Anda di halaman 1dari 12

Dislokasi pada Sendi Temporomandibulae

Francisca Angelia

102013436

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No.6 Kebon jeruk, Jakarta Barat 11510

Abstrak

Rahang merupakan bagian dari anatomi tubuh yang sangat penting. Tanpa rahang kita tidak akan bisa
berbicara dan akan mendapat kelainan. Rahang mempunyai cara kerja yang jika melebihi kapasitas akan
menjadi kelainan atau posisi tulang dapat berubah dari keadaan normal. Jika mulut terbuka dengan sangat
lebar maka rahang tidak bisa tertutup karena mengalami dislokasi yang berhubungan dengan otot,sendi,
dan tulang rahang itu sendiri

Kata kunci: rahang, sendi, otot, tulang, anatomi.

Abstract

The jaw is part of the anatomy and very important. Without jaw we can never speak and will have the
disorder. The jaws have a way of working which if exceeded capacity will become disorders or bone
position can be changed from normal circumstances. If the open mouth with very wide then the jaw can
not closed due to the experience of dislocation associated with the muscles, joints, and bones of the jaw
itself.

Key words: jaw, joint, muscle, bone, anatomy.


Pendahuluan

Tulang adalah jaringan hidup yang strukturnya dapat berubah bila mendapat tekanan. Tulang
terdiri dari sel-sel, serabut-serabut dan matriks. Tulang bersifat keras. Berdasarkan umurnya,
tulang dibedakan menjadi tulang panjang, tulang pendek, tulang pipih, tulang irregular dan
tulang sesmoid.1

Otot merupakan kelompok jaringan terbesar dalam tubuh dan membentuk sekitar separuh berat
tubuh. Otot rangka itu sendiri membentuk sekitar 40% dari berat badan pria dan 32% berat tubuh
wanita.1

Sendi adalah daerah tubuh tempat dua tulang menyatu. Sendi dapat bergerak bebas, yang disebut
sendi diartrodial, atau dapat tidak begerak, yang disebut sendi sinartrodial.2

Pada makalah ini akan dijelaskan tentang otot, sendi, tulang pada rahang secara makroskopis dan
mikroskopis. Serta membahas metabolisme dan mekanisme kontraksi dan relaksasi dari otot
rahang sehingga dapat diketahui penyebab mulut tidak bisa tertutup karena tertawa yang terlalu
lebar. Dan semua bagian akan dijelaskan secara rinci dan jelas.

Struktur tulang

Tulang matur terdiri atas 30% materi organik (hidup) dan 70% deposit garam. Materi organik
disebut matriks, dan terdiri atas lebih dari 90% serabut kolagen dan kurang dari 10%
proteoglikan (protein plus polisakarida). Deposit garam terutama adalah kalsium dan fosfat,
dengan sedikit natrium, kalium karbonat, dan ion magnesium. Garam menutupi matriks dan
berikatan dengan serabut kolagen melalui proteoglikan. Matriks organik menyebabkan tulang
memiliki kekuatan tensil (resistensi terhadap tarikan yang meregangkan). Garam tulang
menyebabkan tulang memiliki kekuatan kompresi (kemampuan menahan kompresi).2

Mandibular adalah tulang yang tidak teratur dan merupakan satu-satunya tulang kepala yang
dapat bergerak. Tulang ini membentuk rahang bawah dan membentuk tempat untuk geligi bawah
yang tertanam bagian alveolaris. Ramus tulang mandibular adalah bagian yang mengandung
prosesu kondilaris (yang membentuk sendi dengan tulang temporal) dan prosesus koronoid (yang
merupakan tempat perlekatan otot-otot). Pertemuan antara bagian vertikal (ramus) dan horizontal
membentuk sudut rahang.

Tulang zigomatikum adalah tulang tidak beraturan yang membentuk tonjolan pipi dan sebagian
orbital. Prosesus temporalis berartikulasi dengan prosesus zigomatikus tulang temporal untuk
membentuk lengkungan zigomatikus.

