MODUL 13
2017
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
validasi dan penyempurnaan Modul Analisa Stabilitas Bendungan: Perhitungan
Stabilitas Lereng sebagai Materi Substansi dalam Pelatihan Perencanaan
Bendungan Tingkat Dasar. Modul ini disusun untuk memenuhi kebutuhan
kompetensi dasar Aparatur Sipil Negara (ASN) di bidang Sumber Daya Air.
Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim
Penyusun dan Narasumber Validasi, sehingga modul ini dapat diselesaikan dengan
baik. Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa
terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan
peraturan yang terus menerus terjadi. Semoga Modul ini dapat memberikan manfaat
bagi peningkatan kompetensi ASN di bidang Sumber Daya Air.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... vi
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ....................................................................... vii
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI iii
MODUL 13 ANALISA STABILITAS BENDUNGAN: PERHITUNGAN STABILITAS LERENG
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Persyaratan Faktor Keamanan Minimum Untuk Stabilitas Bendungan Tipe
Urugan........................................................................................................19
Tabel 5.1. Cara Analisis Kestabilan Lereng ................................................................43
Tabel 5.2. Analisis Stabilitas Dengan Cara Keseimbangan Batas .............................57
Tabel 5.3. Ikhtisar Pengujian Bahan Urugan Tanah Untuk Penentuan ......................59
DAFTAR GAMBAR
Deskripsi
Persyaratan
Metode
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI vii
MODUL 13 ANALISA STABILITAS BENDUNGAN: PERHITUNGAN STABILITAS LERENG
viii PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 13 ANALISA STABILITAS BENDUNGAN: PERHITUNGAN STABILITAS LERENG
BAB I
PENDAHULUAN
Desain suatu bendungan tipe urugan yang menahan air dalam volume yang
besar, harus mempertimbangkan faktor keamanan terhadap pengaruh
kestabilan lereng bendungan. Dari pengalaman di Amerika Serikat (USBR)
dan di negara-negara lain di dunia kurang lebih 12% dari bendungan tipe
urugan yang mengalami keruntuhan disebabkan karena pengaruh kestabilan
lereng bendungan. Ketidakstabilan lereng adalah salah satu bentuk masalah
stabilitas untuk bendungan urugan. Kondisi lainnya yang membahayakan
stabilitas bendungan urugan adalah deformasi berlebihan, tegangan berlebihan,
limpasan (overtopping), dan erosi internal. Bentuk-bentuk ketidakstabilan
bendungan urugan ini dapat terjadi pada kondisi beban biasa (normal) dan
beban luar biasa.
5) Latihan
6) Rangkuman
7) Evaluasi
BAB II
DATA GEOTEKNIK DAN PENENTUAN METODE KUAT
GESER
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan data geoteknik dan
penentuan metode kuat geser.
Data dari hasil penyelidikan rinci dan pengujian laboratorium harus dievaluasi
untuk menjadi data masukan dalam analisis stabilitas lereng dan desain
penanggulangan longsoran serta penentuan tipe longsoran yang tepat. Data
tersebut juga diperlukan untuk membuat korelasi antara hasil-hasil
penyelidikan di lapangan, laboratorium dan penyelidikan pendahuluan. Hasil
penyelidikan longsoran kadang-kadang menunjukkan variasi data yang acak,
sehingga diperlukan evaluasi yang lebih teliti dan kadang-kadang memerlukan
penyelidikan tambahan.
Pengujian lapangan antara lain untuk memperoleh data daya dukung tanah,
permeabilitas tanah,kompressibilitas tanah, kuat geser tanah, dan sifat teknis
lainnya. Selanjutnya hasil pengujian akan menjadi masukan untuk analisis dan
perhitungan, seperti stabilitas, penurunan atau deformasi, daya dukung, serta
rembesan.
Dalam kegiatan survei untuk desain dan pemilihan material bahan bendungan,
perlu mempertimbangkan hal-hal berikut :
a) Persyaratan stabilitas, kepadatan dan kuat geser tanah.
b) Persyaratan rembesan, gradasi butiran dan permeabilitas tanah.
c) Persyaratan penurunan atau deformasi (vertikal dan horizontal)
d) Pengujian lapangan dan laboratorium terhadap contoh uji, untuk
memperoleh contoh bahan konstruksi, sifat-sifat fisik dan teknis tanah dan
batuan serta klasifikasi bahan.
Elevasi muka air yang digunakan biasanya elevasi muka air normal, tetapi
ada kemungkinan tercapai dalam tenggang waktu yang singkat.
b) Kondisi operasional
1) Elevasi muka air waduk maksimum
Garis freatik diperkirakan berada pada elevasi muka air waduk
maksimum. Elevasi muka air waduk maksimum dapat juga terjadi
pada kolam tambahan yang mengalir relatif cepat atau pada kolam
pengendali banjir yang airnya tidak dikeluarkan untuk beberapa bulan.
