Laporan Entalpi Adsorpsi New
Laporan Entalpi Adsorpsi New
TERMODINAMIKA KIMIA
ENTALPI ADSORPSI
Asam Asetat
4.1 Hasil
4.1.1 Standarisasi Larutan NaOH
1. 1N 10 mL 0,92 M 21,6 ml
0,95 N
2. 1N 10 mL 0,99 M 20,2 ml
Suhu 35℃
Konsentrasi Berat Molekul Log (X/m) Log C k
NaOH NaOH
0,2 M -1,51 -0,42
0,6 M 40 g/mol -0,75 0,02 4,80
1M -0,67 0,24
Suhu 45oC
Konsentrasi Berat Molekul Log (X/m) Log C k
NaOH NaOH
0,2 M -1,42 -0,35
0,6 M 40 g/mol -0,64 0,05 2,29
1M -0,55 0,19
Nilai Entalpi Adsorpsi (∆Hadsorpsi)
T (K) 1/T (K-1) k ln k ∆H
(adsorpsi)
298 0,00335 364 1,29
308 0,00324 4,80 1,56 17,135kJ/mol
318 0,00314 2,92 0,82
4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini yaitu membahas tentang entalpi adsorpsi. Adsorpsi
merupakan suatu proses penggumpalan substantsi terlarut yang terdapat dalam
suatu larutan oleh permukaan zat penyerap dimana terjadi suatu ikatan kimia
fisika antara substansi dengan penyerapnya. Proses adsorpsi terdiri atas adsorbat
dan adsorben. Adsorbat adalah zat yang terserap pada permukaan zat lain
sedangkan zat yang permukaannya dapat menyerap zat lain disebut sebagai
adsorben. Entalpi adsorpsi yaitu energi atau kalor yang dibutuhkan untuk
mengadsorpsi zat lain pada permukaan. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk
mempelajari secara kualitatif sifat-sifat adsorpsi dari suatu bahan adsorben dan
untuk menentukan entalpi adsorpsinya.
Adsorben yang digunakan dalam percobaan ini adalah karbon aktif atau
arang sedangkan zat yang berperan sebagai adsorbat adalah asam asetat (C2H4O2).
Arang aktif atau karbon aktif dicampurkan dalam konsentrasi asam asetat.
Konsentrasi asam asetat dibuat secara bervariasi yaitu 0,2 N, 0,6 N dan 1,0 N.
Konsentrasi dilakukan secara bervariasi dengan tujuan agar dapat mengetahui
konsentrasi pada saat suhu yang sama dalam penyerapan larutan asam oksalat
oleh arang aktif atau karbon aktif. Suhu yang digunakan dalam percobaan ini juga
dibuat secara bervariasi yaitu 25˚C, 35˚C dan 45˚C. Perlakuan variasi suhu
dilakukan dengan tujuan agar dapat mengetahui pengaruh temperatur terhadap
kelarutan asam oksalat. Percobaan ini menghitung selisih antara volume larutan
NaOH yang dibutuhkan larutan asam asetat dalam mencari titik akhir titrasi saat
sebelum dicampurkan atau ditambahkan karbon aktif dan sesudah dicampurkan
atau diberi tambahan karbon aktif.
Larutan NaOH haruslah distandarisasi terlebih dahulu dengan larutan
primer asam oksalat 1 N. Standarisasi diperlukan agar dapat mengetahui kadar
atau konsentrasi NaOH secara tepat. Titrasi yang dilakukan perlu ditambahkan
dengan indikator phenolptalein sebanyak 3 tetes. Fungsi penggunaan indikator
phenolptalein dalam percobaan ini adalah untuk mengetahui kapan terjadinya titik
akhir pada proses titrasi. Indikator phenolptalein memiliki nilai trayek antara 8,2-
10,0. Indikator phenolptalein tidak berwarna pada saat suasana asam dan akan
berwarna pink saat suasana basa. Nilai pH pada titrasi ini diramalkan akan
mencapai titik akhir pada saat suasana basa. Hal tersebut dikarenakan larutan
NaOH berasal dari basa kuat sedangkan asam oksalat merupakan asam lemah.