Tulang palatum merupakan tulang-tulang tidak beraturan yang membentuk bagian palatum
durum, dinding lateral kavum nasal, dan dasar orbit.

Tulang hyoid berbentuk huruf U dan terletak di basis lidah. Tulang ini menjadi tempat perlekatan
lidah. Tulang ini tidak berartikulasi dengan tulang lain, tetapi dihubungkan oleh ligament ke
prosesus stiloideus tulang temporal.3

Pembentukan tulang

Pembentukan tulang berlangsung secara terus-menerus dan dapat berupa pemanjangan dan
penebalan tulang. Kecepatan pembentukan tulang berubah selama hidup. Pembentukan tulang
ditentukan oleh stimulasi hormonal faktor makanan, dan banyaknya stres yang dibebankan pasa
tulang, dan terjadi akibat aktivitas sel pembentuk tulang, osteoblas.2

Osteoblas dijumpai pada permukaan luar dan bagian dalam tulang. Osteoblas berespons terhadap
berbagai sinyal kimia untuk menghasilkan matriks organik.2

Jenis tulang

Tulang diklasifikasikan sebagai panjang, pendek, pipih, atau tidak beraturan. Tulang panjang
ditemukan di ekstremitas, sedangkan tulang pendek dijumpai di pergelangan kaki da pergelangan
tangan. Tulang pipih ditemukan di tengkorak dan selubung iga. Tulang tidak beraturan
mencakup vertebrata, tulang wajah, dan rahang.2

Sendi

Sendi adalah daerah tubuh tempat dua tulang menyatu. Sendi dapat bergerak bebas, yang disebut
sendi diartrodial, atau dapat tidak begerak, yang disebut sendi sinartrodial.2
Tulang-tulang tengkorak disambung satu sama lain oleh sambungan yang tak dapat bergerak
yang disebut sutura, kecuali sebuah tulang wajah, yaitu mandibula atau rahang bawah.
Mandibula ini membentuk sendi dengan tulang temporal, yaitu sendi mandibula.4

Dua maxilla membentuk rahang atas dan memuat gigi atas. Badan maxilla memuat ruang udara
yang agak besar, yaitu sinus maxillaris atau antrum highmore, yang berhubungan dengan hulu
hidung melalui dua lubang kecil.4

Mandibula membentuk rahang bawah. Selain tulang-tulang kecil pada telinga, mandibula
merupakan satu-satunya tulang pada tengkorak yang dapat bergerak. Mandibula terdiri atas
bagian badan, yaitu bagian tengah yang melengkung horizontal, yang membentuk dagu dan
berisi gigi bawah, dan atas dua bagian tegak yang disebut ramus.4

Otot

Otot yang terdapat pada rahang yaitu otot mastikasi yang menggerakkan rahang bawah keatas
dan kebawah ketika menggigit, juga kesamping, ke depan, dan ke belakang saat mengunyah.
Otot-otot tersebut adalah otot maseter yang berasal dari lengkung zigomatikus menuju ke sudut
rahang bawah, otot temporalis yang berasal dari tulang temporal dan berinsersi ke rahang bawah,
dan otot-otot yang lebih kecil, yang juga berasal dari tengkorak kepala ke arah rahang bawah.
Inilah otot-otot yang mengunci rahang saat tetanus.3

Struktur otot

1. Otot skelet

Otot skelet adalah otot yang menimbulkan pergerakan pada rangka kadang-kadang otot ini
disebut otot volunter dan tersusun dari serabut-serabut otot lurik, berkas-berkas silindris dan
berinti banyak.2

2. Otot polos

Otot polos terdiri atas sel-sel panjang berbentuk gelendong yang tersusun dalam berkas atau
lembaran. Otot yang ada pada saluran-saluran dalam tubuh berfungsi mendorong isi saluran
keluar.
3. Otot jantung

Otot jantung terdiri atas serabut otot lurik yang bercabang-cabang dan satu dengan yang lain
saling berhubungan. Otot ini membebntuk myocardium jantung.

