Anda di halaman 1dari 17

PERMASALAHAN POKOK PENDIDIKAN DAN

PENANGGULANGANNYA

DISUSUN OLEH :

Kelompok 3/ Kelas A

1. Diana Wulan Safitri (K4318019)


2. Dwi Indah Lestari (K4318021)
3. Laili Indah Nugrahaeni (K4318037)
4. Silvia Reva Anindya (K4318057)
5. Yanti Sulistyana (K4318067)
6. Zazan Arindias (K4318069)

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2018
1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Permasalahan Pokok Pendidikan dan Penanggulangannya.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Permasalahan Pokok Pendidikan
dan Penanggulangannya ini dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan bagi
pembaca.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Surakarta, 10 Desember 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………………………… 2


DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………… 3
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………………………………… 4
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………………………… 4
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………………………………………… 4
C. Tujuan ……………………………………………………………………………………… 4
BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………………………………… 6
A. Jenis permasalahan pokok pendidikan…………………………………………………………………… 6
1. Masalah pemerataan pendidikan………………………………………………………………………. 6
2. Masalah mutu pendidikan…………………………………………………………………………………… 7
3. Masalah efisiensi pendidikan………………………………………………………………………………. 9
4. Masalah relevansi pendidikan…………………………………………………………………………….. 10
B. Keterkaitan antara masalah-masalah pendidikan……………………………………………….. 11
C. Faktor-faktor yang memengaruhi berkembangnya masalah pendidikan…………13
1. Perkembangan IPTEK ………………………………………………………………………………………..13
2. Laju pertumbuhan penduduk……………………………………………………………………………….13
3. Aspirasi masyarakat ………………………………………………………………………………………..14
4. Keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan. ……………………………………………14
BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………………………….16
A. KESIMPULAN ………………………………………………………………………………………..16
B. SARAN ………………………………………………………………………………………..16
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………………………..17

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan Negara.
Sistem pendidikan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sosial budaya
dan masyarakat sebagai supra sistem. Pembanguana sistem pendidikan tidak mempunyai
arti apa-apa jika tidak singkron dengan pembanguanan nasional. Kaitan yang erat antara
bidang pendidikan sebagai sistem dengan sistem sosial budaya sebagai supra sistem
tersebut, dimana sistem pendidikan menjadi bagiannya, menciptakan kondisi sedemikian
rupa sehingga permasalahan intern sistem pendidikan itu menjadi sangat kompleks.
Artinya suatu permasalahan intern dalam sistem pendidikan selalu ada kaitan dengan
masalah-masalah di luar sistem pendidikan itu sendiri. Misalnya masalah mutu hasil
belajar suatu sekolah tidak dapat dilepaskan dari kondisi sosial budaya dan ekonomi
masyarakat disekitarnya, dari mana murid-murid sekolah tersebut berasal, serta masih
banyak lagi faktor-faktor lainnya diluar sistem persekolahan yang berkaitan dengan mutu
hasil belajar tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja jenis permasalahan pokok pendidikan?
2. Bagaimana cara menanggulangi permasalahan pendidikan yang terjadi?
3. Bagaimana keterkaitan antara masalah umum di sekitar terhadap pendidikan?
4. Faktor apa sajakah yang dapat memengaruhi berkembangnya masalah pendidikan.

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui jenis-jenis permasalahan pokok pendidikan.
2. Dapat menjelaskan cara yang ditempuh untuk menyelesaikan suatu masalah
pendidikan

4
3. Dapat mengetahui keterkaitan suatu masalah umum dalah kehidupan terhadap
keberlangsungan suatu pendidikan
4. Dapat mengetahui factor penentu berkembangnya suatu system pendidikan.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. JENIS PERMASALAHAN POKOK PENDIDIKAN


