Anda di halaman 1dari 5

Teori dan paradigma modeling dan role modeling dikembangkan melalui proses

retroduktif. Model aslinya dikembangkan secara induktif dari pengalaman klinik primer
dan pengalaman hidup pribadi. Erickson beranggapan manusia memiliki hubungan
antara pikiran dan tubuh dan memprediksi kemampuan mereka untuk menghadapi stres.
Dia juga mengartikulasikan hubungan antara kebutuhan dan proses perkembangan,
kepuasan dan objek yang dimaksud, sakit dan kesehatan.
Para ahli dalam teori ini mengembangkan teori Maslow\u2019s yang memberikan
label dan artikulasi terhadap kebutuhan manusia berdasarkan obeservasi individu,
dimana setiap orang menginginkan menjadi lebih baik dari apa yang bisa dicapai. Selain
itu, mereka juga mengembangkan teori Piajet\u2019s yaitu perkembangan kognitif digunakan
sebagai kerangka kerja untuk memahami perkembangan berfikir. Teori lain yaitu teori
Winnicot yang merupakan teori tambahan yang digabungkan dengan model aslinya dan
diartikulasikan dengan menggabungkan konsep penggabungan individu.

1.Perawat harus memahami aspek budaya yang anut klien dan keluarga, meliputi
teknologi, religius dan filosofi, faktor sosial, nilai, kepercayaan dan cara hidup,
politik dan legal faktor, faktor ekonomi dan pendidikan. Hal ini akan mempengaruhi
pola dan pemberian asuhan keperawatan.
2.Perawat tetap harus memahami tentang tahap tumbuh kembang anak, tetapi dia
juga harus memperhatikan aspek budaya dimana anak ini tumbuh dan berkembang.
Dengan latar belakang budaya yang berbeda, anak biasanya juga memiliki karakter
yang berbeda sehingga membutuhkan pendekatan yang tidak sama dalam
menyelesaikan masalahnya.
KASUS LAIN
Ny. R, 26 tahun post SC hari ke 3 (P1A0). Saat ini tinggal serumah dengan mertua yang
sangat overprotektif dan memiliki nilai kepercayaan yang sangat kuat terhadap
budayanya. Ny. R mengalami kesulitan menghadapi mertuanya, yang sering
memberikan aturan-aturan setelah melahirkan yang ia anggap tidak rasional, misalnya
Ny R tidak boleh makan ikan, daging ayam, telor karena itu dianggap dapat
menyebabkan luka lama sembuh dan darah berbau amis.
PEMBAHASAN
Analisa kasus diatas menggunakan Teori Leiningers ”Transkultural”
Konsep teori yang dikemukan oleh Leiningers adalah: culture, cultural value,
culture care diversity, cultural care universality,culture care, worldview,social
structure dimensions, environmental context, etnohistory, generic care system.
Professional care system, cultural congruent nursing care, health, caring cultural care
preservation, cultural care accommodation, and cultural care repatterning.
Budaya merupakan nilai-nilai, keyakinan dancara hidup dari setiap kelompok
yang dipelajari, ditransmisikan, dimana menuntun untuk berfikir, mengambil keputusan
dan bertindak dalam cara-cara yang dipolakan (Leininger, 1991). Asumsi teori
Leiningerberhubungan dengan nilai-nilai, keyakinan, dan praktek-praktek budaya yang
dibentuk dan terikat pada pandangan dunia (world view) yang meliputi : teknologi,
agama dan keyakinan, sosial/kebangsaan, budaya dan nilai-nilai, politik dan legal,
ekonomi dan pendidikan yang saling mempengaruhi terhadap pola dan bentuk praktek
dari layanan keperawatan secara holistik dengan memandang individu, keluarga,
kelompok maupun masyarakat sebagai system kesehatan yang berbeda.
Menurut Leiningertindakan keperawatan sebagai sesuatu hal yang
menjembataniantara suatu masyarakat awamdan system professional. Dalam rangka
mencapai keselarasan dan keseimbangan dalam perawatan dengan memperhatikan
budaya terdapat 3 (tiga) hal yang dapat dilakukan oleh perawat yaituculture care
preservation, cultural care accomodation, dan restrukturisasi cultural care.
Teori Trancultural Nursing oleh Medilene Linenger dituangkan dalam
“Sunrise Model” sebagaimana pada gambar berikut:

Sunrise Model yang dikemukakan oleh Leinengermerupakan teori yang sangat


memiliki kesesuaian dengan penerapan proses keperawatan karena merepresentasikan
dari proses pemecahan masalah. Fokus proses keperawatan adalah klien sebagai
penerima layanan kesehatan, sedangkan klien dalam pandangan Sunrise model
difokuskan pada pengetahuan dan pemahaman akan budaya yang dimiliki oleh klien
sebagai suatu kekuatan utama.
Culture shock dapat dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana klien tidak
mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan, sehingga
memunculkan perasaan ketidaknyaman, ketidakberdayaan dan beberapa mengalami
disorientasi. Pemahaman perawat tentang Sunrise Model membantu perawat untuk
mencegah terjadi culture shock dan culture imposition (shock dan pemaksaan budaya).
Dalam penerapan proses keperawatan, pengetahuan budaya harus dimiliki
sebelum mengideintifikasi kondisi klien. Pada level satu dikaji pengetahuan dan
informasi tentang struktur social dan pandangan dunia terhadap budaya klien.
Selanjutnya dibutuhkan informasi tentang bahasa dan lingkungan, teknologi, agama,
filosophi dan kebangsaan, sosial struktur, nilai budaya dan kepercayaan, politik, legal
sistem, ekonomi dan pendidikan. Pengetahuan ini dibutuhkan dalam rangka
mengaplikasikan keperawatan pada klien dalam konteks individu, keluarga, kelompok,
comunitas dan institusional (level dua).
Penilaian terhadap nilai kepercayaan, tingkah laku klien, terhadap sistem
kesehatan diperlukanuntuk mengidentifikasi kebutuhan klien dalam rangka
merumuskan diagnosa keperawatan (level tiga). Selajutnya setelah ditetapkan suatu
diangnosa keperawatan maka disusunlah perencanaan dan implementasi keperawatan
(level empat) yang dalam model ini sebagai nursing care decition and action. Sunrise
Model secara spesifik tidak menjabarkan evaluasi sebagai suatu bagian khusus.
Walaupun demikian teori transcultural nursing makna penting dalam rangka pemenuhan
kebutuhan perawatan yang memberikan keuntungan bagi klien.

Anda mungkin juga menyukai