Mekanisme kerja otot

Bila suatu otot berkontraksi, salah satu ujung biasanya diam sedangkan ujung lain bergerak
kearah ujung yang diam tersebut. Ujung yang diam disebut origo, sedangkan yang bergerak
disebut insersio. Otot tidak pernah bergerak sendiri. Bahkan gerakan paling sederhana sekalipun
memerlukan kerja banyak otot.3

Jaringan Ikat atau ligamen pada sendi temporomandibula

Sendi temporomandibula ini berdekatan dengan meatus auditorius externus dengan


telinga tengah dan telinga bagian dalam. Ligamen malleolar anterior melekat pada prosessus
anterior dari malleolus dibagian superior, sementara bagian inferior menyatu dengan kapsula
sendi dan ligamentum sphenomandibulare, yang melekat pada lingual mandibula.

Gambar 1. Struktur Mandibula

Ligamen kapsul adalah jaringan fibrous elastis tipis yang melekat pada pinggiran
permukaan artikular. Fibrous berorientasi vertikal dan tidak menahan gerakan secara bersamaan.
Fungsi dari ligamen yang membentuk Sendii Temporomandibula ini adalah sebagai alat untuk
menghubungkan tulang temporal dengan prosesus kondiloideus dari tulang mandibula serta
membatasi gerak mandibula membuka, menutup mulut, pergerakan ke samping, dan gerakan
lain. Ligamen yang menyusun sendi tempomandibula terdiri dari ligamen temporo mandibular,
ligamen spheno mandibular, dan ligamen stylo mandibular.

Tulang rawan

Tulang rawan ditandai dengan suatu matriks ekstrasel yang banyak mengandung
glikosaminoglikan dan proteoglikan yaitu makromolekul yang berintegrasi dengan serat kolagen
dan elastin. Tulang rawan terdiri atas sel-sel, yang disebut kondrosit dan matriks ekstrasel luas,
yang terdiri atas serat dan substansi dasar.5

Sel tulang

Osteoblas bertanggung jawab atas sintesis komponen organik matriks tulang. Osteoblas hanya
terdapat pada permukaan tulang dan letaknya bersebelahan, mirip epitel selapis. Beberapa
osteoblas secara berangsur dikelilingi oleh matriks yang baru terbentuk menjadi osteosit dan
selama proses ini, terbentuk rongga yang disebut lacuna.

Osteosit yang berasal dari osteoblas, terletak dalam lacuna yang terletak antara lamella matriks.
Hanya ada satu osteosit dalam lacuna dan bila dibandingkan dengan osteoblas, osteosit yang
gepeng dan berbentuk kenari tersebut memiliki sedikit reticulum endoplasma kasar dan
kompleks golgi serta kromatin inti yang lebih padat.

Osteoklas adalah sel motil bercabang yang sangat besar. Bagian badan sel yang melebar
mengandung 5-50 inti (atau lebih). Pada daerah terjadinya reabsorbsi tulang, osteoklas terdapat
dalam lekukan yang terbentuk akibat kerja enzim pada matriks, yang dikenal sebagai Lakuna
Howsip.5

Perkembangan tulang

Tulang berkembang dengan dua cara yaitu mineralisasi langsung dari matriks yang disekresi
osteoblas dan deposisi matrik tulang pada matriks tulang rawan yang sudah ada.2
Metabolisme otot

Kontraksi otot bergantung pada produksi ATP dari salah satu dari tiga sumber yaitu kreatinin
fosfat (CP) yang disimpan di otot, fosforilasi oksidatif bahan makanan yang disimpan atau
dikirimkan ke otot, dan glikolisis anaerob.2

Ketika otot pertama kali mulai berkontraksi, otot mulai menggunakan simpanan CP-nya untuk
mendorong kontraksi. CP mengandung molekul fosfat energy tinggi yang dipindahkan ke ADP
untuk menghasilkan ATP: CP + ADP = C + ATP.2