1. MASALAH PEMERATAAN PENDIDIKAN
Pengertian dari masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana
sistem pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada
seluruh warga Negara untuk memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan itu
menjadi wahana bagi pembanguan sumber daya manusia untuk menunjang
pembangunan. Pemerataan pendidikan telah mendapat perhatian sejak lama terutama
di negara-negara berkembang. Hal ini tidak terlepas dari makin tumbuhnya kesadaran
bahwa pendidikan merupakan peran penting dalam pembangunan bangsa.
Permasalahan pemerataan dapat terjadi karena kurang tergorganisirnya
koordinasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, bahkan hingga daerah
terpencil sekalipun. Hal ini menyebabkan terputusnya komunikasi antara pemerintah
pusat dengan daerah. Selain itu masalah pemerataan pendidikan juga terjadi karena
kurang berdayanya suatu lembaga pendidikan untuk melakukan proses pendidikan,
hal ini bisa saja terjadi jika kontrol pendidikan yang dilakukan pemerintah pusat dan
daerah tidak menjangkau daerah-daerah terpencil. Jadi hal ini akan mengakibatkan
mayoritas penduduk Indonesia yang dalam usia sekolah, tidak dapat mengenyam
pelaksanaan pendidikan sebagaimana yang diharapkan.
Masalah pemerataan pendidikan timbul apabila masih banyak warga Negara
khususnya anak usia sekolah yang tidak dapat di tampung dalam sistem atau lembaga
pendidikan karena kurangnya fasilitas pendidikan yang tersedia. Saat ini kondisi
pendidikan di Indonesia masih belum merata. Misalnya saja di kota-kota besar sarana
dan prasarana pendidikan disana sudah sangat maju. Sedangkan di desa-desa hanya
mengandalkan sarana dan prasarana seadanya. Bukan hanya masyarakat di desa saja
yang masih tertinggal pendidikannya. Daerah-daerah di Indonesia timur bukan hanya
sarana dan prasarana yang kurang tapi juga kurangnya tenaga pengajar sehingga
sekolah-sekolah disana masih membutuhkan guru-guru dari daerah-daerah lain.
Walaupun ada warga negara Indonesia yang tinggal di kota-kota besar tapi karena
mereka termasuk ke dalam warga negara yang kurang mampu sehingga mereka tidak
bisa merasakan pendidikan. Banyak anak-anak yang masih di bawah umur sudah
bekerja untuk membantu orang tua mereka dalam mempertahankan hidupnya.
6
Solusi dalam menangani masalah pemerataan pendidikan diantaranya, seperti
yang diketahui dalam TAP MPR RI No. II/MPR/1993 dijelaskan bahwa program
utama pengembangan pendidikan di Indonesia adalah sebagai berikut.

a. Perluasan dan pemerataan kesempatan mengikuti pendidikan


b. Peningkatan mutu pendidikan
c. Peningkatan relevansi pendidikan
d. Peningkatan Efisiensi dan efektifitas pendidikan
e. Pengembangan kebudayaan
f. Pembinaan generasi muda

2. MASALAH MUTU PENDIDIKAN


Mutu pendidikan dipermasalahkan jika hasil pendidikan belum mencapai taraf
seperti yang diharapkan. Penetapan mutu hasil pendidikan pertama dilakukan oleh
lembaga penghasil sebagai produsen tenaga terhadap calon luaran, dengan sistem
sertifikasi. Selanjutnya jika luaran tersebut terjun ke lapangan kerja penilaian
dilakukan oleh lembaga pemakai sebagai konsumen tenaga dengan sistem tes untuk
kerja (performance test). Lazimnya sesudah itu masih dilakukan
pelatihan/pemagangan bagi calon untuk penyesuaian dengan tuntunan persyaratan
kerja di lapangan.
Jadi, mutu pendidikan pada akhirnya dilihat pada kualitas keluarannya. Jika
tujuan pendidikan nasional dijadikan kriteria, maka pertanyaannya adalah: Apakah
keluaran pendidikan menjadikan pribadi yang bertakwa, mandiri dan berkarya,
anggota masyarakat yang sosial dan bertanggung jawab, warga negara yang cinta
kepada tanah air dan memiliki rasa kesetiakawanan sosial. Dengan kata lainapakah
keluaran itu mewujudkan diri sebagai manusia-manusia pembangunan yang dapat
membangun dirinya dan membangun lingkungannya. Kualitas luaran seperti itu
disebut nurturant effect. Meskipun disadari bahwa pada hakikatnya produk dengan
ciri-ciri seperti itu tidak semata-mata hasil dari sistem pendidikan sendiri. Tetapi jika
tehadap produk seperti itu sistem pendidikan dianggap mempunyai andil yang cukup,
yang tetap menjadi persoalan ialah bahwa cara pengukuran mutu produk tersebut
tidak mudah. Berhubung dengan sulitnya pengukuran terhadap produk tersebut maka
jika orang berbicara tentang mutu pendidikan, umumnya hanya mengasosiasikan
dengan hasil belajar yang dikenal sebagai hasil UN, UAN, EBTA, Ebtanas, atau hasil

7
Sipenmaru, UMPTN (yang biasa disebut instructional effect), karena ini yang mudah
diukur. Hasil EBTA dan lain-lain tersebut itu dipandang sebagai gambaran tentang
hasil pendidikan
Masalah mutu pendidikan juga menyangkut masalah pemerataan mutu. Di
dalam Tap MPR RI 1988 tentang GBHN dinyatakan bahwa titik berat pembangunan
pendidikan diletakkan pada peningkatan mutu setiap jenjang dan jenis pendidikan,
dan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan khususnya untuk memacu
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi perlu lebih disempurnakan dan
ditingkatkan pengajaran ilmu pengetahuan alam dan matematika (BP-7 Pusat. 1968:
68). Umumnya kondisi mutu pendidikan diseluruh tanah air menunjukkan bahwa di
daerah terpencil lebih rendah daripada di daerah perkotaan. Acuan usaha pemerataan
mutu pendidikan bermaksud agar sistem pendidikan khususnya sistem persekolahan
dengan segala jenis dan jenjangnya di seluruh pelosok tanah air (kota dan desa)
mengalami peningkatan mutu pendidikan sesuai dengan situasi dan kondisinya
masing-masing.
Terkait dengan mutu pendidikan, indicator dari kualitas pendidikan adalah
kompetensi lulusan, yaitu kemampuan yang dimiliki oleh lulusan suatu tingkatan
pendidikan. Kompetensi lulusan dapat berupa kemampuan yang dimiliki lulusan
dicirikan dengan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang dapat ditampilkan.
Usaha memperbaiki kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas
pengajaran dan kualitas evaluasinya. Dengan begitu setiap usaha memperbaiki
kualitas pendidikan harus mencakup usaha untuk semakin menyempurnakan system
evaluasi yang digunakan. Ada tiga hal yang harus dievaluasi untuk meningkatkan
mutu pendidikan, yaitu masukan, lingkungan sekolah dan keluarannya atau
lulusannya (Idrus, 2012)
Upaya pemecahan masalah mutu pendidikan dalam garis besarnya meliputi
hal-hal yang bersifat fisik dan perangkat lunak, personalia, dan manajemen sebagai
berikut:
a. Seleksi yang lebih rasional terhadap masukan mentah, khususnya untuk SLTA
dan PT.
b. Pengembangan kemampuan tenaga kependidikan melalui studi lanjut,
misalnya berupa pelatihan, penataran, seminar, kegiatan-kegiatan kelompok
studi seperti PKG dan lain-lain.

8
c. Penyempurnaan kurikulum, misalnya dengan memberi materi yang lebih
esensial dan mengandung muatan lokal, metode yang menantang dan
mengarahkan belajar, dan melaksanakan evalusai yang beracuan PAP
(Panduan Acuan Patokan).
d. Pengembangan prasarana yang menciptakan lingkungan yang tenteram untuk
belajar.
e. Penyempurnaan sarana belajar seperti buku paket, media pembelajaran dan
peralatan laboratorium.
f. Peningkatan administrasi manajemen khususnya yang mengenai anggaran.
g. Kegitan pengendalian mutu yang berupa kegiatan-kegiatan:
1) Laporan penyelenggaraan pendidikan oleh semua lembaga pendidikan.
2) Supervisi dan monitoring pendidikan oleh penilik dan pengawas.
3) Sistem ujian nasional/negara seperti UN/UAN/Ebtanas,
Sipenmaru/UMPTN.
4) Akreditasi terhadap lembaga pendidikan untuk menetapkan status suatu
lembaga.

3. MASALAH EFISIENSI PENDIDIKAN

Efisien adalah bagaimana menghasilkan efektifitas dari suatu tujuan dengan


proses yang lebih murah. Dalam proses pendidikan akan jauh lebih baik jika kita
memperhitungkan untuk memperoleh hasil yang baik tanpa melupakan proses yang
baik pula. Jadi masalah efisiensi pendidikan merupakan masalah bagaimana cara
menggunakan fasilitas/sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan.

Menurut Kurniawan, apabila dalam penggunaannya hemat dan cermat, maka


bisa disimpulkan bahwa tingkat efisiensinya tinggi. Tetapi apabila terjadi sebaliknya,
maka efisiensinya dikatakan kurang.

Masalah efisiensi meliputi :

a. Kesenjangan antara lulusan dan lapangan kerja.


b. Penempatan guru yang tidak sesuai kemampuannya
c. Pengembangan tenaga pendidik yang kurang cepat
d. Penggunaan sarana pembelajaran yang tidak diimbangi dengan kemampuan
pengoperasian.

9
Semua hal tersebut merupakan pengindikasian pemborosan yang sulit
dihindari karena adanya pembaharuan kurikulum, yang menuntut agar ilmu yang
didapatkan dapat berguna sesuia dengan kebutuhan pekerjaan yang dibutuhkan.

Penyebab masalah efisiensi pendidikan karena beberapa faktor, diantaranya


tenaga kependidikan, peserta didik, kurikulum, program belajar dan pembelajaran,
sarana dan prasarana pendidikan. Contoh kongkritnya : masih banyaknya siswa yang
di dropout, siswa yang tinggal kelas, siswa yang kurang mendapatkan pelayanan
secara layak.

Solusi dari permasalahan efisiensi pendidikan yaitu:

a. Pendidikan efektif perlu ditingkatkan secara terprogram


b. Pengadaan dan pendistribusian sarana pembelajaran harus dibarengi dengan
pembekalan kemampuan, sikap, dan keterampilan calon pemakai, serta harus
dilandasi dengan konsep yang jelas.
c. melakukan penyusunan yang mantap terhadap potensi siswa melalui keragaman
jenis program studi
d. memberikan perhatian terhadap tenaga kependidikan ( prajabatan dan jabatan )

4. MASALAH RELEVANSI PENDIDIKAN

Relevansi/re·le·van·si/ /rélevansi/ n hubungan; kaitan: setiap mata pelajaran


harus adanya dengan keseluruhan tujuan pendidikan; Pendidikan/pen·di·dik·an/ n
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara,
perbuatan mendidik; (KBBI). Relevansi pendidikan adalah hasil pendidikan sesuai
dengan pembangunan dan perkembangan zaman.

Masalah relevansi terlihat dari banyaknya lulusan dari satuan pendidikan


tertentu yang tidak siap secara kemampuan kognitif dan teknikal untuk melanjutkan
ke satuan pendidikan di atasnya. Masalah relevansi juga dapat diketahui dari
banyaknya lulusan dari satuan pendidikan tertentu, yaitu sekolah kejuruan dan
pendidikan tinggi yang belum atau bahkan tidak siap untuk bekerja
Penyebab ketidakrelevansian pendidikan :
a. Lembaga pendidikan dengan kualitas yangberbagai macam

10
b. Sistem pendidikan yang kurang baik
c. Proses pendidikan yang kurang kreatif dan menarik/kaku
d. Hasil pendidikan yang kurang inovatif
Contoh dari masalaah relevansi pendidikan ini adalah perusahaan masih
melakukan pelatihan sebelum bekerja untuk membekali para pegawai baru karena
kemampuannya yang tidak sesuai dengan yang dibutuhkan.
Solusi dari permasalahan relevansi pendidikan yaitu:
a. Meningkatkan kualitas tenaga pendidik.
b. Saran dan prasarana pendidikan yang cukup
c. Sistem pendidikan yang cepat
d. Tujuan yang tepat

B. Keterkaitan Antara Masalah-Masalah Pendidikan

Pada dasarnya, pembangunan di bidang pendidikan mengharapkan tercapainya


pemerataan pendidikan dan pendidikan yang bermutu sekaligus. Namun yang terjadi,
ketika pemerataan pendidikan sedang dilancarkan, pada saat yang sama pula mutu
pendidikan belum dapat diwujudkan bahkan malah sering ditelantarkan. Ada dua faktor
yang menyebabkan mengapa pendidikan yang bermutu belum dapat diwujudkan,
pertamagerakan perluasan pendidikan untuk melayani pemerataan kesempatan
pendidikan bagi rakyat banyak memerlukan penghimpunan dan pengerahan dana dan
daya. Kedua, kondisi komponen pendidikan mempersulit upaya peningkatan mutu karena
jumlah murid dalam kelas terlalu banyak, pengerahan tenaga pendidik yang kurang
cakap, kurikulum yang belum mantab, sarana yang tidak memadai dan lain-lain.

Ada beberapa masalah internal pendidikan yang dihadapi, antara lain sebagai
berikut.

1. Rendahnya pemerataan kesempatan belajar (equity) disertai banyaknya peserta didik


yang putus sekolah, serta banyaknya lulusan yang tidak melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini identik dengan ciri-ciri kemiskinan, Faktor yang
mempengaruhinya yaitu faktor ekonomi dan kesadaran masyarakat yang masih rendah
tentang pendidikan.
2. kurangnya pemerataan pendidikan terutama di daerah terpencil. Pendidikan di
Indonesia masih belum merata, ini terbukti dari adanya keterbatasan daya tampung,

11
kerusakan sarana prasarana, kurangnya tenaga pengajar, proses pembelajaran yang
konvensional dan keterbatasan anggaran. Keterbatasan daya tampung sangat
berpengaruh dalam proses pemerataan pendidikan. Banyak sekolah yang memiliki daya
tampung tak seimbang dengan jumlah murid yang diterima saat penerimaan murid
baru. Akibatnya, proses belajar mengajar pun menjadi kurang maksimal. Untuk itu
pendidikan yang baik perlu adanya pemerataan sekolah baik di daerah pedesaan
maupun di perkotaan.
3. Rendahnya pemahaman IPTEK, sehingga anak-anak tidak dapat bersaing dengan
negara lain untuk memajukan bangsa Indonesia yang sekarang ini sudah tertinggal jauh
oleh negara-negara lain.
4. Rendahnya efisiensi internal karena lamanya masa studi melampaui waktu standart
yang sudah ditentukan. Terlalu lama menempuh pendidikan yang seharusnya sudah
selesai.
5. Rendahnya efisiensi eksternal sistem pendidikan yang disebut dengan relevansi
pendidikan, yang menyebabkan terjadinya pengangguran tenaga terdidik yang
cenderung terus meningkat. Secara empiris kecenderungan meningkatnya
pengangguran tenaga terdidik disebabkan oleh perkembangan dunia usaha yang masih
di dominasi oleh pengusaha besar yang jumlahnya terbatas dan sangat mengutamakan
efisiensi (padat modal dan padat teknologi). Dengan demikian pertambahan kebutuhan
akan tenaga kerja jauh lebuh kecil dibandingkan pertambahan jumlah lulusan lembaga
pendidikan.
6. Terjadi kecenderungan menurunnya akhlak dan moral yang menyebabkan lunturnya
tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial, seperti terjadinya tawuran pelajar dan
kenakalan remaja. Dalam hal ini pendidikan agama menjadi sangat penting menjadi
landasan akhlak dan moral serta budi pekerti yang luhur perlu diberikan kepada peserta
didik sejak dini. Dengan demikian, hal itu akan menjadi landasan yang kuat bagi
kekokohan moral dan etika setelah terjun ke masyarakat. Masalah-masalah diatas erat
kaitanya dengan kendala seperti keadaan geografis, demografis, serta sosio-ekonomi
besarnya jumlah penduduk yang tersebar diseluruh wilayah geografis Indinesia cukup
luas.
7. Kemiskinan juga merupakan salah satu kendala yang memiliki hubungan erat dengan
masalah pendidikan. Rendahnya mutu kinerja sistem pendidikan tidak hanya
disebabkan oleh adanya kelemahan menejemen pendidikan tingkat mikro lembaga
pendidikan, tetapi karena juga menejemen pendidikan pada tingkat makro seperti
12
rendahnya efisiensi dan efektivitas pengolahan sistem pendidikan. Sistem dan tata
kehidupan masyarakat tidak kondusif yang turut menentukan rendahnya mutu sistem
pendidikan disekolah yang ada gilirannya menyebabkan rendahnya mutu peserta didik
dan lulusannya.

C. Faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan


1. Perkembangan IPTEK
Perkembangan IPTEK merupakan kemajuan zaman yang membuka peluang
besar untuk hadirnya produk-produk teknologi yang dapat memperbaiki kualitas
hidup manusia. Kemajuan teknologi seperti, alat komunikasi, transportasi dan industri
begitu pesatnya sehingga hampir tidak ada bidang kehidupan manusia yang bebas dari
terpaan dampak teknologi tersebut, cepat atau lambat dan langsung atau tidak
langsung (Hassan, 2007) dalam Afandi (2014).
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini berdampak pada
pendidikan di Indonesia. Ketidaksiapan bangsa menerima perubahan zaman
membawa perubahan tehadap mental dan keadaan negara ini. Bekembangnya ilmu
pengetahuan telah membentuk teknologi baru dalam segala bidang, baik bidang
social, ekonomi, hokum, pertanian dan lain sebagainya.
Sebagai negara berkembang Indonesia dihadapkan kepada tantangan dunia
global. Dimana segala sesuatu dapat saja berjalan dengan bebas. Keadaan seperti ini
akan sangat mempengaruhi keadaan pendidikan di Indonesia. Penemuan teknologi
baru di dalam dunia pendidikan, menuntut Indonesia melakukan reformasi dalam
bidang pendidikan. Pelaksanaan reformasi tidaklah mudah, hal ini sangat menuntut
kesiapan SDM Indonesia untuk menjalankannya.
2. Pertumbuhan penduduk
Pertumbuhan penduduk adalah angka yang menunjukkan tingkat
pertambahan penduduk pertahundalam jangka waktu tertentu (Aufa, 2013) dalam
Sudarsono (2016).
Laju pertumbuhan yang sangat pesat akan berpengaruh tehadap masalah
pemerataan serta mutu dan relevansi pendidikan. Pertumbuhan penduduk ini akan
berdampak pada jumlah peserta didik. Semakin besar jumlah pertumbuhan penduduk,
maka semakin banyak dibutuhkan sekolah-sekolah unutk menampungnya. Jika daya
tampung suatu sekolah tidak memadai, maka akan banyak peserta didik yang terlantar
atau tidak bersekolah. Hal ini akan menimbulkan masalah pemerataan pendidikan.
13
Tetapi apabila jumlah dan daya tampung suatu sekolah dipaksakan, maka akan
terjadi ketidakseimbangan antara tenaga pengajar dengan peserta didik. Jika keadaan
ini dipertahankan, maka mutu dan relevansi pebdidikan tidak akan dapat dicapai
dengan baik.
Sebagai negara yang berbentuk kepulauan, Indonesia dihadapkan kepada
masalah penyebaran penduduk yang tidak merata. Tidak heran jika perencanaan,
sarana dan prasarana pendidikan di suatu daerah terpencil tidak terkoordinir dengan
baik. Hal ini diakibatkan karena lemahnya kontrol pemerintah pusat terhadap daerah
tersebut. Keadaan seperti ini adalah masalah lainnya dalam bidang pendidikan.

3. Aspirasi Masyarakat

Pendidikan di anggap memberikan jaminan bagi peningkatan taraf hidup.


Sebagai akibat dari meningkatnya aspirasi terhadap pendidikan maka orang tua
mendorong anaknya untuk sekolah,agar nantinya anak-anaknyamemperoleh pekerjaan
yang lebih baik dari pada orang tuanya sendiri. Dorongan yang kuat ini juga terdapat
pada anak-anak sendiri.Merekamerasa susah jika mendapat rintangan dalam
bersekolah dan melanjutkan studi. Mungkin ini dapat dipandang sebagai indikator
tentang betapa besarnya aspirasi orangtua dan anak terhadap pendidikan itu.

Gejala yang timbul ialah membanjirnya pelamar pada sekolah-sekolah. Arus


pelajar menjadi meningkat. Beberapa hal yang tidak di kehendaki antara lain ialah
seleksi penerimaan siswa pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan menjadi kurang
objektif, jumlah murid dan siswa perkelas melebihi yang semestinya,jumlah kelas
setiap sekolah membengkak,di adakanya kesempatan belajar bergilir pagi dan sore
dengan pengurangan jam belajar,kekurangan sarana belajar,kekurangan guru dan
seterusnya.

4. Keterbelakangan Budaya dan Sarana Kehidupan


Masyarakat yang umumnya berada di daerah terpencil, yang ekonominya
lemah, dan kurang terdidik akan mengalami keterbelakangan budaya dan sarana
kehidupan. Keadaan seperti ini, sudah jelas akan menimbulkan masalah bagi
pendidikan. Permasalahannya antara lain bagaimana menyadarkan mereka akan
keterbelakangan/ketinggalannya bagaimana cara menyediakan sarana kehidupan

14
dengan lebih baik, khususnya bagaimana sistem pendidikan dapat menjangkau dan
melibatkan mereka sehingga mereka keluar dari keterbelakangan tersebut.
Keterbelakangan budaya itu adalah sebutan yang diberikan oleh sekelompok
masysrakat (yang mengatakan dirinya suda maju) kepada masyarakat lain pendukung
suatu budaya. Bagi pendudkung budaya, kebudayaan pasti dinilai sebagai suatu yang
bernilai dan baik. Terlepas dari kenyataan apakah kebudayaan itu tradisional atau
sudah ketinggalan jaman. Oleh karena itu penilaian dari masyarakat luar dinilai
subjektif. Dan seharusnya masyarakat bukan menilainya melainkan hanya melihat
kesesuaian kebudayaan tersebut terhadap perubahan jaman. Jika sesuai dengan
perubahan jaman makan dapat dikatakan maju, dan jika tidak sesuai maka dikatakan
belum maju.
Sebenarnya tidak ada kebudayaan yang mutlak statis atau mengalami
kemandegan. Dan tidak ada kebudayaan yang tidak berubah, sekurang-kurangnya ada
bagian tertentu yang berubah walaupun tidak secara utuh berubah. Terjadinya
perubahan tidak ernah berhenti sepanjang masa, bahkan perubahan kearah yang
negative. Apalagi dijaman sekarang perubahan besar terjadi di dunia perkembangan
iptek dan merambah ke seluruh bidang kehidupan.
Khususnya dengan munculnya penemuan-penemuan baru mengenai iptek,
telekomunikasi, dan transportasi yang membuat bumi terasa lebih kecil karena
telekomunikasi seakan- akan menembus batasan Negara yang dikenal dengan era
globalisasi. Maka mudah terajadi pertukaran budaya antar bangsa. Jika terjadi
pertautan antar budaya baru dari luar dengan unsur kebudayaan lama yang lambat
barubah maka akan terjadilah apa yang disebut dengan kesenjangan kebudayaan
(cultural lag).
Perubahan kebudayaan terjadi karena adanya penemuan kebudayaan baru baik
dari luar atau dari dalam masyarakat itu sendiri. Kebudayaan baru baik bersifat
materil seperti peralatan pertanian, rumah tangga, transportasi, telekomunikasi, dan
yang bersifat nonmaterial seperti paham atau konsep baru tentang budaya menabung,
keluarga berencana, penghargaan terhadap waktu dan lain-lain. Keterbelakangan
budaya terjadi karena letak gaeografis tempat tinggal masyarakat (terpencil) dan
penolakan masyarakt terhadap datangnya unsur budaya baru karena dianggap dapat
merusak sendi masyarakat.

