Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mikroba atau mikroorganisme terdapat hampir di semua tempat. Mikroba terdapat di


udara, permukaan kulit, jari tangan, rambut, dalam rongga mulut, usus, saluran pernafasan dan
seluruh permukaan tubuh yang terbuka. Mikroorganisme ini disebut sebagai flora normal
(Jawetz et.al 2005)
Flora normal ini hidup dalam batas yang seimbang di dalam tubuh. Mikroorganisme yang
berlebihan dapat mengganggu keseimbangan di dalam tubuh, sehingga menyebabkan
terjadinya infeksi. Mikroba yang bukan merupakan flora normal tubuh dapat ditemukan dari
penularan, bisa melalui udara, vektor seperti nyamuk dan kontak langsung dengan pasien yang
terinfeksi. Mikroba ini dapat hidup dan masuk ke area tubuh yang steril seperti darah, paru-
paru, otak dan jantung. Mikroorganisme yang masuk ke area steril ini, baik flora normal atau
dari penularan dapat hidup dan tumbuh sehingga menyebabkan terjadinya infeksi.
Mikroorganime seperti bakteri, hidup disekitar kita dan dapat menular baik secara kontak
langsung atau melalui perantara. Salah satu tempat yang memungkinkan terjadinya penularan
bakteri adalah rumah sakit. Hal ini dikarenakan rumah sakit rentan dengan bakteri 2 penyebab
infeksi (Mansyur, 2013). Selain itu, di rumah sakit, bakteri sudah terbiasa dengan antibiotik
sehingga lebih resisten dibanding bakteri yang ditemukan di komunitas (Hartati, 2012)

Pada tubuh manusia, ditemukan sekitar 1014 bakteri. Populasi bakteri merupakan flora
mikroba normal. Flora mikroba normal adalah relatif stabil, dengan genus khusus mengisi
berbagai daerah tubuh selama periode tertentu dalam kehidupan individu. Flora normal dapat
ditemukan di banyak situs dari tubuh manusia termasuk kulit (terutama daerah lembab, seperti
pangkal paha dan di antara jari kaki), saluran pernafasan (terutama hidung), saluran kemih, dan
saluran pencernaan (terutama mulut dan usus besar). Di sisi lain, area tubuh seperti otak, sistem
peredaran darah dan paru-paru dimaksudkan untuk tetap steril (bebas mikroba). Selain itu juga
disebutkan bahwa, flora normal adalah kumpulan mikroorganisme yang secara alami terdapat
pada tubuh manusia normal dan sehat. Kebanyakan flora normal yang terdapat pada tubuh
manusia adalah dari jenis bakteri. Namun beberapa virus, jamur, dan protozoa juga dapat
ditemukan pada orang sehat (Jawetz et.al 2005)
Manusia secara konstan berhubungan dengan beribu-ribu mikroorganisme. Mikrobe tidak
hanya terdapat dilingkungan, tetapi juga menghuni tubuh manusia. Mikrobe yang secara
alamiah menghuni tubuh manusia disebut flora normal, atau mikrobiota. Selain itu juga
disebutkan bahwa flora normal adalah kumpulan mikroorganisme yang secara alami terdapat
pada tubuh manusia normal dan sehat. Kebanyakan flora normal yang terdapat pada tubuh
manusia adalah dari jenis bakteri. Namun beberapa virus, jamur, dan protozoa juga dapat
ditemukan pada orang sehat. Untuk dapat menyebabkan penyakit, mikroorganisme patogen
harus dapat masuk ke tubuh inang, namun tidak semua pertumbuhan mikroorganisme dalam
tubuh inang dapat menyebabkan penyakit. Banyak mikroorganisme tumbuh pada permukaan
tubuh inang tanpa menyerang jaringan tubuh dan merusak fungsi normal tubuh. Flora normal
dalam tubuh umumnya tidak patogen, namun pada kondisi tertentu dapat menjadi patogen
oportunistik. Penyakit timbul bila infeksi menghasilkan perubahan pada fisiologi normal tubuh.

