Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“TUHAN YME DAN KETUHANAN”

Disusun oleh :

KELOMPOK 1

Aisa Mawarni
Alifya Rizky Saspianto
Ananda Hadi Nur H.
Anissa Hani Aulia
Annisa Nurul Qomariyah
Asyifa Fitri Alina
Citra Adrianah Abidin
Desla Rahma Azizah
Eko Prasetyo

KELAS 1D
FAKULTAS KESEHATAN JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam
Dosen : Bapak Cecep
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Karena materi tentang Tuhan yang Maha Esa dan Ketuhanan adalah hal yang
paling penting untuk menjadi seorang Muslim yang sejati atau Muslim yang
menjadi benar-benar seorang yang sangat beriman dan bertaqwa, oleh karena itu
materi ini sangat bermanfaat untuk kita semua agar menjadi manusia yang
dulunya tersesat dalam dunia yang sangat fana ini menjadi manusia yang insya
allah menjadi manusia yang lebih baik lagi dan selalu mengingat Allah SWT
pada setiap waktunya.

2. Rumusan Masalah
Masalah yang didapatkan pada materi ini yaitu ada pada seorang manusianya itu
sendiri, karena jika manusia itu tidak bisa mengubah dirinya menjadi lebih baik
lagi maka orang itu sudah benar-benar sudah tersesat dalam gemerlapnya dunia
yang fana ini.

3. Tujuan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah :
a) Agar Menjadi seorang Muslim yang bertaqwa dan beriman hanya kepada
Allah SWT.
b) Mempelajari arti pentingnya makna Tauhid dalam hidup kita.
c) Mengatahui ajaran-ajaran Rasul tentang keimanan dan ketaqwaan seperti
yang tercantum dalam Al-Qur’an, Al-Hadist, dan As-Sunnah.

4. Manfaat
a) Mengetahui makna 2 kalimat syahadat dan begitu pula mempelajari artinya
dengan baik dan sesuai dengan ajaran Tauhid.
b) Menambah tingkat keimanan dan ketaqwaan menjadi lebih tinggi lagi.
c) Mengetahui hal-hal yang sebelumnya belum kita ketahui menjadi lebih tahu
tentang pentingnya materi tentang “Tuhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan”

BAB II
URAIAN MATERI
KONSEP TUHAN YME
Falsafah Negara Pancasila, Sila Pertama Disebut Ketuhanan yang Maha Esa;
Masalah ke-Tuhanan merupakan suatu hal yang pokok/dasar dalam setiap
agama, sehingga suatu agama yang tidak ada/tidak Jelas Tuhannya maka
bukanlah agama. Semua agama mengajarkan bahwa Tuhan itu Esa (tunggal)
yang dalam istilah agama disebut Tauhid; artinga meng-Esakan Tuhan yaitu
Allah SWT;. Namun demikian bahwa KeTuhanan Yang Maha Esa tersebut
mempunyai penafsiran yang berbeda di antara satu agama dengan agama
lainnya, baik itu dalam islam, Kristen, Hindu maupun Budha. Perbedaan-
perbedaan tersebut harus diterangkan, agar supaya berdasarkan pengertian
tentang adanya perbedaan itu akan timbul saling pengertian dan
hargamengharagi antara satu sama lain, sehingga tidak menimbulkan
pertengkaran/perpecahan dalam kehidupan bermasyarakat.

Sehubungan hal tersebut, dalam makalah ini diuraikan pula beberapa pandangan
agama selain islam tentang Ke-Esaan Tuhan. Hal ini dimaksudkan hanya untuk
memperjelas. Islam menekankan dengan sungguh-sungguh tentang ke-Esaan
Tuhan. Tuhan itu adalah benar-benar Esa/Tunggal;, Esa murni dalam arti Tuhan
yang tidak dapat dipisahpisahkan lagi atau bukan merupakan kumpulan
(kesatuan) dari satuan-satuan lain.Sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an
antara lain:

 Surat Al-Ikhlas, ayat 1-4, yang artinya:

1) Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha Esa;

2) Allah adalah Tuhan, yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu ;

3) Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakan;

4) dan tidak seorangpun yang setara dengan dia;

 Surat-Ash-Shad, ayat 65, yang artinya: “Dan sekali-sekali tidak ada


Tuhan, selain Allah Yang Maha Esa dan Maha mengalahkan”
 Surat AlBaqarah ayat 163, yang rtinya: Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang
Maha Esa, tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi
Maha Penyayang.