Sifat fisik material pada bagian atas bendungan dan bagian yang
mengalami fluktuasi air waduk, harus dievaluasi. Tujuannya untuk
memperkirakan apakah terjadi aliran langgeng atau aliran transien,
agar perhitungan garis freatiknya dapat disesuaikan.
c) Kondisi darurat
1) Pembuntuan pada sistem drainase internal
Jika desain sistem drainase internal diragukan dalam mengatur garis
freatik pada bendungan, maka harus dilakukan pemeriksaan dengan
menggunakan garis freatik yang diperoleh berdasarkan asumsi bahwa
sistem drainase internal ini tidak seluruhnya berfungsi.
2) Surut cepat pada kondisi darurat
Rencana surut cepat pada muka air waduk dalam upaya
pemeliharaan atau kondisi darurat harus ditinjau ulang. Tujuannya
untuk menentukan parameter material yang tepat bagi analisis
stabilitas, dan untuk memodifikasi asumsi garis freatik pada
permukaan lereng udik. Surut cepat pada elevasi antara muka air
waduk normal dan muka air waduk minimum biasanya tidak perlu
diperhitungkan.
2.4 Latihan
1. Apakah kegunaan dari dilakukannya Kaliberasi data terkumpul?
2. Sebutkan apa yang dimaksud dengan Konsep Tegangan Total!
3. Sebutkan asumsi konservatif pada analisis Stabilitas lereng Tubuh
Bendungan saat kondisi surut cepat (rapid drawdown)!
2.5 Rangkuman
Pada prinsipnya data terbagi atas dua bagian yaitu:
a. Pengumpulan data dasar, meliputi peta topografi, peta geologi, foto udara,
dan lain-lain misalnya peta tata guna lahan, serta kegiatan konstruksi
pada masa lalu.
b. Pengujian (kalibrasi) data terkumpul, yang diperlukan untuk
membandingkan dan memeriksa kebenaran dan akurasi data dengan
kondisi sesungguhnya di Lapangan atau mencari kaitan yang logis
dengan data terkumpul.
Metode Kekuatan Geser yang digunakan dalam analisa Stabilitas lereng tubuh
Bendungan dapat menggunakan konsep Kekuatan Geser Total atau Kekuatan
Geser Efektif, bergantung pada kondisi yang akan dievaluasi sesuai dengan
kebutuhan dan dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Pengaruh besarnya Tekanan Air Pori harus ditinjau sesuai dengan kondisi
yang diperlukan, apakah dalam kondisi aliran air langgeng, kondisi
operasional ataukah pada kondisi darurat.
2.6 Evaluasi
1. Pada prinsipnya, evaluasi data investigasi terdiri atas…..
a. Pengumpulan data dasar dan pengujian atau kaliberasi data
terkumpul
b. Data dari hasil penyelidikan rinci dan pengujian laboratorium
c. Data besarnya tekanan air pori
d. Tidak ada jawaban yang benar
BAB III
KONDISI PEMBEBANAN DAN KEAMANAN
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu menjelaskan kondisi pembebanan dan
keamanan.
3.1 Umum
Faktor-faktor yang harus diperhitungkan dalam desain bendungan meliputi:
topografi, bahan konstruksi, fondasi, bangunan pelengkap, luas dan volume
tampungan waduk, dan gejala lain yang dapat menimbulkan masalah. Di
samping itu, untuk desain bendungan tipe urugan harus mempertimbangkan
persyaratan keamanan terhadap hal-hal berikut ini :
a) Bahaya erosi permukaan pada waktu terjadi banjir, akibat pelimpahan, air
hujan atau gelombang air waduk, dan muka air maksimum.
b) Tekanan air tanpa menimbulkan rembesan yang mengakibatkan
kerusakan akibat gaya perembesan air.
c) Keruntuhan struktural.
d) Bangunan dan lingkungan di sekitarnya, serta dapat menjaga ekologi dan
lingkungan.
Muka air freatik harus diestimasi untuk elevasi air waduk maksimum yang
mungkin terjadi dalam kolam tampungan yang dapat mengalir relatif
cepat atau dalam kolam pengendali banjir yang tidak dapat dialirkan untuk
beberapa bulan. Jika muka air freatik sangat berbeda dari yang diperoleh
pada kondisi aliran langgeng, maka stabilitas lereng hilir pengaruh kondisi
ini harus dianalisis.
b) Kondisi surut cepat
Selama kondisi aliran langgeng, tanah timbunan menjadi jenuh karena
rembesan. Secara berurutan, bila waduk mengalami surut lebih cepat
daripada aliran air pori dari pori-pori tanah, maka akan dihasilkan
tekanan air pori ekses dan gaya-gaya rembesan yang tidak seimbang.