Mikroorganisme tidak saja terdapat dan hidup di lingkungan, akan tetapi juga di tubuh
manusia. Tubuh manusia tidaklah steril atau bebas dari mikroorganisme, begitu manusia
dilahirkan ia langsung berhubungan dengan mikroorganisme. Mikroorganisme yang secara
alamiah terdapat di tubuh manusia disebut flora normal atau mikrobiota. (Hartati, 2012)

Faktor-faktor yang mempengaruhi adanya flora normal pada tubuh manusia :

1.nutrisi

2.kebersihan seseorang (berapa seringnya dibersihkan)

3.kondisi hidup

4.penerapan prinsip-prinsip kesehatan

1.2 Rumusan Masalah

Apakah dengan adanya ketidakseimbangan flora normal pada rongga mulut dapat
menyebabkan suatu keadaan patologis?

1.3 Tujuan

1. Mahasiswa mengetahui macam-macam mikroorganisme yang terdapat rongga mulut


manusia.

2. Mahasiswa dapat mengetahui keberadaan flora normal pada tubuh manusia.


3. Mahasiswa mengetahui peranan flora normal dalam tubuh manusia.

4. Mahasiswa mengetahui patogenitas yang disebabkan flora normal yang tidak seimbang.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Flora Normal

Flora normal adalah sekumpulan mikroorganisme yang hidup pada kulit dan
selaput lendir atau mukosa manusia yang sehat maupun sakit. Pertumbuhan flora
normal pada bagian tubuh tertentu dipengaruhi oleh suhu, kelembaban, nutrisi dan
adanya zat penghambat. Keberadaan flora normal pada bagian tubuh tertentu
mempunyai peranan penting dalam pertahanan tubuh karena menghasilkan suatu zat
yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain. Adanya flora normal pada
bagian tubuh tidak selalu menguntungkan, dalam kondisi tertentu flora normal dapat
menimbulkan penyakit, misalnya bila terjadi perubahan substrat atau berpindah dari
habitat yang semestinya (Brooks et al, 2008)

Flora normal dalam rongga mulut terdiri dari Streptococcus


mutans/Streptococcus viridans, Staphylococcus sp dan Lactobacillus sp. Pada keadaan
tertentu bakteri-bakteri tersebut bisa berubah menjadi pathogen karena adanya faktor
predisposisi yaitu kebersihan rongga mulut. Sisa-sisa makanan dalam rongga mulut
akan diuraikan oleh bakteri yang menghasilkan asam, asam yang terbentuk menempel
pada email menyebabkan demineralisasi akibatnya terjadi karies gigi. Bakteri flora
normal mulut bisa masuk aliran darah melalui gigi yang berlubang atau karies gigi dan
gusi yang berdarah sehingga terjadi bakterimia (Harvey,2007).

Flora normal merupakan mikroorganisme yang dapat ditemukan pada bagian-


bagian tubuh manusia, yang interaksinya dapat berupa mutualisme maupun
komensalisme. Flora normal berperan untuk:

1. Menutupi tempat penempelan potensial untuk invasi mikroba patogen

2. Resistensi kolonisasi, menempati lingkungan mikro secara lebih efekti dari


pada patogen

3. Memproduksi nutrisi (vitamin k, folat, pyridoxine, biotin, riboflavin)

4. Sebagai komensal
5. Menghasilkan senyawa yang beracun untuk mikroorganisme lainnya
(Harvey,2007).

2.2 Peran Flora Normal

1. Menutupi tempat penempelan potensial untuk invasi mikroba patogen

2. Resistensi kolonisasi, menempati lingkungan secara lebih efektif dari patogen

3. Memproduksi nutrisi ( Vitamin K, folat, biotin)

4. Sebagai komensal

5. Menghasilakn senyawa yang beracun untuk mikroorganisme lainnya


(Vasanthakumari, 2007)

2.3 Klasifikasi Bakteri, Jamur, dan Virus

1. Bakteri

a. Bakteri coccus ( bulat )

Morfologi selnya bentuk coccus, susunan berderet, tidak berlagel, tidak


berspora dan tidak berkapsul gram posetif. Contoh streptococcus
mutans / streptococcus viridians (penyebab gigi berlubang)

b. Bakteri berbentuk basil / batang

Morfologi sel: bentuk batang pendek, tidak berspora, tidak berflagel,


tidak berkapsul. Contoh spesiesnya lactobasillus bulgarikus, lactobasil
lactis, lactobasis casei

c. Bateri spiral

Bentuk sel bergelombang. Contoh Thiospirillopsis floridina ( bakteri


belereng )

