Dosen Pembimbing :
Andi Yudianto, S.Kep.,Ns.,M.Kes.
Kelompok V:
Alhamdulillah kita panjatkan kehadiran Allah SWT yang maha esa. Karena dengan
limpahan rahmat serta hidayahnya yang di anugerahkan kepada kita sehingga dengan nikmat
tersebut tugas ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Selanjutnya sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kehadiran junjungan kita
yaitu Nabi besar Muhammad SAW. Kami menyadari bahwa tugas ini sangat jauh dari
kesempurnaan oleh karena itu kami sangat mengharap saran guna kesempurnaan dari tugas
makalah kami ini. Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi diri kami khususnya teman-teman
mahasiswa -mahasiswi pada umumnya.
Akhirnya kepada Allah SWT jugalah tempat kami kembali dan yang dapat
memberikan balasan yang setimpal dan semoga kerja keras kita ini senantiasa di terima di sisi
Allah SWT serta mendapatkan syafaat dari Nabi besar Muhammad SAW. Amin ya robbal
alamin.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan seuatu yang amat penting dalam kehidupan manusia. Dalam
mencapai manusia yang sehat secara fisik, manusia harus tahu bahwa sistem imunlah yang
bekerja dalam menangkal semua penyakit yang menyerang tubuh kita. Di dalam melindungi
tubuh kita, sistem imun memiliki kelainan-kelaainan yang ada baik akibat keturunan ataupun
penyakit. Salah satu kelainan tersebut adalah hemofilia.
Darah pada seorang penderita Hemofilia tidak dapat membeku dengan sendirinya
secara normal. Proses pembekuan darah pada seorang penderita Hemofilia tidak secepat dan
sebanyak orang lain yang normal. Ia akan lebih banyak membutuhkan waktu untuk proses
pembekuan darahnya. Penderita Hemofilia kebanyakan mengalami gangguan perdarahan di
bawah kulit, seperti: luka memar jika sedikit mengalami benturan atau luka memar timbul
dengan sendirinya jika penderita telah melakukan aktivitas yang berat.
Sampai saat ini dikenal dua macam hemofilia yang diurunkan secara sex-linked
recessive yaitu:
KLASIFIKASI
Hemophilia disebabkan oleh mutas gen – gen factor VIII (FVIII) atau factor IX
(FIX),diklasifikasikan sebagai hemophilia A atau B. Kedua gen ini terletak pada
kromosom X, menyebabkan gangguan resesif terkait-X. Oleh karena itu pada semua
anak perempuan dari laki – laki yang menderita hemophilia adalah akrier peyakit, dan
anak laki – laki tidak terkena. Anak laki – laki dari perempuan yang karier memiliki
kemungkinan 50% untuk menderita penyakit hemophilia. (Sylvia A.price)
2.3 Penatalaksanaan
Tatalaksana penderita hemophilia harus dilakukan secara komprehensif meliputi
pemberian factor pengganti yaitu F VIII untuk hemophilia A dan F IX untuk
hemophilia B, perawatan dan rehabilitasi terutama bila ada kerusakan sendi, edukasi
dan dukungan psikososial bagi penderita dan keluarganya.
Bila terjadi perdarahan akut terutama daerah sendi, maka tindakan RICE (rest,
ice, compression, elevation) segera dilakukan. Sendi yang mengalami perdarahan
diistirahatkan dan diimobilisasi. Kompres dengan es atau handuk basah yang dingin,
kemudian dilakukan penekanan atau pembebatan dan meninggikan daerah perdarahan.
Penderita sebaiknya diberikan factor pengganti dalam 2 jam setelah perdarahan.
