Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA AN. A DENGAN DIAGNOSA MEDIS BRONCHOPNEUMONIA


DI RUANG DAHLIA II RSUD WONOSARI

Disusun Oleh:

Putri Puspita Devi, S.Kep

18310126

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YOGYAKARTA
2018/2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada An. A dengan diagnosa


medis “Bronchopneumonia” telah diterima dan disahkan oleh pembimbing lahan
dan pembimbing akademik Profesi Ners STIKes Yogyakarta.

Nama : Putri Puspita Devi, S.Kep.


NIM : 18310126.
Tempat Praktik : RSUD Wonosari.

Gunungkidul, Februari 2019


Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik

( ) (Salis Miftahul K, S.Kep, Ns, M.Kep)

Mahasiswa

(Putri Puspita Devi, S.Kep)


LAPORAN PENDAHULUAN
BRONCHOPNEUMONIA

A. Pengertian Bronchopneumonia
Bronchopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai
pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di
dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya.
(Muttaqin ,2013). Bronchopneumonia adalah penyebaran daerah infeksi yang
berbercak dengan diameter sekitar 3 sampai 4 cm mengelilingi dan juga
melibatkan bronchi (Hidayat, dkk 2012)
Menurut Whaley & Wong, Bronchopneumonia adalah bronkiolus terminal
yang tersumbat oleh eksudat, kemudian menjadi bagian yang terkonsolidasi
atau membentuk gabungan di dekat lobulus, disebut juga pneumonia lobaris
(Manurung, 2011). Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang
biasanya menyerang di bronkeoli terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh
eksudat mokopurulen yang membentuk bercak-barcak konsolidasi di lobuli
yang berdekatan. Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi
saluran pernafasan atas, demam infeksi yang spesifik dan penyakit yang
melemahkan daya tahan tubuh (IDAI, 2010).
Kesimpulannya bronchopneumonia adalah jenis infeksi paru yang
disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar
alveoli.

B. Klasifikasi Bronchopneumonia
Berikut merupakan klasifikasi Bronchopneumonia :
1) Community Acquired Pneunomia dimulai juga sebagai penyakit
pernafasan umum & dapat berkembang menjadi sebuah pneumonia.
Pneumonia Streptococal ialah suatu organisme penyebab umum. Tipe
pneumonia ini umumnya menimpa kalangan anak-anak atau kalangan
orang lanjut usia.

2) Hospital Acquired Pneumonia dikenal juga sebagai pneumonia


nosokomial. Organisme seperti ini ialah suatu aeruginisa pseudomonas.
Klibseilla / aureus stapilococcus, ialah bakteri umum penyebab hospital
acquired pneumonia.

3) Lobar & Bronchopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi


infeksi. Saat Ini ini pneumonia diklasifikasikan berdasarkan organisme,
bukan cuma menurut lokasi anatominya.

4) Pneumonia viral, bakterial & fungi dikategorikan berdasarkan dari agen


penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk dapat mengidentifikasikan
organisme perusak.( Reeves, 2011).

C. Etiologi
Secara umun individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh
adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme
patogen. Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan
tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk,
adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari
organ, dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur,
protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettiria, 2011)
antara lain:
1. Bakteri :
Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
2. Virus : Legionella
pneumoniae
3. Jamur : Aspergillus
spesies, Candida albicans
4. Aspirasi makanan, sekresi
orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru
5. Terjadi karena kongesti paru
yang lama.
Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada
pasien yang daya tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal yang
terdapat dalam mulut dan karena adanya pneumocystis cranii, Mycoplasma.
D. Manifestasi Klinis
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran
pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita
bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas seperti menggigil,
demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan, saat bernafas
menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul sianosis. Terdengar adanya
krekels di atas paru yang sakit dan terdengar ketika terjadi konsolidasi
(pengisian rongga udara oleh eksudat). Gejala-gejala yang dapat ditemui pada
klien secara umum adalah:
1. Demam tinggi ≥ 38⁰C
2. Berkeringat
3. Batuk yang awalnya kering menjadi produktif dengan sputum yang
purulen bias berdarah
4. Sesak nafas, retraksi intercosta
5. Sakit kepala
6. Mudah merasa lelah/ tampak lemah
7. Nyeri dada
8. Kesulitan makan dan minum (Manurung, 2010).

