Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH BIOKIMIA

HIPERKALEMIA

Disusun Oleh :
Alfia Septiana M. (142210101010)
Marwah Utama (152210101114)
I Wayan Seniarta (152210101118)
Ajeng Merdeka Putri (152210101116)
Aisah Abni Fitriyah B. (152210101125)
Dwi Aftianingsih (152210101131)
Nastiti Ken Zuraida (152210101146)
Achmad Syarifudin (152210101148)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2016
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, kami
dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah untuk mata kuliah Biokimia yang
menyangkut tentang Hiperkalemia denganlancar.Dalam pembuatanmakalah ini,
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu
dosenyang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
kami sebagai penulis pada khususnya, menyadari bahwa dalam pembuatan
makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu kami menerima saran dan kritik
yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata kami
sampaikan terimakasih.

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kalium adalah penting untuk fungsi normal dari otot, jantung, dan
saraf.Hal ini memainkan peran penting dalam mengontrol aktivitas otot polos
(seperti otot yang ditemukan di saluran pencernaan) dan otot rangka (otot-otot
ekstremitas dan dada), serta otot-otot jantung.Hal ini juga penting untuk
transmisi normal sinyal listrik seluruh sistem saraf dalam tubuh.
Kadar normal kalium sangat penting untuk menjaga irama jantung normal
listrik. Kedua kadar kalium darah rendah ( hipokalemia ) dan kadar kalium
darah tinggi (hiperkalemia) dapat menyebabkan ritme jantung abnormal.
Hyperkalemia adalah umum, hal itu didiagnosis pada sampai dengan 8%
dari pasien rawat inap di AS Untungnya, kebanyakan pasien memiliki
hiperkalemia ringan (yang biasanya ditoleransi dengan baik).Namun, kondisi
yang menyebabkan hiperkalemia ringan bahkan harus diobati untuk mencegah
perkembangan ke hiperkalemia yang lebih parah.Tingkat yang sangat tinggi
kalium dalam darah (hiperkalemia berat) dapat menyebabkanserangan jantung
dan kematian.Bila tidak dikenali dan diobati dengan benar, hasil hiperkalemia
berat dalam tingkat kematian sekitar 67%.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apakah yang dimaksud dengan Hyperkalemia ?
2. Bagaimana patofisiologi Hyperkalemia ?
3. Apa etiologi seseorang dapat menderita Hyperkalemia ?
4. Apa faktor resiko Hyperkalemia ?
5. Bagaimana terapi farmakologi dan non farmakologi bagi penderita
Hyperkalemia ?

1.3 TUJUAN
1. Mampu memahami pengertian Hyperkalemia.
2. Mampu menjelaskan patofisiologi Hyperkalemia.
3. Mampu memahami etimologi seseorang yang menderita Hyperkalemia.
4. Mampu memahami faktor resiko Hyperkalemia.
5. Mampu menjelaskan terapi farmakologi dan non farmakologi bagi
penderita Hyperkalemia.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Hyperkalemia

Hiperkalemia berarti kenaikan kadar potassium secara abnormal dalam


darah. Kadar potassium dalam darah yang normal adalah 3.55.0
milliequivalents per liter (mEq/L). Kadar potassium antara 5.1 mEq/L sampai
dengan 6.0 mEq/L adalah hyperkalemia yang ringan. Kadar potassium dari
6.1 mEq/L sampai dengan 7.0 mEq/L adalah hyperkalemia yang sedang, dan
kadar potassium dalam darah diatas 7 mEq/L adalah hyperkalemia yang berat
atau parah.