Gerakan pada mandibula

Gerakan mandibula dalam hubungannya dengan rahang atas dapat dibedakan menjadi
gerakan membuka yang mempunyai mekanisme M.pterygoideus lateralis menarik processus
condilaris ke depan menuju eminentia articularis. Pada saat bersamaan serabut posterior M.
Temporalis harus relaks dan keadaan ini diikuti dengan relaksasi M. Masseter, serabut anterior
M. Temporalis dan M. Pterygoideus Medialis yang berlangsung cepat dan lancar. Keadaan ini
akan memungkinkan mandibula berotasi di sekitar sumbu horizontal sehingga proseccus
condilaris akan bergerak ke depan sedang angulus mandibula bergerak ke belakang. Dagu akan
terdepresi, keadaan ini dibantu dengan gerak membuka yang kuat oleh M. Digastricus, M.
Geniohyoideus, dan M. Mylohyoideus yang berkontraksi terhadap os. Hyoid. dan gerakan
menutup yang mempunyai mekanisme rahang dapat menutup pada berbagai posisi. Mulai dari
menutup pada posisi protusi penuh sampai menutup pada keadaan Processus Condylaris berada
pada posisi paling posterior dalam fossa Mandibula. Pada posisi protusi memerlukan kontraksi
M. Pterygoideus Lateralis yang dibantu M. Pterygoideus Medialis. Caput Mandibula akan tetap
pada posisi ke depan Eminentia Articularis.
Gambar 2. Fungsi Temporomandibular Joint

Pada gerak menutup retrusi, serabut posterior M. Temporalis akan bekerjasama dengan M.
Masseter untuk mengembalikan Processus Conylaris ke dalam Fossa Mandibula, sehingga gigi
geligi dapat saling kontak pada oklusi normal. Pada gerak menutup Cavum Oris, kekuatan yang
dikeluarkan otot penguyahan akan diteruskan terutama melalui gigi geligi ke rangka wajah
bagian atas M. Pterygoideus Lateralis dan serabut posterior M. Temporalis cenderung
menghilangkan tekanan dari caput mandibula saat otot-otot ini berkontraksi. Keadaan ini
berhubungan dengan fakta bahwa sumbu rotasi mandibula akan melintas di sekitar ramus.
Terjadi dua pergerakan pada sendi temporo mandibular yaitu pergerakan rotasi dan pergerakan
translasi. Pergerakan rotasi adalah pergerakan anatara permukaan superior kondilus dengan
permukaan inferior dari diskus artikularis. Sedangkan pergerakan translasi adalah pergerakan
dimana setiap titik dari objek yang bergerak secara simultan mempunyai kecepatan dan arah
yang sama.
Mekanisme Pergerakan Mulut

Teori kontraksi otot yang disebut model sliding filaments. Model ini menyatakan bahwa
kontraksi didasarkan adanya dua set filamen di dalam sel otot kontraktil yang berupa filament
aktin dan filamen miosin. Rangsangan yang diterima oleh asetilkolin menyebabkan aktomiosin
mengerut (kontraksi). Kontraksi ini memerlukan energi. Pada waktu kontraksi, filamen aktin
meluncur di antara miosin ke dalam zona H (zona H adalah bagian terang di antara 2 pita gelap).
Dengan demikian serabut otot menjadi memendek yang tetap panjangnya ialah ban A (pita
gelap), sedangkan ban I (pita terang) dan zona H bertambah pendek waktu kontraksi.