Untuk hemophilia A diberikan konsentrat F VIII dengan dosis 0,5 x BB x (kg) x
kadar yang diinginkan (%). F VIII diberikan tiap 12 jam sedangakan F IX diberikan
tiap 24 jam untuk hemophilia B. Kadar F VIII atau IX yang diinginkan tergantung pada
lokasi perdarahan dimana untuk perdarahan sendi, otot, mukosa mulut dan hidung
kadar 30-50% diperlukan. Perdarahan saluran cerna, saluran kemih, daerah
retroperitoneal dan susunan saraf pusat maupun trauma dan tindakan operasi dianjurkan
kadar 60-100%. Lama pemberian tergantung pada beratnya perdarahan atau jenis
tindakan. Untuk pencabutan gigi atau epistaksis, diberikan selama 2-5 hari, sedangkan
operasi atau laserasi luas diberikan 7-14 hari. Untuk rehabilitasi seperti pada
hemarthrosis dapat diberikan lebih lama lagi.
Penderita hemophilia dianjurkan untuk berolah raga rutin, memakai peralatan
pelindung yang sesuai untuk olahraga, menghindari olahraga berat atau kontak fisik.
Berat badan harus dijaga terutama bila ada kelainan sendi karena berat badan yang yang
berlebih dapat memperberat arthritis. Vaksinasi diberikan sebagimana anak normal
terutama terhadap hepatitis A dan B. Vaksin diberikan melalui jalur subkutan, bukan
intramuscular.
3.
Faktor kongiental: genetiik Faktor lainnya: defisiensi Vit.K
4.
Faktor genetik Defisiensi Vit.K
5.
Penurunan
6. sintesis faktor G3 pembentukan faktor
VIII dan IX VIII,IX
7.
Faktor X tidak teraktivasi G3 proses koagulasi
8.
Pemanjangan APTT Luka tidak tertutup
9.
Trombin lama terbentuk
Perdarahan
10.
11.
Perdarahan
HEMOFILIA
v
Kehilangan banyak darah Kumpulan trombosit Vasokontriksi Absorpsi
menurun pembuluh darah otak
Hipoksia
Pengisian VS menurun Defisit fungsi
neurologis
Dipsnea
CO menurun
Letargi
Gangguan pola nafas
Gangguan perfusi
jaringan
Resiko cidera
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian Keperawatan
A. Biodata Klien
Terjadi pada semua umur biasanya anak laki – laki dan wanita carier
B. Keluhan Utama
1. Perdarahan lama (pada sirkumsisi)
2. Epitaksis
3. Memar, khususnya pada ekstremitas bawah ketika anak mulai berjalan
dan terbentur pada sesuatu
4. Bengkak yang nyeri, sendi terasa hangat akibat perdarahan jaringan lunak
dan hemoragi pada sendi
5. Pada hemophilia C biasanya perdarahan spontan
C. Riwayata Penyakit Sekarang
Apakah klien mengalami salah satu atau beberapa keluhan utama
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah dulu klien mengalami perdarahan yang tidak henti – hentinya serta
apakah klien mempunyai penyakit menular atau menurun seperti Dermatitis,
Hipertensi, TBC
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga klien ada yang menderita pada laki – laki atau carier pada wanita
F. Kaji Tingkat Pertumbuhan Anak
Pertumbuhan dan perkembangan anak tidak terlewati dengan sempurna
G. ADL (Activity Daily Life)
Pola nutrisi : anoreksia, menghindari anak tidak terlewati dengan
sempurna
Pola Eliminasi : hematuria, feses hitam
Pola personal hygiene: kurangnya kemampuan untuk melakukan
aktivitas perawatan dini
Pola aktivitas : kelemahan, dan adanya pengawasan ketat dalam
beraktivitas
Pola istirahat : tidur terganggu karena nyeri
H. Pemeriksaaan Fisik
o Keadaan umum : kelemahan
o BB : menurun
o Wajah : wajah mengekspresikan nyeri
o Mulut : mukosa mulut kering, perdarahan mukosa mulut
o Hidung : epitaksis
o Thorax/ dada : adanya tarikan intercostanalis dan bagaimana suara
paru
o Suara jantung pekak
o Adanya kardiomegali
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Resiko Cidera : beresiko mengalami cidera akibat kondisi lingkungan berinteraksi
dengan pribadi yang sumber-sumbernya adaptif dan defensi.
