Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH MIKOLOGI

TENTANG
JAMUR PADA TUMBUHAN

Oleh:
Kelompok Genap
Kelas XII-CD
1. Ade Septiani 10. Najla Cahyadianti
2. Aida Kirana S 11. Puji Rahayu
3. Annisa Nurul Q 12. Saadah Nur Azizah
4. Diana Mistura 13. Shafa Erni S
5. Dwi Iryani 14. Tiara Apriliani
6. Fitri Fidianti 15. Wulan Ayu K.D.
7. Indah Apriyati
8. Isnaini Diana
9. M. Ilham S
DEFINISI JAMUR
Jamur dalam bahasa Indonesia
sehari-hari mencakup beberapa hal yang
agak berkaitan. Arti pertama adalah semua
anggota kerajaan fungi dan beberapa
organisme yang pernah dianggap berkaitan,
seperti jamur lendir dan "jamur belah"
(Bacteria). Arti kedua berkaitan dengan
sanitasi dan menjadi sinonim bagi kapang.
Arti terakhir adalah tubuh buah yang lunak
atau tebal dari sekelompok anggota Fungi
(terutama Basidiomycetes) yang biasanya
muncul dari permukaan tanah atau substrat
tumbuhnya.
Jamur dianggap sebagai tanaman yang sangat bervariasi baik dalam bentuk, sifat dan siklus
hidupnya. Namun sekarang para ahli botani mencoba mendefinisikan jamur tersebut
berdasarkan ciri-ciri umum yang dimilikinya. Jamur adalah organisme eukariotik (mempunyai inti
sejati) tidak mempunyai klorofil, mempunyai spora, struktur somatik atau talus berupa sel
tunggal (uniseluler) dan umumnya berupa filamen atau benang-benang bercabang
(multisesuler), berkembang biak secara seksual dan aseksual, dinding sel umumnya terdiri dari
kitin dan selulosa atau keduanya. Selain itu jamur juga dapat diartikan organisme yang tidak
mempunyai klorofil sehingga ia tidak mempunyai kemampuan untuk memproduksi makan
sendiri atau dengan kata lain jamur tidak bisa memanfaatkan karbondioksida sebagai sumber
karbonnya. Oleh karena itu jamur memerlukan senyawa organik baik dari bahan organik mati
maupun dari organisme hidup sehingga jamur dikatakan heterotrof. Jamur ini ada yang hidup
dan memperoleh makanan dari bahan organik mati seperti sisa-sisa hewan atau tumbuhan, dan
dapat pula yang hidup dan memperoleh makanan dari organisme hidup. Jamur hidup dan
memperoleh makanan dari bahan organik mati dinamakan saprofit, sedangkan yang hidup dan
memperoleh makanan dari organisme hidup dinamakan parasit.
Tubuh jamur terdiri atas dua tipe utama: uniseluler dan multiseluler. Tubuh uniseluler
terdiri atas hanya satu sel, misalnya khamir (yeast). Tubuh multiseluler terdiri atas banyak sel-sel
memanjang yang disebut hifa (hyphae) yang terjalin satu sama lain membentuk talus vegetatif
yang disebut miselium (mycelium). Hifa dapat dibedakan menjadi bersekat (septate) dan tidak
bersekat (aseptate atau coenocytic). Dalam hal hifa membentuk sekat, bagian hifa yang dibatasi
oleh sekat merupakan sel. Beberapa kelompok jamur tertentu dapat mengalami dimorfisme,
yaitu pada kondisi tertentu berbentuk uniseluler dan pada kondisi lainnya berbentuk multiseluler
(membentuk hifa semu atau pseudohyphae). Hifa dapat bercabang dan hifa cabang dapat saling
bertemu dan kemudian menyatu melalui proses anastomosis. Meselium dapat tersusun longgar
maupun tersusun padat (disebut plektenkima, plectenchymma), tetapi bukan merupakan
jaringan sebagaimana pada tumbuhan dan binatang. Plektenkima dapat berupa prosenkima
(tersusun agak longgar), pseudoparenkima (tersusun rapat, dinding hifa tidak menebal), dan
presudosclerenkima (tersusun rapat dan dinding hifa menebal). Meskipun telah tersusun padat,
plektenkima tidak mengalami diferensiasi fungsi sebagaimana yang terjadi pada jaringan.
Plektenkima membentuk struktur khusus jamur berupa sklerotia (sclerotia), pseudoslerotia
(pseudosclerotia), jalinan miselial (myceliar strand) dan rizomorf (rhizomorph), serta stromata.
Sklerotia merupakan jalinan padat hifa untuk mempertahankan diri. Bila jalinan padat hifa
tersebut bercampur dengan jaringan tumbuhan mati tempat tumbuh jamur maka disebut
pseudoskleroria. Jalinan miselial terjadi bila jamur menghadapi kondisi lingkungan yang kurang
menguntungkan atau menghadapi persaingan dengan koloni sesama spesies maupun lain
spesies. Pada jamur spesies tertentu, jalinan miselial tersebut tumbuh lebih rapat dan lebih
memanjang, tampak seperti akar, disebut rizomorf. Stromata merupakan susunan hipa memadat
sebagai dasar untuk membentuk organ perkembangbiakan.
Sifat hidup jamur terbagi atas 3 bagian, yakni:
1. Saprofit yakni sebagai organisme saprofit fungi hidup dari benda-benda atau bahan-bahan
organik mati. Saproyakni sebagai organisme saprofit fungi hidup dari benda-benda atau bahan-
bahan organik mati. Saprofit menghancurkan sisa-sisa bahan tumbuhan dan hewan yang
kompleks menjadi bahan yang lebih sederhana. Hasil penguraian ini kemudian dikembalikan ke
tanah sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah.
2. Parasit yakni fungi parasit menyerap bahan organik dari organisme yang masih hidup yang
disebut inang. Fungi semacam itu dapat bersifat parasit obligat yaitu parasit sebenarnya dan
parasit fakultatif yaitu organisme yang mula-mula bersifat parasit , kemudian membunuh
inangnya, selanjutnya hidup pada inang yang mati tersebut sebagai saprofit.

