Anda di halaman 1dari 13

Gangguan Fungsi Muskuloskeletal Pada Palmar Dextra

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telephone : (021) 5694-2061, fax : (021) 563-1731
tu.fk@ukrida.ac.id

Pendahuluan
Tangan manusia merupakan salah satu struktur manusia yang sangat menabjubkan.Dimana
terdapat otot,tulang dan persendian sehingga ia mampu menjadi sabagai salah satu alat gerak
yang paling penting yang memungkinkan manusia dapat menggenggam sesuatu bahkan dapat
menulis.Akan tetapi didalam keadaan sehari hari manusia seringkali mendapatkan berbagai
gangguan pada bagian-bagian penting tulang akibatnya tangan tidak mampu menulis ataupun
menggenggam suatu barang.
Skenario 7
Seorang anak berumur 10 tahun dibawa ibunya datang ke puskesmas dengan keluhan
jari-jari tangan kanan terjepit pintu 2 hari yang lalu. Pada pemeriksaan ditemukan jari-jari
tangan kanan 1, 2, dan 3 bengkak, dan kesulitan menggenggam sesuatu dan menulis.

Anatomi Mikro (Histologi)

Osifikasi atau yang disebut dengan proses pembentukan tulang telah bermula sejak
umur embrio 6-7 minggu dan berlangsung sampai dewasa. Osifikasi dimulai dari sel-sel
mesenkim memasuki daerah osifikasi, bila daerah tersebut banyak mengandung pembuluh
darah (Vaskular) akan membentuk osteoblas, bila tidak mengandung pembuluh darah
(Avaskular) akan membentuk kondroblas. Pembentukan tulang rawan terjadi segera setelah
terbentuk tulang rawan (kartilago). Mula-mula pembuluh darah menembus perichondrium di
bagian tengah batang tulang rawan, merangsang sel-sel perikondrium berubah menjadi
osteoblas. Osteoblas ini akan membentuk suatu lapisan tulang kompakta, perichondrium
berubah menjadi periosteum. Bersamaan dengan proses ini pada bagian dalam tulang rawan di
daerah diafisis yang disebut juga pusat osifikasi primer, sel-sel tulang rawan membesar
kemudian pecah sehingga terjadi kenaikan pH (menjadi basa) akibatnya zat kapur
didepositkan, dengan demikian terganggulah nutrisi semua sel-sel tulang rawan dan
menyebabkan kematian pada sel- sel tulang rawan ini. Kemudian akan terjadi degenerasi

1
(kemunduran bentuk dan fungsi) dan pelarutan dari zat-zatinterseluler (termasuk zat kapur)
bersamaan dengan masuknya pembuluh darah ke daerah ini, sehingga terbentuklah rongga
untuk sumsum tulang. Pada tahap selanjutnya pembuluh darah akan memasuki daerah epiphise
sehingga terjadi pusat osifikasi sekunder, terbentuklah tulang spongiosa. Dengan demikian
masih tersisa tulang rawan dikedua ujung epifise yang berperan penting dalam pergerakan
sendi dan satu tulang rawan di antara epifise dan diafise yang disebut dengan cakram epifise.
Selama pertumbuhan, sel-sel tulang rawan pada cakram epifise terus-menerus membelah
kemudian hancur dan tulang rawan diganti dengan tulang di daerah diafise, dengan demikian
tebal cakram epifise tetap sedangkan tulang akan tumbuh memanjang. Pada pertumbuhan
diameter (lebar) tulang, tulang didaerah rongga sumsum dihancurkan oleh osteoklas sehingga
rongga sumsum membesar, dan pada saat yang bersamaan osteoblas di periosteum membentuk
lapisan-lapisan tulang baru di daerah permukaan.1