15
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULANs

Pendidikan tentu saja mempunyai suatu permasalahan dalam proses pelaksanaan, baik
dari komponen, sistem, maupun tujuan yang dihasilkan. Jenis permasalahan pokok
pendidikan ada empat yaitu masalah pemerataan pendidikan, masalah mutupendidikan,
masalah efisiensi pendidikan, dan masalah relevansi pendidikan yang saling terkait
dalam pemecahannya. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan masalah tersebut
dapat terjadi yaitu perkembangan iptek yang mengharuskan seseorang untuk
mengikutinya, laju pertumbuhan penduduk yang sangat pesat sehingga kewalahan dalam
penanganannya, aspirasi masyarakat, dan keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan
yang menghambat kelancaran proses pendidikan. Seluruh permasalahan ini perlu untuk
segerqa ditangani oleh pemerintah yang tentunya juga harus berkolaborasi dengan
masyarakat.

B. SARAN

Dalam karya tulis ini masih perlu dikaji tentang permasalahan pokok pendidikan yang
mucul dalam perkembangan saat ini. Dengan berbagai penyebab yang ada, perlu
penanganan oleh pemerintah dengan solusi yang dapat diterapkan sesegera mungkin.
Namun penanganan tersebut tetap harus memperhatikan efek yang berdampak pada
masyarakat.

16
DAFTAR PUSTAKA

Afandi, Idrus. (2014). PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG DIAJAR


DENGAN PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DAN
PENDEKATAN KONVENSIONAL PADA MATERI POKOK KALOR DAN
PERPINDAHAN. Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan. Volume 20.

https://www.slideshare.net/deded94/faktor-yang-mempengaruhi-masalah-pendidikan

Idrus, Muhammad. (2012). Mutu Pendidikan dan Pemerataan Pendidikan di Daerah.


PSIKOPEDAGOGIA. Vol. 1

Kurnia R.Y ( 2016 ) IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PENDIDIKAN DI INDONESIA


UNTUK MENINGKATKAN MUTU DAN PROFESIONALISME Prosiding
Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia ( KONASPI ) VIII

Pujianti, Dyah Refti. (2012). UPAYA PEMERATAAN PENDIDIKAN TINGKAT


SEKOLAH MENENGAH DI KECAMATAN GARUNG KABUPATEN
WONOSOBO. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.

Sudarsono, Aji. (2016). JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI LAJU


PERTUMBUHAN PENDUDUK MENGGUNAKAN METODE
BACPROPAGATION (STUDI KASUS DI KOTA BENGKULU). Jurnal Media
Infotama.Volume 12.

Umar,Tirtarahardja. (2010). Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT RINEKA CIPTA

17

Anda mungkin juga menyukai