Penciptaan adalah banyak, tetapi Sang Pencipta adalah Satu. Selain


daripada kepercayaan agama, kita dapat mencapai kesimpulan tentang ke-
Esaaan hakikat eksistensi dengan jalan logika atau dengan pengalaman
duniawi atau dengan pengalaman kejiwaan kita sendiri. Adlah suatu
hukum daripada science, bahwa kita ini hidup dalam alam yang penuh
dengan berbagai macam ragam gejala, tetapi satu sama lain saling
berhubungan.

Konsepsi tentang kesatuan eksistensi ini adalah merupakan hukum yang


fundamental dalam science, juga dalam agama. Dalam hal ini Al-Qur’an
mengajukan argumentasi yang sangat sederhana: andaikata ada pada langit dan
bumi Tuhan selain Allah niscaya rusak binasalah kedua-duanya itu (Al-Anbiya,
22). Andaikata ada Tuhan selain Allah, niscaya tata semesta ala mini tidak ada
yang stabil, dan tidak ada hukum alami dapat berjalan. Demikian juga dalam
science, alam ini adalah satu, dan berbagai macam ragaman ini diikat dengan
berbagai kesatuan hukum dan semua kesatuan hukum itu akhirnya dari kesatuan
hukum yang meliputi seluruhnya. Dalam science, pengalaman-pengalaman
membenarkan hipotesa ini, tetapi science hanya menggarap penonema indrawi
saja. Agama menekankan bahwa dunia yang dipahami dengan pengertian juga
merupakan satu kesatuan, sekalipun dunia pengertian; itu tidak berhadapan
dengan kita sebagai suatu fakta yang indrawi.

Tetapi bagi agama, kesatuan alam semesta dan kesatuan akal, kedua-duanya
menunjukkan kepada adanya kesatuan yang terakhir darimana kedua kesatuan
itu’pikiran dan benda bersumber. Pikiran manusia, secara psikologis, juga
merupakan satu kesatuan. Apakah sebenarnya fikiran itu, apakah mind; dalam
bahasa inggris ataukah jiwa;, tetapi satu hal tak dapat dibantah, ialah bahwa ia
itu merupakan pengalaman atau appercepsi;. Menurut Islam semua yang ada
dalam alam ini dihubungkan dengan satu hukum atau dengan satu kemauan
yang kreatif, sebab Sang Penciptanya adalah satu. Profesor Hoffding, seorang
ahli sejarah filsafat yang terkenal itu, menyatakan bahwa di dunia Barat
kepercayaan pada monotheisme mendapat kemajuan yang besar karena
kemajuan science yang didasarkan kepada kesatuan eksistensi, yang dapat
dibuktikan dengan penemuan demi penemuan ilmiah. Monisme dari science dan
monotheisme daripada agama adalah sangat dekat satu sama lain.
Dalam perjalanan sejarah, manusia seringkali mulai dengan kepercayaan
tentang banyak Tuhan, yang Tuhan satu sama lain tidak ada hubungannya sama
sekali, atau bahkan Tuhan yang satu bermusuhan dengan Tuhan yang lainnya,
tetapi akhirnya mereka sampai kepada idea tentang Esanya Tuhan. Demikian
juga penemuan-penemuan alami dimulai dengan penemuan-penemuan
kebanyakragaman dari alam semesta ini, hingga akhirnyasamapi kepada satu
idea tentang kesatuan alam semesta ini. Dimana mereka menemukan bahwa
berbagai macam penomena alami yang paling jauh diketahui tunduk kepada
satu hukum yang sama dan saling berhubungan kausal satu sama lain. Di
samping akal dan dunia, Tuhan juga terasa dalam kesadaran moral manusia.
Immanuel Kant menyatakan bahwa hal yang menakutkan dia; langit yang
bertaburan bintang-bintang di atas dan hukum moral yang ada di dalam dirinya
sendiri. Dalam kedua dunia ini; dunia atas dan dunia dalam ia berusaha untuk
menemukan kesatuan dan uniformnya hukum yang menguasainya. Rupa-
rupanya ia mendapatkan kesukaran untuk menyatukan dua kesatuan itu dalam
satu kesatuan yang fundamental, darimana kedua-duanya itu bersumber. Ia
meninggalkan hal itu dalam bidang kepercayaan, dengan memegang teguh
thesisnya bahwa agama baru mulai dimana filsafat berhenti.
KONSEP KETUHANAN

