Anda di halaman 1dari 6

Komunikasi dan Empati

Nurul Laylatul Musyifa


102016203/C2

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Alamat : Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
Email :nurul.2016fk203@civitas.ukrida.ac.id

Pendahuluan
Latar belakang
Komunikasi merupakan bagian terpenting dalam menjalin kehidupan sosial. Dengan komunikasi
kita dapat berinteraksi dengan masyarakat dan mengetahui berbagai informasi dalam
kehidupan sehari-hari.
Sarah Trenholm dan Arthur Jensen (1996:4) mendefinisikan komunikasi demikian:”A process by
which a source transmits a message to a receiver through some channel” yang berarti bahwa
komunikasi adalah suatu proses dimana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima
melalui beragam saluran1.
Begitu besarnya tuntutan akan komunikasi yang baik dalam proses penyembuhan pasien,
membuktikan bahwa komunikasi mempunyai andil yang besar dalam dunia kedokteran.
“communication is a life or death matter”(Diana Booher, 1994)
Seorang dokter harus bisa berkomunikasi dan empati kepada pasiennya, saat berkonsultasi
maupun saat dilakukannya proses terapi dan penyembuhan. Dokter bersedia mendengarkan
setiap keluhan pasien dengan sabar, perhatian dan tulus. Dengan demikian, secara tidak
langsung dokter mengurangi penderitaan pasien.

Tujuan penulis
1. Mampu menjelaskan state pada seorang individu dalam komunikasi
2. Mampu menjelaskan komunikasi verbal dan non verbal antara dokter dan pasien
3. Mampu menjelaskan hambatan-hambatan antara dokter dan pasien
4. Dapat mengetahui perilaku profesionalisme
Pembahasan
Komunikasi adalah proses dimana seseorang individu atau komunikator mengoperkan stimulan
biasanya dengan lambing bahasa (verbal maupun non verbal) untuk mengubah tingkah laku
orang lain (Carl I.Hovland)2. Dalam bentuknya, komunikasi dibagi menjadi dua macam, yaitu
komunikasi verbal dan non verbal. Komunikasi verbal merupakan proses interaksi penuh antara
sesama manusia sehingga terjadi pemahaman melalui pembicaraan maupun tulisan.
Komunikasi non verbal merupakan komunikasi antara sesame manusia tidak menggunakan
lisan, tetapi melalui isyarat.

Komunikasi Dokter – Pasien


Komunikasi antara dokter dan pasien merupakan sebuah syarat mutlak dalam dunia
kedokteran. Seperti yang telah dijelaskan diatas, komunikasi antara dokter dan pasien berguna
bagi diagnosis maupun tindakan yang akan dilakukan oleh dokter terhadap pasien. Salah satu
contoh adalah pengisian Informed Consent. Dalam pengisianInformed Consent, dokter harus
menggunakan teknik komunikasi yang efektif untuk menjelaskan kepada pasien mengenai
tindakan yang harus diambil oleh dokter, dan juga resiko yang harus dihadapi oleh pasien. Jika
sang dokter mampu melakukan komunikasi yang efektif dan mampu meyakinkan pasien, maka
tentu akan dicapai kesepakatan bersama mengenai tindakan yang harus dilakukan, baik
pasiennya setuju atau tidak.
Salah satu cara agar tercipta komunikasi yang efektif antara dokter dan pasiennya, masing
masing pihak tentu harus mengetahui hak dan kewajibannya masing masing. Hak dan kewajiban
tersebut dibuat agar tercipta keseimbangan, sehingga tidak ada pihak yang menekan atau
menuntut pihak lain.

Hak Dokter – Pasien

Pasien Dokter
Hak atas informasi mengenai dirinya Hak untuk mendapat informasi yang benar
Hak atas rahasia medis Hak untuk melakukan pemeriksaan fisik dan
mental
Hak atas isi rekam medis Hak untuk menegakan diagnosis
Hak untuk memilih dokter Hak untuk menyusun prognosis
Hak untuk memperoleh sarana kesehatan Hak untuk memimpin pelayanan kesehatan
Hak untuk memperoleh pendapat kedua Hak untuk merawat dan melakukan
rehabilitasi
Hak untuk menghentikan pengobatan dan Hak untuk mendapatkan honor
tindak medis
Kewajiban Dokter – Pasien3