Pada umumnya, analisis surut cepat didasarkan atas asumsi konservatif
bahwa :
1) Disipasi tekanan air pori tidak terjadi dalam material kedap air selama
kondisi surut; dan
2) Muka air freatik pada lereng udik berimpit dengan (coincides with)
lereng udik dari zona kedap air dan berawal dari puncak elevasi muka
air surut yang terendah. Akan tetapi, elevasi surut kritis berkaitan
dengan stabilitas lereng udik bendungan urugan tidak boleh
berhimpitan dengan elevasi waduk minimum, sehingga harus
diperhitungkan elevasi surut antara (intermediate).
Dengan gempa tanpa kerusakan Hanya pada urugan tanpa 1,30 1,20
digunakan 50% koefisien gempa data lab. dan dengan/
desain. tanpa pengawasan
instrumen (taksiran
konservatif)
2. Total Tanpa pengawasan 1,30 1,20
instrumen.
2. Aliran langgeng tergantung: 1. Efektif Dari analisis rembesan 1,50 1,20
1. Elevasi muka air normal
sebelah udik.
2. Elev. muka air sebelah hilir.
Lereng U/S dan D/S. Dg gem-pa
tanpa kerusakan digunakan
100% koef.gempa desain.
3. Pengoperasian waduk 1. Efektif Surut cepat dari el. muka 1,30 1,10
tergantung : air normal sampai elev.
1. Elev.m.a. maksimum di udik muka air minimum.
2. Elev.m.a. minimum di udik Lereng U/S dan D/S.
(dead storage).
Lereng U/S harus dianalisis Surut cepat dari elev.ma. 1,30 -
untuk kondisi surut cepat. maks. sampai el.m.a. min.
Pengaruh gempa diambil
0% dari kf. gempa desain.
4. Kondisi darurat tergantung : 1. Efektif Surut cepat dari elevasi 1,20 -
1. Pembuntuan pada sistem muka air maksimum
drainase hingga elevasi terendah
2. Surut cepat krn penggunaan bangunan pengeluaran.
air melebihi kebutuhan Pengaruh gempa diabai-
3. Surut cepat keperluan kan.
darurat.
* Catatan: periksa standar tentang Pedoman Analisis Stabilitas Bendungan Tipe Urugan akibat Beban
Gempa, Pd T-14-2004-A,
3.5 Latihan
1. Jelaskan faktor – faktor yang harus diperhitungkan dalam desain
Bendungan!
2. Sebutkan kondisi pembebanan yang harus ditinjau pada saat melakukan
analisa Stabilitas Lereng Tubuh Bendungan!
3. Untuk kondisi aliran langgeng pada elevasi muka air waduk normal, harus
diperhitungkan faktor keamanan minimum sebesar 1,5. Berikan
alasannya!
3.6 Rangkuman
Pemilihan kondisi pembebanan berhubungan dengan penentuan elevasi muka
air waduk untuk analisis stabilitas, yaitu
a) kondisi masa konstruksi
b) kondisi aliran langgeng
c) kondisi operasional
d) kondisi darurat.
Untuk analisa stabilitas lereng tubuh Bendungan pada kondisi setelah selesai
pembangunan dapat dilakukan berdasarkan Konsep Tegangan Total atau pun
Konsep Tegangan Efektif,sedangkan pada kondisi lainnya, analisa yang
dilakukan harus berdasarkan Konsep Tegangan Efektif.
3.7 Evaluasi
1. Nilai faktor keamanan minimum harus diperhitungkan terhadap faktor-
faktor.....
a. Kondisi desain selama analisis dan risiko keruntuhan
b. Tingkat ketelitian parameter kuat geser ( shear strength) dan prediksi
tekanan air pori
c. Struktur tubuh bendungan
d. Jawaban a) , b) , c) benar
BAB IV
PARAMETER DESAIN
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu menjelaskan parameter desain.
Berdasarkan konsep kuat geser total, maka kuat geser Su dapat dirumuskan
sebagai berikut :
Su = f (c’) ..........................................................................................…[4.2]
dengan:
Su : kuat geser tanpa drainase (t/m2),
c’ : tegangan minimal (t/m2). Lihat Gambar 4.1.
Tf
Keruntuhan Geser
Gambar 4.1. Penggambaran Selubung Kuat Geser
dan θ adalah sudut antara bidang utama dan bidang runtuh secara teoritis,
yang besarnya adalah θ = 45○ + Ф´/2 .
