Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA AN. A DENGAN DIAGNOSA MEDIS BRONKOPNEUMONIA


DI RUANG DAHLIA II RSUD WONOSARI

Disusun Oleh:

Putri Puspita Devi, S.Kep

18310126

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YOGYAKARTA
2018/2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada An. A dengan diagnosa


medis “Bronkopneumonia” telah diterima dan disahkan oleh pembimbing lahan dan
pembimbing akademik Profesi Ners STIKes Yogyakarta.

Nama : Putri Puspita Devi, S.Kep.


NIM : 18310126.
Tempat Praktik : RSUD Wonosari.

Gunungkidul, Februari 2019


Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik

( ) (Salis Miftahul K, S.Kep, Ns, M.Kep)

Mahasiswa

(Putri Puspita Devi, S.Kep)


LAPORAN PENDAHULUAN
BRONKOPNEUMONIA

A. Pengertian Bronkopneumonia
Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam
bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Muttaqin
,2013). Bronkopneumonia adalah penyebaran daerah infeksi yang berbercak
dengan diameter sekitar 3 sampai 4 cm mengelilingi dan juga melibatkan bronchi
(Hidayat, dkk 2012)
Menurut Whaley & Wong, Bronchopneumonia adalah bronkiolus terminal
yang tersumbat oleh eksudat, kemudian menjadi bagian yang terkonsolidasi atau
membentuk gabungan di dekat lobulus, disebut juga pneumonia lobaris
(Manurung, 2011). Bronkopneumonia adalah suatu peradangan paru yang
biasanya menyerang di bronkeoli terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh
eksudat mokopurulen yang membentuk bercak-barcak konsolidasi di lobuli yang
berdekatan. Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran
pernafasan atas, demam infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan
daya tahan tubuh (IDAI, 2010).
Kesimpulannya bronkopneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan
oleh agen infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar alveoli.

B. Klasifikasi Bronkopneumonia
Berikut merupakan klasifikasi Bronkopneumonia :
1) Community Acquired Pneunomia dimulai juga sebagai penyakit pernafasan
umum & dapat berkembang menjadi sebuah pneumonia. Pneumonia
Streptococal ialah suatu organisme penyebab umum. Tipe pneumonia ini
umumnya menimpa kalangan anak-anak atau kalangan orang lanjut usia.
2) Hospital Acquired Pneumonia dikenal juga sebagai pneumonia nosokomial.
Organisme seperti ini ialah suatu aeruginisa pseudomonas. Klibseilla / aureus
stapilococcus, ialah bakteri umum penyebab hospital acquired pneumonia.

3) Lobar & Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi infeksi.


Saat Ini ini pneumonia diklasifikasikan berdasarkan organisme, bukan cuma
menurut lokasi anatominya.

4) Pneumonia viral, bakterial & fungi dikategorikan berdasarkan dari agen


penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk dapat mengidentifikasikan
organisme perusak.( Reeves, 2011).

C. Etiologi
Secara umun individu yang terserang bronkopneumonia diakibatkan oleh
adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme
patogen. Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh
terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya
lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan
sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur,
protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettiria, 2011)
antara lain:
1. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
2. Virus : Legionella pneumoniae
3. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.
Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada pasien
yang daya tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal yang terdapat
dalam mulut dan karena adanya pneumocystis cranii, Mycoplasma.
D. Manifestasi Klinis
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran pernafasan
bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita bronchopneumonia
mengalami tanda dan gejala yang khas seperti menggigil, demam, nyeri dada
pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan, saat bernafas menggunakan otot
aksesorius dan bisa timbul sianosis. Terdengar adanya krekels di atas paru yang
sakit dan terdengar ketika terjadi konsolidasi (pengisian rongga udara oleh
eksudat). Gejala-gejala yang dapat ditemui pada klien secara umum adalah:
1. Demam tinggi ≥ 38⁰C
2. Berkeringat
3. Batuk yang awalnya kering menjadi produktif dengan sputum yang purulen
bias berdarah
4. Sesak nafas, retraksi intercosta
5. Sakit kepala
6. Mudah merasa lelah/ tampak lemah
7. Nyeri dada
8. Kesulitan makan dan minum (Manurung, 2010).