Jaringan Penyambung Khusus

Jaringan penyambung khusus diantaranya adalah kartilago (tulang rawan) dan tulang.
Kartilago memiliki ciri matriks yang kuat dan mampu menahan tekanan meknik. Matriks
tulang adalah salah satu jaringan terkeras pada tubuh, dan juga mampu menahan tekanan yang
diberikan kepadanya. Kedua jenis jaringan penyambung ini memiliki sel khusus yang mampu
mensekresikan matriks yang selanjutnya akan mengurung sel-sel tersebut. Namun kartilago
dan tulang memiliki fungsi berbeda, meski keduanya terlibat dalam menyokong tubuh karena
berperan pada sistem rangka kebanyakan tulang panjang pada tubuh ketika embrio terbentuk
sebagai kartilago yang kemudian akan digantikan oleh tulang, yang disebut sebagai penulangn
endokronal. Ada pula yang disebut dengan penulangan intramembranosa yang terjadi pada
tulang pipih dengan metode osteogenesis.2

Jaringan Ikat Khusus Kartilago

Komponen tulang rawan diantaranya sel-sel kondrosit dan kondroblas. Sel kondrosit
ini berada pada rongga kecil yang disebut lakuna, pada matriks ekstraselular yang disekresikan
kondrosit tersebut. Matriks ekstraselular terdiri atas glikosaminoglikans dan proteoglikans,
yang berhubungan erat dengan kolagen dan serat elstin di dalam matriks. Dengan adanya serat
elastin dalam kartilago, maka memungkinkannya berfungsi sebagai peredam kejut, karena
memiliki sifat fleksibilitas dan resistensi terhadap tekanan yang dimiliki kartilago. Serta
permukaannya yang licin memungkinkan terjadinya gerak yang hampir bebas friksi pada sendi,
dimana kartilago melapisi permukaan sendi. Terdapat 3 macam kartilago, yang pertama

2
kartilago hialin mengandung kolagen tipe II di dalam matriksnya, dan merupakan kartlago yang
paling banyak terdapat pada tubuh dan memiliki beragam fungsi, diantaranya untuk
menyokong beberapa area.2

Struktur kartilago hialin diantaranya kondrosit, perikondrium, dan matriks. Kondrosit


merupakan sel yang mengisi lakuna dalam matriks yang jernih dan tampak seperti kaca.
Perikondrium adalah membran jaringan ikat rapat yang tervaskularisasi di sekitar kartilago
hialin. Sedangkan matriks kartilago tidak memiliki pembuluh darah, sehingga nutrien dan gas
masuk ke kondrosit melalui perikondrium.3

Kedua, kartilago elastis memiliki serat elastik (bercabang banyak) yang memungkinkan
elastisitas dalam pergerakan. Terdapat pada bagian telinga eksternal, epiglottis dan beberapa
kartilago laring.2

Ketiga, fibrokartilgo dikaitkan dengan kartlago hialin karena memiliki kemiripan yaitu
terdapat pada penyambung padat. Namun, fibrokartilago tidak memiliki perikondrium.
Fibrokartilago ditemukan diantara tulang yang membentuk sendi yang sedikit bergerak,
misalnya diantara badan-badan vertebra.2

Jaringan Ikat Khusus Tulang

Tulang merupakan jaringan penyambung khusus yang matriks ekstraselularnya


terkalisifikasi dan mengurung sel-sel yang mensekresikan matriks tersebut. Sel tulang memiliki
persediaan darah yang kaya melalui kanalikuli, yaitu saluran kecil yang menembus matriks
terkalsifikasi. Tulang (jaringan osseus), seperti kartilago, tersusun dari sel, serat, dan matriks,
namun lebih kuat daripada kolagen, karena matriksnya mengandung kalsium anorganik dan
garam fosfat yang memberikan kekerasan dan kemampuan untuk menopang berat tubuh.
Matriks tulang mengandung bahan anorganik dan organik. Komponen anorganik menyusun
65% berat kering tulang, dimana berupa kristal kalsium hidroksiapatit [Ca10(PO4)6(OH)2],
kebanyakan terdiri atas kalsium dan fosfor permukaan bebas dari kristal dikelilingi oleh
substansi dasar amorf. Ion-ion permukaan Kristal akan menarik H2O dan membentuk selubung
hidrasi, yang memungkinkan terjadinya pertukaran ion dengan cairan ekstraselular, kekerasan
dan kekuatan tulang disebabkan oleh adanya hubungan kristal hidroksiapatit dengan kolagen.
Saat tulang mengalami dekalsifiasi (misalnya seluruh mineral hilang dari tulang), bentuknya
akan tetap seperti semula namun akan menjadi lebih fleksibel sehingga bisa dilengkungkan
seperti sepotong karet yang keras. Sedangkan komponen organik pada tulang adalah kolagen
tipe I, dan menyusun hampir 35% berat kering tulang. Jika komponen organik dekstrasi dari

