Anda di halaman 1dari 10

PENGANTAR ILMU ADMINISTRASI PUBLIK 10

PEGANTAR ILMU
ADMINISTRASI PUBLIK

Chapter 10

Hal. 1 dari 10
Untuk Kalangan Sendiri
PENGANTAR ILMU ADMINISTRASI PUBLIK 10

Chapter 10
PROSES KEBIJAKAN PUBLIK

Capaian Pembelajaran
Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa diharapkan mampu menganalisis tentang proses-
proses kebijakan publik

A. KONSEP DASAR KEBIJAKAN PUBLIK


Kebijakan (policy) umumnya dipahami sebagai keputusan yang diambil untuk menangani
masalah-masalah tertentu. Namun, kebijakan bukanlah sekedar suatu keputusan yang ditetapkan.
Menurut Rose (dalam Hamdi, 2015:36) mengatakan bahwa kebijakan publik (policy) lebih sebagai
suatu rangkaian panjang dari kegiatan-kegiatan yang berkaitan dan akibatnya bagi mereka yang
berkepentingan, dari pada hanya sekedar suatu keputusan. Pendapat lain dikemukakan oleh
Friedrich (dalam Hamdi, 2015:36) yang memandang kebijakan sebagai suatu tindakan yang
disarankan mengenai perorangan, kelompok dan pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu
yang berisikan hambatan dan kesempatan yang akan diatasi atau dimanfaatkan melalui kebijakan
yang disarankan dalam upaya mencapai suatu tujuan atau mewujudkan suatu maksud.

Kata “policy” umumnya digunakan untuk menunjukan pilihan terpenting yang dibuat, baik dalam
kehidupan organisasi maupun dalam kehidupan pribadi. “policy” adalah bebas dari kebanyakan
konotasi yang tak diinginkan yang berdekatan dengan kata politik, yang seringkali diartikan
“memihak” atau “korupsi” (Harol Laswell dalam Hamdi, 2015:36)

B.W Hogwood & L.A Gunn (dalam Hamdi, 2015:36) telah mengidentifikasi arti kata publik
mencakup pengertian label untuk suatu bidang aktivitas, ekspesi dari tujuan umum, usulan
spesifik, keputusan pemerintah, program, output, outcome, teori atau model dan proses.

Literature mengenai kebijakan publik telah banyak menyajikan berbagai pengertian dan definisi
tentang kebijakan publik, baik dalam arti luas maupun arti sempit. Dye yang dikutip dalam Young
dan Quinn (dalam buku Suhartono, 2015:44) mengatakan bahwa secara luas kebijakan publik
yaitu “whatever government choose to do or not to do” sementara itu Anderson yang juga dikutip
oleh Young dan Quinn menyampaikan definisi kebijakan publik yang lebih spesifik yaitu sebagai “a
purposive course of action followed by an actor in dealing with a problem or matter of concern”
kebijakan merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan oleh seorang aktor
atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah atau suatu persoalan

Hal. 2 dari 10
PENGANTAR ILMU ADMINISTRASI PUBLIK 10
Sebagai suatu hasi proses penyelenggaraan pemerintah, substansi kebijakan public dapat
dibedakan atas berbagai kelompok atau tipologi. Tipologi yang paling banyak diikuti oleh para ahli
kebijakan public adalah tipologi yangdibuat oleh Theodore J. Lowi. Menurut Lowi (dalam Hamdi,
2015:54) kebijakan public dapat dibedakan atas tiga tipe.

