengan adanya di Kota Bandung, yaitu:
kebersamaan yang terbangun dengan baik 1. Membentuk TP-KJM Kota Bandung.
dan nilai yang dijunjung bersama oleh Dengan dibentuknya tim tersebut
masing-masing pihak.. Selain itu, diharapkan penanganan terhadap
pemahaman yang baik dari masing- gelandangan psikotik dapat lebih
masing pihak yang terlibat terkait menyeluruh dan penanganan tidak
bagaimana tugas pokok dan fungsi dari hanya dilakukan hingga tahap
lembaga lain. Dengan adanya nilai yang rehabilitasi sosial saja, melainkan
dianut bersama dan pemahaman yang pada pasca rehabilitasi sosial.
baik antar masing-masing pihak 2. Membuat pedoman penanganan
diharapkan rasa kepemilikan akan gelandangan psikotik yang disepakati
terbentuk dan dapat mendukung bersama. Dengan adanya pedoman
koordinasi penanganan gelandangan tersebut diharapkan kerangka kerja
psikotik di Kota Bandung. dalam penanganan gelandangan
Dari penelitan yang penulis lakukan, psikotik akan lebih jelas dan
saat ini dalam penanganan gelandangan meyeluruh. Selain itu dengan adanya
psikotik di Kota Bandung belum ada nilai pedoman yang disepakati bersama,
yang dijunjung bersama. Namun hal-hal yang berkaitan dengan tujuan,
demikian dalam hal pemahaman dan sasaran dan indikator kegiatan dapat
saling mengerti akan tugas pokok dan dijabarkan dengan jelas.
fungsi antar masing-masing lembaga 3. Membuat pendataan terkait
sudah terdapat satu pemahaman yang gelandangan psikotik secara lebih
cukup baik. merinci, terkait dengan jumlah
gelandangan psikotik yang berhasil
SIMPULAN DAN SARAN dijangkau, yang dikembalikan
Simpulan kembali kepada keluarga,
Berdasarkan hasil penelitian yang gelandangan psikotik yang dirujuk,
sudah diuraikan oleh penulis pada bab gelandangan psikotik yang
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa direhabilitasi dan dimana yang
koordinasi dalam penanganan bersangkutan tersebut direhabilitasi.
gelandangan psikotik belum sepenuhnya 4. Melakukan rapat evaluasi yang jangka
berkaitan dengan dimensi mandat, waktunya ditetapkan. Adanya rapat
dimensi sistem dan dimensi perilaku, evaluasi ini bertujuan untuk
dimana hanya beberapa hal saja yang melakukan penyebaran informasi
sudah cukup baik dan sudah dipenuhi dari terkait gelandangan psikotik di Kota
ketiga dimensi tersebut, yaitu yang Bandung dan mengevaluasi sudah
berkaitan dengan keterlibatan sejauh mana penanganan gelandangan
stakeholder, kecukupan dan ketersediaan psikotik dilakukan serta apa saja
sumber daya dan budaya organisasi yang kendala yang ditemui dalam
mendukung koordinasi. Untuk hal lainnya penanganan gelandangan psikotik.
seperti komitmen pemimpin, tujuan yang 5. Melakukan follow-up pada saat
jelas dan disepakati bersama, kerangka pemulangan gelandangan psikotik
kerja dan akuntabilitas, pengukuran ataupun juga eks-psikotik kepada
kinerja, ketepatan dan kemampuan pihak keluarga. Follow-up yang
perwakilan juga kepemimpinan dalam tim dilakukan dapat berupa kunjungan
serta pertukaran budaya dan nilai bersama rumah dari pihak Pemerintah Kota
yang masih belum terbentuk dengan baik.

ISSN: 2086-1338 Halaman: 16


JURNAL ADMINISTRASI NEGARA
Volume 2. No 1, Agustus 2017

Bandung disertai pihak dinas tempat Sung Min, Park., dan Kim Seona. 2014.
asal yang bersangkutan. Public Management A Case
Handbook. Seoul: Sungkyunkwan
DAFTAR PUSTAKA University Press
Buku
Centre for Mental Health, Department of Syafiie, Inu Kencana. 2010. Ilmu
Health, Mind, NHS Confederation Administrasi Publik (Edisi Revisi).
Mental Health Network, Rethink Jakarta: PT.Rineka Cipta
Mental Illness, Turning Point. 2012.
No Health Without Mental Health: Syafri, Wirman. 2012. Studi tentang
Implementation Framework. Administrasi Publik. Jakarta:
London. Erlangga