Dari hubungan antara tegangan utama efektif pada keadaan runtuh dan
parameter-parameter kekuatan geser (lihat Gambar 4.3), dapat dinyatakan :
½ (σ’1 - σ’3 )
sin Ф’ =
c’ cot Ф´ + ½ (σ’1 - σ’3)
Sehingga :
Dengan membuat plotting ½ (σ’1 - σ’3) terhadap ½ (σ’1 - σ’3), maka setiap
kondisi tegangan dapat dinyatakan dengan suatu titik tegangan (stress point),
yang lebih baik daripada lingkaran Mohr, seperti diperlihatkan pada Gambar
5.2. Setelah itu dapat dibuat selubung keruntuhan yang dimodifikasi,
dinyatakan dengan persamaan :
½ (σ’1 - σ’3) = a’ + ½ (σ’1 - σ’3) tan α’
dimana:
a’ dan α’ adalah parameter-parameter kekuatan geser yang dimodifikasi.
Garis-garis yang digambarkan dari titik tegangan pada sudut 450 terhadap
horizontal (lihat Gambar 4.4), berpotongan dengan sumbu horizontal di titik-
titik yang menyatakan nilai-nilai tegangan-tegangan utama σ’1 dan σ’3.
Gambar 4.4 juga dapat digambarkan untuk kondisi tegangan total, dengan
koordinat-koordinat vertikal dan horizontal berturut-turut ½ (σ’1 - σ’3) dan ½ (σ1
- σ3), di mana dinyatakan bahwa :
Dalam keadaan simetris aksial, suatu keadaan tegangan efektif dapat juga
dibuat plotting koordinat-koordinat vertikal dan horizontal berturut-turut q’ dan
p’, dimana :
q’ = ½ (σ’1 - σ’3)
p’ = ½ (σ’1 - σ’3)
Dalam hal ini, hubungan antara tegangan efektif dan tegangan total adalah:
q’ = q
p’ = p - µ
Untuk setiap tipe tanah, nilai kuat geser harus dipilih sebagai 2/3 dari nilai hasil
uji kuat geser yang dipilih.
Sementara hal tersebut dapat diterima untuk pekerjaan awal atau preliminary
dalam proses evaluasi keamanan bendungan. Yang terpenting bahwa
evaluasi akhir dan rekomendasi untuk pekerjaan perbaikan (remedial) atau
alternatif lain didasarkan pada nilai properties material yang diperoleh dari hasil
uji laboratorium dan lapangan yang sesuai berdasarkan spesifikasi lapangan.
Parameter kuat geser tanah lempungan fondasi yang jenuh air dapat
diperoleh dengan uji tekan bebas UC (UC=Unconfined compression
test) atau uji triaxial UU (UU=Unconsolidated undrained test) tanpa
pengukuran tekanan air pori pada contoh uji tak terganggu.
Contoh tanah tak terganggu harus dipilih dan diuji berdasarkan
rentang kedalaman dari material fondasi. Jika digunakan uji geser
baling di lapangan, maka juga harus diuji berdasarkan rentang
kedalaman. Sedangkan untuk tanah fondasi lainnya digunakan uji
triaxial UU.
2) Material urugan
Contoh uji yang mewakili material urugan harus diuji kompaksi standar
(SNI 03-2832-1992) terlebih dahulu, sehingga diperoleh kurva
hubungan antara kadar air (w) dan kepadatan kering (dr). Untuk
pengujian laboratorium disiapkan benda uji dengan menumbuk
material dalam tabung cetak. Benda uji yang diperoleh dapat
mempunyai berat volume kering (dr-lap) dan kadar air (wlap) sesuai
dengan kondisi lapangan yang dikehendaki. Kemudian benda uji ini
diuji triaxial UU (tanpa drainase dan tanpa konsolidasi), dengan
tekanan keliling sesuai dengan rentang tegangan normal di lapangan.
Pada umumnya, sudut geser dalam 0 dan kohesi c0 diperoleh
untuk tanah lempung yang jenuh. Sedangkan untuk tanah lempung
jenuh sebagian, selubung keruntuhan Mohr (Mohr envelope)
berbentuk kurva pada rentang tegangan normal rendah. Sudut geser
dalam dan kohesi ditentukan pada rentang tegangan yang sesuai
dengan kondisi di lapangan.
Stabilitas lereng udik umumnya tidak bersifat kritis pada kondisi pembebanan
ini, sehingga hanya lereng bagian hilir yang harus dianalisis.
parameter kuat geser sisa (residual) dengan uji geser langsung bolak-balik
(reversal shear box).