E. Patofisiologi
Sebagian besar penyebab bronkopneumonia adalah mikroorganisme (jamur,
bakter, virus) dan sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (minyak
tanah, bensin dan sejenisnya). Serta aspirasi ( masuknya isi lambung ke dalam
saluran napas). Awalnmya mikroorganisme akan masuk melalui percikan ludah
(droplet) infasi ini akan masuk ke saluran pernapasan atas dan menimbulkan
reaksi imunologis dari tubuh. Reaksi ini menyebabkan peradangan, dimana saat
terjadi peradangan ini tubuh akan menyesuaikan diri sehingga timbulah gejala
demam pada penderita.
Reaksi peradangan ini akan menimbulkan secret. Semakin lama secret
semakin menumpuk di bronkus sehingga aliran bronkus menjadi semakin sempit
dan pasien akan merasa sesak. Selain terkumpul di bronkus, lama kelamaan secret
akan sampai ke alveolus paru dan mengganggu system pertukaran gas di paru.
Selain menginfeksi saluran napas, bakteri ini juga dapat menginfeksi saluran
cerna saat ia terbawa oleh darah. Bakteri ini akan membuat flora normal dalam
usus menjadi agen pathogen sehingga timbul masalah GI tract.
G. Pemeriksaan Penunjang
Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara:
1) Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
(meningkatnya jumlah neutrofil).
b. Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan dan
dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta
tes sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius
c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam
basa.
d. Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia
e. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi
antigen mikroba.
2) Pemeriksaan Radiologi
a. Rontgenogram Thoraks
Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi
pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali dijumpai pada
infeksi stafilokokus dan haemofilus
b. Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas
tersumbat oleh benda padat

H. Komplikasi
Bronkopneumonia bila tidak diobati dengan tepat maka akan menimbulkan
komplikasi sebagai berikut :
1. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps
paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
2. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga
pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
3. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
4. Infeksi sistemik
5. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
6. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

I. Penatalaksanaan
1. Penderita dengan bronkopneumonia berat harus dirawat inap dan
ditatalaksana
2. Bersihkan jalan nafas (isap lendir), oksigenasi yang adekuat.
3. Cairan yang cukup bila perlu intra vena.
4. Diet TKTP, selama masih sesak nafas hati-hati makanan per oral, lebih baik
makanan lewat sondre drip.
5. Bila ada asidosis, koreksi dengan natrium bikarbonat 1 mEq/kgBB
6. Medikamentosa
a. Umur > 2 bulan : kombinasi ampisilin dan klorampenikol
b. Umur < 2 bulan : kombinasi ampisilin dan gentamisin
Dosis :
1) Ampisilin 100 mg/kgBB/hr
2) Klorampenikol 100 mg/kgBB/hr
3) Gentamisin 5 mg/kgBB/hr
c. Pada kasus-kasus dengan etiologi stafilokokus berikan golongan obat tahan
terhadap B laktamase. Bila etiologi mikoplasma antibiotik yang tepat
adalah golongan makrolid. Dapat diberikan obat-obat untuk mukosilier
klirens (golongan beta 2 agonis dan atau teofilin) secara inhalasi atau
peroral.
7. Fisioterapi, bila perlu untuk membersihkan jalan nafas.
8. Pemantauan :
a. Keadaan umum, tanda vital
b. Kemungkinan gagal nafas, klinis / AGD
c. Masukan cairan / makanan
d. Elektrolit terutama natrium dan kalium