 Kebijakan Distributif (Alokatif) adalah kebijakan yang berkaitan dengan penyediaan barang
dan jasa bagi warga negara baik secara perorangan maupun dalam masyarakat. kebijakan
alokatif juga berupa kebijakan yang berkaitan dengan penjatahan beban dan manfaat
kepada masyarakat. ketika pemerintah menetapkasn suatu aturan perpajakan dan aturan
tariff pajak dan kemudian menarik pajak tersebut maka telah melakukan tindakan penjatahan
beban kepada masyarakat.
 Kebijakan redistributive adalah kebijakan yang berkaitan dengan pengaliran barang dan
sumberdaya dari satu kelompok warga negara kepada kelompok warga negara yang
lainnya. Kebijakan ini bermula dari suatu pandangan bahwa suatu pemerintahan seharusnya
melakukan perlakuan yang sama kepada warga negara, termasuk pemberian kesempatan
berusaha. Dalam praktik, sejalan dengan kapasitas dn keberuntungan masing-mang warga
negara akan akan selalu terjadi adanya warga negara yang mampu dan berhasi; dan warga
negara yang tidak mampu dan kurang beruntung. Ketika kondisi ini terjadi maka kewajiban
pemerintah untuk menjamin nilai-nilai keadilan selalu tercermin dalam kehidupan
masyarakat. pencerminan dari kebijakan redistributive adalah pelaksanaan program yang
berfokus pada pemenuhan kepentingan kelompok warga negara yang kurang beruntung,
seperti program jaring pengamanan sosial dan program tindakan alternative.
 Kebijakan pengaturan adalah kebijakan yang berkaitan dengan pengarahan atau
pembatasan perilaku warga negara dan masyarakat. dengan kebijakan ini suatu
pemerintahan pada dasarnya juga melakukan enkulturasi yang dikaitkan dengan sistem
secara makro maupun mikro. Secara makro, misalnya kebijakan tentang kewajiban bela
negara berkaitan dengan pembentukan perilaku warga negara dalam hal membangun
kebangsaan. Secara mikro antara lain kebijakan tentang merokok ditempat umum berkaitan
dengan pembentukan perilaku kolektif warga negara dalam hal kesehatan lingkungan.

B. SISTEM KEBIJAKAN PUBLIK


Menurut Mustopadidjaja AR (1992) yang dimaksud dengan sistem kebijakan publik adalah
keseluruhan pola kelembagaan dalam pembuatan kebijakan publik yang melibatkan hubungan
diantara 4 elemen (unsur), yaitu masalah kebijakan publik, pembuatan kebijakan publik, kebijakan
publik dan dampaknya terhadap kelompok sasaran (target groups). Sebagai suatu sistem, maka
dalam sistem kebijakan publik dikenal adanya unsur-unsur : Input, Process, Output. Kebijakan

Hal. 3 dari 10
PENGANTAR ILMU ADMINISTRASI PUBLIK 10
publik adalah merupakan produk (output) dari suatu input, yang diproses secara politis. Adapun
elemen-elemen (unsur-unsur) sistem kebijakan publik adalah :

a. Input : masalah Kebijakan Publik


Masalah Kebijakan Publik ini timbul karena adanya faktor lingkungan kebijakan publik yaitu
suatu keadaan yang melatar belakangi atau peristiwa yang menyebabkan timbulnya
“masalah kebijakan publik” tersebut, yang berupa tuntutantuntutan, keinginan-keinginan
masyarakat atau tantangan dan peluang, yang diharapkan segera diatasi melalui suatu
kebijakan publik. Masalah ini dapat juga timbul justru karena dikeluarkannya suatu kebijakan
publik yang baru. Sebagai contoh : masalah kebijakan publik dapat timbul karena adanya
dorongan dari masyarakat. Misalnya, timbulnya INPRES SD, INPRES Pasar, INPRES
Puskesmas, karena adanya pandangan masyarakat (pada waktu itu) tentang kurangnya
pemerataan pembangunan. Pembangunan dikatakan sudah berhasil, tetapi kurang merata.
Masalah kebijakan juga dapat timbul, justru adanya kebijakan pemerintah.
b. Process (proses): pembuatan Kebijakan Publik.
Proses pembuatan kebijakan publik itu bersifat politis, di mana dalam proses tersebut terlibat
berbagai kelompok kepentingan yang berbeda-beda, bahkan ada yang saling
bertentangan.Dalam proses ini terlibat berbagai macam policy stakeholders, yaitu mereka-
mareka yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh suatu kebijakan publik. Policy
Stakeholders bisa pejabat pemerintah, pejabat negara, lembaga pemerintah, dan juga dari
lingkungan masyarakat (bukan pemerintah), misalnya, partai politik, kelompok-kelompok
kepentingan, perusahaan dan sebagainya.
c. Output : Kebijakan Publik, yang berupa serangkaian tindakan
yang dimaksudkan untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan tertentu seperti yang
diinginkan oleh kebijakan publik.
d. Impacts (dampak), yaitu dampaknya terhadap kelompok sasaran (target groups).
Kelompok sasaran (target groups) adalah orang-orang, kelompok-kelompok orang, atau
organisasi-organisasi, yang perilaku atau keadaannya ingin dipengaruhi atau diubah oleh
kebijakan publik tersebut.