Pada umumnya, metode ini agak konservatif untuk bendungan tipe zonal,
dan tidak dapat digunakan untuk kasus-kasus khusus. Sebagai contoh,
pengaruh anisotropi, pengaruh infiltrasi air hujan dan tekanan artesis
dalam fondasi, sehingga perlu digunakan metode lain.
Metode garis freatik juga dapat digunakan untuk menghitung tekanan air
pori pada kondisi surut cepat, dengan memodifikasi garis freatik pada
kondisi aliran langgeng dengan asumsi kondisi aman sebagai berikut ini.
1) Selama terjadi surut cepat, tidak terjadi disipasi tekanan air pori pada
material kedap air, sehingga garis freatik tidak mengalami perubahan.
2) Elevasi muka air normal atau elevasi muka air maksimum diturunkan
secara cepat sampai elevasi muka air minimum.
Metode analog listrik dapat juga digunakan untuk menghitung tekanan air
pori secara akurat dalam media isotropik dan anisotropik pada kondisi
aliran langgeng.
c) Metode numerik
Metode numerik adalah cara analisis yang terbaik untuk menentukan
penyebaran tekanan air pori di dalam tubuh dan fondasi bendungan yang
kompleks, baik pada kondisi aliran langgeng maupun surut cepat. Metode
ini biasanya dikerjakan secara numerik dengan menggunakan cara
elemen hingga, beda hingga dan elemen batas.
Tekanan air pori yang terukur dari pisometer dengan baik dapat langsung
digunakan untuk analisis stabilitas lereng bendungan atau lereng alami,
pada kondisi aliran langgeng atau surut cepat.
Untuk mengetahui tekanan air pori dalam fondasi dan bendungan urugan
diperlukan data piezometrik yang ditunjang oleh:
e) Metode hilf
Prosedur rinci untuk memperkirakan kurva tegangan total dengan tekanan
air pori dari hasil uji konsolidasi di laboratorium dapat dilakukan dengan
metode J.W Hilf. Prosedur ini dapat digunakan untuk menghitung tekanan
air pori selama masa konstruksi berlangsung.
4.4 Latihan
1. Jelaskan dasar – dasar penentuan nilai estimasi terhadap properties
material yang digunakan dalam analisa stabilitas Bendungan Urugan!
2. Sebutkan dasar pemilihan pendekatan analisis dari Metode kuat geser
total dan efektif !
3. Sebutkan kriteria penentuan pengaruh tekanan air pori yang handal
dengan menggunakan hasil pembacaan Piesometer!
4.5 Rangkuman
Pemilihan parameter kuat geser tanah yang sesuai dan penggunaannya yang
benar dalam analisis stabilitas pada umumnya sangat penting dibandingkan
metode analisis stabilitas yang digunakan.
Sumber dan data kuat geser dapat diperoleh dari pengalaman berdasarkan
data geologi lokal dan hasil uji laboratorium untuk material yang sama ( pada
masa persiapan),uji geser lapangan dan uji geser laboratorium.
Kondisi pembebanan yang biasanya dievaluasi untuk analisis stabilitas
lereng,adalah pada kondisi selesai dan selama konstruksi berlangsung,aliran
langgeng,operasional waduk ,dan surut cepat. Parameter kuat geser material
yang digunakan di dalam analisis harus memberikan gambaran tentang
perilaku material pada tiap kondisi pembebanan.
4.6 Evaluasi
1. Sumber dan data kuat geser dapat diperoleh dari…..
a. Pengalaman berdasarkan data geologi lokal dan hasil uji laboratorium
untuk material yang sama ( pada masa persiapan)
b. Uji geser lapangan
c. Uji geser laboratorium
d. Semua jawaban benar
BAB V
KONSEP STABILITAS LERENG
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu menjelaskan konsep stabilitas lereng.
Yang dibahas disini adalah metode analisis stabilitas lereng dengan cara
keseimbangan batas.
dengan :
s = kekuatan efektif;
c’ = kohesi efektif;
Ф’ = sudut geser efektif;
σ, σ’ = tegangan total, efektif;
u = tekanan pori;
FK = faktor keamanan.
s.l l
S (c'.l P' tan ' ) ........................................................ (5.3)
FK FK
Untuk memenuhi persyaratan ii) maka gaya yang bekerja harus memenuhi
persamaan (8.8) yang mempunyai bentuk,
P'U TWR UB1 QW 1 (E n E n1 ) sin ( X n X n1 ) cos 0 .....(5.8)
TWR W(1 Kv) cos W.Kh sin ........................................ (5.9)
UB1 U (cos cos sin sin ) ...............................................(5.10)
dengan :
Mp = momen perlawanan terhadap geser,
MI = momen pelongsoran.
c) Metode Janbu
Cara Janbu (1954) merupakan cara analisis kemantapan lereng yang
dapat diterapkan untuk semua bentuk bidang longsor (Gambar 5.8).
