Disusun oleh :
KELOMPOK 1
Aisa Mawarni
Alifya Rizky Saspianto
Ananda Hadi Nur H.
Anissa Hani Aulia
Annisa Nurul Qomariyah
Asyifa Fitri Alina
Citra Adrianah Abidin
Desla Rahma Azizah
Eko Prasetyo
KELAS 1D
FAKULTAS KESEHATAN JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam
Dosen : Bapak Cecep
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Karena materi tentang Tuhan yang Maha Esa dan Ketuhanan adalah hal yang
paling penting untuk menjadi seorang Muslim yang sejati atau Muslim yang
menjadi benar-benar seorang yang sangat beriman dan bertaqwa, oleh karena itu
materi ini sangat bermanfaat untuk kita semua agar menjadi manusia yang
dulunya tersesat dalam dunia yang sangat fana ini menjadi manusia yang insya
allah menjadi manusia yang lebih baik lagi dan selalu mengingat Allah SWT
pada setiap waktunya.
2. Rumusan Masalah
Masalah yang didapatkan pada materi ini yaitu ada pada seorang manusianya itu
sendiri, karena jika manusia itu tidak bisa mengubah dirinya menjadi lebih baik
lagi maka orang itu sudah benar-benar sudah tersesat dalam gemerlapnya dunia
yang fana ini.
3. Tujuan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah :
a) Agar Menjadi seorang Muslim yang bertaqwa dan beriman hanya kepada
Allah SWT.
b) Mempelajari arti pentingnya makna Tauhid dalam hidup kita.
c) Mengatahui ajaran-ajaran Rasul tentang keimanan dan ketaqwaan seperti
yang tercantum dalam Al-Qur’an, Al-Hadist, dan As-Sunnah.
4. Manfaat
a) Mengetahui makna 2 kalimat syahadat dan begitu pula mempelajari artinya
dengan baik dan sesuai dengan ajaran Tauhid.
b) Menambah tingkat keimanan dan ketaqwaan menjadi lebih tinggi lagi.
c) Mengetahui hal-hal yang sebelumnya belum kita ketahui menjadi lebih tahu
tentang pentingnya materi tentang “Tuhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan”
BAB II
URAIAN MATERI
KONSEP TUHAN YME
Falsafah Negara Pancasila, Sila Pertama Disebut Ketuhanan yang Maha Esa;
Masalah ke-Tuhanan merupakan suatu hal yang pokok/dasar dalam setiap
agama, sehingga suatu agama yang tidak ada/tidak Jelas Tuhannya maka
bukanlah agama. Semua agama mengajarkan bahwa Tuhan itu Esa (tunggal)
yang dalam istilah agama disebut Tauhid; artinga meng-Esakan Tuhan yaitu
Allah SWT;. Namun demikian bahwa KeTuhanan Yang Maha Esa tersebut
mempunyai penafsiran yang berbeda di antara satu agama dengan agama
lainnya, baik itu dalam islam, Kristen, Hindu maupun Budha. Perbedaan-
perbedaan tersebut harus diterangkan, agar supaya berdasarkan pengertian
tentang adanya perbedaan itu akan timbul saling pengertian dan
hargamengharagi antara satu sama lain, sehingga tidak menimbulkan
pertengkaran/perpecahan dalam kehidupan bermasyarakat.
Sehubungan hal tersebut, dalam makalah ini diuraikan pula beberapa pandangan
agama selain islam tentang Ke-Esaan Tuhan. Hal ini dimaksudkan hanya untuk
memperjelas. Islam menekankan dengan sungguh-sungguh tentang ke-Esaan
Tuhan. Tuhan itu adalah benar-benar Esa/Tunggal;, Esa murni dalam arti Tuhan
yang tidak dapat dipisahpisahkan lagi atau bukan merupakan kumpulan
(kesatuan) dari satuan-satuan lain.Sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an
antara lain:
Tetapi bagi agama, kesatuan alam semesta dan kesatuan akal, kedua-duanya
menunjukkan kepada adanya kesatuan yang terakhir darimana kedua kesatuan
itu’pikiran dan benda bersumber. Pikiran manusia, secara psikologis, juga
merupakan satu kesatuan. Apakah sebenarnya fikiran itu, apakah mind; dalam
bahasa inggris ataukah jiwa;, tetapi satu hal tak dapat dibantah, ialah bahwa ia
itu merupakan pengalaman atau appercepsi;. Menurut Islam semua yang ada
dalam alam ini dihubungkan dengan satu hukum atau dengan satu kemauan
yang kreatif, sebab Sang Penciptanya adalah satu. Profesor Hoffding, seorang
ahli sejarah filsafat yang terkenal itu, menyatakan bahwa di dunia Barat
kepercayaan pada monotheisme mendapat kemajuan yang besar karena
kemajuan science yang didasarkan kepada kesatuan eksistensi, yang dapat
dibuktikan dengan penemuan demi penemuan ilmiah. Monisme dari science dan
monotheisme daripada agama adalah sangat dekat satu sama lain.