3. Simbion yakni jamur dapat bersimbiosis dengan organisme lain. Simbiosis dengan laga
menghasilkan liken atau lumut kerak, sedangkan simbiosis dengan akar tumbuhan konifer
menghasilkan mikoriza.

JAMUR PENYEBAB PENYAKIT


A. JAMUR PENYEBAB PENYAKIT PADA TUMBUHAN
Berbagai spesies jamur dapat menimbulkan penyakit pada tumbuhan. Spesies-spesies
jamur yang dapat menyebabkan penyakit tumbuhan disebut jamur patogenik. Jamur patogenik
menyebabkan penyakit tumbuhan melalui proses infeksi. Bagian tubuh jamur, vegetatif maupun
reproduktif, yang berperan untuk memulai proses infeksi disebut inokulum (inoculum, jamak
inocula). Inokulum masuk ke dalam jaringan tumbuhan dengan cara melakukan penetrasi dengan
berbagai cara, yaitu mebentuk organ khusus yang disebut haustorium (jamak haustoria), melalui
alami seperti stomata, atau melalui luka. Setelah masuk ke dalam jaringan tumbuhan, jamur akan
tumbuh melakukan kolonisasi sebelum kemudian membentuk organ perkembangbiakan untuk
pemencaran. Proses yang terdiri atas tahap infeksi, kolonisasi, dan pemencaran ini disebut daur
penyakit. Selama daur penyakit ini, jaringan tumbuhan mengalami perubahan dan pada
permukaan jaringan yang mengalami perubahan tersebut dapat tampak pertumbuhan jamur.
Perubahan yang tampak pada tumbuhan sebagai akibat dari terjadinya infeksi disebut gejala
penyakit (disease symptoms), sedangkan pertumbuhan patogen yang tampak pada permukaan
jaringan sakit disebut tanda penyakit (disease signs). Pengenalan gejala dan tanda penyakit
diperlukan dalam melakukan diagnosis penyakit.
Spesies jamur yang dapat menyebabkan penyakit sangat beranekaragam pada berbagai jenis
tumbuhan, silahkan periksa misalnya spesies jamur yang dapat menyebabkan penyakit pada
tanaman padi, jagung, cantel, ubi kayu, dan pisang. Tentu saja tidak semua spesies jamur
penyebab penyakit pada spesies tanaman tertentu dapat ditemukan di semua tempat. Sebaran
geografik penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh jamur ditentukan oleh berbagai faktor, di
antaranya asal geografik jamur patogenik, sebaran geografik tanaman yang diserang (disebut
tanaman inang), dan faktor-faktor yang menentukan perkembangan penyakit yang meliputi
kerentanan inang, kemampuan jamur menyerang, dan kesesuain faktor lingkungan fisik seperti
suhu udara, kebasahan permukaan daun, kelembaban udara, dsb.
Jamur Phycomycetes yang menyebabkan penyakit pada tanaman yaitu: Scleroperonospora
maydis penyebab penyakit bulai pada jagung, Pythium myriotylum penyebab penyakit busuk
polong kacang tanah, Phytophthora palmivora penyebab penyakit busuk hitam pada kelapa,
kelapa sawit, lada, durian, pepaya dan kanker garis batang karet, Phytophthora theobromae
penyebab penyakit busuk buah kakao, Phytophthora cinnamomi penyebab penyakit kanker kayu
manis, Phytophthora infestans penyebab penyakit hawar daun kentang, Phytophthora parasitica
penyebab penyakit busuk batang tembakau.
Jamur Ascomycetes yang menyebabkan penyakit pada tanaman yaitu: Ceratocystis fimbriata
penyebab penyakit kanker pada kakao, kopi, mangga, kelapa, dan karet, Elsinoe fawcetti
penyebab penyakit kudis pada jeruk, Glomerella cingulata (fase seksual Colletotrichum)
penyebab penyakit antraknose pada berbagai tanaman, Mycosphaerella berkeleyii dan
Mycosphaerella arachidis (fase seksual Cercospora) penyebab penyakit bercak daun kacang
tanah.
Jamur Basidiomycetes yang menyebabkan penyakit pada tanaman yaitu: Corticium salmonicolor
(Upasia salmonicolor) penyebab penyakit upas pada banyak tanaman tahunan, Exobasidium
vexans penyebab penyakit cacar daun teh, Hemileia vastatrix penyebab penyakit karat daun kopi,
Puccinia sorghi penyebab penyakit karat sorgum, Rigidoporus lignosus (=Fomes lignosus)
penyebab penyakit akar putih pada tanaman tahunan, Ustilago scitaminea penyebab penyakit
gosong pada tebu.
Jamur Deuteromycetes yang menyebabkan penyakit pada tanaman yaitu: Alternaria solani
penyebab penyakit bercak daun kentang, Botryiodiplodia theobromae penyebab penyakit busuk
pada buah kakao, kelapa, pisang, pepaya, dan ubi jalar, Cercospora coffeicola penyebab penyakit
bercak mata coklat pada kopi, Cercospora purpurea penyebab penyakit bercak blotch apokat,
Cercospora nicotianae penyebab penyakit bercak mata katak pada tembakau, Colletotrichum
gloeosporioides penyebab penyakit antraknose pada banyak tanaman, Fusarium oxysporum
penyebab penyakit layu pada berbagai tanaman, Pyricularia oryzae penyebab penyakit hawar
daun padi dan beberapa rerumputan.