C. KERANGKA KERJA KEBIJAKAN PUBLIK


Menurut Suharno (2010: 31) kerangka kebijakan publik akan ditentukan oleh beberapa variabel
dibawah ini, yaitu:

Hal. 4 dari 10
PENGANTAR ILMU ADMINISTRASI PUBLIK 10
1. Tujuan yang akan dicapai
mencakup kompleksitas tujuan yang akan dicapai. Apabila tujuan kebijakan semakin
kompleks, maka semakin sulit mencapai kinerja kebijakan. Sebaliknya, apabila tujuan
kebijakan semakin sederhana, maka untuk mencapainya juga semakin mudah.
2. Prefensi Nilai Seperti Apa Yang Perlu Dipertimbangkan
Suatu kabijakan yang mengandung berbagai variasi nilai akan jauh lebih sulit untuk dicapai
dibanding dengan suatu kebijakan yang hanya mengejar satu nilai. Ada lima nilai yang dapat
mempengaruhi para penetap kebijakan publik yaitu nilai politik, nilai organisasi, nilai
personal, nilai kebijakan, dan nilai ideology.
3. Sumber daya yang mendukung kebijakan
Kinerja suatu kebijakan akan ditentukan oleh sumber daya finansial, material, dan
infrastruktur lainnya.
4. Kemampuan aktor yang terlibat dalam pembuatan kebijakan
Kualitas dari suatu kebijakan akan dipengaruhi oleh kualitas aktor kebijakan yang terlibat
dalam proses penetapan kebijakan. Kualitas tersebut ditentukan oleh tingkat pendidikan,
kompetensi dalam bidangnya, pengalaman kerja dan integritas moralnya. Menurut Howlett
dan Ramesh (1995) beberapa aktor atau organisasi yang berpengaruh dalam proses
pembuatan kebijakan, antara lain:

Legislatif
1. Legislatif berhubungan dengan tugas politik sentral dalam pembuatan peraturan dan
pembentukan kebijakan dalam suatu sistem politik.
2. Legislatif ditunjuk secara formal yang mempunyai fungsi memutuskan keputusan-
keputusan politik secara bebas.
3. Dalam melakukan penetapan perundangan, parlemen mempunyai peran sentral dalam
mempertimbangkan, meneliti, mengoreksi sampai menyebarluaskan kebijakan kepada
masyarakat.
4. Di negara-negara komunis, legislatifnya hanya melakukan ratifikasi atau konfirmasi atas
keputusan yang telah dibuat oleh pejabat tinggi dalam partai komunis

Eksekutif (Presiden)
1. Presiden sebagai kepala eksekutif mempunyai peran yang sangat penting dalam
pembuatan kebijakan publik.
2. Keterlibatan presiden dalam pembuatan kebijakan dapt dilihat dalam komisi-komisi
presidensial atau dalam rapat-rapat kabinet. Dalam beberapa kasus, presiden terlibat
secara personal dalam pembuatan kebijakan.

Hal. 5 dari 10
PENGANTAR ILMU ADMINISTRASI PUBLIK 10
3. Selain keterlibatan secara langsung, kadangkala presiden juga membentuk kelompok-
kelompok atau komisi-komisi penasehat yang terdiri dari warga negara swasta maupun
pejabat- pejabat yang ditunjuk untuk menyelidiki kebijakan tertentu dan
mengembangkan usulan-usulan kebijakan

Yudikatif
1. Lembaga yudikatif mempunyai kekuasaan yang cukup besar untuk mempengaruhi
kebijakan publik melalui pengujian kembali suatu undang-undang atau peraturan.
(melalui peninjauan yudisial dan penafsiran undang-undang)
2. Tinjauan yudisial merupakan kekuasaan pengadilan untuk menentukan apakah
tindakan-tindakan yang diambil oleh eksekutif atau legislatif sesuai dengan konstitusi
atau tidak. Bila keputusan-keputusan tersebut bertentangan dengan konstitusi, maka
yudikatif berhak membatalkan atau menyatakan tidak sah terhadap peraturan
perundangan yang dudah ditetapkan.