Dalam perjalanan sejarah, manusia seringkali mulai dengan kepercayaan
tentang banyak Tuhan, yang Tuhan satu sama lain tidak ada hubungannya sama
sekali, atau bahkan Tuhan yang satu bermusuhan dengan Tuhan yang lainnya,
tetapi akhirnya mereka sampai kepada idea tentang Esanya Tuhan. Demikian
juga penemuan-penemuan alami dimulai dengan penemuan-penemuan
kebanyakragaman dari alam semesta ini, hingga akhirnyasamapi kepada satu
idea tentang kesatuan alam semesta ini. Dimana mereka menemukan bahwa
berbagai macam penomena alami yang paling jauh diketahui tunduk kepada
satu hukum yang sama dan saling berhubungan kausal satu sama lain. Di
samping akal dan dunia, Tuhan juga terasa dalam kesadaran moral manusia.
Immanuel Kant menyatakan bahwa hal yang menakutkan dia; langit yang
bertaburan bintang-bintang di atas dan hukum moral yang ada di dalam dirinya
sendiri. Dalam kedua dunia ini; dunia atas dan dunia dalam ia berusaha untuk
menemukan kesatuan dan uniformnya hukum yang menguasainya. Rupa-
rupanya ia mendapatkan kesukaran untuk menyatukan dua kesatuan itu dalam
satu kesatuan yang fundamental, darimana kedua-duanya itu bersumber. Ia
meninggalkan hal itu dalam bidang kepercayaan, dengan memegang teguh
thesisnya bahwa agama baru mulai dimana filsafat berhenti.
KONSEP KETUHANAN
FILSAFAT KETUHANAN
Pemikiran tentang Tuhan dengan pendekatan akal budi, yaitu
pemakaian apa yang disebut sebagau pendekatan filosofis. Bagi orang
yang menganut agama tertentu (Terutama agama Islam, Kristen,Yahudi)
akan menambahkan pendekatan wahyu di dalam usaha memikirkannya.
Jadi filsafat ketuhanan adalah pemikiran para manusia dengan pendekatan
akal budi tentang Tuhan. Usaha yang dilakukan manusia ini bukanlah
untuk menemukan Tuhan secara absolute atau mutlak, namun mencari
pertimbangan kemungkinan-kemungkinan bagi manusia untuk sampai
pada kebenaran tentang Tuhan.
A. Siapakah Tuhan itu?
Dalam surat al-Qashash ayat 38, perkataan ilah dipakai oleh Fir’aun
untuk dirinya sendiri: ‘Wahai para pembesar hambaku, aku tidak mengetahui
Tuhan bagimu selain aku’.
Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “Laa illaha illaa Allah”. Susunan
kalimat tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian
baru diikuti dengan suatu penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa
seorang muslim harus membersihkan dari segala macam Tuhan terlebih dahulu,
yang ada dalam hatinya hanya satu Tuhan yang bernama Allah.
1. Pemikiran Barat
a. Dinamisme
Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui
adanya kekuatan yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula
sesuatu yang berpengaruh tersebut ditujukan pada benda. Setiap benda
mempunyai pengaruh pada manusia, ada yang berpengaruh positif dan
ada pula yang berpengaruh negatif. Kekuatan yang ada pada benda
disebut dengan nama yang berbeda-beda, seperti mana (Melanesia), tuah
(Melayu), dan syakti (India). Mana adalah kekuatan gaib yang tidak
dapat dilihat atau diindera dengan pancaindera. Oleh karena itu
dianggap sebagai sesuatu yang misterius. Meskipun mana tidak dapat
diindera, tetapi ia dapat dirasakan pengaruhnya.
b. Animisme
Di samping kepercayaan dinamisme, masyarakat primitif juga
mempercayai adanya peran roh dalam hidupnya. Setiap benda yang
dianggap benda baik, mempunyai roh. Oleh masyarakat primitif, roh
dipercayai sebagai sesuatu yang aktif sekalipun bendanya telah mati.