FILSAFAT KETUHANAN
Pemikiran tentang Tuhan dengan pendekatan akal budi, yaitu
pemakaian apa yang disebut sebagau pendekatan filosofis. Bagi orang
yang menganut agama tertentu (Terutama agama Islam, Kristen,Yahudi)
akan menambahkan pendekatan wahyu di dalam usaha memikirkannya.
Jadi filsafat ketuhanan adalah pemikiran para manusia dengan pendekatan
akal budi tentang Tuhan. Usaha yang dilakukan manusia ini bukanlah
untuk menemukan Tuhan secara absolute atau mutlak, namun mencari
pertimbangan kemungkinan-kemungkinan bagi manusia untuk sampai
pada kebenaran tentang Tuhan.
A. Siapakah Tuhan itu?

Perkataan ilah, yang selalu diterjemahkan “Tuhan”, dalam al-Qur’an


dipakai untuk menyatakan berbagai objek yang dibesarkan atau dipentingkan
manusia, misalnya dalam surat al-Furqan ayat 43 “Terangkanlah kepadaku
tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya ?”

Dalam surat al-Qashash ayat 38, perkataan ilah dipakai oleh Fir’aun
untuk dirinya sendiri: ‘Wahai para pembesar hambaku, aku tidak mengetahui
Tuhan bagimu selain aku’.

Contoh ayat-ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa perkataan ilah bisa


mengandung arti berbagai benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi
maupun benda nyata (Fir’aun atau penguasa yang dipatuhi dan dipuja).
Perkataan ilah dalam al-Qur’an juga dipakai dalam bentuk tunggal (mufrad:
ilaahun), ganda (mutsanna: ilaahaini), dan banyak (jama’: aalihatun). Bertuhan
nol atau atheisme tidak mungkin. Untuk dapat mengerti tentang definisi Tuhan
atau Ilah yang tepat, berdasarkan logika al-Qur’an adalah sebagai berikut:

Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh


manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai
olehnya. Perkataan dipentingkan hendaklah diartikan secara luas. Tercakup di
dalamnya yang dipuja, dicintai, diagungkan, diharap-harapkan dapat
memberikan kemaslahatan atau kegembiraan, dan termasuk pula sesuatu yang
ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian.

Ibnu Taimiyah memberikan definisi al-ilah sebagai berikut: yang dipuja


dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepadanya, merendahkan diri di
hadapannya, takut, dan mengharapkannya, kepadanya tempat berpasrah ketika
berada dalam kesulitan, berdo’a, dan bertawakkal kepadanya untuk
kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari padanya, dan menimbulkan
ketenangan di saat mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya. (M. Imaduddin,
1989: 56).

Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “Laa illaha illaa Allah”. Susunan
kalimat tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian
baru diikuti dengan suatu penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa
seorang muslim harus membersihkan dari segala macam Tuhan terlebih dahulu,
yang ada dalam hatinya hanya satu Tuhan yang bernama Allah.

C. Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan

1. Pemikiran Barat

Yang dimaksud konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah


konsep yang didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman
lahiriah maupun batiniah, baik yang bersifat penelitian rasional maupun
pengalaman batin. Dalam literatur sejarah agama, dikenal teori
evolusionisme, yaitu teori yang menyatakan adanya proses dari
kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan meningkat menjadi
sempurna. Teori tersebut mula-mula dikemukakan oleh Max Muller,
kemudian dikemukakan oleh EB Taylor, Robertson Smith, Lubbock, dan
Jevens. Proses perkembangan pemikiran tentang Tuhan menurut teori
evolusionisme adalah sebagai berikut:

a. Dinamisme
Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui
adanya kekuatan yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula
sesuatu yang berpengaruh tersebut ditujukan pada benda. Setiap benda
mempunyai pengaruh pada manusia, ada yang berpengaruh positif dan
ada pula yang berpengaruh negatif. Kekuatan yang ada pada benda
disebut dengan nama yang berbeda-beda, seperti mana (Melanesia), tuah
(Melayu), dan syakti (India). Mana adalah kekuatan gaib yang tidak
dapat dilihat atau diindera dengan pancaindera. Oleh karena itu
dianggap sebagai sesuatu yang misterius. Meskipun mana tidak dapat
diindera, tetapi ia dapat dirasakan pengaruhnya.
b. Animisme
Di samping kepercayaan dinamisme, masyarakat primitif juga
mempercayai adanya peran roh dalam hidupnya. Setiap benda yang
dianggap benda baik, mempunyai roh. Oleh masyarakat primitif, roh
dipercayai sebagai sesuatu yang aktif sekalipun bendanya telah mati.
Oleh karena itu, roh dianggap sebagai sesuatu yang selalu hidup,
mempunyai rasa senang, rasa tidak senang, serta mempunyai kebutuhan-
kebutuhan. Roh akan senang apabila kebutuhannya dipenuhi. Menurut
kepercayaan ini, agar manusia tidak terkena efek negatif dari roh-roh
tersebut, manusia harus menyediakan kebutuhan roh. Saji-sajian yang
sesuai dengan advis dukun adalah salah satu usaha untuk memenuhi
kebutuhan roh.
c. Politeisme
Kepercayaan dinamisme dan animisme lama-lama tidak
memberikan kepuasan, karena terlalu banyak yang menjadi sanjungan
dan pujaan. Roh yang lebih dari yang lain kemudian disebut dewa.
Dewa mempunyai tugas dan kekuasaan tertentu sesuai dengan
bidangnya. Ada Dewa yang bertanggung jawab terhadap cahaya, ada
yang membidangi masalah air, ada yang membidangi angin dan lain
sebagainya.
d. Henoteisme
Politeisme tidak memberikan kepuasan terutama terhadap kaum
cendekiawan. Oleh karena itu dari dewa-dewa yang diakui diadakan
seleksi, karena tidak mungkin mempunyai kekuatan yang sama. Lama-
kelamaan kepercayaan manusia meningkat menjadi lebih definitif
(tertentu). Satu bangsa hanya mengakui satu dewa yang disebut dengan
Tuhan, namun manusia masih mengakui Tuhan (Ilah) bangsa lain.
kepercayaan satu Tuhan untuk satu bangsa disebut dengan henoteisme
(Tuhan tingkat Nasional).
e. Monoteisme
Kepercayaan dalam bentuk henoteisme melangkah menjadi
monoteisme. Dalam monoteisme hanya mengakui satu Tuhan untuk
seluruh bangsa dan bersifat internasional. Bentuk monoteisme ditinjau
dari filsafat Ketuhanan terbagi dalam tiga paham yaitu: deisme,
panteisme, dan teisme. Evolusionisme dalam kepercayaan terhadap
Tuhan sebagaimana dinyatakan oleh Max Muller dan EB. Taylor (1877),
ditentang oleh Andrew Lang (1898) yang menekankan adanya
monoteisme dalam masyarakat primitif. Dia mengemukakan bahwa
orang-orang yang berbudaya rendah juga sama monoteismenya dengan
orang-orang Kristen. Mereka mempunyai kepercayaan pada wujud yang
Agung dan sifat-sifat yang khas terhadap Tuhan mereka, yang tidak
mereka berikan kepada wujud yang lain. Dengan lahirnya pendapat
Andrew Lang, maka berangsur-angsur golongan evolusionisme menjadi
reda dan sebaliknya sarjana-sarjana agama terutama di Eropa Barat
mulai menantang evolusionisme dan memperkenalkan teori baru untuk
memahami sejarah agama. Mereka menyatakan bahwa ide tentang
Tuhan tidak datang secara evolusi, tetapi dengan relevansi atau wahyu.
Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan pada penyelidikan bermacam-
macam kepercayaan yang dimiliki oleh kebanyakan masyarakat primitif.
Dalam penyelidikan didapatkan bukti-bukti bahwa asal-usul
kepercayaan masyarakat primitif adalah monoteisme dan monoteisme
adalah berasal dari ajaran wahyu Tuhan. (Zaglul Yusuf, 1993: 26-37)..