Instansi Administratif
1. Meskipun terdapat satu doktrin dalam ilmu politik bahwa instansi administrasi hanya
dipengaruhi oleh kebijakan yang ditentukan pemerintah, namun saat ini diakui bahwa
politik dan administrasi dapat berbaur dan instansi administrasi sering terlibat dalam
pengembangan kebijakan publik.
2. Konsep administrasi baru New Public Administration (George Frederickson:1980) tidak
lagi membahas dikotomi administrasi publik dengan politik
3. Dalam masyarakat pacsa-industri seperti saat ini dimana keberagaman (pluralitas)
menjadi hal yang lumrah, teknis dan kompleksitas masalah kebiakan pun bertambah
luas sehingga memungkinkan adanya penyerahan kekuasaan yang lebih luas secara
formal pada instansi administrasi terkait. Hal inilah yang memberikan kesempatan yang
lebih luas kepada instansi administratif untuk menjadi aktor dalam kebijakan.

Kelompok kepentingan
1. Hampir di semua sistem politik di dunia, kelompok kepentingan mempunyai fungsi
mempertemukan kepentingan “warga tertentu” yang tidak hanya mengemukakan
tuntutan dan dukungan tetapi juga memberikan alternatif bagi tintakan kebijakan.
2. Mereka memberikan banyak informasi kepada pejabat publik , yang bahkan seringkali
pada hal-hal yang bersifat teknis, mengenai sifat dan akibat yang dapat ditimbulkan dari
suatu usulan kebijakan. Dalam hal ini mereka memberikan rasionalitas pembuatan
kebijakan.

Hal. 6 dari 10
PENGANTAR ILMU ADMINISTRASI PUBLIK 10
3. Kelompok kepentingan merupakan sumber utama pemerintah dalam memproses
kebijakan publik.

Partai politik
1. Selain berpikir untuk memperoleh kekuasaan partai politik juga berusaha menghasilkan
kebijakan publik yang menguntungkan bagi konstituennya, manakala mereka
memenangkan pemilihan umum.
2. Ketika partai politik sudah duduk di parlemen, mereka sering memberikan suara yang
berhubungan dengan posisi kebijakan partai, hal ini menunjukan posisi tawar yang
cukup besar ketika mereka mengusulkan kebijakan-kebijakan.
3. Pada masyarakat pascamodern seperti saat ini umumnya partai politik memerankan
fungsinya sebagai “kumpulan kepentingan”, yaitu mereka berusaha untuk mengubah
permintaan khusus dari kelompok kepentingan menjadi usulan kebijakan atau bahkan
alternatif kebijakan

Warga nagara (Individu)


1. Meskipun tugas untuk membuat kebijakan biasanya diberikan kepada pejabat publik,
namun dalam beberapa kejadian warga negara sebagai individu masih mempunyai
peluang untuk berpartisipasi secara langsung dalam pembuatan kebijakan.
2. Dalam tatar normatif demokratik, warga negara mempunyai kewajiban untuk
didengarkan dan pejabat mempunyai kewajiban untuk mendenganrkannya.

5. Lingkungan Kebijakan
Mencakup lingkungan sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya. Kinerja dari suatu kebijakan akan
dipengaruhi oleh konteks sosial, ekonomi, maupun politik tempat kebijakan tersebut
diimplementasikan.

6. Strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan.


Strategi yang digunakan untuk mengimplementasikan suatu kebijakan akan mempengaruhi kinerja
suatu kebijakan. Stretegi yang digunakan dapat bersifat top/down approach atau bottom approach,
otoriter atau demokratis

D. PROSES KEBIJAKAN
Proses kebijakan publik dapat dipahami sebagai serangkaian tahap atau fase kegiatan untuk
membuat kebijakan publik. Para ahli kebijakan publik berbeda-beda dalam menamai atau
mengelompokan tahap-tahap tersebut. Namun demikian, umumnya proses pembuatan kebijakan
publik dapat dibedakan kedalam tahap berikut:

Hal. 7 dari 10
PENGANTAR ILMU ADMINISTRASI PUBLIK 10
a. Agenda Setting
Agenda setting atau penyusunan agenda adalah tahap-tahap kebijakan publik pertama yang
dilakukan oleh pemerintah dalam menentukan dan menetapkan suatu kebijakan publik yang
berlaku di dalam kehidupan masyarakat. Penyusunan agenda merupakan suatu proses
yang sangat baik untuk memaknai apa sebetulnya yang menjadi kebutuhan prioritas
masyarakat. Kebutuhan masyarakat yang dipilih dan ditentukan adalah kebutuhan
masyarakat yang sesuai dengan prioritas masyarakat secara keseluruhan, bukan prioritas
masyarakat secara kelompok ataupun golongan tertentu.
Dalam menentukan prioritas kebijakan, pemerintah dapat menimbang dan melilih aspirasi
rakyat yang disalurkan melalui DPR maupun DPRD sesuai dengan tingkatan wilayahnya
agar kedua lembaga tersebut dapat menjalankan tugas dan fungsinya secara maksimal
b. Perumusan kebijakan publik.
Tahap ini mulai dari perumusan masalah sampai dengan dipilihnya alternatif untuk
direkomendasikan dan disahkan oleh pejabat yang berwenang.
c. Implementasi kebijakan publik.
Setelah kebijakan publik disahkan oleh pejabat yang berwenang, maka kemudian kebijakan
publik tersebut diimplementasikan (dilaksanakan). Mengenai implementasi kebijakan publik,
Mustopadidjaja AR (1992), mengemukakan bahwa dilihat dari implementasinya, Ada tiga
bentuk kebijakan publik, yaitu:
1) Kebijakan langsung, yaitu kebijakan yang pelaksanaannya dilakukan oleh pemerintah
sendiri. Misalnya : INPRES tentang SD
2) Kebijakan tidak langsung, yaitu kebijakan yang pelaksanaannya tidak dilakukan oleh
pemerintah. Dengan demikian, dalam hal ini pemerintah hanya mengatur saja.
Misalnya: kebijakan pemerintah tentang Investasi Asing.
3) Kebijakan campuran, yaitu kebijakan yang pelaksanaannya dilakukan oleh pemerintah
dan bukan pemerintah (swasta). Misalnya kebijakan Pemerintah DKI Jakarta tentang
kebersihan, di mana pelaksanaan kebersihan dapat dilakukan oleh Dinas Kebersihan
atau oleh swasta.
d. Monitoring kebijakan publik.
Monitoring kebijakan publik adalah proses kegiatan pengawasan terhadap implementasi
kebijakan yaitu, untuk memperoleh informasi tentang seberapa jauh tujuan kebijakan itu
tercapai. (Hogwood and Gunn, 1989).

Hal. 8 dari 10
PENGANTAR ILMU ADMINISTRASI PUBLIK 10
e. Evaluasi kebijakan publik.
Evaluasi kebijakan publik ini bertujuan untuk menilai apakah perbedaan sebelum dan
setelah kebijakan itu diimplementasikan, yaitu perbandingan antara sebelum dan sesudah
diberlakukannya suatu kebijakan.
Kebijakan publik dapat dilihat sebagai suatu sistem, yang terdiri dari elemen-elemen (unsur-
unsur): input : masalah kebijakan publik, proses : pembuatan kebijakan publik, output,
kebijakan publik dan dampak (impact) terhadap kelompok sasaran (target groups).
Kebijakan publik dapat pula dilihat sebagai proses yang meliputi tahap-tahap: perumusan
masalah, implementasi, monitoring, dan evaluasi kebijakan publik. Proses kebijakan publik
tersebut dapat digambarkan sebagai sebuah siklus kebijakan.