3
tulang, rangka yang masih megandung mineral akan tetap mempertahankan bentuk asalnya,
namun lebih rapuh dan mudah terjadi fraktur. 1,2

Jenis sel-sel pada tulang diantaranya sel-sel osteoprogenitor, osteoblast, osteosit, dan
osteoklas. Sel osteoprogenitor berasal dari sel mesenkim embrionik dan mempertahankan
kemamouannya untuk melakukan mitosis, berada pada lapisan dalam periosteum, lapisan kanal
havers, dan pada endosteum. Sel ini berbentuk gelendong dan memiliki inti lonjong, sitoplasma
sedikit dan terpulas pucat, serta memiliki ribosom bebas berlimpah. Merupakan sel paling aktif
selama masa pertumbuhan tulang yang intens.2

Osteoblas, berasal dari sel-sel osteoprogenitor. Sel ini tidak hanya mensintesis matriks
organik bagi tulang, namun juga reseptor untuk hormon paratiroid. Organel-organel pada
osteoblast terpolarisasi sehingga inti terletak jauh dari daerah yang aktif bersekresi, dimana
terdapat granula sekretori yang mengandung perkusor matriks. Osteoblast memiliki beberapa
faktor pada membrannya yaitu integrin dan reseptor hormon paratiroid.2

Osteosit, merupakan sel-sel tulang matur dan berasal dari osteoblast yang terkurung
didalam lakunanya. Sel-sel ini memiliki peran transduksi mekanik (mechantroduction), dimana
merespon stimulus berupa regangan pada tulang. Osteklas, adalah sel berinti banyak yang
berasal dari progenitor granulosit-makrofag. Memiliki peran terhadap resorpsi tulang,
merupakan sel besar, motil, berinti banyak, dan memiliki sitoplasma yang asidofilik. Osteoklas
bertanggung jawab untuk menghancurkan dan membentuk kembali tulang.2

Tulang digolongkan berdasarkan bentuk anatominya, pendek, panjang, pipih, irregular,


dan sesamoid. Tulang panjang berarti menunjukkan tulang panjang dan berlokasi diantara dua
kepala/ ujung yang besar, seperti tibia. Tulang pendek memiliki lebar dan panjang yang kurang
lebih sama, misalnya tulang karpal. Tulang pipih berbentuk datar, tipis, dan seperti lempengan,
misalnya tulang-tulang yang membentuk tengkorak. Tulang irregular memiliki bentuk yang
irregular dan tidak termasuk di dalam klasifikasi lainnya, misalnya tulang sphenoid. Tulang
sessamoid berkembang di dalam tendon, misalnya patella.2

Jaringan Otot

Ada tiga macam otot yang digolongkan berdasarkan struktur dan fungsinya:3

4
a) Otot skelet, tersusun atas sel berinti banyak, panjang, dan silindris yang mengalami
kontraksi volunter (atas kemauan tubuh) untuk memfasilitasi gerfakan tubuh atau bagian
tubuh. Serat otot skelet dibagi menjadi merah, putih, atau intermedia. (lihat tabel no.1)

b) Otot jantung, merupakan otot yang kontraksinya bersivat involunter (tidak dibawah
kemauan kita), yang hanya terdapat pada jantung dan bagian proksimal vena-vena
pulmonary.
c) Otot polos, yaitu otot yang involunter, terletak di dinding pembuluh darah visera serta
bagian dermis kulit.

Anatomi Makroskopik

Manus adalah bagian dari region extremitas superior di distal dari sendi radiocarpea
dan merupakan alat mekanik dan sensorium. Manus di bagi menjadi tiga bagian, yaitu ,
pergelangan tangan (carpus), metacarpus, dan digiti (lima jari tangan termasuk ibu jari). Kelima
digitus terdiri dari pollex yang berada di bagian lateral, empat digitus lainnya berada di bagian
medial dari pollex. Keempat digitus itu adalah index, digitus medius, digitus annularis dan
digitus minimus.4

Ketika dalam posisi normal (saat istirahat), digiti memembentuk lengkung yang fleksi
dengan digiti minimus yang paling fleksi dan index yang paling sedikit fleksinya. Pada posisi
anatomi digiti dibuat ekstensi.4

Manus memiliki permukaan anterior yaitu palma telapak tangan, dan permukaan dorsalis yaitu
dorsum manus atau punggung tangan.