Semakin tinggi konsentrasi asam oksalat yang digunakan maka larutan yang
terbentuk akan semakin bersifat asam dan larutan NaOH yang dibutuhkan saat
proses titrasi untuk mencapai titik akhir akan semakin banyak. Reaksi yang terjadi
pada proses titrasi antara asam oksalat dengan larutan NaOH adalah sebagai
berikut:
H2C2O4 (aq) + 2 NaOH (aq) → Na2C2O4 (aq) + 2 H2O (l) (4.1)
Percobaan selanjutnya yaitu membuat asam asetat dengan konsentrasi
yang bervariasi yaitu 0,2 N, 0,6 N dan 1,0 N. Variasi konsentrasi yang digunakan
dilakukan dengan cara pengenceran menggunakan akuades. Volume asam asetat
yang digunakan antara lain 10 mL, 30 mL dan 50 mL. Variasi konsentrasi asam
asetat dititrasi dengan tujuan agar mendapatkan konsentrasi mula-mula larutan
asam asetat sebelum diadsorpsi dengan karbon aktif atau arang. Volume titran
atau asam asetat yang dibutuhkan agar mencapai titik akhir titrasi pada variasi 0,2
N, 0,6 N dan 1,0 N secara berurutan adalah 4,2 mL, 13,5 mL dan 20,2 mL.
Berdasarkan data percobaan yang diperoleh bahwa semakin tinggi konsentrasinya
maka jumlah titran yang dibutuhkan agar mencapai titik akhir juga akan semakin
banyak serta volume NaOH yang dibutuhkan juga semakin besar. Persamaan
reaksi antara asam astetan dengan larutan NaOH adalah sebagai berikut:
CH3COOH (aq) + NaOH (aq)→ CH3COONa (aq)+ H2O (l) (4.2)
Percobaan selanjutnya yaitu menentukan konsentrasi asam asetat ketika
telah diadsorpsi dengan menggunakan karbon aktif serta variasi suhu yang
berbeda-beda. Perlakuan pertama yaitu pada suhu 25˚C dengan mengambil
sebanyak 10 mL larutan asam asetat yang telah diencerkan menggunakan akuades
dengan variasi konsentrasi yang berbeda-beda. Karbon aktif yang telah ditimbang
sebesar 0,5 gram kemudian dimasukkan dalam larutan asam asetat dalam gelas
beaker. Karbon aktif yang telah dimasukkan dalam gelas beaker harus ditutup
kemudian dikocok. Gelas beaker ditutup bertujuan agar larutan tidak
terkontaminasi oleh zat-zat yang dapat mempengaruhi daya asam asetat oleh
karbon aktif. Proses pengocokan pada gelas beaker bertujuan agar karbon aktif
tercampur secara sempurna dalam larutan sehingga penyerapannya dapat
berlangsung secara optimal. Pelakuan pada variasi suhu 25˚C, gelas beaker tidak
diletakkan dalam waterbath namun hanya didiamkan dalam ruangan karena suhu
ruang dianggap setara dengan suhu 25˚C. Proses pendiaman dilakukan saat gelas
beaker telah diletakkan pada ruangan terbuka selama 20 menit dengan tujuan
untuk membiarkan terjadinya kontak atau interaksi antara karbon aktif dengan
larutan asam asetat. Larutan tersebut disaring dengan menggunakan kertas saring
agar larutan yang dihasilkan tidak terkontaminasi atau tidak terkandunng unsur
karbon. Hasil larutan yang tidak mengandung unsur karbon didalamnya maka
dilakukan titrasi dengan mengambil volume larutan tersebut sebanyak 10 mL pada
setiap variasi konsentrasi dan diberi indikator phenolptalein sebanyak tiga tetes.
Titrasi ini dilakukan untuk menentukan titik ekivalen. Volume titran yang
diperlukan dengan variasi konsentrasi 0,2 N, 0,6 N dan 1,0 N secara berturut-turut
adalah 4,0 mL, 11,5 mL dan 18,0 mL. Hasil percobaan tersebut telah sesuai
dengan literatur, dimana volume larutan NaOH yang dibutuhkan saat sebelum
diberi tambahan karbon aktif lebih besar dibandingkan setelah diberi tambahan
karbon aktif.