Pasien Dokter
Memberikan informasi yang jujur Menghormati hak pasien
Memberi kesempatan pada dokter untuk Memberikan informasi yang berkaitan dengan
pemeriksaan mental maupun fisik tindakan medis tertentu yang akan dilakukan
Mematuhi nasihat dokter Menjaga rahasia pasien
Mematuhi cara cara pengobatan Meminta persetujuan pasien untuk tindakan
medis yang akan dilakukan
Mematuhi syarat syarat pengobatan Membuat dan memelihara rekam medic

Komunikasi yang efektif “REACH”


Rapport Saling menghargai, dewasa-dewasa
Komunikas dua arah
Bahasa penerimaan (apa adanya)
Empati Pendengar aktif
Pesan verbal dan non verbal
Audible Suara dapat didengar dengan baik dan jelas
Clarity Bahasa jelas dan mudah dimengerti
Humble Rendah hati, manusiawi
Tidak otoriter, tidak interogatif
Wawancara yang efektif

Hambatan-hambatan antara dokter-pasien


1. Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi
dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau situasi emosional
2. Hambatan dalam penyandian/symbol. Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang
dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu, simbol yang
dipergunakan antara si pengirim dan penerima tidak sama atau bahasa yang
dipergunakan terlalu sulit.
3. Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan media komunikasi,
misalnya gangguan suara radio dan aliran listrik sehingga tidak dapat mendengarkan
pesan.
4. Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi oleh si
penerima
5. Hambatan dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian pada saat menerima
/mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak mencari
informasi lebih lanjut.
6. Hambatan dalam memberikan balikan. Balikan yang diberikan tidak menggambarkan
apa adanya akan tetapi memberikan interpretatif, tidak tepat waktu atau tidak jelas dan
sebagainya.
Empati
Kebanyakan orang beranggapan bahwa empati memiliki arti dan makna yang sama dengan
simpati, padahal pengertian empati adalah seseorang menempatkan dirinya secara imajinatif
pada posisi orang lain4. Empati memiliki hubungan yang sangat erat dengan komunikasi, karena
empati merupakan dasar dari komunikasi efektif. Menurut Lukas
Mangindaan(2008), “Empati =Menerima orang lain sebagaimana adanya” dan “Dasar empati
adalah kasih sayang(compassion/brotherly love/ ukhuwah/ insaniyyah) yang bersifat tanpa
pamrih terhadap sesama manusia.”
Tingkat/level empati dalam komunikasi
level 0: dokter menolak sudut pandang pasien
level 1: dokter mengenal secara sambil lalu
level 2: dokter mengenal sudut pandang secara implisit
level 3: dokter menghargai pendapat pasien
level 4: dokter mengkonfirmasi kepada pasien
level 5: dokter berbagi perasaan dan pengalaman (sharing feelings and experience) dengan
pasien
level 3-5: pengenalan dokter terhadap sudut pandangan pasien tentang penyakitnya secara
eksplisit
Keterampilan empati bukan hanya sekedar berbasa-basi atau bermanis mulut kepada pasien,
melainkan:
 Mendengarkan aktif
 Responsif pada kebutuhan orang
 Responsif pada kepentingan orang
 Usaha memberikan pertolongan pada orang
 Empati harus mulai dari diri sendiri
 Empati =/= selera pribadi
Dalam berempati perlu adanya upaya dan kemampuan, yaitu:
o Kemampuan kognitif: mengerti kebutuhan pasien
o Kemampuan afektif: peka akan perasaan pasien
o Kemampuan perilaku: memperlihatkan/menyampaikan empati kepada pasien

Profesionalisme
Profesinalisme adalah sifat-sifat (kemampuan, kemahiran, cara pelaksanaan sesuatu dan lain-
lain) sebagaimana yang sewajarnya yang terdapat pada atau dilakukan sesorang profesional.
Profesionalisme juga merupakan suatu bentuk komitmen para anggota suatu profesi untuk
meningkatkan kemampuannya secara terus menerus5.
seorang profesional
 harus terdidik bukan hanya terlatih
artinya memiliki kemampuan teoritis yang digunakan dalam pekerjaannya selain
keterampilan teknis.
 dituntut terus menerus meningkatkan kemampuan dan keahliannya
agar hasil pekerjaannya lebih baik
 memiliki otoritas yang telah dilegitimasi
 independen
 memiliki asosiasi profesi
 mengembangkan secara aktif pengetahuannya
 profesi tersebut telah memiliki moralitas
 legitimasi legal