Ujung miosin dapat mengikat ATP dan menghidrolisisnya menjadi ADP. Beberapa
energi dilepaskan dengan cara memotong pemindahan ATP ke miosin yang berubah bentuk ke
konfigurasi energi tinggi. Miosin yang berenergi tinggi ini kemudian mengikatkan diri dengan
kedudukan khusus pada aktin membentuk jembatan silang. Kemudian simpanan energi miosin
dilepaskan, dan ujung miosin lalu beristirahat dengan energi rendah, pada saat inilah terjadi
relaksasi. Relaksasi ini mengubah sudut perlekatan ujung myosin menjadi miosin ekor. Ikatan
antara miosin energi rendah dan aktin terpecah ketika molekul baru ATP bergabung dengan
ujung miosin. Kemudian siklus tadi berulang Iagi.9

Dislokasi
Dislokasi pada Temporomandibular joint (TMJ ) atau dislokasi mandibula adalah
pergeseran condylus dari lokasinya yang normal di fossa mandibularis.3,4 Terdapat berbagai jenis
dislokasi yang dapat terjadi melalui mekanisme traumatik atau nontraumatik. Jenis dislokasi
dibedakan berdasarkan letak condylus relatif terhadap fossa articularis tulang temporal:

a. Dislokasi anterio
Pada dislokasi tipe ini terjadi perubahan posisi condylus menjadi anterior terhadap ossa
articularis tulang temporal. Dislokasi anterior biasanya terjadi akibat interupsi pada
sekuens normal kontraksi otot saat mulut tertutup setelah membuka dengan ekstrim.
Muskulus masseter dan temporalis mengangkat mandibula sebelum muskulus pterygoid
lateral berelaksasi, mengakibatkan condylus mandibularis tertarik ke anterior ke tonjolan
tulang dan keluar dari fossa temporalis. Spasme muskulus masseter, temporalis, dan
pterygoid menyebabkan trismus dan menahan condylus tidak dapat kembali ke fossa
temporalis. Dislokasi jenis ini dapat unilateral atau bilateral. Dislokasi tersebut dibedakan
menjadi akut, kronik rekuren, atau kronik.3,4
b. Dislokasi akut terjadi akibat trauma atau reaksi distonik, namun biasanya disebabkan oleh
pembukaan mulut yang berlebihan seperti menguap, anestesi umum, ekstraksi gigi,
muntah, atau kejang. Dislokasi anterior juga dapat terjadi setelah prosedur endoskopik.5
c. Dislokasi kronik akut disebabkan oleh mekanisme yang sama pada pasien dengan faktor
risiko seperti fossa mandibularis yang dangkal (kongenital), kehilangan kapsul sendi
akibat riwayat disloasi sebelumnya, atau sindrom hipermobilitas.
d. Dislokasi kronik terjadi akibat dislokasi TMJ yang tidak ditangani sehingga condylus
tetap berada dalam posisinya yang salah dalam waktu lama. Biasanya dibutuhkan reduksi
terbuka.
e. Dislokasi superior terjadi akibat trauma fisik langsung pada mulut yang sedang berada
dalam posisi terbuka. Sudut mandibula pada posisi ini menjadi predisposisi pergeseran
condylus ke arah superior dan dapat mengakibatkan kelumpuhan nervus fasialis, kontusio
serebri, atau gangguan pendengaran.9

Mekanisme kontraksi dan relaksasi

Kontraksi meliputi pemendekan elemen kontraksi otot. Namun karena otot mempunyai elemen
elastik dan kenyal yang tersusun serial dengan mekanisme kontraksi, kontraksi dapat terjadi
tanpa pemendekan yang berarti diseluruh berkas otot. Kontraksi seperti ini disebut sebagai
kontraksi isometric ( dengan ukuran/panjang yang sama). Kontraksi melawan beban yang tetap,
yang disertai pemendekan otot, dinamakan kontraksi isotonik (tegangan yang sama). Hasil
perkalian antara gaya dan jarak, kontraksi isotonic menghasilkan kerja sedangkan kontraksi
isometric tidak.6,7

Mekanisme umum kontraksi otot

Timbul dan berakhirnya kontraksi otot terjadi dalam urutan tahap-tahap berikut ini.