Ossa Manus

Pada manus tulang dikelompokkan menjadi tiga kelompok tulang, yaitu delapaan buah
tulang carpale (tulang-tulang dari carpus), lima metacarpale (1 sampai 5) adalah tulang-tulang
dari metacarpus, Phalanges adalah tulang-tulang dari digiti (pada pollex hanya memiliki dua
tulang saja, sedangkan pada digiti memiliki 3 tulang). Tulang-tulang carpale dan metacarpale
index, digitus medius, digitus annularis, dan giditus minimus (metacarpi 2 sampai 5) sering
berfungsi sebagai satu unit dan membentuk sebagian besar palmaris. Sedangkan tulang
metacarpal pollex dapat berfungsi secara bebas dan memiliki fleksibilitas yang meningkat pada
sendi carpometacarpales untuk memungkinkan oposisi pollex terhadap digiti.4

Tulang-tulang carpal

5
Tulang-tulang ini disusun dalam baris proximal dan distal, tiap baris ini terdiri empat tulang.
Pada baris proximal (dari lateral ke medial, jika dipandang dari anterior) terdiri dari tulang-
tulang seperti scaphoideum (berbentuk seperti perahu), lumantum (berbentuk seperti bulan
sabit), triquetrum(memiliki tiga sisi), pisiforme(berbentuk seperti kacang). Pisiforme adalah
tulang sesamoidea di tendo flexor carpi ulnaris dan bersendi dengan permukaan anterior
triquetrum. Scapoideum memiliki tuberculum ossis scaphoidei yang menonjol pada facies
palmaris bagian lateralnya yang mengarah kearah anterior.4

Pada baris distal (dari lateral ke medial, jika dipandang dari anterior) terdiri dari tulang tulang
seperti trapezium (tulang bersisi empat tetapi tidak beraturan), trapezoideum (bersisi empat),
capitatum (tulang ini memiliki caput), hamatum (tulang ini memilik kait). Trapezium bersendi
dengan tulang metacarpal pollex, dan memiliki tubercullum ossis trapezii yang khas pada
facies palmarisnya, yang mengarah keanterior. Tulang carpal yang terbesar, yaitu capitatum,
bersendi dengan basis metacarpalis III. Sedangkan humantum yang terletak tapat dilateral dan
distal dari pisiforme, memiliki kait yang menonjol (hamulus ossis hamate) pada facies palmaris
yang mengarah ke anterior.4

Pada tulang –tulang carpale memiliki banyak facies articularis (GAMBAR 7.80). tulang tulang
ini semuanya saling bersendi. Tulang-tulang carpale di baris distal bersendi dengan metacarpi
digiti. Semua gerak tulang-tulang metacarpale pada tulang-tulang carpale sifatnya terbatas,
kecuali pada metacarpale pollex.4

Tulang-tulang carpale tidak berada pada sebuah bidang datar, tetapi agak membentuk arcus
yang dasarnya mengarah kearah ke anterior. Pada sisi lateral dasar ini dibentuk oleh tuberculli
scaphoideum dan trapezium. Sisi medialnya dibentuk oleh pisiforme dan hamulus ossis
hamate. Retinacullum flexorum melekat dan membentangu jarak anatara sisi media dan lateral
dasar untuk membentuk dinding anterior canalis carpi. Sisi- sisi dan atap canalis carpi dibentuk
oleh arcus tulang-tulang carpale.4

Metacarpi

Tualnag metacarpale berjumlah lima, dan masing-masing tulang ini terhubung dengan satu
digitus. Metacarpale I terhubung dengan pollex, metacarpi II samapi V terhubung secara
berturut-turut dengan index, digitus medius, digitus amularis, dan digitus minimus.