Besaran yang akan dicari adalah F, yang berhubungan dengan T, N, E
dan S. Berdasarkan keseimbangan gaya vertikal, diperoleh persamaan: N
cos = W + S – T sin ;
N = (W + S) sec – T tan .................................... (5.18)
Cara ini sekaligus cara keseimbangan gaya – gaya dan momen yang
bekerja dengan memperhitungkan gaya –gaya yang bekerja anatar irisan
(Interslices). Insklinasi gaya samping dianggap berbeda- beda secara
linier untuk setiap irisan (Interslice). Sesuai dengan bidang longsor bukan
busur lingkaran. Sesuai untuk tanah dan batuan, untuk tegangan –
Gambar 5.9. Gaya-Gaya yang Bekerja Pada Suatu Irisan Bidang Longsor
Non-Sirkular Cara Morgenstern & Price
e) Spencer
Gaya-gaya yang bekerja pada suatu irisan bidang longsor berbentuk non-
sirkular menurut Spencer. Gaya gaya antar irisan dianggap pararel
berdasarkan keseimbangan gaya – gaya dan momen, cara ini cukup teliti
sesuai untuk bidang longsor berbentuk busur atau non busur, perlu
bantuan computer.
Hal yang harus diperhatikan adalah menggunakan data sifat properties tanah
yang memadai.
a) Bila tekanan air pori diperhitungkan secara eksplisit,maka :
Berat isi tanah harus merupakan berat isi efektif
Kuat geser tanah harus berkaitan dengan parameter kekuatan
tegangan efektif,
Informasi tekanan air pori harus tersedia.
b) Bila tekanan air pori diperhitungkan secara implisit, maka :
Berat isi tanah harus merupakan berat isi total
Kekuatan geser tanah harus berkaitan dengan parameter kekuatan
tegangan total, dan
Informasi tekanan air pori tidak digunakan.
Oleh karena itu, dalam analisis bendungan urugan, semua bentuk bidang
longsor harus dicoba untuk menempatkan pola sepanjang keruntuhan
longsoran yang mungkin terjadi.
Untuk material non kohesif, bidang longsor kritis adalah bidang pada
kedalaman dangkal sejajar dengan bidang permukaan bendungan. Untuk
material kohesif, bidang longsor kritis adalah bidang lingkaran pada
kedalaman dalam. Bila lapisan material lunak berada dalam tubuh dan fondasi
bendungan, maka bidang longsor kritis adalah berbentuk baji dengan bagian
bidang longsor yang besar terletak di lapisan lemah pada kedalaman
dangkal.
Karakteristik
Mekanis.
Pemadatan SNI 03-1742- Hubungan w- dr Menentukan dr-lap dan wlap
standar 1989 diperoleh OMC dengan
dan MDD D 90-100 % dan
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 59
MODUL 13 ANALISA STABILITAS BENDUNGAN: PERHITUNGAN STABILITAS LERENG
Karakteristik
Mekanis
Kepadatan ASTM D-4253 d-min dan d-maks Menentukan dr-lap dan wlap
relatif ASTM D-4254 Dr kepadatan dengan D 70 % dan
maksimum relatif harus wlap = wn
dan minimum ditentukan Dr = [d-maks (dlap-d-min)] / [d-
harus 70% lap(d-maks - d-min)] = 0.70
Dari persamaan diatas
diperoleh
dr-lap
5.3 Latihan
1. Analisis Stabilitas Lereng Bendungan Urugan
PERHITUNGAN STABILITAS LERENG menurut BISHOP (lihat gambar
A.1 dan Tabel A.1)
Lereng terdiri dari tanah homogen dengan sifat-sifat tanah sebagai berikut
:
γ = 1, 7 gm/cm3 ; c’ = 0,15 kg/cm2 ; Φ’ = 36o.
Dalam lereng terdapat air yang merembes ke arah kaki lereng dengan
flow net seperti diperlihatkan pada gambar A.1.
Hitung faktor keamanan stabilitas lereng bendungan terhadap longsoran!
2. PERHITUNGAN STABILITAS LERENG menurut FELLENIUS (lihat
gambar A.2 dan tabel A.3)
Lereng terdiri dari tanah homogen dengan sifat-sifat tanah sbb :
γ = 20 kN/m3 ; c’ = 10 kN/m2 ; Φ’ = 29o.