Creswell, John W. 2014. Research Sugiyono.2013. Metode Penelitian


Design Pendekatan Kualitatif, Administrasi.Bandung: Alfabeta.
Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. Yin, Robert K.. 2011. Qualitative
Research from Start to Finish.
Manullang, M. (2006). Dasar-Dasar United States Of America: The
Manajemen.Yogyakarta: Gadjah Guilford Press.
Mada
Jurnal
New Zealand Office of the Controller Boella, Guido., Leendert van der
and Auditor General. 2003. Key Torre.2005.Coordination and
Success Factors for Effective Organization Definitions, Examples
Coordination and Collaboration and Future Research. Electronic
Between Public Sector Agencies. Notes in Theoretical Computer
New Zealand: Report of the Science Directions
Controller and Auditor General
Harpham, Trudy., Michael Reichenheim,
Nugroho, Riant. 2014. Public Policy. Rebecca Oser, Elizabeth Thomas,
Jakarta: Elex Media Komputindo. Narmeen Hamid, Surinder Jaswal,
Ana Ludermir dan Magna Aidoo.
Ritchie, Jane., dan Jane Lewis. 2003. 2003. Measuring mental health in a
Qualitative Research Practice A cost-effective manner. Oxford
Guide for Social Science Students University Press Health policy and
and Researchers. London: Sage planning;18(3):344-9.
Publications.
Iskandar, Shelly., Dien Mardiningsih.,
State Services Commision. 2008. Factors Deni Kurniadi Sunjaya., Arifah Nur
for Successful Coordination - A Istiqomah., & Teddy Hidayat. 2013.
Framework to Help State Agencies Menuju Jawa Barat Bebas Pasung:
Coordinate Effectively. New Komitmen Bersama 5 Kabupaten
Zealand: State Services Commission Kota.

Sugandi, Yogi S. 2011. Administrasi Král, Jaroslav. 2007. Introduction to


Publik Konsep dan Perkembangan Coordination Concept Suharto, Edi.
Ilmu di Indonesia.Yogyakarta: 2006. Kebijakan Sosial.
Graha Ilmu.

ISSN: 2086-1338 Halaman: 17


JURNAL ADMINISTRASI NEGARA
Volume 2. No 1, Agustus 2017

Tim Peneliti Balitbang Provinsi Jawa Peraturan Menteri Sosial Republik


Tengah.2007. Study Penanganan Indonesia Nomor 08 Tahun 2012
Masalah Sosial Gelandangan Tentang
Psikotik di Wilayah Perbatasan dan
Perkotaan.Semarang:Balitbang Jawa Pedoman Pendataan Dan Pengelolaan
Tengah Data Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial Dan Potensi
Vanagas, Ramunas., dan Janina Stakevic. Dan Sumber Kesejahteraan Sosial
2014 Impact of Coordination for
Organization Process. Intellectual Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Economics,Vol.8, No.2(20), p. 112- Indonesia Nomor:
125 220/MENKES/SK/III/2002 Tentang
Pedoman Umum Tim Pembina, Tim
_____________._____. Qualitative Pengarah, Tim Pelaksana Kesehatan
Research Introduction. Jiwa Masyarakat ( TP – KJM )
Washington, DC:
Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor
Center for Teaching, Research & 45 Tahun 2012 Tentang Petunjuk
Learning. Pelaksanaan Peraturan Daerah
Provinsi Jawa Barat Nomor 11
Skripsi Tahun 2010 Tentang
Mediana, Viska. 2012. Analisis Penyelenggaraan Kesehatan
Koordinasi Dinas Perhubungan
dalam Penyediaan Pelayanan Jasa Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor
Transportasi Angkutan Kota di 440.05/Kep.372/Yansos/2014
Depok. Depok: Universitas Tentang Tim Penanggulangan
Indonesia Kesehatan Jiwa Masyarakat Provinsi
Jawa Barat
Dokumen
Undang – Undang Dasar Negara Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor
Republik Indonesia Tahun 1945 11 Tahun 2005 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Daerah Kota
Undang-Undang Republik Indonesia Bandung Nomor 03 Tahun 2005
Nomor 3 Tahun 1966 Tentang Tentang Penyelenggaraan
Kesehatan Jiwa Ketertiban, Kebersihan Dan
Keindahan
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor
Kesehatan 13 Tahun 2007 Tentang
Pembentukan Dan Susunan
Undang-Undang Republik Indonesia Organisasi Dinas Daerah Kota
Nomor 18 Tahun 2014 Tentang Bandung
Kesehatan Jiwa
Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor
Undang-Undang Republik Indonesia 10 Tahun 2009 Tentang Sistem
Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kesehatan Kota Bandung.
Kepolisian Negara Republik
Indonesia Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor
06 Tahun 2013 Tentang
Pembentukan Dan Susunan