Analisa Transaksional
Dalam konteks komunikasi, Analisis Transaksional (AT) dapat diartikan sebagai upaya mengurai
secara sistematis proses pertukaran pesan yang bersifat timbal balik diantara pelaku komunikasi
yang kesemuanya merupakan cerminan struktur kepribadian seseorang6.
Analisis transaksional sebagai suatu sistem terapi yang didasarkan pada suatu teori kepribadian
yang memusatkan perhatiannya pada tiga pola perilaku yang berbeda sesuai status egonya :
Status ego orang tua (SEO)
Adalah bagian dari kepribadian yang menunujukkan sifat-sifat orang tua. Orang tua dalam
pandangan kita selalu akan memperlihatkan sebagai nurturing parent (orang tua yang
mengasuh) dan critical parent (orang tua yang kritis).
Status ego dewasa (SED)
Adalah bagian dari kepribadian yang menunjuk pada berbagai gambaran sebagai bagian objektif
dari kepribadian. Status egonya memperlihatkan kestabilan, tidak emosional, rasional, bekerja
dengan fakta dan kenyataan-kenyataan, selalu berusaha untuk menggunakan informasi yang
tersedia untuk menghasilkan pemecahan yang terbaik dalam pemecahan berbagai masalah.
Status ego anak (SEA)
Adalah bagian dari kepribadian yang menunujukkan ketidakstabilan, masih dalam
perkembangan, berubah-ubah, ingin tahu. Status egonya berisi perasaan-perasaan, dorongan-
dorongan, dan tindakan-tindakan yang spontan7.
Analisa transaksional dibagi menjadi 2 yaitu:
1. complementrey transaction
- komunikasi paling sehat
- ada pesan yang dikirim dari suatu ego state
- spesifik yang menghasilkan respon yang sesuai
apabila komunikasi yang diterima sesuai yang diharapkan komunikasi lancar.
contoh:
O-O : A :”anak sekarang sulit diatur”
I :”persis ! bila dilarang marah”

Dokter : dietnya diatur ya pak


Pasien : ……………diskusi
2. crossed transaction
- respon transaksi tidak sesuai yang diharapkan
- komunikasi silang
hasil akhir (pay off) :kemarahan, perasaan bersalah, rebut, menghindari
ilmu perilaku
ilmu perilaku merupakan:
= cara cara kita menampilkan diri untuk mencapai suatu tujuan
= berubah-ubah, tergantung pada tempat keadaan dan tujuan
= kita dapat memilih perilaku apa yang hendak kita munculkan makan kita bertanggungjawab
atas perilaku kita

kesimpulan
pada scenario tersebut bahwa dokter melakukan tindakan crossed transaction yaitu respon
yang tidak sesuai dengan harapan. Seharusnya dokter bisa berkomunikasi dengan baik kepada
pasiennya agar pasien tersebut merasa puas terhadap pelayanan yang telah diberikan dokter
tersebut. Tidak hanya komunikasi saja, dokter juga harus mempunyai rasa empati yang tinggi.

Daftar pustaka
1. https://books.google.co.id/books?id=QkBm4nO27r0C&pg=PA6&dq=komunikasi+adalah
&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjlwOLQtebPAhXFRo8KHfLWCj4Q6AEIHDAA#v=onepage&q=
komunikasi%20adalah&f=false
2. https://books.google.co.id/books?id=xtHs4pLWdqAC&pg=PA6&dq=komunikasi+adalah&
hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjlwOLQtebPAhXFRo8KHfLWCj4Q6AEIJDAB#v=onepage&q=ko
munikasi%20adalah&f=false
3. http://etgal-putra.blogspot.co.id/2011/10/makalah-komunikasi-empati.html
4. Uripni, Christina Lia; dkk. 2003. Komunikasi Kebidanan. Jakarta: Penerbit Buku
5. http://keperawatankomunitas.blogspot.co.id/2010/01/profesinalisle-petugas-
kesehatan-dalam_03.html
6. https://www.scribd.com/doc/97424921/Analisis-transaksional-makalah
7. http://www.rumahmakalah.com/2015/10/makalah-analisis-transaksional-full.html

Anda mungkin juga menyukai