Selanjutnya terdapat contoh jamur yang menyebabkan penyakit pada tanaman diantaranya:
1. Plasmodiophora brassicae
Plasmodiophora brassicae adalah patogen yang berasal dari kingdom fungi yang biasanya
menyerang tanamn kubis-kubisan. Serangan patogen jenis ini bisa dapat mengakibatkan
kerugian usaha tani kubis berkisar dari 50-100% (gagal total). Namun di Indonesia rata-rata
patogen ini dapat menyebabkan kerusakan pada kubis-kubisan sekitar 88,60 %.
Disebut penyakit akar gada, karena akar tanaman yang terserang membengkak seperti gada.
Pembengkakan pada jaringan akar dapat mengganggu fungsi akar seperti translokasi zat hara dan
air dari dalam tanah ke daun. Akibatnya, tanaman menjadi layu, kerdil, kering dan akhirnya mati.
Jika suatu tanah telah terinfestasi oleh Plasmodiophora brassicae maka patogen tersebut akan
selalu menjadi faktor pembatas dalam budi daya tanaman kubis (atau sefamili dengannya)
didaerah tersebut. Hal ini karena patogen ini mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap
perubahan lingkungan dalam tanah dan tergolong patogen tular tanah yang unggul.
2. Jamur Aspergillus spp
Aspergillus spp adalah jenis jamur udara yang berserabut. Spesies Aspergillus sangat
aerobik dan ditemukan pada hampir semua lingkungan yang kaya oksigen, dimana mereka
umumnya tumbuh sebagai jamur pada permukaan substrat, sebagai akibat dari ketegangan
oksigen tinggi. Aspergillus spp ini hidup sebagai saproba pada bermacam-macam bahan organik,
seperti pada roti, daging yang sudah diolah, butiran padi, kacang-kacangan dan lain-lain.
Aspergillus spp. membentuk badan spora yang disebut konidium dengan tangkainya konidiofor.
Koloninya berwarna abu – abu, hitam, kuning atau cokelat. Aspergillus spp. memiliki ciri khas
yaitu memiliki sterigma primer dan sterigma sekunder karena phialidesnya bercabang 2 kali.
Dari beberapa spesies Aspergillus spp, A. flavus teridentifikasi sebagai penyakit penting yang
menginfeksi biji jagung. Inang utama A. flavus adalah jagung, kacang tanah, dan kapas. Penyakit
ini mempunyai banyak inang alternatif, sekitar 25 jenis tanaman, khususnya padi, sorgum, dan
kacang tunggak. A. flavus ditemukan pada fase vegetatif dan generatif tanaman, serta
pascapanen jagung. Pada jagung, gejala Aspergillus spp. ditandai cendawan berwarna hitam,
(spesies A. niger) dan berwarna hijau (A. flavus). Infeksi A. flavus pada daun menimbulkan gejala
nekrotik, warna tidak normal, bercak melebar dan memanjang, mengikuti arah tulang daun. Bila
terinfeksi berat, dan berwarna coklat kekuningan seperti terbakar. Gejala penularan pada biji dan
tongkol jagung ditandai oleh kumpulan miselia yang menyelimuti biji.
Hasil penelitian menunjukkan adanya miselia berwarna hijau dan beberapa bagian agak coklat
kekuningan. Pada klobot tongkol jagung, warna hitam kecoklatan umumnya menginfeksi bagian
ujung klobot, perbedaan warna sangat jelas terlihat pada klobot tongkol yang muda. Bentuk
konidia bulat sampai agak bulat umumnya menggumpal pada ujung hipa berdiameter 3-6 µm,
sklerotia gelap hitam dan kemerahan, berdiameter 400-700 µm. Konidia A. flavus dapat
ditemukan pada lahan pertanian. Pada areal pertanaman kapas, A. flavus ditemukan lebih dari
3.400 koloni/g tanah kering, dan pada area lahan pertanaman jagung 1.231/g tanah kering.
Keadaan ini menggambarkan bahwa populasi koloni pada media tumbuh jagung dapat menjadi
sumber inokulum awal untuk perkembangannya. Perkembangan sklerotia dari tanah sampai
mencapai rambut jagung hanya dalam tempo 8 hari.
3. Jamur Pyricularia oryzae
Serangan dari jamur Plasmopara viticola
terdapat pada daun yang masih muda. Serangan
pada daun berupa bercak-bercak berwarna kuning
kehijauan dipermukaan daun bagian atas dan di
bagian permukaan bawahnya muncul semacam
tepung berwarna putih terdiri dari Sporangium
dan Sporangiofor. Pada tunas dan sulur yang
terserang akan memperlihatkan tepung putih di
bawahnya, sehingga tidak dapat tumbuh dengan
sempurna, produksi turun sampai 70% dalam satu
musim.
4. Jamur Pythium debaryanum
Pythium debaryanum merupakan jamur patogen yang menyebabkan kecambah busuk
dan membusuknya akar pada tanaman budidaya. Serangan jamur ini terjadi dibeberapa tanaman
budidaya, diantaranya menyerang daun dan buah tanaman kacang panjang.
5. Jamur Sclerospora graminicola