ISSN: 2086-1338 Halaman: 18


JURNAL ADMINISTRASI NEGARA
Volume 2. No 1, Agustus 2017

Organisasi Satuan Polisi Pamong penderita-gangguan-jiwa-di-


Praja indonesia-terus-meningkat/ (Diakses
28 November 2015 pukul 13:39)
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
Kota Bandung Tahun 2016 http://psikotikz.blogspot.co.id/2013/12/re
habilitasi-sosial-gelandangan
Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar psikotik.html (Diakses 10 Februari
(Riskesdas) Provinsi Jawa Barat 2016 pukul 14:20)
Tahun 2007
http://bandungekspres.co.id/2015/penyan
Lampiran III Peraturan Daerah Provinsi dang-psikotik-alami-penurunan/
Jawa Barat Nomor 10 Tahun 2015 (Diakses 13 April 2016 pukul 13:15)
Laporan Pejabat Pelaksana Teknis
Kegiatan Sarana dan Prasarana Panti http://bandung.merdeka.com/halo-
bandung/dinsos-imbau-masyarakat-
Persinggahan Rumah Singgah Kota tak-beri-uang-anak-punk-dan-
Bandung Periode Juli s/d Desember gepeng-di-jalanan-160106z.html
2014 (Diakses 15 April 2016 pukul 10:12)

Laporan Pasien Gelandangan Psikotik http://portal.bandung.go.id/wakil-wali-


Instalasi Kesehatan Jiwa Masyarakat kota-bandung-berikan-bantuan-
dan Promosi Kesehatan Rumah Sakit sosial (Diakses pada 20 Mei 2016
(PKRS) Periode Januari s/d Agustus pukul 18:40)
2015
http://bandungekspres.co.id/2015/sebar-
Riset Kesehatan Dasar Badan Penelitian orang-gila-di-bandung-barat/2/
dan Pengebangan Kesehatan (Diakses 24 Mei 2016 pukul 15:54)
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia Tahun 2010 http://www.republika.co.id/berita/nasion
al/daerah/16/03/15/o433zw280-15-
Riset Kesehatan Dasar Badan Penelitian titik-penyebaran-pmks-kota-
dan Pengebangan Kesehatan bandung-terus-dipantau (Diakses 31
Kementerian Kesehatan Republik Mei 2016 pukul 18:07)
Indonesia Tahun 2013
http://www.pikiran-
Strategi Nasional Sistem Kesehatan Jiwa rakyat.com/ekonomi/2015/11/21/350
Direktur Jenderal Bina Upaya 770/inilah-umk-jabar-2016-yang-
Kesehatan Kementerian Kesehatan ditetapkan-gubernur (Diakses 9 Juni
Republik Indonesia Tahun 2015 2016 pukul 21:17)

Internet http://dinsos.bandung.go.id/BeritaFront/
http://www.kompasiana.com/naftalia/aw Detail/38 (Diakses pada 15 Juni
as-ada-orang-gila-edisi-hari- 2016 pukul 14:29)
kesehatan-jiwa-
sedunia_561bdef06c7a61f90b8b456 http://perpustakaan.bbppksyogyakarta.co
b (Diakses 28 November 2015 pukul m/index.php?p=show_detail&id=20
12:48) 44 (Diakses pada 15 Juni pukul
14:57)
http://www.unpad.ac.id/profil/dr-
suryani-skp-mhsc-setiap-tahun-

ISSN: 2086-1338 Halaman: 19


JURNAL ADMINISTRASI NEGARA
Volume 2. No 1, Agustus 2017

http://rsj.jabarprov.go.id/?viewPage=Ra
watJiwaIntensif&mk=3&im=25&la
ng=i d (Diakses pada 15 Juni 2016
pukul 17:15)

http://rsj.jabarprov.go.id/?viewPage=ten
ang&mk=3&im=26&lang=id
(Diakses pada 15 Juni pukul 17:17)

https://twitter.com/Dinsos_BDG/media
(Diakses pada 22 Mei 2016 pukul
18:07)

https://twitter.com/search?src=typd&q=
psikotik%20bandung (Diakses pada
22 Mei 2016 pukul 18:15)

https://twitter.com/FKTKSKBANDUNG/s
tatus/676984148872032256
(Diakses pada 22 Mei 2016 pukul
18:27)

ISSN: 2086-1338 Halaman: 20

Anda mungkin juga menyukai