Perlakuan selanjutnya yaitu pengujian adsorpsi larutan asam asetat oleh
karbon aktif menggunakan variasi konsentrasi 0,2 N, 0,6 N dan 1,0 N dengan
suhu 35˚C. Larutan asam asetat yang telah diencerkan dengan akuades sesuai
dengan variasi konsentrasi kemudian diambil sebanyak 10 mL dan ditambahkan
karbon aktif sebanyak 0,5 gram. Campuran larutan asam asetat tersebut diletakkan
pada gelas beaker yang ditutup menggunakan aluminium foil lalu dikocok dan
diletakkan pada waterbath untuk dipanaskan selama 20 menit. Pemanasan
dilakukan dengan tujuan untuk melihat pengaruh suhu terhadap hasil adsorpsi.
Larutan segera disaring menggunakan kertas saring setelah dipanaskan agar tidak
terkontaminasi karbon. Larutan yang telah disaring diambil sebanyak 9,5 mL pada
konsentrasi 0,2 N, 10 mL pada konsentrasi 0,6 N dan 9,3 mL pada konsentrasi 1,0
N lalu diberi indikator phenolptalein sebanyak tiga tetes yang kemudian dititrasi
dengan larutan NaOH. Volume titran yang dibutuhkan untuk mencapai titik
ekivalennya berdasarkan konsentrasi terendah ke tertinggi adalah 3,8 mL, 11,2
mL dan 17,4 mL. Konsentrasi asam asetat berubah menjadi 0,38 N, 1,06 N dan
1,77 N. Hasil perlakuan menunjukkan bahwa terjadi penurunan konsentrasi awal
sebelum diadsorpsi dan setelah diadsorpsi pada saat suhu 35˚C. Hasil yang
diperoleh dalam perlakuan ini juga telah sesuai dengan literatur dimana volume
NaOH yang dibutuhkan lebih sedikit daripada saat sebelum diberi penambahan
karbon aktif.
Perlakuan terakhir yaitu pengujian adsorpsi larutan asam asetat oleh
karbon aktif menggunakan variasi konsentrasi 0,2 N, 0,6 N dan 1,0 N dengan
suhu 45˚C. Larutan asam asetat yang telah diencerkan dengan akuades sesuai
dengan variasi konsentrasi kemudian diambil sebanyak 10 mL dan ditambahkan
karbon aktif sebanyak 0,5 gram. Campuran larutan asam asetat tersebut diletakkan
pada gelas beaker yang ditutup menggunakan aluminium foil lalu dikocok dan
diletakkan pada waterbath untuk dipanaskan selama 20 menit. Pemanasan
dilakukan dengan tujuan untuk melihat pengaruh suhu terhadap hasil adsorpsi.
Larutan segera disaring menggunakan kertas saring setelah dipanaskan agar tidak
terkontaminasi oleh karbon. Larutan yang telah disaring diambil sebanyak 8 mL
pada konsentrasi 0,2 N, 8,7 mL pada konsentrasi 0,6 N dan 10 mL pada
konsentrasi 1,0 N lalu diberi indikator phenolptalein sebanyak tiga tetes yang
kemudian dititrasi dengan larutan NaOH. Volume titran yang dibutuhkan untuk
mencapai titik ekivalennya berdasarkan konsentrasi terendah ke tertinggi adalah
3,7 mL, 10,5 mL dan 16,5 mL. Konsentrasi asam asetat berubah menjadi 0,44 N,
1,14 N dan 1,57 N. Hasil perlakuan menunjukkan bahwa terjadi penurunan
konsentrasi awal sebelum diadsorpsi dan setelah diadsorpsi pada saat suhu 45˚C.
Hasil yang diperoleh dalam perlakuan ini juga telah sesuai dengan literatur
dimana volume NaOH yang dibutuhkan lebih sedikit daripada saat sebelum diberi
penambahan karbon aktif.