Gejala terinfeksi jamur ini pada tanaman adalah sebgai berikut :


1. Perbungaan – mulai berubah warna
2. Perbungaan – memutar dan distorsi
3. Daun – terjadi proses nekrotik
4. Daun – warna normal

5. Daun – pertumbuhan jamur


6. Daun – menguning atau mati
7. Akar – lambat laun akan membusuk
8. Batang – perubahan warna kulit batang

Gejala secara keseluruhan pada tanaman yang terinfeksi adalah adanya variasi yang
cukup besar dalam gejala, yang hampir selalu berkembang sebagai akibat dari infeksi sistemik.
Gejala bervariasi sesuai dengan ketahanan inangnya, serta kondisi lapangan atau lingkungan
tempat terjadinya infeksi sistemik ini, biasanya diamati sejak 6 hari setelah tanam. Gejala sistemik
umumnya muncul pada daun kedua, dan sesekali munculnya (jadi tidak secara bersamaan),
dilanjutkan pada semua daun berikutnya dan malai juga menggambarkan gejala, kecuali dalam
kasus-kasus resistensi pemulihan di mana tanaman dapat mengatasi atau tahan terhadap infeksi
tersebut. Penyakit ini juga dapat muncul pada daun pertama ketika infeksi sudah parah
perkembangannya.
Gejala daun dimulai dengan proses klorosis di dasar lamina daun dan menginfeksi daun baru
berturut-turut serta menunjukkan perkembangan cakupan yang lebih besar dengan gejala daun.
Gejala daun yang terinfeksi, ditandai dengan daerah bagian daun yaitu basal sakit dan menyebar
ke ujung. Dalam kondisi kelembaban tinggi, luas daun terinfeksi akan mendukung terjadinya
klorosis dan menyebarnya sebagian besar spora, umumnya pada permukaan abaxial dari daun,
memberi mereka penampilan berbulu halus pada daun. Jika gejala terjadi mulai awal, tanaman
akan sangat kerdil dan klorosis dan selanjutnya akan mati, jika gejala yang tertunda, kekerdilan
mungkin belum terjadi hal tersebut dikarenakan beberapa tunas mungkin lolos penyakit.
6. Jamur Penicillium sp.
Patogen Penicillium spp. pada biji jagung ditemukan berupa gumpalan miselia berwarna
putih menyelimuti biji, diselingi warna kebiru-biruan. Patogen ini adalah patogen tular benih yang
mempunyai inang utama jagung. Tanaman lain belum dilaporkan dapat menjadi inangnya,
namun dapat menginfeksi tanaman jagung pada fase prapanen dan pascapanen.
Intensitas penularan pada biji jagung dapat mencapai lebih dari 50%. Gejalanya ditandai oleh
bercak pada kulit ari biji, bila menginfeksi tongkol secara optimal menyebabkan pembusukan.
Pengaruh terhadap kualitas benih adalah penurunan daya tumbuh. Spesies P. oxalicum
memproduksi oxalid acid dan bersifat toksik terhadap biji.
Penicillium spp. dapat ditularkan melalui biji. Apabila ditanam, biji-biji yang terinfeksi Penicillium