NOC :
Outcome : - kejadian jatuh
NIC :
1) Perawatan luka tekan
Catat karakteristik lukatelakn setiap hari, meliputi ukuran,
tingkatan luka, lokasi, eksudat, granulasi atau jaringan nikrotik, dan
epitelisasi
Monitor warna, suhu, odem, kelembapan, dan kondisi area sekitar
luka
Jaga agar luka tetap lembab untuk membantu proses penyembuhan
Berikan pelembab yang hangat disekitar area lukauntuk
meningkatkan perfusi darah dan suplai oksigen
Bersihkan luka dengan carian yang tidak berbahaya, lakukan
pembersihan dengan gerakan sirkuler dari dalam keluar
Catat karakteristi cairan luka
Pasang balutan adesif yang elastik pada luka, jiak memungkinkan
Pasilitasi pasien agar dapat berkonsultasi denganperawat denagn
ahli luka, juka dibutuhkan
Ajarkan pasien dan keluarga mengenai perawatan luka
2) Control infeksi :
Pastikan teknik perawatan luka yang tepat
Anjurkanpasien untuk meminum antibiotik seperti yang diresepkan
Tingkatkann intake nutrisi yang tepat
Ajar pasien dan keluarga menengenai tanda dan gejala infeksi dan
kapan haus melaporkannya kepada penyedia perawatan kesehatan
Ajarkan pasien dan keluarga mengenai bagaimana menghindari
infeksi
3) Pemberian obat
Pertahankan aturan dan prosedur yang sesuai denga keakuratan dan
keamanan pemberian obat-obatan
Pertimbangkan kebutuhan klien untuk mendaptkan obat-obatan
seperlunya secara tepat
Berikan obat-obatan sesuai dengan teknik secara tepat
Beritahukan klien mengenai jenis obat, alasan pemberian obat,
hasil yang diharapkan dan efek lanjutan yang akan terjadi sebelum
pemberian obat
2. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer : penurunan sirkulasi darah keperifer
yang dapat mengganggu kesehatan.
NOC :
Outcome :
- perfusi jaringan perifer
- penyembuhan luka primer
- penyembuhan luka sekunder
NIC :
1) Pencegahan emboli
Dapatkan riwayat rinci kesehatan pasien untuk menentukan tingkat
resiko pasien
Evaluasi keberadaan tanda triad Virchow : stasis vena,
hiperkoagulabilitas,dan trauma yang mengakibatkan kerusakan
dalam
Lakukan penilaian komprohensif dari sirkulasi dari serkulasi
perifer
Cegah cedera pembulu lumen dengan mencegah tekanan lokal,
trauma, infeksi, atau sepsis
Instruksikan pasien untuk melaporkan perdarahan yang berlebihan
2) Perawatan emboli perifer
Minta riwayat pasien secara rinci dalam rangka untuk
merencanakan perawatan pencegahan saat ini dan kedepanya
Berikan nilai komprohesif sirkulasi perifer
Montor nyeri didaerah yang terkena
Berikan obat anti koagulan
Arahkan pasien dan keluarga menegnai semua profilaksis anti
koagula dosisi rendah dan / obat antiplatelet
Monitor efeksamping dari obat anti koagulan
3) Plebotomy pembulu darah yang terkanulasi
Berhantikan semua infus intravena yang mungking saja
mengkontaminasi sample darah
Aplikasikan torniket sentral untuk area intravena perifer, hanya jika
diperlukan
4) Phelebotomi : sampel darah arteri
Pertahankan tindakna pencegahan universal
Lakukan tes Allen sebelum pungsi arteri radial
Bersihkan daerah dengan cairan (antiseptik) yang tepat
NIC :
NIC :