Grafik hubungan antara log X/m dengan Log C pada saat suhu 250C
adalah sebagai berikut:
y = 0.5444x + 0.5618
Grafik Hubungan log C dengan log X/m R² = 0.9283
0.3
0.2
0.1
0
log C
4.1 Grafik hubungan Log (X/m) dengan Log C pada suhu 250C
Massa adsorben yang digunakan pada suhu 25°C setelah didiamkan dengan
penambahan karbon aktif dari konsentrasi 0,2 N, 0,6 N dan 1,0 N secara berturut-
turut adalah 0,503 g, 0,501 g dan 0,505 g. Nilai n dan k dapat diketahui dengan
memplotkan nilai log C pada sumbu x dan log X/m pada sumbu y. Berdasarkan
grafik diatas diperoleh persamaan y = 0,544x + 0,561. Nilai n adalah 0,544
sedangkan nilai log k adalah 0,561, sehingga nilai k adalah sebesar 3,64.
Grafik hubungan antara log X/m dengan Log C pada saat suhu 350C
adalah sebagi berikut:
-2 -1.5 -1 -0.5 0
-0.2 Linear (Series1)
-0.4
-0.6
log X/m
4.2 Grafik hubungan Log (X/m) dengan Log C pada suhu 350C
Massa adsorben yang digunakan pada suhu 35°C setelah didiamkan dengan
penambahan karbon aktif dari konsentrasi 0,2 N, 0,6 N dan 1,0 N secara berturut-
turut adalah 0,500 g, 0,504 g dan 0,512 g. Nilai n dan k dapat diketahui dengan
memplotkan nilai log C pada sumbu x dan log X/m pada sumbu y. Berdasarkan
grafik diatas diperoleh persamaan y = 0,727x + 0,681. Nilai n adalah 0,727
sedangkan nilai log k adalah 0,681, sehingga nilai k adalah sebesar 4,80.
Grafik hubungan antara log X/m dengan Log C pada saat suhu 450C
adalah sebagi berikut:
y = 0.5784x + 0.4666
Grafik Hubungan log C dengan log X/m R² = 0.9752
0.3
0.2
0.1
0
log C
4.3 Grafik hubungan Log (X/m) dengan Log C pada suhu 450C
Massa adsorben yang digunakan pada suhu 35°C setelah didiamkan dengan
penambahan karbon aktif dari konsentrasi 0,2 N, 0,6 N dan 1,0 N secara berturut-
turut adalah 0,500 g, 0,505 g dan 0,512 g. Nilai n dan k dapat diketahui dengan
memplotkan nilai log C pada sumbu x dan log X/m pada sumbu y. Berdasarkan
grafik diatas diperoleh persamaan y = 0,578x + 0,466. Nilai n adalah 0,578
sedangkan nilai log k adalah 0,466, sehingga nilai k adalah sebesar 2,92.
Grafik 1/T vs ln k
2
y = 2061.7x - 5.4674
1.5
R² = 0.3532
ln k 1 Series1
0.5
0
0.00310.003150.00320.003250.00330.003350.0034
1/T
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum tentang entalpi adsorpsi yang telah dilakukan,
kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum mengenai entalpi adsorpsi ini
adalah mengetahui sifat dari bahan adsorben yang digunakan yaitu karbon aktif
atau arang. Karbon aktif merupakan suatu senyawa yang memiliki sifat adsorpsi
yang sangat kuat baik di udara maupun dalam suatu cairan. Semakin tinggi suhu
yang digunakan maka semakin banyak pula volume NaOH yang dibutuhkan
dalam titrasi sehingga akan semakin banyak pula substansi yang terserap oleh
asam asetat. Konsentrasi yang semakin besar maka semakin banyak juga volume
NaOH yang dibutuhkan untuk titrasi. Entalpi adsorpsi dapat diukur melalui titrasi
secara kuantitatif. Entalpi adsorpsi yang dihasilkan pada percobaan ini adalah
17,135 kJ/mol
4.2 Saran
Saran untuk praktikum ini adalah lebih berhati-hati ketika sedang
melakukan titrasi, khususnya ketika menjelang titik akhir titrasi. Penimbangan
karbon aktif yang akan digunakan juga harus diperhatikan dengan teliti. Peralatan
yang digunakan dalam praktikum ini juga harus dijaga kebersihan dan
kesterilannya agar memperoleh hasil atau data yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Alberty, Robert. 1992. Kimia Fisika Edisi Kelima Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Atkins. 1999. Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga.
Bird. 1993. Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta: Gramedia.
Brady. 2000. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta: Binarupa Aksara.
Keenan, Charles. 1984. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
ScienceLab. 2018. MSDS Asam asetat. [Serial Online].
www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9922769 [14 Oktober 2018].
ScienceLab. 2018. MSDS Asam oksalat. [Serial Online].
www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9926346 [14 Oktober 2018].
ScienceLab. 2018. MSDS Indikator phenolphtalein. [Serial Online].
www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9926477. [14 Oktober 2018].
ScienceLab. 2018. MSDS Karbon aktif. [Serial Online].
www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9923386 [14 Oktober 2018].
ScienceLab. 2018. MSDS Natrium hidroksida. [Serial Online].
www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9924998. [14 Oktober 2018].
Sukardjo. 1997. Termodinamika Kimia. Jakarta: Erlangga.
Tim Kimia Fisik. 2018. Penuntun Praktikum Termodinamika Kimia. Jember:
Universitas Jember.
Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitas. Jakarta: Erlangga.
Warnana. 2007. Termodinamika. Jakarta: Universitas Terbuka.
LEMBAR PERHITUNGAN
̅ = 0,95 N
X
CH3COOH (0,2N)
log C = log 0,38
= -0.42
CH3COOH (0,6N)
log C = log 1,09
= 0,03
CH3COOH (1N)
log C = log 1,71
= 0,23
H. Nilai log C pada suhu 35℃
CH3COOH (0,2N)
log C = log 0,38
= -0.42
CH3COOH (0,6N)
log C = log 1,06
= 0,02
CH3COOH (1N)
log C = log 1,77
= 0,24
I. Nilai log C pada suhu 45℃
CH3COOH (0,2N)
log C = log 0,44
= -0.35
CH3COOH (0,6N)
log C = log 1,14
= 0,05
CH3COOH (1N)
log C = log 1,57
= 0,19
J. Nilai log X/m pada suhu 250C
X1= 7,6 × 10−3 g m=0,5
𝑥
log𝑚 = -1,81
X2= 76 × 10−3 𝑔 m=0,5
𝑥
log𝑚 = -0,81
X3= 83,6 × 10−3 𝑔 m=0,5
𝑥
log𝑚 = -0,77
K. Nilai log x/m pada suhu 35℃
CH3COOH (0,2N)
𝑥 15,2×10−3
log𝑚 = log 0.5
= -1,51
CH3COOH (0,6N)
𝑥 87,4×10−3
log𝑚= log 0.5
= -0,75
CH3COOH (1N)
𝑥 106,4×10−3 𝑔
log𝑚= log 0.5
= -0,67
L. Nilai log x/m pada suhu 45℃
CH3COOH (0,2N)
𝑥 19×10−3
log𝑚 = log 0.5
= -1,42
CH3COOH (0,6N)
𝑥 114×10−3
log𝑚= log 0.5
= -0,64
CH3COOH (1N)
𝑥 140,6 ×10−3 𝑔
log𝑚= log 0.5
= -0,55
M. Grafik log C (y) vs log X/m (x) pada suhu 𝟐𝟓℃
-0.1 Series1
-0.3
-0.4
-0.5
log X/m
-0.1 Series1
-0.3
-0.4
-0.5
log X/m
Grafik 1/T vs ln k
1.8
y = 2061.7x - 5.4674
1.6
R² = 0.3532
1.4
1.2
1
ln k
0.8 Series1
0.6 Linear (Series1)
0.4
0.2
0
0.0031 0.00315 0.0032 0.00325 0.0033 0.00335 0.0034
1/T
Nilai ∆H
Y = mx + c dari persamaan ln k= -∆H/R . (1/T)
y = 2061x -5467
∆H (entalpi adsorpsi) = m x R
= 2061 K x 8,314 J/mol K
= 17,135 kJ/mol