spp. dari lokasi pertanaman dapat menularkan pada pertanaman selanjutnya. Patogen akan
berkembang baik pada suhu < 15 dan akan tertekan perkembangannnya pada suhu > 25Oc.
Penyebaran dalam suatu populasi serangga. Semakin tinggi populasi serangga, semakin besar
intensitas biji terinfeksi Penicillium spp karena serangga dapat menjadi vektor penyebar
perkembangan patogen ini di pertanaman dan tempat penyimpanan.
7. Ustilago maydis

Ustilago maydis adalah cendawan penyebab penyakit gosong bengkak pada tanaman
jagung (Zea mays L.). Cendawan ini merupakan dimorfik, artinya dalam siklus hidupnya dapat
terjadi dua bentuk, yaitu membentuk sel khamir dan membentuk misellium. Ustilago maydis
tumbuh dalam bentuk sel khamir haploid selama fase saprofit, namun berubah menjadi miselium
bersel haploid pada fase menginvasi atau menginfeksi inang.
Siklus hidup cendawan ini dapat bertahan sebagai saprofit dan dalam bentuk teleospora
pada sisa-sisa tanaman sakit , pada pupuk organic atau dalam tanah. Spora tersebut mempunyai
ketahanan yang sangat tinggi sehingga dapat bertahan hidup sampai bertahun-tahun. Pada
keadaan yang cocok telaospora berkecambah,membentuksporodium yag dipencarkan oleh
angin atau air. Cendawan dapat mengandalkan infeksi dengan melalui langsung epidermis atau
melalui mulut kulit , pada semua jaringan meristem yang terdapat pada bagian-bagian tanaman
diatas tanah. Ustilago maydis biasanya dimulai dengan pertumbuhan tabung konjugasi kemudian
terjadi fusi antara sporidia yang sesuai. Selanjutnya miseelium dikariotik atau menginvasi
tanaman yang dilanjutkan dengan pembentukan tetiospora.
Reproduksi Ustilago maydis patogen ini melakukan reproduksi dengan cara seksual
(generative) dan aseksual (vegetative). Secara aseksual menghasilkan spora. Apabila kondisi
habitat sesuai, Ustilago maaydis memperbanyak diri dengan memproduksi sejumlah besar spora
aseksual. Spora aseksual dapat terbawa air atau angin. Bila mendapatkan tempat yang cocok,
maka spora akan berkecambah dan tumbuh menjadi jamur dewasa. Reproduksi secara aseksual
melalui kontak gametangium dan konjugasi. Kontak gametagium mengakibatkan terjadinya
singami,yaitu persatuan sel dari dua inddividu. Singami terjadi dalam dua tahap, tahap pertama
adalah plasmogami (peleburan sitoplasma) dan tahap kedua adalah kariogami (peleburan inti).
Setelah plasmogami terjadi, inti sel dari masing-masing induk bersatu tetapi tidak melebur dan
membentuk dikarion.
Faktor yang mendukung perkembangan penyakit gosong ini adalah curah hujan yang
tinggi dan angin kencang, Pupuk Nitrogen yang berlebihan meningkatkan keparahan penyakit.

Anda mungkin juga menyukai