Tiap metacaeprle terdiri atas basis, corpus, dan caput di distal. Semua basis metacarpalis
bersedni dengan tulang-tulang carpale dan basis metacarpalis digiti saling bersendi.

6
Semua caput metacarpalis bersendi dengan phalax proximalis digitu. Caput ini membentuk
buku-buku jari pada permukaan dorsum manus saat digiti diflexikan.4

Phalanges

Phalanges adalah tulang-tulang digiti. Pada manusia normal Pollex, memiliki dua yaitu phalaox
proximalis dan distalis. Sedangkan pada digiti lainnya memiliki tiga yaitu, phalanx proximalis
media dan distalis.

Pada tiap phalanx memiliki basis, corpus dan caput di distal. Masing-masing basis phalanges
proximalis bersendi dengan caput tulang metacarpale yang terhubung dengannya. Caput
phalangis distalis tidak bersendi dengan tulain lain dan mendatar menjadi tuberositas phalangis
distalis yang berbentuk bulan sabit dan yang berada di bawah bantalan palmaris pada ujung
digiti.4

Muskuli Pada Daerah Manus5

1. Otot – otot tenar, merupakan otot-otot pendek pada jari pertama (ibu jari).Yang
termasuk otot tenar adalah m. abductor pollicis brevis, m. flexoe pollicis brevis, m.
opponens pollicis, dan m. adductor pollicis
2. Otot-otot hipotenar, merupakan otot –otot pendek pada jari kelima (kelingking).
Terdapat tiga otot hipotenar yaitu m. abductor digiti minimi, m.flexor digiti minimi,
dan m. opponens digiti minimi.
3. Musculus lumbricalis, merupakan keempat otot yang keluar dari tendon m. flexor
digitorum profunda pada antebrachiii (lengan bawah). Otot ini masuk ke sisi radial
tiap os phalanges proximal dan perluasan m. ekstensor dorsal. Musculus lumbricaris
berfungsi dalam fleksi articulatio metacarpofalangealis tanpa fleksi articulatio
interfalangealis.

7
4. Otot-otot interoseus, yang terdiri sdari delapan otot yang keluar dari corpus ossa
metacarpal. Otot ini bertanggung jawab dalam fleksi metacarpofangealis dan ekstensi
articulation interfalangealis. Selain itu juga melakukan gerakan abduksi dan adduksi
jari-jari tangan. Gerakan tersebut terjadi di sekeliling jari tengah. Adduksi adalah
mendekatkan semua jari ke jari tengah, dan sebaliknya, abduksi adalah menjauhkan.
Kemudian, tiap m. interosei palmaris keluar dari dua metacarpal dan msuk ke phalang
proximal untuk menimbulkan adduksi. M. interossei dorsalis hanya keluar dari satu
metacarpal dan msuk ke phalang proximal menyebabkan abduksi. Jari ketiga (jari
tengah) tidak bisa mengalami adduksi karena tidak memiliki m. interossei Palmaris.
Akan tetapi abduksi jari ketiga bisa terjadi ke dua sisi sehingga jari ini memiliki dua
insersi m. interrosei dorsalis.

Articulatio Pada Daerah Manus

Permukaan persendian antara tulang-tulang carpal adalah pipih dan halus. Permukaan yang
pipih ini dengan mudah saling bergeseran dan membentuk persendian meluncur antara
berbagai tulang carpal. Tulang-tulang carpal tersusun berdempetan dan rapat, sehingga hanya
gerakan meluncur terbatas. Akan tetapi jika semua tulang bergerak secara bersamaan, maka
dapat dilakukan jenis gerakan yang cukup bervariasi.

Sendi carpometacarpal adalah sendi meluncur yang terbentuk antara sisi distal dari baris
bawah tulang-tulang karpal dari setiap tulang dari lina tulang metacarpal. Sendi
mcarpometacarpal dari ibu jari, yaitu sendi pelana, terbentuk anata basis metacarpal pertama
dan os trapezium. Sendi intermetacarpal dibentuk antara basis tulang-tulang metacarpal

8
dimana permukaan persendian lateral membentuk sendi datar atau sendi meluncur antara
tulang-tulang ini.