E. Patofisiologi
Sebagian besar penyebab bronchopneumonia adalah mikroorganisme
(jamur, bakter, virus) dan sebagian kecil oleh penyebab lain seperti
hidrokarbon (minyak tanah, bensin dan sejenisnya). Serta aspirasi ( masuknya
isi lambung ke dalam saluran napas). Awalnmya mikroorganisme akan masuk
melalui percikan ludah (droplet) infasi ini akan masuk ke saluran
pernapasan atas dan menimbulkan reaksi imunologis dari tubuh. Reaksi ini
menyebabkan peradangan, dimana saat terjadi peradangan ini tubuh akan
menyesuaikan diri sehingga timbulah gejala demam pada penderita.
Reaksi peradangan ini akan menimbulkan secret. Semakin lama secret
semakin menumpuk di bronkus sehingga aliran bronkus menjadi semakin
sempit dan pasien akan merasa sesak. Selain terkumpul di bronkus, lama
kelamaan secret akan sampai ke alveolus paru dan mengganggu system
pertukaran gas di paru.
Selain menginfeksi saluran napas, bakteri ini juga dapat menginfeksi
saluran cerna saat ia terbawa oleh darah. Bakteri ini akan membuat flora
normal dalam usus menjadi agen pathogen sehingga timbul masalah GI tract.
F. PATHWAY
Bakteri Stafilokokus aureus
Bakteri Haemofilus influezae

 Penderita akit berat yang dirawat di RS


 Penderita yang mengalami supresi
sistem pertahanan tubuh
 Kontaminasi peralatan RS

Saluran Pernafasan Atas

Kuman berlebih di Kuman terbawa di Infeksi Saluran Pernafasan Bawah


bronkus saluran pencernaan

Proses peradangan Infeksi saluran Dilatasi Peningkatan suhu Edema antara


pencernaan pembuluh darah kaplier dan
Hipertermia alveoli
Akumulasi sekret
di bronkus Peningkatan flora
Eksudat plasma Septikimia Iritasi PMN
normal dalam usus
masuk alveoli eritrosit pecah

Gangguan difusi
Bersihan jalan Mukus bronkus Peningkatan dalam plasma Peningkatan Edema paru
nafas tidak meningkat peristaltik usus metabolisme
efektif
Gangguan
Bau mulut tidak Malabsorbrsi pertukaran gas Evaporasi Pengerasan
sedap meningkat dinding paru

Anoreksia Diare Penurunan


compliance paru

Intake kurang
Gangguan Suplai O2
keseimbangan menurun
cairan dan eletrolit
Nutrisi kurang dari
kebutuhan Hipoksia

Hiperventilasi
Metabolisme
anaeraob meningkat
Dispneu

Akumulasi asam
Retraksi dada / laktat
nafas cuping
hidung
Fatigue

Gangguan pola
nafas
Intoleransi
aktivitas
G. Pemeriksaan Penunjang
Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara:
1) Pemeriksaan
Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
(meningkatnya jumlah neutrofil).
b. Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan
dan dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk
kultur serta tes sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius
c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status
asam basa.
d. Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia
e. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi
antigen mikroba.
2) Pemeriksaan
Radiologi
a. Rontgenogram Thoraks
Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi
pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali dijumpai
pada infeksi stafilokokus dan haemofilus
b. Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas
tersumbat oleh benda padat

H. Komplikasi
Bronchopneumonia bila tidak diobati dengan tepat maka akan
menimbulkan komplikasi sebagai berikut :
1. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau
kolaps paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk
hilang.
2. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam
rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
3. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
4. Infeksi sistemik
5. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
6. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