Dalam lereng terdapat air yang merembes ke arah kaki lereng dengan
flow net seperti diperlihatkan pada gambar A.3. Hitung faktor keamanan
stabilitas lereng !
3. PERHITUNGAN STABILITAS LERENG dengan bidang longsor translasi
(lihat gambar A.4)
Sistematika prosedur perhitungan stabilitas dengan bentuk bidang longsor
translasi sebagai berikut :
a. Hitung tegangan tanah ( σ ) : σ = γsat z cos2 β
b. Hitung tegangan geser tanah ( δ ) : δ = γsat z sin β cos β.
c. Hitung tekanan air pori tanah ( u ) : u = γw z cos2 β
d. Hitung tahanan geser tanah ( δf ) : δf = c’ + (σ - u ) tan Φ’.
e. Hitung faktor keamanan (FK) : FK = δf / δ .
Dengan muka air pada permukaan m=1, pada setiap titik di bidang
longsor.
5.4 Rangkuman
Parameter penting yang digunakan dalam analisis kestabilan lereng adalah
kuat geser tanah (batuan). Kuat geser tanah (batuan) terdiri atas :
a. Bagian yang bersifat kohesif yang bergantung pada jenis tanah (batuan)
dan ikatan butir tanah.
b. Bagian yang bersifat gesekan yang sebanding dengan tegangan efektif
yang bekerja pada bidang geser.
a. Metode Fellenius
b. Metode Modified Bishop
c. Metode Janbu
d. Metode Morgenstern and Price
e. Metode Spencer
Pemilihan metode mana yang akan dipilih harus disesuaikan dengan kondisi
lereng yang akan dianalisa,apakah bidang Longsor yang diperkirakan terjadi
akan berupa Lingkaran, wedge atau bentuk lainnya.
Hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan data sifat properties tanah
yang memadai adalah :
5.5 Evaluasi
1. Parameter penting yang digunakan dalam analisis kestabilan lereng
adalah kuat geser tanah (batuan) yang terdiri atas…..
a. Kohesi dan kadar air
b. Kohesi dan sudut geser dalam
c. Sudut geser dalam dan kadar air
d. Kohesi dan tekanan air pori
BAB VI
PENUTUP
6.1 Simpulan
Perencanaan suatu bendungan tipe urugan yang menampung air dalam
volume yang besar, wajib memperhitungkan faktor-faktor keamanan,
kestabilan dan kekuatan lereng, rembesan air, daya dukung, penurunan,
gempa, hidraulik, sosial ekonomi, dan lingkungan.
Metode Kekuatan Geser yang digunakan dalam analisa Stabilitas lereng tubuh
Bendungan dapat menggunakan konsep Kekuatan Geser Total atau Kekuatan
Pengaruh besarnya Tekanan Air Pori harus ditinjau sesuai dengan kondisi
yang diperlukan, apakah dalam kondisi aliran air langgeng, kondisi
operasional ataukah pada kondisi darurat.
Untuk analisa stabilitas lereng tubuh Bendungan pada kondisi setelah selesai
pembangunan dapat dilakukan berdasarkan Konsep Tegangan Total atau pun
Konsep Tegangan Efektif,sedangkan pada kondisi lainnya, analisa yang
dilakukan harus berdasarkan Konsep Tegangan Efektif.
Pemilihan parameter kuat geser tanah yang sesuai dan penggunaannya yang
benar dalam analisis stabilitas pada umumnya sangat penting dibandingkan
metode analisis stabilitas yang digunakan.
Sumber dan data kuat geser dapat diperoleh dari pengalaman berdasarkan
data geologi lokal dan hasil uji laboratorium untuk material yang sama (pada
masa persiapan), uji geser lapangan dan uji geser laboratorium
Pemilihan metode mana yang akan dipilih harus disesuaikan dengan kondisi
lereng yang akan dianalisa,apakah bidang Longsor yang diperkirakan terjadi
akan berupa Lingkaran, wedge atau bentuk lainnya.
Hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan data sifat properties tanah
yang memadai adalah :
1. Bila tekanan air pori diperhitungkan secara eksplisit,maka :
a. Berat isi tanah harus merupakan berat isi efektif
b. Kuat geser tanah harus berkaitan dengan parameter kekuatan
tegangan efektif,
c. Informasi tekanan air pori harus tersedia.
2. Bila tekanan air pori diperhitungkan secara implisit, maka :
a. Berat isi tanah harus merupakan berat isi total
b. Kekuatan geser tanah harus berkaitan dengan parameter kekuatan
tegangan total, dan
c. Informasi tekanan air pori tidak digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Bharat Singh and Sharma, H.D. (1976), “Earth and Rockfill Dams”, Sarita Prakashan,
Nauchandi Meerut, India, June 1976
Geo-slope (1995), “User’s Guide-Slope/W for Slope Stability Analysis Version 3”,
Geoslope International Ltd, Calgary, Alberta, Canada.