Sendi metacarpophalangeal adalah sendi jenis kondiloid. Kepala (ujung) dari lima tulang
metacarpal ini diterima dalam permukaan persendian pada basis dari phalanx proximal. Sendi
ini dapat melakukan gerakan fleksi, ekstensi, adduksi (deviasi ulna), abduksi (deviasi radius),
dan sirkumduksi. 6

Biokimia Metabolisme otot

Untuk menjalankan siklus kontraksi-relaksasi, otot memerlukan ATP sebagai sumber


energi konstan. ATP di otot rangka hanya cukup untuk menghasilkan energy beberapa detik
sehingga ATP harus terus-menerus diperbaharui. Tiga jalur pemasok ATP tambahan sesuai
keperluan selama kontraksi adalah: 7
a. Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatin fosfat ke ADP
Kreatin Fosfat memberikan fosfat berenergi tinggi ke ADP untuk membentuk ATP.
Simpanan energi pertama yang digunakan pada awal aktivitas kontraktil. Cadangan energi
bertambah pada otot yang beristirahat, peningkatan konsentrasi ATP cenderung
menyebabkan pemindahan gugus fosfat berenergi tinggi ke kreatin fosfat. Sebagian besar
energi di otot tersimpan dalam bentuk kreatin fosfat (otot istirahat, kreatin fosfat 5x lebih
banyak dari ATP.
Dalam sehari jantung berdenyut 100.000 kali. Darah melewati pembuluh-pembuluh
darah arteri, vena dan kapiler yang panjang seluruhnya 17 juta mil (sekitar 255 juta km).
Kita mengucapkan kira-kira 4000 hingga 5000 kata, bernafas 20000 kali, menggerakkan
otot-otot besar 750 kali dan mengoperasikan 14 miliar sel otak.
Hormon pertumbuhan diproduksi waktu tidur untuk meningkatkan pengantaran asam
amino dari darah ke otak, yang membuat sel-sel saraf dapat menjadikan apa yang dipelajari
dan berguna. Hormon kortisol, puncak produksinya dari tengah malam hingga menjelang
subuh. Yang membantu tubuh menghadapi stresor (penyebab stres) pada pagi hari,
mengurangi peradangan dan keletihan. Istirahat memulihkan sel-sel otot kita, termasuk
jantung ginjal, sumsum tulang, lambung dan otak.
Karena hanya satu reaksi enzimatik yang terlibat, pembentukan ATP lewat Kreatinin
Fosfat dapat berlangsung cepat dalam waktu sepersekian detik. Kreatinin Fosfat merupakan
pemasok ATP tambahan ketika olahraga dimulai. Kadar ATP otot relatif konstan pada awal
kontraksi, tetapi simpanan Kreatinin Fosfat akan habis dan jika aktivitas berlanjut, otot akan

9
beralih ke jalur alternatif lain yaitu fosforilasi oksidatif dan glikolisis akan tetapi jalur-jalur
ini memerlukan waktu untuk menghasilkan ATP.
b. Fosforilasi oksidatif (Siklus asam sitrat dan sistem transportasi elektron)
Berlangsung didalam mitokondria otot jika cukup O2 (bahan bakarnya glukosa atau
asam lemak, intensitas dan durasi lemak). Prosesnya lambat karena panjangnya langkah
yang terlibat (1 molekul glukosa = 36 ATP). Membutuhkan pasokan O2 dan nutrien yang
konstan dan adekut melalui sistem sirkulasi untuk mempertahankan aktivitas mereka. Pada
kontraksi otot maksimum, pembuluh darah di otot hampir tertutup oleh kontraksi yang
sangat kuat, sehingga penyaluran O2 ke otot terganggu.
Pasokan nutrien otot berasal dari glukosa dan asam lemak yang berasal dari makanan.
Kelebihan zat gizi yang tidak segera digunakan akan disimpan di hati sebagai glikogen
(rantai glikosa) dan jarinagn lemak. Sel otot menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen
dalam jumlah terbatas. Walaupun O2 tersedia akan tetapi sistem fosforilasi oksidatif yang
lambat sehingga kebutuhan ATP seiring dengan peningkatan aktifitas Olahraga, maka serat-
serat otot lebih mengandalkan glikolisis untuk menghasilkan ATP.
c. Glikolisis
Reaksi-reaksi kimianya menghasilkan produk-produk yang akhirnya dapat berdiri
sendiri (saat kekurangan ATP) atau masuk ke fosforilasi oksifatif (saat kekurangan ATP). 1
molekul glukosa diuraikan menjadi 2 molekul asam piruvat yang menghasilkan 2 ATP.
Asam pirufat dapat diuraikan lebih lanjut oleh fosforilasi oksidatif untuk mendapatkan lebih
banyak energi. Proses ini dapat menghasilkan fosforilasi oksidatif dalam periode waktu
tertentu apabila cukup tersedia glukosa. Sistem ini memungkinkan kita berolahraga intensif
saat penyaluran O2 dan kapasitas fosforilasi oksidatif terlampaui, akan tetapi memiliki 2
konsekuensi, yaitu :
1. Kurang efisien dibandingkan fosforilasi oksidatif (1 molekul glukosa –> Fosforilasi
Oksidatif = 36 ATP, sedangkan pada respirasi anaerob = 2 ATP). Simpanan glikogen
terbatas dan Glikolisis dengan cepat menghabiskannya.
2. Produk akhir glikolisis yaitu asam piruvat diubah menjadi asam laktat, jika tidak dapat
diolah lebih lanjut oleh jalur fosforilasi oksidatif dapat menyebabkan kelelahan otot dan
hanya menghasilkan 2 ATP.