2. Jamur

a. Zygomycota

Zygomycota dikenal sebagai jamur zigospora (bentuk spora berdinding


tebal). Contoh rhizophus stolonifer, tumbuh pada roti
b. Basidiomycota

Sering dikenal dengan jamur gada karena memiliki organ penghasil spora
berbentuk gada. Contoh Auricularia polytricha ( jamur cuping )

3. Virus

Pengelompokan virus berdasarkan asam nukleat yang dimilikinya.

a. Ribovirus, yaitu virus yang asam nukleatnya berupa RNA.

Contoh virus yang termasuk kelompok ribovirus :

 virus toga (penyebab demam kuning dan ensefalitis)

 virus arena (penyebab meningitis)

 virus picorna (penyebab polio)

 virus orthomyxo (penyebab influenza)

b. Deoksiribovirus, yaitu virus yang asam nukleatnya berupa DNA.

Contoh virus jenis deoksiribovirus :

 virus herpes (penyebab herpes);

 virus pox (penyebab kanker seperti leukemia dan limfoma, ada


pula yang menyebabkan AIDS);

 virus mozaik (penyebab bercak-bercak pada daun tembakau)

 virus papova (penyebab kutil pada manusia/papiloma).

2.4 Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan flora normal

Pertumbuhan flora normal pada bagian tubuh tertentu dipengaruhi oleh suhu,
kelembaban nutrisi, dan ada dua zat penghambat keberadaan flora normal pada bagian
tubuh tertentu mempunyai peran penting dalam pertahanan tubuh karena menghasilkan
suatu zat yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain. Adanya flora normal pada
bagian tubuh tidak selalu menguntungkan dalam kondisi tertentu flora normal dapat
menimbulkan penyakit misalnya bila terjadi perubahan substrat atau berpindah dari habitat
yang semestinya (Hardita, 2016).

populasi dari flora pada suatu bagian tubuh dipengaruhi oleh lingkungan lokal secara
alami seperti pH, temperatur potensial, redoks, oksigen, air, nutrisi, umur dan jenis kelamin.
Faktor yang mempengaruhi adalah peristaltic, saliva,lisozim keberadaan imunoglobin,
sehingga sulit untuk menemukan secara tepat jenis-jenis flora normal. Perbedaan kondisi
tempat juga akan mempengaruhi jenis flora normal pada daerah tubuh yang kering, flora
normal lebih sedikit dibanding pada daerah yang lembab (aksila, perineum, antara jari kulit
kepala), juga dipengaruhi oleh kebiasaan, diet, hygiene,dan kondisi lingkungan hidup
(Muwarni,2015).

2.5 Penyakit Rongga Gigi dan Mulut

Gigi dan mulut merupakan bagian dari tubuh kita yang sangat vital,sebab disanalah
tempat masuknya makanan yang kita makan dan gigi yang menghancurkan makanan
tersebut. Oleh sebab itu kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut sangatlah penting. Banyak
faktor yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit gigi dan mulut, antara lain seperti diet
yang tidak sehat, mengkonsumsi minuman alkohol dan merokok yang berbahaya dan
berlebihan, dan kebersihan mulut yang tidak terawat, jamur dan bakteri. Beberapa macam
penyakit gigi dan mulut yang biasa dijumpai antara lain :

1. Gingivitis merupakan penyakit radang gusi yang mengalami pembengkakan pada


mulut sebab kurang terjaganya kebersihan mulut sehingga menyebabkan adanya
karang –karang gigi atau plak yang menumpuk dan berbatasan dengan tepi gusi.

2. Acute Necrotizing Ulcerative Gingingivitis (ANUG) adalah penyakit yang


disebabkan oleh adanya infeksi pada nekrosis gingiva. Penyakit ini dapat terjadi
pada siapa saja, terutama orang yang mengkonsumsi rokok secara berlebihan, stress
berat, dan malnutrisi berat, dll (Puspitasari,2018).