Oleh karena itu, roh dianggap sebagai sesuatu yang selalu hidup,
mempunyai rasa senang, rasa tidak senang, serta mempunyai kebutuhan-
kebutuhan. Roh akan senang apabila kebutuhannya dipenuhi. Menurut
kepercayaan ini, agar manusia tidak terkena efek negatif dari roh-roh
tersebut, manusia harus menyediakan kebutuhan roh. Saji-sajian yang
sesuai dengan advis dukun adalah salah satu usaha untuk memenuhi
kebutuhan roh.
c. Politeisme
Kepercayaan dinamisme dan animisme lama-lama tidak
memberikan kepuasan, karena terlalu banyak yang menjadi sanjungan
dan pujaan. Roh yang lebih dari yang lain kemudian disebut dewa.
Dewa mempunyai tugas dan kekuasaan tertentu sesuai dengan
bidangnya. Ada Dewa yang bertanggung jawab terhadap cahaya, ada
yang membidangi masalah air, ada yang membidangi angin dan lain
sebagainya.
d. Henoteisme
Politeisme tidak memberikan kepuasan terutama terhadap kaum
cendekiawan. Oleh karena itu dari dewa-dewa yang diakui diadakan
seleksi, karena tidak mungkin mempunyai kekuatan yang sama. Lama-
kelamaan kepercayaan manusia meningkat menjadi lebih definitif
(tertentu). Satu bangsa hanya mengakui satu dewa yang disebut dengan
Tuhan, namun manusia masih mengakui Tuhan (Ilah) bangsa lain.
kepercayaan satu Tuhan untuk satu bangsa disebut dengan henoteisme
(Tuhan tingkat Nasional).
e. Monoteisme
Kepercayaan dalam bentuk henoteisme melangkah menjadi
monoteisme. Dalam monoteisme hanya mengakui satu Tuhan untuk
seluruh bangsa dan bersifat internasional. Bentuk monoteisme ditinjau
dari filsafat Ketuhanan terbagi dalam tiga paham yaitu: deisme,
panteisme, dan teisme. Evolusionisme dalam kepercayaan terhadap
Tuhan sebagaimana dinyatakan oleh Max Muller dan EB. Taylor (1877),
ditentang oleh Andrew Lang (1898) yang menekankan adanya
monoteisme dalam masyarakat primitif. Dia mengemukakan bahwa
orang-orang yang berbudaya rendah juga sama monoteismenya dengan
orang-orang Kristen. Mereka mempunyai kepercayaan pada wujud yang
Agung dan sifat-sifat yang khas terhadap Tuhan mereka, yang tidak
mereka berikan kepada wujud yang lain. Dengan lahirnya pendapat
Andrew Lang, maka berangsur-angsur golongan evolusionisme menjadi
reda dan sebaliknya sarjana-sarjana agama terutama di Eropa Barat
mulai menantang evolusionisme dan memperkenalkan teori baru untuk
memahami sejarah agama. Mereka menyatakan bahwa ide tentang
Tuhan tidak datang secara evolusi, tetapi dengan relevansi atau wahyu.
Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan pada penyelidikan bermacam-
macam kepercayaan yang dimiliki oleh kebanyakan masyarakat primitif.
Dalam penyelidikan didapatkan bukti-bukti bahwa asal-usul
kepercayaan masyarakat primitif adalah monoteisme dan monoteisme
adalah berasal dari ajaran wahyu Tuhan. (Zaglul Yusuf, 1993: 26-37)..
"Diantara manusia ada yang bertuhan kepada selain Allah, sebagai tandingan
terhadap Allah. Mereka mencintai tuhannya itu sebagaimana mencintai Allah."
Jika kepada mereka ditanyakan, “Siapa yang menciptakan lagit dan bumi, dan
menundukkan matahari dan bulan?” Mereka pasti akan menjawab Allah.
2. Saran
Untuk setiap manusia setidaknya “HARUS” beriman dan bertaqwa
kepada Allah. Agar kita dapat mengetahui pentingnya hidup itu bukan hanya
untuk didunia saja melainkan juga diakhirat. Karena kenikmatan didunia itu
hanya sekejap saja dan tidak akan kekal. Kalau diakhirat kita akan hidup kekal
selamanya dan itulah hidup yang sesungguhnya didunia ini.
DAFTAR PUSTAKA