I. Penatalaksanaan
1. Penderita dengan bronchopneumonia berat harus dirawat inap dan
ditatalaksana
2. Bersihkan jalan nafas (isap lendir), oksigenasi yang adekuat.
3. Cairan yang cukup bila perlu intra vena.
4. Diet TKTP, selama masih sesak nafas hati-hati makanan per oral, lebih
baik makanan lewat sondre drip.
5. Bila ada asidosis, koreksi dengan natrium bikarbonat 1 mEq/kgBB
6. Medikamentosa
a. Umur > 2 bulan : kombinasi ampisilin dan klorampenikol
b. Umur < 2 bulan : kombinasi ampisilin dan gentamisin

Dosis :
1) Ampisilin 100 mg/kgBB/hr
2) Klorampenikol 100 mg/kgBB/hr
3) Gentamisin 5 mg/kgBB/hr
c. Pada kasus-kasus dengan etiologi stafilokokus berikan golongan obat
tahan terhadap B laktamase. Bila etiologi mikoplasma antibiotik yang
tepat adalah golongan makrolid. Dapat diberikan obat-obat untuk
mukosilier klirens (golongan beta 2 agonis dan atau teofilin) secara
inhalasi atau peroral.
7. Fisioterapi, bila perlu untuk membersihkan jalan nafas.
8. Pemantauan :
a. Keadaan umum, tanda vital
b. Kemungkinan gagal nafas, klinis / AGD
c. Masukan cairan / makanan
d. Elektrolit terutama natrium dan kalium

J. Fokus Pengkajian
a. Identitas.
b. Riwayat Keperawatan.
1) Keluhan utama.
Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, diserai
pernapasan cuping hidung, serta sianosis sekitar hidung dan mulut.
Kadang disertai muntah dan diare.atau diare, tinja berdarah dengan
atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.
2) Riwayat penyakit sekarang.
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan
bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat
mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang karena demam
yang tinggi.
3) Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun
menurun.
4) Riwayat kesehatan keluarga.
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran
pernapasan dapat menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya.
5) Riwayat kesehatan lingkungan.
Bronchopneumonia sering terjadi pada musim hujan dan awal musim
semi. Selain itu pemeliharaan ksehatan dan kebersihan lingkungan
yang kurang juga bisa menyebabkan anak menderita sakit. Lingkungan
pabrik atau banyak asap dan debu ataupun lingkungan dengan anggota
keluarga perokok.
c. Pemeriksaan Persistem
1) Sistem kardiovaskuler.
Takikardi, iritability.

2) Sistem pernapasan.
Sesak napas, retraksi dada, melaporkan anak sulit bernapas,
pernapasan cuping hidung, ronki, wheezing, takipnea, batuk produktif
atau non produktif, pergerakan dada asimetris, pernapasan tidak
teratur/ireguler, kemungkinan friction rub, perkusi redup pada daerah
terjadinya konsolidasi, ada sputum/sekret. Orang tua cemas dengan
keadaan anaknya yang bertambah sesak dan pilek.
3) Sistem pencernaan.
Anak malas minum atau makan, muntah, berat badan menurun, lemah.
Pada orang tua yang dengan tipe keluarga anak pertama, mungkin
belum memahami tentang tujuan dan cara pemberian makanan/cairan
personde.
4) Sistem eliminasi.
Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang tua mungkin
belum memahami alasan anak menderita diare sampai terjadi dehidrasi
(ringan sampai berat).
5) Sistem saraf.
Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus
pada anak-anak atau malas minum, ubun-ubun cekung.
6) Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Tonus otot menurun, lemah secara umum,
7) Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan.
8) Sistem integumen.
Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat, akral
hangat, kulit kering,
9) Sistem penginderaan.
Tidak ada kelainan

K. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan meningkatnya
sekret
2) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan obstruksi bronkial
3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan meningkatnya sekresi dan
akumulasi exudate
4) Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis
5) Kurangnya volume cairan berhubungan dengan demam, menurunnya
intake dan tachypnea
6) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurangnya asupan nutrisi.
7) Hipertermi berhubungan dengan prose penyakit
8) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen dari kebutuhan.

Anda mungkin juga menyukai