3. Karies gigi merupakan penyakit gigi yang terjadi pada kerusakan jaringan gigi
hingga membentuk lubang.(Puspitasari,2018)

4. Pulpitis merupakan proses radang pada jaringan pulpa gigi yang menetap, gejalanya
yakni gigi nyeri ketika mendapat rangsangan panas atau dingin .(Puspitasari,2018)
5. Nekrosis Pulpa adalah penyakit gigi yang disebabkan oleh adanya bakteri, trauma
dan iritasi yang menyebabkan kerusakan dan kematian pada pulpa yang disebabkan
oleh pulpitis yang tidak dirawat (Puspitasari,2018)

6. Periodontitis merupakan inflamasi jaringan dan infeksi yang terjadi pada gingiva
(gingivitis) yang tidak dirawat dan menyebar ke ligamen dan tulang alveolar
penyangga gigi. (Puspitasari,2018)

7. Herpes Simpleks adalah infeksi virus HIV yang terjadi pada sudut bibir atau mulut.
Gejala yang ditimbulkan antara lain sensitive, terbakar pada daerah bibir atau
perbatasan kulit bibir.Glositis merupakan penyakit radang pada lidah dimana
keadaannya di dalam mulut biasanya ditunjukkan dengan adanya pembengkakan di
lidah, jika kasusnya lebih parah mampu memicu penyumbatan pernafasan pada saat
lidah membengkak yang sangat parah .(Puspitasari,2018)

8. Impaksi gigi adalah kerusakan erupsi pada gigi yang disebabkan adanya malposisi,
kekurangan tempat atau terhalangi gigi yang lain. Hal itu disebabkan oleh adanya
gusi bengkak, demam, dan gigi yang tumbuh tidak sempurna.(Puspitasari,2018)

2.6 Pencegahan dan pengobatan penyakit rongga mulut

1. Pencegahan

a. Pencegahan primer

Pencegahan primer adalah segala kegiatan yang dilakukan dengan


harapan untuk menghentikan kejadian suatu penyakit atau pencegahan
sebelum gejala klinis timbul. Kegiatan yang termasuk pencegahan primer
adalah menjaga kebersihan mulut (hygine oral) dan menjaga agar tubuh
mendapat asupan nutrisi yang baik. Menjaga kebersihan mulut dapat
dilakukan dengan menyikat gigi secara teratur minimal 2 kali sehari dan
penggunaan benang gigi (dental floss) untuk membersihkan sisa makanan
yang tidak terangkut saat menyikat gigi. Menjaga asupan nutrisi merupakan
tindakan sistemik sehingga sistem daya tubuh meningkat yang tentunya
akan memengaruhi kesehatan jaringan periodontal

b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder merupakan pencegahan lanjutan dengan
mendeteksi dini untuk menemukan status patogenik dari suatu penyakit. Hal
ini dapat dilakukan dengan cara rutin memeriksakan kesehatan gigi kepada
dokter gigi minimal 6 bulan sekali untuk melakukan kontrol plak dan
profiklasis mulut bila perlu (Chaerita Maulani, 2013.)

c. Penggunaan produk yang mengandung xylitol

Xylitol mampu menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans saat


mengubah gula dan karbohidrat lain menjadi asam. Dalam kedokteran gigi
xylitol telah banyak diaplikasikan dalam berbagai macam produk seperti
permen karet, tablet hisap, serta pasta gigi. Pasta gigi mengandung xylitol
dapat menghambat serta mempunyai efek anti bakteri terhadap
pertumbuhan ”Streptococcus mutans" Semakin tinggi konsentrasi pasta gigi
mengandung xylitol maka semakin besar zona hambat yang terbentuk pada
pertumbuhan Streptococcus mutans. (Chaerita Maulani, 2013)

c. Terapi fluoride

Terapi fluorida dapat menjadi pilihan untuk mencegah karies. Cara ini
telah terbukti menurunkan kasus karies gigi. Fluoride dapat membuat
enamel resisten terhadap karies. Fluor bisa diberikan dalam bentuk air
minum, cairan tetes, tablet, obat kumur, dan pasta gigi. Bisa juga diberikan
di tempat praktek dokter berupa larutan Gel yang diaplikasikan pada gigi,
yang disebut topical fluoridasi.

d. Pada Candidiadis (sariawan)

 Kebersihan mulut dapat dijaga dengan menyikat gigi maupun


menyikat daerah bukal dan lidah dengan sikat lembut (Chaerita
Maulani, 2013.).

 Pada pasien yang memakai gigi tiruan, gigi tiruan harus direndam
dalam larutan pembersih seperti Klorheksidin, hal ini lebih efektif
dibanding dengan hanya menyikat gigi tiruan, karena permukaan
gigi tiruan yang tidak rata dan porus menyebabkan candida mudah
melekat dan jika hanya menyikat gigi tiruan tidak dapat
menghilangkannya (Chaerita Maulani, 2013.)

2. Pengobatan
a. Pada Candidiadis (sariawan)
beberapa golongan antij amur yang efektif untuk kasus-kasus pada rongga
mulut, sering digunakan yaitu :
 Amfotericine B, dihasilkan oleh Streptomyces nodusum,
mekanisme kerja obat ini yaitu dengan cara merusak membrane sel
jamur.
2.7 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Brooks (2007),terdapat beberapa pemeriksaan penunjang dalam
penanganan floraa normal di tubuh yaitu:
1. Apusan Gram Bakteri : Pemeriksaan dengan mikroskop ini dilakukan untuk
mendeteksi keberadaan bakteri dan menentukan jenis bakteri, gram positif atau
negative, karena akan menentukan pengobatan.
2. Kultur Mikroba : Sampel yang sudah diambil dari pasien akan dikultur di
laboratorium dengan menggunakan medium kultur khusus untuk
mengidentifikasi mikroba penyebab penyakit infeksi secara lebih spesifik.
3. Tes Antibodi : Tes dilakukan untuk mendeteksi antibody spesifik yang
bereaksi terhadap mikroba penyebab infeksi. Tes antibody umumnya
menggunakan sampel darah , namun juga bisa menggunakan sampel dari
cairan tubuh lainnya, seperti cairan serebrus pinal. Antibodi berperan untuk
mendeteksi mikroba penyebab infeksi, karena antibody hanya akan bereaksi
spesifik terhadap salah satu jenis mikroba hanya jika terjadi infeksi.
4. Tes Antigen : Tes ini dapat digunakan untuk mengetahui penyebab infeksi
yang tidak dapat dilakukan dengan metode kultur mikroba. Misalnya bakteri
sifilis atau virus. Antigen umumnya diperoleh dari sampel darah yang
kemudian direaksikan dengan antibody spesifik untuk mengidentifikasi jenis
antigen yang menyebabkan infeksi pada pasien.
5. Foto Rontgen atau X-ray
6. MRI
7. CT-Scan
8. Biopsi
BAB III

PETA KONSEP
BAB IV

PEMBAHASAN
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa mikroorganisme yang ada di
rongga mulut terbagi atas 3 hal yaitu : bakteri, jamur, dan virus. Diantara jenis
mikroorganisme tersebut memiliki fungsi dan peranan masing-masing. Salah satunya yaitu
bakteri yang ada di rongga mulut. Seperti bakteri streptococcus dan staphylococcus yang
dimana berperan dalam menimbulkan plak dan penyebab karies pada gigi. Untuk
mengetahui jenis dan fungsi dari bakteri tersebut maka dilakukanlah pengambilan sampel
pada rongga mulut dengan beberapa metode. Salah satunya dengan menggunakan cotton
buds dan excavator pada bagian dalam rongga mulut untuk menunjang penindakan dan
pengobatan. Dalam pencegahan dan pengobatannya yang perlu diperhatikan adalah dari
kebiasaan kita. Jika seseorang rajin merawat dirinya terutama pada bagian gigi, maka gigi
tersebut akan terawat dan terbebas dari segala macam bentuk jenis mikroorganisme yang
dapat merugikan diri sendiri.

B. Saran

Diharapkan kepada pembaca agar menjaga kebersihan rongga mulut karena bahkan
flora normal yang berada dalam rongga mulut pun dapat menjadi mikrooganisme yang
bersifat patogen karena perlakuan terhadap rongga mulut yang kurang baik.

Anda mungkin juga menyukai