Karena itu keunggulan Glikolisis adalah dapat membentuk ATP pada keadaan anaerob dan
dapat berjalan lebih cepat dari pada fosforilasi, karena memerlukan lebih sedikit langkah
reaksi. Bila terjadi kelelahan otot, diperlukan banyak Oksigen untuk dihirup agar asam laktat

10
yang tertimbun dapat dibakar di hati kembali menjadi energi sehingga tidak jarang orang
yang sedang lelah cenderung memiliki napas yang terengah-engah dan merasa kepanasan.
Sarkoplasma otot rangka banyak mengandung glikogen yang terdapat dalam granula
yang terletak dekat pada Pita I. Pembebasan glukosa dari glikogen bergantung pada glikogen
fosforilase otot spesifik yang dapat diaktifkan oleh Ca2+, epinefrin dan AMP.5
Penguraian ATP oleh ATPase miosin menghasilkan energi bagi jembatan silang untuk
melakukan gerakan mengayun yang kuat. Pengikatan molekul ATP segar ke miosin
memungkinkan terlepasnya jembatan silang dari filamen aktin pada akhir gerakan mengayun,
sehingga siklus dapat diulang. ATP ini kemudian diuraikan untuk menghasilkan energi bagi
ayunan jembatan silang berikutnya. Transportasi aktif Ca2+ kembali ke retikulum sarkoplasma
selama relaksasi bergantung pada energi yang berasal dari penguraian ATP.5
Fisiologi Mekanisme kotraksi dan relaksasi otot

Dilihat dari segi fisiologi bisa kita pahami bagaimana cara kerja otot, yang meliputi
kontraksi dan relaksasi otot. Semua sel otot dikhususkan untuk kontraksi, ketika berkontraksi
sel akan memendek dan menarik tulang untuk menimbulkan gerakan. Setiap otot rangka
tersusun atas ribuan sel otot yang biasa disebut serabut otot. Otot melekat erat dengan tulang
melalui tendon. Tendon tersusun atas jaringan ikat fibrosa yang, bila diingat merupakan
jaringan ikat yang amat kuat dan menyatu dengan fascia yang membungkus otot dan dengan
periosteum, yaitu membran jaringan ikat fibrosa yang membungkus tulang. Biasanya setiap
otot memiliki setidaknya dua tendon, masing-masing melekat pada tulang yang tidak bergerak
atau statis adalah origo; bagian perlekatan tulang yang dapat bergerak disebut insersio. Otot
tersebut menyilang sendi tempat kedua tulang berhubungan, dan ketika berkontraksi,otot akan
menarik pada insersionya dan menggerakkan tulang ke arah tertentu.8