J. Fokus Pengkajian
a. Identitas.
b. Riwayat Keperawatan.
1) Keluhan utama.
Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, diserai
pernapasan cuping hidupng, serta sianosis sekitar hidung dan mulut.
Kadang disertai muntah dan diare.atau diare, tinja berdarah dengan atau
tanpa lendir, anoreksia dan muntah.
2) Riwayat penyakit sekarang.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan
bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak
sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.
3) Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun
menurun.
4) Riwayat kesehatan keluarga.
5) Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran pernapasan
dapat menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya.
6) Riwayat kesehatan lingkungan.
7) Bronkopneumonia sering terjadi pada musim hujan dan awal musim semi.
Selain itu pemeliharaan ksehatan dan kebersihan lingkungan yang kurang
juga bisa menyebabkan anak menderita sakit. Lingkungan pabrik atau
banyak asap dan debu ataupun lingkungan dengan anggota keluarga
perokok.
c. Pemeriksaan Persistem
1) Sistem kardiovaskuler.
Takikardi, iritability.
2) Sistem pernapasan.
Sesak napas, retraksi dada, melaporkan anak sulit bernapas, pernapasan
cuping hdidung, ronki, wheezing, takipnea, batuk produktif atau non
produktif, pergerakan dada asimetris, pernapasan tidak teratur/ireguler,
kemungkinan friction rub, perkusi redup pada daerah terjadinya
konsolidasi, ada sputum/sekret. Orang tua cemas dengan keadaan anaknya
yang bertambah sesak dan pilek.
3) Sistem pencernaan.
Anak malas minum atau makan, muntah, berat badan menurun, lemah.
Pada orang tua yang dengan tipe keluarga anak pertama, mungkin belum
memahami tentang tujuan dan cara pemberian makanan/cairan personde.
4) Sistem eliminasi.
Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang tua mungkin belum
memahami alasan anak menderita diare sampai terjadi dehidrasi (ringan
sampai berat).
5) Sistem saraf.
Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus pada
anak-anak atau malas minum, ubun-ubun cekung.

6) Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Tonus otot menurun, lemah secara umum,
7) Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan.
8) Sistem integumen.
Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat, akral
hangat, kulit kering,
9) Sistem penginderaan.
Tidak ada kelainan

K. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan meningkatnya
sekret
2) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan obstruksi bronkial
3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan meningkatnya sekresi dan
akumulasi exudate
4) Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis
5) Kurangnya volume cairan berhubungan dengan demam, menurunnya intake
dan tachypnea
6) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurangnya asupan nutrisi.
7) Hipertermi berhubungan dengan prose penyakit
8) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen dari kebutuhan.
L. Fokus Intervensi

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC


1. Ketidakefektifan bersihan Setelah dilakukan tindakan Airway Management
jalan nafas berhubungan keperawatan selama 3x24jam, pasien 1. Pastikan kebutuhan oral/tracheal suctioning.
dengan meningkatnya sekret menunjukkan keefektifan 2. Berikan O2 l/mnt, metode
jalan nafas dibuktikan 3. Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam
dengan kriteria hasil : 4. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
- Respiratory status : Ventilation ventilasi
- Respiratory status : Airway 5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
patency 6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
- Aspiration Control 7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
1. Mendemonstrasikan batuk efektif tambahan
dan suara nafas yang bersih, tidak 8. Berikan bronkodilator
ada sianosis dan dyspneu (mampu 9. Monitor status hemodinamik
mengeluarkan sputum,bernafas 10. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
dengan mudah, tidak ada pursed lembab
lips). 11. Berikan antibiotik
2. Menunjukkan jalan nafas yang 12. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
paten (klien tidak merasa tercekik, keseimbangan.
irama nafas, frekuensi pernafasan 13. Monitor respirasi dan status O2
dalam rentang normal, tidak ada 14. Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk
suara nafas abnormal). mengencerkan sekret
3. Mampu mengidentifikasikan dan 15. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang
mencegah faktor yang penyebab. 16. penggunaan peralatan : O2, Suction, Inhalasi.
4. Saturasi O2 dalam batas normal.
5. Foto thorak dalam batas normal
2. Ketidakefektifan pola nafas Setelah dilakukan tindakan Airway Management
berhubungan dengan obstruksi keperawatan selama 3x24jam, pasien 1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
bronkial menunjukkan keefektifan ventilasi
pola napas dibuktikan 2. Pasang mayo bila perlu
dengan kriteria hasil : 3. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Respiratory status : Ventilation 4. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
- Respiratory status : Airway 5. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
patency tambahan
- Vital sign 6. Berikan bronkodilator :
1. Mendemonstrasikan batuk 7. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
efektif dan suara nafas yang lembab
bersih, tidak ada sianosis dan 8. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
dyspneu (mampu mengeluarkan keseimbangan.
sputum,bernafas dengan mudah, 9. Monitor respirasi dan status O2
tidak ada pursed lips).
2. Menunjukkan jalan nafas yang Oxygen Therapy
paten (klien tidak merasa 1. Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
tercekik, irama nafas, frekuensi 2. Pertahankan jalan nafas yang paten
pernafasan dalam rentang 3. Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
normal, tidak ada suara nafas 4. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
abnormal). oksigenasi
3. TTV dalam batas normal 5. Monitor vital sign
6. Informasikan pada pasien dan keluarga tentang
tehnik relaksasi untuk memperbaiki pola nafas.
7. Ajarkan bagaimana batuk efektif
8. Monitor pola nafas

3. Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan Airway Management


berhubungan dengan keperawatan selama 3x24jam, 1. Buka jalan nafas dengan menggunakan teknik
meningkatnya sekresi dan gangguan pertukaran gas teratasi chin lift atau jaw thrust
akumulasi exudate dengan kriteria hasil : 2. Atur posisi pasien untuk memaksimalkan
- Respiratory Status : Gas ventilasi
Exchange 3. Identifikasi kebutuhan actual atau potensial untuk
- Keseimbangan asam insersi jalan nafas
Basa, Elektrolit 4. Insersi oral atau nasofaringeal airway.
- Respiratory Status : 5. Lakukan fisioterapi dada
ventilation 6. Keluarkan secret dengan menganjurkan batuk
- Vital sign atau suction
1. Mendemonstrasikan batuk 7. Anjurkan bernafas yang pelan dan dalam; tahan
efektif dan suara nafas yang dan batukkan.
bersih, tidak ada sianosis dan 8. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan atau
dyspneu (mampu mengeluarkan ketiadaan ventilasi dan adanya suara nafas
sputum,bernafas dengan mudah, tambahan
tidak ada pursed lips). 9. Lakukan suction endo trakeal atau naso trakeal
2. Menunjukkan jalan nafas yang 10. Kolaborasi dalam Berikan bronchodilator
paten (klien tidak merasa 11. Kolaborrasi dalam pemberian ultrasonic
tercekik, irama nafas, frekuensi nebulizer
pernafasan dalam rentang 12. Berikan oksigen yang sudah terhumidifikasi
normal, tidak ada suara nafas 13. Regulasi intake cairan untuk mengoptimalkan
abnormal). keseimbangan cairan
3. TTV dalam batas normal 14. Atur posisi pasien untuk mengurangi nyeri
4. AGD dalam batas normal 15. Monitor respirasi dan oksigenasi
5. Status neurologis dalam batas
normal Acid Base Monitoring
1. Monitor Iv line
2. Pertahankan jalan napas paten
3. Monitor AGD, tingkat elektrolit
4. Monitor status hemodinamik
5. Monitor adanya tanda gagal napas
6. Monitor pola respirasi
7. Lakukan terapi oksigen
8. Monitor status neurologis
9. Tingkatkan oral hygiene
4. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Pain management
dengan agen injuri biologi keperawatan selama 3x24 jam, nyeri 1. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
diharapkan berkurang dengan 2. Kaji nyeri secara komprehensif termasuk
kriteria hasil: presipitasi, karakteristik, lokasi, skala, frekuensi,
- Pain Control dan waktu serta situasi yang menimbulkan nyeri
- Pain Level 3. Mengukur TTV
- Comfort Level 4. Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi (napas
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu dalam untuk mengurangi nyeri)
penyebab, mampu menggunakan 5. Anjurkan pasien untuk istirahat
tehnik nonfarmakologi, mencari 6. Berikan informasi kepada pasien dan keluarga
bantuan). tentang penyebab nyeri dan berapa lama nyeri akan
2. Mampu mengenali nyeri (skala, berkurang
intensitas, frekuensi dan tanda 7. Kolaborasi terapi analgetik sesuai instruksi dokter
nyeri)
3. Melaporkan nyeri berkurang
4. Menyatakan rasa nyaman setelah
nyeri berkurang
5. TTVdalam rentang normal