3. Konsep Ketuhanan dalam Islam

Istilah Tuhan dalam sebutan Al-Quran digunakan kata ilaahun, yaitu


setiap yang menjadi penggerak atau motivator, sehingga dikagumi dan dipatuhi
oleh manusia. Orang yang mematuhinya di sebut abdun (hamba). Kata ilaah
(tuhan) di dalam Al-Quran konotasinya ada dua kemungkinan, yaitu Allah, dan
selain Allah. Subjektif (hawa nafsu) dapat menjadi ilah (tuhan). Benda-benda
seperti : patung, pohon, binatang, dan lain-lain dapat pula berperan sebagai ilah.
Demikianlah seperti dikemukakan pada surat Al-Baqarah (2) : 165, sebagai
berikut:

‫اا‬ ‫اا أكمنكداًدداً يحاحبِبوُّنكهحمم ككحح ب‬


‫ب ا‬ ‫س كممن يكتااخحذ اممن حدوُان ا‬
‫كوُامكن اًلنااَّ ا‬

"Diantara manusia ada yang bertuhan kepada selain Allah, sebagai tandingan
terhadap Allah. Mereka mencintai tuhannya itu sebagaimana mencintai Allah."

Sebelum turun Al-Quran dikalangan masyarakat Arab telah menganut konsep


tauhid (monoteisme). Allah sebagai Tuhan mereka. Hal ini diketahui dari
ungkapan-ungkapan yang mereka cetuskan, baik dalam do’a maupun acara-
acara ritual. Abu Thalib, ketika memberikan khutbah nikah Nabi Muhammad
dengan Khadijah (sekitar 15 tahun sebelum turunya Al-Quran) ia
mengungkapkan kata-kata Alhamdulillah. (Lihat Al-Wasith,hal 29). Adanya
nama Abdullah (hamba Allah) telah lazim dipakai di kalangan masyarakat Arab
sebelum turunnya Al-Quran. Keyakinan akan adanya Allah, kemaha besaran
Allah, kekuasaan Allah dan lain-lain, telah mantap. Dari kenyataan tersebut
timbul pertanyaan apakah konsep ketuhanan yang dibawakan Nabi
Muhammad? Pertanyaan ini muncul karena Nabi Muhammad dalam
mendakwahkan konsep ilahiyah mendapat tantangan keras dari kalangan
masyarakat. Jika konsep ketuhanan yang dibawa Muhammad sama dengan
konsep ketuhanan yang mereka yakini tentu tidak demikian kejadiannya.

Pengakuan mereka bahwa Allah sebagai pencipta semesta alam dikemukakan


dalam Al-Quran surat Al-Ankabut (29) ayat 61 sebagai berikut;

‫اح فكأ كانىَّ يحمؤفكحكوُّكن‬


‫س كوُاًملقككمكر لكيكحقوُّلحان ا‬ ‫ت كوُاًملكمر ك‬
‫ضكوُّكساخكر اًلاشمم ك‬ ‫كوُلكئامن كسأ كملتكهحمم كممن كخلك ك‬
‫ق اًلاسكمكوُّاً ا‬

Jika kepada mereka ditanyakan, “Siapa yang menciptakan lagit dan bumi, dan
menundukkan matahari dan bulan?” Mereka pasti akan menjawab Allah.