Karpoff, K.P. (1954), “Pavlosky’s Theory of Phreatic Line and Slope Stability”,
American Society of Civil Engineers, No.386, Jan.1954.
Najoan, Th. F. (1993), “Sifat-sifat teknis bahan timbunan tanah di Indonesia”, Jurnal
Penelitian dan Pengembangna Pengairan No.29-TH KWIII, 1993.
Vermeer, P.A. and Brinkgreve, R.B.J., (1995), “Plaxis Finitr Element Code For Soil
and Rock Anaysis”, A.A Balkema, Rotterdam, Brookfield, 1995.
GLOSARIUM
Rembesan air : Semua gerakan air dari waduk melewati tubuh dan
fondasi bendungan yang merupakan fungsi dari
waktu,dan termasuk aliran melewati media
porus,rekahan,dan saluran kecil.
Tekanan air pori : Tekanan air dalam rongga butiran tanah yang
berhubungan satu dengan lainnya di dalam tubuh
dan fondasi bendungan,baik tekanan air pori positif
(> tekanan atmosfer) yang terjadi karena pengaruh
gravitasi maupun tekanan air pori negatif ( suction)
karena pengaruh isapan permukaan
Muka air waduk : Elevasi muka air yang diijinkan dan ditentukan
maksimum terhadap tinggi jagaan minimal yang telah
disepakati
Muka air waduk minimum : Elevasi muka air waduk yang merupakan puncak
permukaan air pada kapasitas konservasi inaktif
Muka air waduk normal : Elevasi muka air waduk pada kondisi eksploitasi
normal dan merupakan puncak permukaan air
pada kapasitas koservasi aktif
Bendungan tipe urugan : Bendungan yang terbuat dari bahan urugan dari
borrow area yang dipadatkan dengan
menggunakan vibrator roller atau alat pemadat
lainnya pada setiap hamparan dengan tebal
tertentu
Dinding halang (cut off : Dinding atau penyekat air yang berfungsi
wall) mengendalikan rembesan air melewati fondasi
KUNCI JAWABAN
A. Latihan Materi Pokok 1: Data Geoteknik dan Penentuan Metode Kuat Geser
1. Apakah kegunaan dari dilakukannya Kaliberasi data terkumpul?
Jawaban:
Pengujian (kalibrasi) data terkumpul,yang diperlukan untuk
membandingkan dan memeriksa kebenaran dan akurasi data dengan kondisi
sesungguhnya di Lapangan atau mencari kaitan yang logis dengan data
terkumpul.
Jawaban:
Konsep Tegangan Total adalah suatu konsep dalam Metode Kekuatan
Geser yang tidak menperhitungkan pengaruh tekanan air pori dalam uji
laboratorium yang mendekati kondisi di lapangan.
3. Untuk kondisi aliran langgeng pada elevasi muka air waduk normal, harus
diperhitungkan faktor keamanan minimum sebesar 1,5. Berikan alasannya!
Jawaban:
Hal ini disebabkan untuk mengantisipasi pengaruh ketidakpastian kuat geser
material, tekanan air pori di dalam material kedap air, dan pembebanan
jangka panjang, serta keruntuhan lereng hilir dan pelepasan air darurat.
2. Sebutkan dasar pemilihan pendekatan analisis dari Metode kuat geser total
dan efektif !
Jawaban:
Pemilihan pendekatan kedua metode diatas didasarkan pada:
a. Manfaat penggunaan
b. Manfaat pengujian dan pengumpulan data
c. Ketersediaan prosedur perhitungan
3. Sebutkan kriteria penentuan pengaruh tekanan air pori yang handal dengan
menggunakan hasil pembacaan Piesometer!
Jawaban:
Kriteria yang harus dipenuhi adalah :
a. Terpasang sejumlah piezometer yang pada lokasi-lokasi yang sesuai di
dalam fondasi dan tubuh bendungan.
b. Pencatatan yang terpercaya dari hasil pembacaan piezometer terkait
elevasi muka air waduk yang bersangkutan. Bentuk plotting adalah yang
terbaik sehubungan dengan bacaan dan periode waktu.
Diketahui :
ɣair 1 ton/m3
ɣj 1.85 g m/c m3
ɣ 1.7 g m/c m3
c' 0.15 kg /c m2 1.5 ton/m2
Ø 36 °
J A DI :
Σ …. Σ …. Σ …. Σ.. Σ .. Σ ….