5. Kekurangan volume cairan Setelah dilakukan askep selama 3x24 Fluid Management
berhubungan dengan jam terjadi peningkatan 1. Monotor diare, muntah
kehilangan volume cairan keseimbangan cairan dengan kriteria 2. Awasi tanda-tanda hipovolemik (oliguri, abd.
aktif, kegagalan dalam hasil: Pain, bingung)
mekanisme pengaturan. Fluid Balance 3. Monitor balance cairan
1. Urine dalam rentang normal (100 4. Monitor pemberian cairan parenteral
x BB, untuk berat badan <10 kg) 5. Monitor BB jika terjadi penurunan BB drastis
2. Kulit lembab dan tidak ada tanda- 6. Monitor td dehidrasi
tanda dehidrasi : pucat, mukosa 7. Monitor tanda-tanda vital
kering, merasa haus, turgor kuit 8. Berikan cairan peroral sesuai kebutuhan
kering, konjungtiva pucat, lemas. 9. Anjurkan pada keluarga agar tetap memberikan
ASI dan makanan yang lunak.
10. Ajarkan kepada keluarga klien untuk pemenuhan
cairan dan nutrisi klien.
11. Kolaborasi pemberian terapi cairan.

6. Ketidak seimbangan nutrisi Setelah dilakukan tindakan Nutrition Management


kurang dari kebutuhan tubuh keperawatan selama 3x 24 jam 1. Kaji adanya alergi makanan
berhubungan dengan ketidakefektifan perfusi jaringan 2. Berikan makanan yang terpilih (gizi seimbang)
kurangnya asupan nutrisi. perifer teratasi dengan kriteria hasil: 3. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
Nutritional Status : food and Fluid 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
Intake 5. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan
1. Berat badan ideal sesuai dengan vitamin C
tinggi badan 6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
2. Mampu mengidentifikasi jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
kebutuhan nutrisi
3. Tidak ada tanda tanda malnutrisi
4. Tidak terjadi penurunan berat
badan yang berarti
7. Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan tindakan Fever Treatment
dengan proses penyakit keperawatan selama 3x24 jam suhu 1. Pantau suhu klien (derajat dan pola) perhatikan
badan klien normal, dengan kriteria menggigil/diaforsis
hasil: 2. Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen
Thermoregulasi tempat tidur sesuai indikasi
1. Suhu kulit normal 3. Berikan kompres hangat hindari penggunaan
2. Tidak ada sakit kepala akohol
3. Tidak ada nyeri otot 4. Berikan minum sesuai kebutuhan
4. Tidak ada perubahan warna kulit 5. Kolaborasi untuk pemberian antipiretik
5. Tidak menggigil 6. Anjurkan menggunakan pakaian tipis menyerap
6. Tidak irritable/kejang keringat.
7. Hindari selimut tebal
8. Beri tambahan pengetahuan kepada keluarga
tentang penyakit klien.
9. Kolaborasi dengan tenaga medis lain dalam
pemberian diet dan obat antipiretik.
8. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan Energy Management
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 Jam klien 1. Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan
ketidakseimbangan antara tidak mengalami intoleransi aktivitas 2. Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
suplai dan kebutuhan oksigen dengan kriteria hasil: 3. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan
dari kebutuhan. Energy Cconservation: emosi secara berlebihan
Berpartisipasi dalam aktivitas fisik 4. Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
tanpa disertai peningkatan tekanan 5. Dorong anak untuk mengungkapkan perasaan
darah, nadi dan RR terhadap keterbatasan
Activity Therapy
1. Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual
Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang
sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan
social
2. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan
sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan
3. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktivitas
4. Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik
dalam merencanakan progran terapi yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Corwin. (2014). Hand Book of Pathofisiologi. Jakarta: EGC.


Hidayat, Aziz alimul. 2011. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta: Salemaba
Manurung. S. (20011). Asuhan Keperawatan gangguan Sistem Pernafasan Akibat
Infeksi. Jakarta Timur: CV. Trans Indo Media.
Moersintowarti BN, Pertumbuhan dan Perkembangan Anak dan Remaja, (Surabaya:
Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak FK. UNAIR, 2010).
Moorhead et al. (2008).Nursing Outcomes Classification (NOC) Ed. Fourth
Nanda. (2014). Nursing Diagnosis Definition & Classification. Philadelphia.
Soetjiningsih, (2011) Tumbuh Kembang Anak dan Remaja, pada Pendidikan
Ilmu Kesehatan Anak, (Denpasar: FK UNUD)
Wong, D. L,. M. H. Easton, D. Wilson, M. L. Winkelstein, & P, Schwartz. (2010).
Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume 1, edisi: 6. Alih bahasa.
Jakarta:EGC.
Wong, Donna L. 2011.Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak 1”. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai