Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien
 Nama :Ny. R
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Umur : 53 Tahun
 Pendidikan : SMA
 Agama : Islam
 Status Perkawinan : Menikah
 Suku Bangsa : Jawa
 Tanggal masuk RS : 22 Januari 2019

II. Autoanamnesis
 Keluhan Utama : Lemah sisi tubuh sebelah kanan
 Keluhan Tambahan : Bicara pelo, pusing berputar, kebas pada tubuh sebelah kanan
 Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat RSUD Pasar
Minggu, diantar oleh keluarga pasien dengan keluhan lemah sisi tubuh sebelah
kanan sejak 1 hari SMRS. Keluhan muncul mendadak secara tiba-tiba pada saat
pasein sedang mencuci piring. Menurut pasien, awalnya passien merasa pusing
berputar dan kebas pada bagian tubuh sebelah kanan dan kemudian pasien
merasa lemah dan berbicara pelo. Aktivitas pasien sekarang hanya dirumah.
Pasien mengaku jarang berolahraga dan konsumsi makanan tidak teratur. Riwayat
merokok dan minum alkohol disangkal. Sakit jantung disangkal. Demam disangkal,
mual dan muntah disangkal, kesadaran menurun saat muncul keluhan disangkal,
riwayat kejang disangkal. BAB dan BAK tidak ada keluhan.
 Riwayat penyakit terdahulu : Riwayat tekanan darah tinggi (+) tidak terkontrol,
trauma sebelumnya disangkal, sakit kencing manis disangkal, stroke sebelumnya
disangkal
 Riwayat penyakit dalam keluarga
Keluarga pasien belum pernah ada yang mengalami keluhan seperti ini.
 Riwayat Kebiasaan Pribadi : Pasien mengaku jarang berolahraga dan konsumsi
makanan tidak di atur. Merokok dan minum alkohol disangkal.
Siriraj Stroke Score
= (2,5 x kesadaran) + (2 x muntah) + (2 x sakit kepala) + (0,1 x tekanan darah diastolik) –
(3 x petanda atheroma) – 12.
Kesadaran : Sadar = 0
Muntah : Tidak = 0
Sakit kepala : Tidak = 1
Petanda atheroma : Hipertensi > 5 tahun : 1
= (2,5 x 0) + (2 x 0) + (2 x 1) + (0,1 x 100) – (3 x 1) – 12 = -3
Total skor :
Skor > 1 : perdarahan otak
Skor -1 sampai 1 : ragu-ragu
Skor < -1: infark otak
Skor stroke Gadjah Mada
Skor Stroke Gadjah Mada
Penurunan Kesadaran Nyeri kepala Babinski Jenis Stroke
+ + + Perdarahan
+ - - Perdarahan
- + - Perdarahan
- - + Iskemik
- - - Iskemik

III. Pemeriksaan Fisik


 Keadaan umum : Tampak sakit sedang
 Kesadaran : E4M6V5
 Tanda vital :
 Tekanan darah : 140/80 mmHg
 Frekuensi nadi : 71x / menit
 Frekuensi napas : 20x / menit
 Suhu : 36,5 0C
 Umur Klinis : 50 tahun
 Bentuk badan : astentikus
 Stigmata : -
 Kulit : Sawo matang
 Turgor : Baik
 Kelenjar Getah Bening : tidak membesar
 Kuku : dalam batas normal
 Pembuluh darah : arteri karotis palpasi DBN
 Rangsang Meningen
• Kaku kuduk :-
• Kerning : -/-
• Laseque : >70°/>70°
• Brudzinski I :-
• Brudzinski II :-
• Brudzinski III : Tidak dilakukan
• Brudzinski IV : Tidak dilakukan
 N. I (Olfaktorius)

• Penciuman : tidak dilakukan

 N. II (Optikus)

• Visus kasar : 6/6 6/6

• Lihat warna : tidak dilakukan

• Lapang pandang: Normal

• Funduskopi: tidak dilakukan

 N. III, IV, VI (Okulomotorius, Trokhlearis, Abdusen)

• Sikap bola mata : ditengah

• Ptosis : -/-

• Strabismus : -/-

• Nistagmus : -/-

• Eksoftalmus : -/-

• Enoftalmus : -/-

• Diplopia : -/-
• Deviasi Konjugee : -

• Pergerakan bola mata : kesegala arah +

• Pupil : Isokor, 3mm/3mm

• Refleks Cahaya langsung : +/+

• Refleks Cahaya tidak langsung : +/+

 N. V (Trigeminus)

Motorik
• Gerakan membuka dan menutup mulut : +

• Gerakan rahang ke lateral +

• Menggigit (palpasi) :

• M. maseter +/+

• M. temporalis +/+

Sensorik
• Rasa raba : +/+

• Rasa nyeri: +/+

• Rasa suhu : +/+

• Refleks

• Refleks kornea : normal

• Refleks maseter : +/+

 N. VII (Fasialis)

• Sikap wajah saat istirahat : simetris

• Mimik : normal

• Angkat alis : +/+

• Kerut dahi : +/+

• Lagoftalmus : -/-
• Menyeringai : sulcus nasolabialis dextra agak mendatar

• Rasa kecap 2/3 depan lidah : tidak dilakukan

• Fenomena chovstek : tidak dapat dinilai

 N. VIII (Vestibulo-kokhlearis)

Vestibularis
• Vertigo : tidak dilakukan

• Nistagmus : tidak dilakukan

Kokhlearis
• Suara berbisik : tidak dilakukan

• Gesekan jari : tidak dilakukan

• Tes rinne : tidak dilakukan

• Tes weber : tidak dilakukan

• Tes swabach : tidak dilakukan

 N. IX, X (Glossofaringeus, Vagus)

• Arkus faring : Simetris kanan kiri

• Palatum molle : Intak

• Uvula : Ditengah

• Disartria :-

• Disfagia :-

• Disfonia :-

• Refleks faring : Tidak dilakukan

• Refleks okulokardiak : tidak dilakukan

• Refleks sinus karotikus : tidak dilakukan


 N. XI (Accessorius)

• Angkat bahu : tidak dilakukan

• Menoleh (kanan, kiri, bawah) : tidak dilakukan

 N. XII (Hypoglossal)

• Sikap lidah : Ditengah


• Atrofi :-
• Fasikulasi :-
• Tremor :-
• Julur lidah : deviasi ke arah dextra
• Tenaga otot lidah : tidak dilakukan

 Motorik

• Kejang : -/-

• Tetani : -/-

• Tremor: -/-

• Diskineais : -/-

• Mioklonik: -/-

• Trofi otot : Lengan : eutrofi dan tungkai : eutrofi

• Derajat Kekuatan Otot :

• Lengan kanan: 4444 kiri : 5555

• Tungkai kanan : 4444 kiri : 5555

• Tonus otot : normotonus


 Koordinasi

Statis
• Duduk : tidak dilakukan

• Berdiri : tidak dilakukan

• Tes romberg : tidak dilakukan

• Tes romberg dipertajam : tidak dilakukan

Dinamis
• Telunjuk-hidung : tidak dilakukan

• Jari-jari : tidak dilakukan

• Disdiadokinesis : -

• Tumit lutut: tidak dilakukan

• Rebound phenomenon : -
 Refleks Fisiologis
• Biseps : ++/++
• Triceps : ++/++
• Brachioradialis : ++/++
• Ulna : ++/++
• KPR : ++/++
• APR : ++/++
 Refleks Patologis
• Babinski : -/-
• Chaddok : -/-
• Oppenheim : -/-
• Gordon : -/-
• Schaeffer : -/-
• Rossolimo : -/-
• Mendel Bechterew : -/-
• Hoffman Tromner : -/-
• Gonda : -/-
• Klonus lutut : -/-
• Klonus kaki : -/-
 Sensibilitas
Eksteroseptif
• Rasa raba : tidak dilakukan
• Rasa nyeri : tidak dilakukan
• Rasa suhu : tidak dilakukan
Propioseptif :
• Rasa sikap : tidak dilakukan
• Rasa getar : tidak dilakukan
 Vegetatif
 Miksi : normal, tidak ada retensi, tidak ada inkontinensia urine
 Defekasi : Normal, tidak ada inkontinensia alvi, konstipasi (-)
• Salivasi : normosalivasi
• Sekresi keringat : normohidrosis
• Fungsi seks : tidak dilakukan
 Fungsi luhur
• Memori : tidak dilakukan
• Bahasa : tidak dilakukan
• Afek dan emosi : tidak dilakukan
IV. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
 Elektrolit :
o Natrium 147 mEq/L 135-147
o Kalium 3,10 mEq/L L 3,50-5,00
o Clorida 106 mEq/L 95-105
 Darah :
o Hemoglobin 12,9 g/dL 11.7 - 15.5 |
o Hematokrit 37% 35-47 |
o Leukosit 4,8 10^3/uL 3.6 - 11.0 |
o Trombosit 230 10^3/uL 150 - 440 |
o Eritrosit 4,39 10^6/uL 3.80 - 5.20 |
 Nilai eritrosit rata rata
o MCH 29 pg 26-34 |
o MCHC 35 g/dl 32-36 |
o MCV 84 fl 80-100
 Gula Darah Sewaktu : 102 mg/dL
b. Radiologi

Hasil CT-Scan non kontras: perdarahan intra parenkimal cerebri kapsula interna kiri. Total
volume 5,7 cc.
V. Resume :
 Pasien Ny. R usia 53 tahun datang dengan keluhan lemah sisi tubuh sebelah kanan
sejak 1 hari SMRS. Pasien mengatakan keluhan muncul secara tiba-tiba pada saat
pasien sedang mencuci piring, disertai dengan bicara pelo pusing berputar, kebas
pada tubuh sebelah kanan. Riwayat hipertensi (+) tidak terkontrol.
• Pada pemeriksaan fisik ditemukan dalam batas normal.
• Pemeriksaan Neurologis :
 Parese N. Fasialis dextra sentral
 Parese N. Hipoglosus dextra sentral
• Pemeriksaan motorik :
4444/5555
4444/5555
Hasil CT-Scan non kontras: perdarahan intra parenkimal cerebri kapsula interna kiri. Total
volume 5,7 cc.
VI. Diagnosis Kerja :
 Diagnosa Klinis: Hemiparese dextra
 Diagnosa Topis: Hemisfer Sinistra
 Diagnosa Etiologi : Stroke Hemoragik
 Diagnosa Banding : Stroke Iskemik
VII.Tatalaksana
IGD
IVFD : Asering 20 tpm

Mm/
 Inj Citicolin 1gr IV  Kapsul nyeri 3x1 (pct 300 mg,
 Inj Ranitidin 2X50mg IV ibuprofen 200 mg, diazepam 1
 Inj Asam tranexamat 3x500mg IV mg)
 Inj Ondancentron 3x4mg IV  Vit B 12 3x1
 Drips manitol 4x125 cc  Captopril 2x25 mg
 Citicolin 2x500mg  Tab amlodipin 1x10 mg
 Asam folat 2x1
 Betahistine 3x12mg

FOLLOW UP
23/01/2019
S Badan sisi kanan masih lemah

O KU : Tampak Sakit Sedang S


GCS E4M6V5 S
Tekanan Darah: 170/100 mmHg R
Nadi: 71x/menit
K
RR: 20x/menit
o
Suhu: 36,8 C
Status generalis : DBN A
Status neurologis :
Reflek fisiologis
KPR ++/++ M
++/++
APR ++/++
++/++ S
Motorik: 4444/5555
4444/5555 R
Sensoris: Hemihipestesis -/- O
Refleks Patologis: (-/-)
Otonom : retensio uri (-) R
Retensio alvi (-)
A Stroke hemoragik + Hemiparese dextra + Hipertensi
P IVFD Asering 16 tpm
Inj Citicolin 1gr IV
Inj Ranitidin 2X50mg IV
Inj Asam tranexamat 3x500mg IV
Inj Ondancentron 3x4mg IV
Drips manitol 4x125 cc
Citicolin 2x500mg
Asam folat 2x1
Betahistine 3x12mg
Kapsul nyeri 3x1 (pct 300 mg, ibuprofen 200 mg, diazepam 1 mg)
Vit B 12 3x1
Captopril 2x25 mg
Tab amlodipin 1x10 mg

FOLLOW UP
24/01/2019
S Badan sisi kanan masih lemah

O KU : Tampak Sakit Sedang S


GCS E4M6V5 S
Tekanan Darah: 170/100 mmHg R
Nadi: 71x/menit
K
RR: 20x/menit
o
Suhu: 36,8 C
Status generalis : DBN A
Status neurologis :
Reflek fisiologis
KPR ++/++ M
++/++
APR ++/++
++/++ S
Motorik: 4444/5555
4444/5555 R
Sensoris: Hemihipestesis -/- O
Refleks Patologis: (-/-)
Otonom : retensio uri (-) R
Retensio alvi (-)
A Stroke hemoragik + Hemiparese dextra + Hipertensi
P IVFD Asering 16 tpm
Inj Citicolin 1gr IV
Inj Ranitidin 2X50mg IV
Inj Asam tranexamat 3x500mg IV
Inj Ondancentron 3x4mg IV
Drips manitol 4x125 cc
Citicolin 2x500mg
Asam folat 2x1
Betahistine 3x12mg
Kapsul nyeri 3x1 (pct 300 mg, ibuprofen 200 mg, diazepam 1 mg)
Vit B 12 3x1
Captopril 2x25 mg
Tab amlodipin 1x10 mg
Obat pulang:
Citicolin 2x500mg
Asam folat 2x1
Betahistine 3x12mg
Kapsul nyeri 3x1 (pct 300 mg, ibuprofen 200 mg, diazepam 1 mg)
Vit B 12 3x1
Captopril 2x25 mg
Ranitidine 2x150mg
Asam tranexamat 3x500mg
ANALISA KASUS
1. Definisi
Menurut WHO, stroke  manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal
maupun global, yang berlansung dengan cepat dan lebih dari 24 jam atau berakhir
dengan kematian tanpa ditemukannya penyakit selain daripada gangguan vaskular.
2. Klasifikasi
STOKE TERBAGI 2 :
1. Stroke Iskemik (non hemorragik)
Aliran darah ke otak terhenti karena adanya aterosklerosis atau trombus yang telah
menyumbat suatu pembuluh darah. 83% pasien stroke mengalami stroke jenis ini
2. Stroke hemorragik
Pembuluh darah pecah sehingga aliran darah normal terhambat dan darah merembes
ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya. 70% kasus stroke hemorragik terjadi
pada penderita hipertensi
3. Faktor risiko
Faktor mayor
• Hipertensi
• Penyakit jantung
• Diabetes Melitus
• Pernah stroke
Faktor minor
• Hiperlipidemia
• Hematokrit tinggi
• Merokok
• Obesitas
• Hiperurisemia
• Kurang olahraga
• Fibrinogen tinggi
4. Patogenesi
Perdarahan intraserebral paling sering terjadi ketika tekanan darah tinggi kronis
melemahkan arteri kecil, menyebabkan robek.Pada orang tua, sebuah protein
abnormal disebut amiloid terakumulasi di arteri otak (angiopati amiloid) melemahkan
arteri dan dapat menyebabkan perdarahankelainan pembuluh darah saat lahir, luka,
tumor, peradangan pembuluh darah (vaskulitis), gangguan perdarahan, dan
penggunaan antikoagulan dalam dosis yang terlalu tinggi.
5. Gejala
Serangan stroke jenis apa pun akan menimbulakan defisist neurologi yang bersifat
akut, baik deficit motorik, deficit sensorik, penurnan kesadaran, gangguan fungsi
luhur, maupun gangguan pada batang otak.

Gejala klinis dari stroke hemoragik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
 Gejala perdarahan intraserebral
Perdarahan intraserebral umumnya terjadi pada usia 50-75 tahun. Perdarahan
intraserebral umunya akan menunjukkan gejala klinis berupa:
a. Terjadi pada waktu aktif
b. Nyeri kepala , yang diikuti dengan muntah dan penurunan kesadaran
c. Adanya riwayat hipertensi kronis
d. Nyeri telinga homolaterlal (lesi pada bagian temporal), afasia (lesi pada
thalamus)
e. Hemiparese kontralateral
 Gejala perdarahan subarachnoid
Pada perdarahan subarachnoid akan menimbulakan tanda dan gejala klinis berupa:
a. Nyeri kepala yang hebat dan mendadak
b. Hilangnya kesdaran
c. Fotofobia
d. Meningismus
e. Mual dan muntah
f. Tanda-tanda perangsangan meningeal, seperti kaku kuduk.
Gejala atau Infark otak Perdarahan intra
pemeriksaan serebral

Gejala yang TIA (+) TIA (-)


mendahului
Beraktivitas/istirahat Istirahat, tidur atau Sering pada waktu
segera setelah bangun aktifitas
tidur
Nyeri kepala dan Jarang Sangat sering dan
muntah hebat
Penurunan Jarang Sering
kesadaran waktu
onset
Hipertensi Sedang, normotensi Berat, kadang-
kadang sedang

Rangsangan Tidak ada Ada


meningen
Defisit neurologis Sering kelumpuhan dan Defisit neurologik
fokal gangguan fungsi mental cepat terjadi

CT-Scan kepala Terdapat area Massa intrakranial


hipodensitas dengan area
hiperdensitas

Angiografi Dapat dijumpai Dapat dijumpai


gambaran penyumbatan, aneurisma, AVM,
penyempitan dan massa intrahemisfer
vaskulitis atau vasospasme

6. Diagnosis dan pemeriksaan penunjang


a. Diagnosis stroke dapat ditegakkan berdasarkan riwayat dan keluhan utama
pasien. Beberapa gejala/tanda yang mengarah kepada diagnosis stroke antara
lain: hemiparesis, gangguan sensorik satu sisi tubuh, hemianopia atau buta
mendadak, diplopia. Vertigo, afasia, disfagia, disartria, ataksia, kejang atau
penurunan kesadaran yang keseluruhannya terjadi secara mendadak.
Tabel Gangguan nervus kranialis

Nervus kranial Fungsi Penemuan klinis dengan


lesi
I: Olfaktorius Penciuman Anosmia (hilangnya daya
penghidu)
II: Optikus Penglihatan Amaurosis
III: Okulomotorius Gerak mata, kontriksi pupil, Diplopia (penglihatan
akomodasi kembar), ptosis; midriasis;
hilangnya akomodasi
IV: Troklearis Gerak mata Diplopia
V: Trigeminus Sensasi umum wajah, kulit ”mati rasa” pada wajah;
kepala, dan gigi; gerak kelemahan otot rahang
mengunyah

VI: Abdusen Gerak mata Diplopia


VII: Fasialis Pengecapan; sensasi umum Hilangnya kemampuan
pada platum dan telinga mengecap pada duapertiga
luar; sekresi kelenjar anterior lidah; mulut
lakrimalis, submandibula kering; hilangnya
dan sublingual; ekspresi lakrimasi; paralisis otot
wajah wajah
VIII: Vestibulokoklearis Pendengaran; Tuli; tinitus(berdenging
keseimbangan terus menerus);
vertigo;nistagmus
IX: Glosofaringeus Pengecapan; sensasi umum Hilangnya daya
pada faring dan telinga; pengecapan pada sepertiga
mengangkat palatum; posterior lidah; anestesi
sekresi kelenjar parotis pada faring; mulut kering
sebagian
X: Vagus Pengecapan; sensasi umum Disfagia (gangguan
pada faring, laring dan menelan) suara parau;
telinga; menelan; fonasi; paralisis palatum
parasimpatis untuk jantung
dan visera abdomen
XI: Asesorius Spinal Fonasi; gerakan kepala; Suara parau; kelemahan
leher dan bahu otot kepala, leher dan bahu
XII: Hipoglosus Gerak lidah Kelemahan dan pelayuan
lidah

b. Laboratorium : hitung darah lengkap, profil pembekuan darah, kadar elektrolit,


dan kadar serum glukosa.
c. Pencitraan otak
i. CT non kontras otak dapat digunakan untuk membedakan stroke
hemoragik dari stroke iskemik. Pencitraan ini berguna untuk
membedakan stroke dari patologi intrakranial lainnya. CT non kontras
dapat mengidentifikasi secara virtual hematoma yang berdiameter
lebih dari 1 cm.
Intracranial Hemorrhage

Pada intracranial hemorrhage, pada fase akut (<24 jam), gambaran


radiologi akan terlihat hyperdense, sedangkan jika fase subakut (24
jam – 5 hari) akan terlihat isodense, sedangkan pada fase kronik (>
5hari) akan terlihat gambaran hypodense. Perdarahan terjadi di
intracerebral sehingga gambaran CSF akan terlihat jernih.
Subarachnoid Hemorrhage

Pada subarachonid hemorrhage, gambaran radiologi akan


memperlihatkan ruangan yang diisi dengan CSF menjadi isodens.
ii. MRI telah terbukti dapat mengidentifikasi stroke lebih cepat dan lebih
bisa diandalkan daripada CT scan, terutama stroke iskemik. MRI dapat
mengidentifikasi malformasi vaskular yang mendasari atau lesi yang
menyebabkan perdarahan.
d. Elektrokardiogram (EKG) untuk memulai memonitor aktivitas jantung.
Disritmia jantung dan iskemia miokard memiliki kejadian signifikan dengan
stroke.

A. DERAJAT KESADARAN D. TANDA – TANDA ATEROMA


Koma : 2 1. Angina Pectoris
Apatis : 1 (+) : 1
Sadar : 0 (-) : 0
B. MUNTAH 2. Claudicatio Intermitten
(+) : 1 (+) : 1
(-) : 0 (-) : 0
C. SAKIT KEPALA 3. DM
(+) : 1 (+) : 1
(-) : 0 (-) : 0
SSS = (2,5 X KESADARAN) + (2 X MUNTAH ) + (2 X SAKIT KEPALA) +
(0,1 X TD. DIASTOLE) – (3 X ATEROMA) – 12
JIKA HASILNYA :
 0 : Lihat hasil CT Scan
 ≤ - 1 : Infark / Ischemik
 ≥ 1 : Hemorrhagic

7. Tatalaksana Stroke Hemoragik


 Stadium Hiperakut
Tindakan pada stadium ini dilakukan di Instalasi Rawat Darurat dan merupakan
tindakan resusitasi serebro-kardio-pulmonal bertujuan agar kerusakan jaringan
otak tidak meluas. Pada stadium ini, pasien diberi oksigen 2 L/menit dan cairan
kristaloid/koloid; hindari pemberian cairan dekstrosa atau salin dalam H2O.
Dilakukan pemeriksaan CT scan otak, elektrokardiografi, foto toraks, darah
perifer lengkap dan jumlah trombosit, protrombin time/INR, APTT, glukosa
darah, kimia darah (termasuk elektrolit); jika hipoksia, dilakukan analisis gas
darah. Tindakan lain di Instalasi Rawat Darurat adalah memberikan dukungan
mental kepada pasien serta memberikan penjelasan pada keluarganya agar tetap
tenang.
 Stadium Akut
Pasien stroke hemoragik harus dirawat di ICU jika volume hematoma >30 mL,
perdarahan intraventrikuler dengan hidrosefalus, dan keadaan klinis cenderung
memburuk. Tekanan darah harus diturunkan sampai tekanan darah premorbid atau
15-20% bila tekanan sistolik >180 mmHg, diastolik >120 mmHg, MAP >130
mmHg, dan volume hematoma bertambah. Bila terdapat gagal jantung, tekanan
darah harus segera diturunkan dengan labetalol iv 10 mg (pemberian dalam 2
menit) sampai 20 mg (pemberian dalam 10 menit) maksimum 300 mg; enalapril iv
0,625-1.25 mg per 6 jam; kaptopril 3 kali 6,25-25 mg per oral. Jika didapatkan
tanda tekanan intracranial meningkat, posisi kepala dinaikkan 30º, posisi kepala
dan dada di satu bidang, pemberian manitol (lihat penanganan stroke iskemik),
dan hiperventilasi (pCO2 20-35 mmHg).
Terapi umum:
a. Letakkan kepala pasien pada posisi 30º, kepala dan dada pada satu bidang;
ubah posisi tidur setiap 2 jam; mobilisasi dimulai bertahap bila
hemodinamik sudah stabil. Selanjutnya, bebaskan jalan napas, beri oksigen
1-2 liter/menit sampai didapatkan hasil analisis gas darah. Jika perlu,
dilakukan intubasi. Demam diatasi dengan kompres dan antipiretik,
kemudian dicari penyebabnya; jika kandung kemih penuh, dikosongkan
(sebaiknya dengan kateter intermiten).
b. Pemberian nutrisi dengan cairan isotonik, kristaloid atau koloid 1500-2000
mL dan elektrolit sesuai kebutuhan, hindari cairan mengandung glukosa
atau salin isotonik. Pemberian nutrisi per oral hanya jika fungsi
menelannya baik; jika didapatkan gangguan menelan atau kesadaran
menurun, dianjurkan melalui selang nasogastrik.
c. Kadar gula darah >150 mg% harus dikoreksi sampai batas gula darah
sewaktu 150 mg% dengan insulin drip intravena kontinu selama 2-3 hari
pertama. Hipoglikemia (kadar gula darah < 60 mg% atau < 80 mg%
dengan gejala) diatasi segera dengan dekstrosa 40% iv sampai kembali
normal dan harus dicari penyebabnya.
d. Nyeri kepala atau mual dan muntah diatasi dengan pemberian obat-obatan
sesuai gejala. Tekanan darah tidak perlu segera diturunkan, kecuali bila
tekanan sistolik ≥220 mmHg, diastolik ≥120 mmHg, Mean Arterial Blood
Pressure (MAP) ≥ 130 mmHg (pada 2 kali pengukuran dengan selang
waktu 30 menit), atau didapatkan infark miokard akut, gagal jantung
kongestif serta gagal ginjal. Penurunan tekanan darah maksimal adalah
20%, dan obat yang direkomendasikan: natrium nitroprusid, penyekat
reseptor alfa-beta, penyekat ACE, atau antagonis kalsium. Jika terjadi
hipotensi, yaitu tekanan sistolik ≤ 90 mm Hg, diastolik ≤70 mmHg, diberi
NaCl 0,9% 250 mL selama 1 jam, dilanjutkan 500 mL selama 4 jam dan
500 mL selama 8 jam atau sampai hipotensi dapat diatasi. Jika belum
terkoreksi, yaitu tekanan darah sistolik masih < 90 mmHg, dapat diberi
dopamin 2-20 μg/kg/menit sampai tekanan darah sistolik ≥ 110 mmHg.
e. Jika kejang, diberi diazepam 5-20 mg iv pelan-pelan selama 3 menit,
maksimal 100 mg per hari; dilanjutkan pemberian antikonvulsan per oral
(fenitoin, karbamazepin). Jika kejang muncul setelah 2 minggu, diberikan
antikonvulsan peroral jangka panjang.
f. Jika didapatkan tekanan intrakranial meningkat, diberi manitol bolus
intravena 0,25 sampai 1 g/ kgBB per 30 menit, dan jika dicurigai
fenomena rebound atau keadaan umum memburuk, dilanjutkan
0,25g/kgBB per 30 menit setiap 6 jam selama 3-5 hari. Harus dilakukan
pemantauan osmolalitas (<320 mmol); sebagai alternatif, dapat diberikan
larutan hipertonik (NaCl 3%) atau furosemid.

Terapi khusus

Neuroprotektor dapat diberikan kecuali yang bersifat vasodilator. Tindakan


bedah mempertimbangkan usia dan letak perdarahan yaitu pada pasien yang
kondisinya kian memburuk dengan perdarahan serebelum berdiameter >3
cm3, hidrosefalus akut akibat perdarahan intraventrikel atau serebelum,
dilakukan VP-shunting, dan perdarahan lobar >60 mL dengan tanda
peningkatan tekanan intrakranial akut dan ancaman herniasi. Pada perdarahan
subaraknoid, dapat digunakan antagonis Kalsium (nimodipin) atau tindakan
bedah (ligasi, embolisasi, ekstirpasi, maupun gamma knife) jika penyebabnya
adalah aneurisma atau malformasi arteri-vena (arteriovenous malformation,
AVM).

 Stadium Subakut
Tindakan medis dapat berupa terapi kognitif, tingkah laku, menelan, terapi wicara,
dan bladder training (termasuk terapi fisik). Mengingat perjalanan penyakit yang
panjang, dibutuhkan penatalaksanaan khusus intensif pasca stroke di rumah sakit
dengan tujuan kemandirian pasien, mengerti, memahami dan melaksanakan
program preventif primer dan sekunder.
Terapi fase subakut:
a. Melanjutkan terapi sesuai kondisi akut sebelumnya,
b. Penatalaksanaan komplikasi,
c. Restorasi/rehabilitasi (sesuai kebutuhan pasien), yaitu fisioterapi, terapi
wicara, terapi kognitif, dan terapi okupasi,
d. Prevensi sekunder
e. Edukasi keluarga dan Discharge Planning
8. Prognosis
a. Perdarahan Intraserebral
Prediktor terpenting untuk menilai outcome perdarahan intra serebri (PIS)
adalah volume PIS, tingkat kesadaran penderita (menggunakan skor Glasgow
Coma Scale (GCS), dan adanya darah intraventrikel. Volume PIS dan skor
GCS dapat digunakan untuk memprediksi tingkat kematian dalam 30 hari
dengan sensitivitas sebesar 96% dan spesifitas 98%. Prognosis buruk biasanya
terjadi pada pasien dengan volume perdarahan (>30mL), lokasi perdarahan di
fossa posterior, usia lanjut dan MAP >130 mmHg pada saat serangan. GCS <4
saat serangan juga bisa memberi prognosis buruk.
Suatu PIS dengan volume >60 mL dan skor GCS ≤ 8 memiliki tingkat
mortalitas sebesar 91% dalam 30 hari, dibanding dengan tingkat kematian
19% pada PIS dengan volume <30 mL dan GCS skor ≥ 9. Perluasan PIS ke
intraventrikel meningkatkan mortalitas secara umum menjadi 45% hingga
75%, tanpa memperhatikan lokasi PIS, sebagai bagian dari adanya
hidrosefalus obstruktif akibat gangguan sirkulasi liquor cerebrospinal (LCS).
Pengukuran volume hematom dapat dilakukan secara akurat dengan CT scan.
Secara klinis, edema berperan dalam efek massa dari hematom, meningkatkan
tekanan intrakranial dan pergeseran otak intrakranial. Secara paradoks, volume
relatif edema yang tinggi berhubungan dengan outcome fungsional yang lebih
baik, yang menimbulkan suatu kerancuan apakah edema harus dijadikan target
terapi atau hanya merupakan variabel prognostik.
b. Perdarahan Subarachnoid
Tingkat mortalitas pada tahun pertama dari serangan stroke hemoragik
perdarahan subarachnoid sangat tinggi, yaitu 60%. Sekitar 10% penderita
perdarahan subarachnoid meninggal sebelum tiba di RS dan 40% meninggal
tanpa sempat membaik sejak awitan. Perdarahan ulang juga sangat mungkin
terjadi. Rata-rata waktu antara perdarahan pertama dan perdarahan ulang
adalah sekitar 5 tahun.

Anda mungkin juga menyukai