Dengan demikian seseorang yang mempercayai adanya Allah, belum tentu


berarti orang itu beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Seseorang baru baik
dinyatakan bertuhan kepada Allah jika ia telah memenuhi segala yang dimaui
oleh Allah. Atas dasar itu inti konsep ketuhanan Yang Maha Esa dalam Islam
adalah memerankan ajaran Allah yaitu Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari.
Tuhan berperan bukan sekedar Pencipta, melainkan juga pengatur alam semesta.

Pernyataan lugas dan sederhana cermin manusia bertuhan Allah


sebagaimana dinyatakan dalam surat Al-Ikhlas. Kalimat syahadat adalah
pernyataan lain sebagai jawaban atas perintah yang dijaukan pada surat Al-
Ikhlas tersebut. Ringkasnya jika Allah yang harus terbayang dalam kesadaran
manusia yang bertuhan Allah adalah disamping Allah sebagai Zat, juga Al-
Quran sebagai ajaran serta Rasullullah sebagai Uswah hasanah.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan
Banyak orang yang mengaku Islam. Namun jika kita tanyakan kepada
mereka, apa itu tauhid, bagaimana tauhid yang benar, maka sedikit sekali orang
yang dapat menjawabnya. Sungguh ironis melihat realita orang-orang yang
mengidolakan artis-artis atau pemain sepakbola saja begitu hafal dengan nama,
hobi, alamat, sifat, bahkan keadaan mereka sehari-hari. Di sisi lain seseorang
mengaku menyembah Allah namun ia tidak mengenal Allah yang disembahnya.
Ia tidak tahu bagaimana sifat-sifat Allah, tidak tahu nama-nama Allah, tidak
mengetahui apa hak-hak Allah yang wajib dipenuhinya. Yang akibatnya, ia tidak
mentauhidkan Allah dengan benar dan terjerumus dalam perbuatan syirik. Maka
sangat penting dan urgen bagi setiap muslim mempelajari tauhid yang benar.
Dan setiap manusia harus memahami bahwa Tuhan itu bisa berbentuk apa saja,
yang dipentingkan oleh manusia. Yang pasti ialah manusia tidak mungkin
atheis, tidak mungkin tidak ber-Tuhan. Berdasarkan logika al-Qur’an setiap
manusia pasti mempunyai sesuatu yang dipertuhankannya. Dengan demikian,
orang-orang komunis pada hakikatnya ber-Tuhan juga. Adapun Tuhan mereka
ialah ideologi atau angan-angan (utopia) mereka.

2. Saran
Untuk setiap manusia setidaknya “HARUS” beriman dan bertaqwa
kepada Allah. Agar kita dapat mengetahui pentingnya hidup itu bukan hanya
untuk didunia saja melainkan juga diakhirat. Karena kenikmatan didunia itu
hanya sekejap saja dan tidak akan kekal. Kalau diakhirat kita akan hidup kekal
selamanya dan itulah hidup yang sesungguhnya didunia ini.
DAFTAR PUSTAKA

1. Cholis.2012. Konsep Al-Qur’an tentang taqwa


(Choliscollection.blogspot.com/2012/01/konsep-alquran-tentang-taqwa-
dan.html, diakses Januari 2012)
2. Info Dakwah Islam.2012. Ketaqwaan dan keimanan serta implikasi dalam
kehidupan sehari-hari
(Infodakwahislam.wordpress.com/2013/05/11/ketaqwaan-dan-keimanan-
serta-implikasi-dalam-kehidupan-sehari-hari.html, diakses 11 Mei 2013)
3. Nurdiansah, Danang.2012. Identifikasi ayat-ayat yang berkaitan dengan
ketaqwaan (Danangnurdiansah.blogspot.com/2012/01/identifikasi-ayat-ayat-
yang-berkaitan.html, diakses Januari 2012)
4. Posted on 19 March 2013 by ardhipamungkas under Agama Islam

Anda mungkin juga menyukai