Satu sel otot rangka atau satu serat otot tersusun atas myofibril. Setiap miofibril tersusun atas
elemen-elemen sitoskeleton filamen tipis dan tebal, dimana filament tebal (pita A) dibentuk
oleh miosin sedangkan filamen tipis (pita I) dibentuk oleh aktin. Di tengah-tengah pita A
terdapat daerah terang yang disebut zona H, dan dibagian tengah dari pita I terdapat garis tipis
yang disebut garis Z (Z disk). Daerah yang mengambil peran ketika terjadi kontraksi otot
adalah sarkomer, yaitu daerah yang terletak diantara garis Z satu dengan yang lainnya. Dimana
dalam keadaan ini filamen tipis bergeser masuk ke arah filamen tebal, sehingga otot terlihat
memendek saat berkontraksi.8

11
Proses Terjadinya Kontraksi Otot

Ketika terdapat rangsangan, maka impuls akan disalurkan ke saraf motoric melalui
saluran aferen, membawa potensial aksi ke ujung saraf yangnantinya akan menghasilkan enzim
yang berfungsi untuk merusak dinding vesikel tempat penyimpanan neurotransmitter.
Neurotransmitter yang dikeluarkan pada myoneuron adalah asetil kolin. Asetil kolin keluar
menyebrangi celah dan berikatan dengan reseptor (Ach)/ saluran di motor end-plate, yang
nantinya akan merangsang terjadinya depolarisasi hingga membentuk potensial aksi sebagai
respons terhadap pengikatan asetil kolin dan potensial end-plate, yang kemudian timbul
disalurkan ke seluruh membrane ppermukaan tubulus T sel otot. Potensial aksi di tubulus T
memicu pelepasan ion kalsium [Ca2+] dari retikulum sarkoplasma ke dalam sitosol. Ion kalsium
yang dibebaskan dari kantung lateral berikatan dengan troponin di filamen aktin, sehingga
menyebabkan tropomiosin secara fisik bergeser untuk membuka penutup tempat pengikatan
jembatan silang di aktin. Jembatan silang miosi berikatan dengan aktin dan menekuk, menarik
filamen aktin ke bagian tengah sarkomer, dimana dijalankan oleh energi yang dihasilkan dari
ATP. Sehingga terlihat terjadinya pemendekan pada daerah sarkomer.8

Proses Terjadinya Relaksasi Otot

Proses kontraksi dihentikan ketika Ca2+ dikembalikan ke kantung lateral saat aktivitas
listrik local berhenti. Retikulum sarkoplasma memiliki molekul pembawa, pompa Ca2+ -
ATPase, yang memerlukan energi dan secara aktif mengangkut Ca2+ dari sitosol untuk
memekatkannya di dalam kantung lateral. Asetilkolinesterase menyingkirkan Ach dari taut
neuromuskular, potensial aksi serat otot terhenti. Ketika potensial aksi lokal tidak lagi terdapat
di tubulus T untuk memicu pelepasan Ca2+, aktivitas pompa Ca2+ retikulum sarkoplasma
mengembalikan Ca2+ yang dilepaskan ke kantung lateral. Hilangnya Ca2+ dari sitosol
memungkinkan kompleks troponin-tropomiosin bergeser kembali ke posisinya yang
menghambat, sehingga aktin dan miosin tidak lagi berkatan di jembatan silang, sehingga
filamen tipis secara pasif kembali ke posisinya semula, serta serat otot kembali melemas.
Pergerakan inilah yang disebut dengan relaksasi otot.8

Daftar Pustaka

1. Swartz MH. Buku ajar diagnostik fisik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004.
2. Gartner LP, Hiatt JL. Buku ajar berwarna histologi. Edisi ke-3. Jakarta: Penerbit
Saunders Elsevier; 2014.h.129-54.
3. Sloane E. Anatomi dan fisiologi. Jakarta: Penerbit EGC; 2004.h.1-2.77-80.

12
4. Drake RL, Vogl AW, Mitchell AWM. Gray: dasar-dasar anatomi. Jakarta: ELSEVIER;
2014.h.681-700.
5. Faiz O, Moffat D. At a glance anatomy. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2004.h.85.
6. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: PT Gramedia; 2002.h.93-
4.
7. Sheerwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke 6. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2014.h.27 `16-90.

13

Anda mungkin juga menyukai