1. Suatu potensial aksi berjalan disepanjang sebuah saraf motorik sampai ke ujung serabut
otot.
2. Disetiap ujung, saraf menyekresi substansi neurotransmitter yaitu asetilkolin dalam
jumlah yang sedikit.
3. Asetilkolin bekerja pada area setempat pada membran serabut otot untuk membuka
banyak kanal gerbang asetilkolin melalui molekul-molekul protein yang terapung pada
membrane.
4. Terbuka gerbang asetilkolin memungkinkan sejumlah besar ion natrium untuk berdifusi
ke bagian dalam membrane serabut otot.
5. Potensial aksi akan berjalan disepanjang membrane serabut otot dengan cara yang sama
seperti potensial aksi berjalan disepanjang membrane serabut saraf.
6. Potensial aksi akan menimbulkan depolarisasi membrane otot dan banyak aliran listrik
potensial aksi mengalir melalui pusat serabut otot. Disini potensial aksi menyebabkan
reticulum sarkoplasma melepaskan sejumlah besar ion kalsium yang telah tersimpan
didalam reticulum ini.
7. Ion-ion kalsium menimbulkan kekuatan menarik antara filament aktin dan myosin, yang
menyebabkan kedua filamen tersebut bergeser satu sama lain dan menghasilkan proses
kontraksi.
8. Setelah kurang dari satu detik, ion kalsium dipompa kembali kedalam reticulum
sarkoplasma oleh pompa membran Ca++ dan ion-ion ini tetap disimpan dalam reticulum
sampai potensial aksi otot yang baru datang lagi, pengeluaran ion kalsium dari myofibril
akan menyebabkan kontraksi otot.6

Proses-proses biokimia utama selama satu siklus kontraksi dan relaksasi otot dapat
disajikan dalam lima tahapan :

1. Dalam fase relaksasi kontraksi otot kepala S-1 pada myosin menghidrolisis ATP menjadi
ADP dan Pi, tapi produk-produk ini tetap terikat. Kompleks ADP-Pi-miosin yang
terbentuk telah mengalami penguatan dan disebut konformasi berenergi tinggi.
2. Ketika kontraksi otot di stimulasi (melalui proses yang melibatkan Ca2+, troponin,
tropomiosin, dan aktin), aktin dapat diakses dan kepala S-1 menemukannya, mengikatnya
dan membentuk kompleks aktin-miosin-ADP-Pi.
3. Pembentukan kompleks ini mendorong pembebasan Pi, yang memicu power stroke. Hal
ini diikuti oleh ADP dan disertai oleh perubahan konformasi mencolok dikepala myosin
dan kaitannya dengan ekornya.
4. Molekul ATP lain mengikat kepala S-1 dan membentuk komplek aktin-miosin-ATP.
5. Myosin-ATP memiliki afinitas yang rendah terhadap aktin sehingga aktin terlepas. 8

Kesimpulan

Setelah mempelajari makroskopis tulang, sendi, dan otot serta mikroskopis tulang, sendi, dan
otot, metabolisme otot, mekanisme kontraksi dan relaksasi otot dapat diketahui bahwa kerja otot
yang melewati batas normal atau berlebihan menyebabkan dislokasi pada sendi rahang yang
mengakibatkan mulut tidak bisa tertutup setelah tertawa lebar. Tidak bisa menutup mulut
dikarenakan perubahan posisi tulang dan mekanisme kontraksi dan relaksasi yang terganggu.

Daftar Pustaka

1. Snell, Richard S. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi ke-6. Jakarta: EGC;
2006.
2. Corwin Elizabeth J. Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC; 2009.
3. Watson R. Anatomi fisiologi untuk perawat. Jakarta: EGC; 2002.
4. Pearce Evelyn C. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
5. Janqueira, Carlos L. Histologi dasar teks dan atlas. Edisi ke-10. Jakarta: EGC; 2007.
6. Guyton, John EH. Buku saku fisiologi kedokteran. Edisi ke-11. Jakarta: EGC; 2009.
7. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-22. Jakarta: EGC; 2008.
8. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia harper. Edisi ke-27. Jakarta: EGC;
2009.

9. Okeson JP.Management of temporomandibular disorders and occlusion.5th


ed.2003.St.Louis:Mosby p.93-107

Anda mungkin juga menyukai