E. ALASAN UMUM MASYARAKAT MENOLAK KEBIJAKAN.


Setiap kebijakan publik dimaksudkan untuk mempengaruhi atau mengawasi perilaku manusia
dalam beberapa cara, untuk membujuk orang supaya bertindak sesuai dengan aturan atau tujuan
yang ditentukan Pemerintah. Apakah yang berkenaan dengan kebijakan atau bermacam-macam
hal seperti hak patent dan hak duplikasi, membuka perumahan, tarif harga, pencurian malam hari,
produksi pertanian, atau penerimaan militer. Jika kebijakan tidak dapat dipenuhi, jika mereka tidak
memakai cara yang ditentukan, atau jika mereka berhenti mengerjakan apa yang ditentukan,
maka kebijakan tersebut dikatakan tidak efektif atau secara ekstrem hasilnya nol.
Menurut Agustino dalam buku Dasar-dasar Kebijakan Publik (2008:160) ada beberapa faktor
Penentu Penolakan atau Penundaan Kebijakan yaitu:

1. Adanya kebijakan yang bertentangan dengan sistem Nilai yang ada: Bila suatu kebijakan di
pandang bertentangan secara ekstrem atau secara tajam dengan sistem nilai yang di anut
oleh suatu masyarakat secara luas, atau kelompok-kelompok tertentu secara umum, maka
dapat dipastikan kebijakan publik yang hendak diimplementasikan akan sulit untuk
terlaksana.
2. Tidak Adanya Kepastian Hukum: Tidak adanya kepastian hukum, ketidakjelasan aturan-
aturan hukum, atau kebijakan-kebijakan yang saling bertentangan satu sama lain dapat
menjadi sumber ketidakpatuhan warga pada kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah.
Hal ini sangat mungkin terjadi karena kebijakan yang tidak jelas, kebijakan yang
bertentangan isinya, atau kebijakan yang ambigu dapat menimbulkan kesalah pengertian,
sehingga berkecenderungan untuk di tolak oleh warga untuk diimplementasikan.
3. Adanya keanggotaan seseorang dalam suatu Organisasi: Seseorang yang patuh atau tidak
patuh pada peraturan atau kebijakan publik yang ditetapkan oleh pemerintah dapat
disebagiankan oleh keterlibatannya dalam suatu organisasi tertentu. Jika tujuan organisasi

Hal. 9 dari 10
PENGANTAR ILMU ADMINISTRASI PUBLIK 10
yang dimasuki oleh orang-orang yang terlibat dalam suatu organisasi seide atau segagasan
dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah, maka ia akan mau bahkan
mengejawantahkan atau melakukan ketetapan Pemerintah itu dengan tulus. Tetapi apabila
tujuan organisasi yang dimasukinya bertolak belakang dengan ide dan gagasan
organisasinya, maka sebagus apapun kebijakan yang sudah di buat oleh pemerintah akan
sulit untuk terimplementasikan dengan baik.
4. Adanya Konsep Ketidakpatuhan Selektif Terhadap Hukum: Masyarakat ada yang patuh
pada suatu jenis kebijakan tertentu, tetapi ada juga yang tidak patuh pada jenis kebijakan
lain. Ada orang yang patuh dalam kebijakan kriminalitas tetapi di saat yang bersamaan ia
dapat tidak patuh dengan kebijakan pelarangan pedagang kaki lima.

MATERI DISKUSI
Sebutkan bentuk kebijakan publik sesuai pemahan anda terhadap definisi kebijakan publik yang
telah disajikan dalam modul diatas

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, James. 1994. Public Policy Making: An Introduction. 7th Edition. Boston: Wadsworth

Hamdi, Muchlis. 2015. Kebijakan Publik. Jakarta: Ghalia Indonesia

Suharto. 2015. Analisis Kebijakan Publik: Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan Kebijakan
Sosial. Bandung: Alvabeta
Budi Winarno, 2002, Teori dan Proses Kebijakan Publik, Jakarta: Media Presindo.

Abdul Wahab, Solichin. (1990). Pengantar Analisis Kebijaksanaan Negara, Jakarta: Rineka Cipta.
Anderson, James E. (1976). Public Policy Making, New York: Holt, Rinrkart and Winston.
Dunn, William N. (1994). Public Policy Analysis: An Introduction, Englewood Cliff. Prentice Hall,
Inc.

Hal. 10 dari 10

Anda mungkin juga menyukai