2.2 Patofisiologi
1. Keluarnya kalium dari intrasel ke ekstrasel. Kalium keluar dari sel dapat
terjadi pada keadaan asidosis metabolik bukan oleh asidosis organik
(ketoasidosis, asidosis laktat), defisit insulin, katabolisme jaringan
meningkat, pemakaian obat penghambat-β adrenergik, dan
pseudohiperkalemia.
2. Berkurangnya ekskresi kalium melalui ginjal berkurangnya ekskresi
kalium melalui ginjal terjadi pada keadaan hiperaldosteronisme, gagal
ginjal, deplesi volume sirkulasi efektif, pemakaian siklosporin atau akibat
koreksi ion kalium berlebihan dan pada kasus-kasus yang mendapat terapi
angiotensin-converting enzyme inhibitor dan potassium sparing diuretics.
Pseudohiperkalemia dapat disebabkan oleh hemolisis, sampel tidak
segera diperiksa atau akibat kesalahan preanalitik yang lain yaitu tornikuet
pada lengan atas tidak dilepas sebelum diambil darah setelah penderita
menggenggam tangannya berulangkali (peningkatan sampai 2 mmol/L).
Jumlah trombosit >500.000/mm3 atau leukosit >70.000/mm3 juga dapat
meningkatkan kadar kalium serum.
2.3 Etiologi
Penyebab utama dari hyperkalemia adalah disfungsi ginjal, penyakit-
penyakit dari kelenjar adrenal, penyaringan potassium yang keluar dari sel-sel
kedalam sirkulasi darah, dan obat-obat. (Dawodu S, 2004)
2.3.1 Disfungsi ginjal
Potassium nornmalnya disekresikan (dikeluarkan) oleh ginjal-ginjal, jadi
penyakit-penyakit yang mengurangi fungsi ginjal-ginjal dapat berakibat pada
hyperkalemia. Diantaranya yaitu gagal ginjal akut dan kronis,
glomerulonephritis, lupus nephritis, penolakan transplant, dan penyakit-
penyakit yang menghalangi saluran urin (kencing), seperti urolithiasis (batu-
batu dalam saluran kencing).
Pasien dengan disfungsi ginjal utamanya sensitif pada obat-obat yang
dapat meningkatkan kadar potassium dalam darah. Contohnya yaitu pasien
dengan disfungsi ginjal dapat memperburuk hyperkalemia jika diberikan
pengganti garam yang mengandung potassium, jika diberikan suplemen-
suplemen potassium (secara oral atau intravena), atau obat-obat yang dapat
meningkatkan kadar potassium dalam darah. Contoh dari obat – obatan yang
dapat meningkatkan tingkat-tingkat potassium darah termasuk ACE inhibitors,
Nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs), Angiotensin II Receptor
Blockers (ARBs) dan potassium-sparing diuretics.
Suplemen yang mengandung potassium, pengganti - pengganti garam
yang mengandung potassium dan obat-obat lain dapat menyebabkan
hyperkalemia. Pada individu yang normal, ginjal yang sehat dapat beradaptasi
pada pemberian potassium oral yang berlebihan dengan meningkatkan ekskresi
potassium urin, jadi mencegah perkembangan dari hyperkalemia.
Bagaimanapun, pemberian atau pengkonsumsian terlalu banyak potassium
(melalui makanan-makanan, suplemen, atau pengganti garam yang
mengandung potassium) dapat menyebabkan hyperkalemia jika ada disfungsi
ginjal atau jika pasien meminum obat-obat yang mengurangi ekskresi
potassium urin seperti ACE inhibitors dan potassium-sparing diuretics.
(Dawodu S, 2004)
2.4 Faktor Resiko
Hiperkalemia dapat diakibatkan :
1. Suplementasi kalium
2. Pemberian kalium bersama diuretik
3. Insufisiensi renal
4. Trauma
5. Kelainan neuromuskular
6. Suksinilkolin
 Luka bakar
 Miopati
 Hemiplegia atau paraplegia
 Tetanus
 Denervasi otot dengan berbagai penyebab .
 Cedera otot yang masif
 Encephalitis
 Cedera kepala yang difus
7. Rhabdomiolisis
8. Hemolisis
9. Kelainan endokrin (hiperaldosteronisme)
 Addisons disease
 Hiporeninemic hipoaldosteronisme
 Terapi angiotensin converting enzyme inhibitor
 Sintesa prostaglandin inhibitor
 Terapi heparin
10. Keracunan digitalis
11. Asidosis
 Ketoasidosis

 Hipoventilsi

12. Tranfusi darah massif


2.5 Terapi Farmakologi
Terapi farmkologi dari penyakit hiperkalemia pada jurnal Management of
severe hyperkalemia :

Langkah – langkah terapi antara lain:


1. Pemberian kalsium secara intravena (IV).
2. Pemberian secara IV insulin dan cairan glukosa. Insulin sangat efektif
dalam meningkatkan serapan kalium. Meskipun glukosa merangsang
sekresi insulin, pemberian glukosa saja tidak efektif. insulin IV bila
diberikan dengan dekstrosa dapat menyebabkan hipoglikemia. Pasien
dengan gangguan ginjal akut dan penyakit ginjal kronis sangat rentan
mengalami hipoglikemia. Mengukur glukosa dan kalium tingkat
setiap 2 jam.
Selain itu juga dapat diberikan nebulasi albuterol.. Terapi dengan
nebulasi albuterol sangat efektif dan lebih disukai untuk terapi alkali
pada pasien dengan gagal ginjal. Albuterol dapat menurunkan kalium.
3. Meningkatkan ekskresi kalium dari tubuh. Ekskresi ginjal
ditingkatkan dengan mudah pada pasien dengan fungsi ginjal yang
normal dengan pemberian IV garam disertai dengan loop diuretik
(misalnya, furosemide).
Ekskresi pada Gastrointestinal (GI) dapat ditingkatkan dengan
penggunaan resin pertukaran kation seperti natrium polistiren sulfonat
(SPS). SPS dapat diberikan secara oral atau rektal, karena SPS bekerja
pada usus besar, rute melalui rectal lebih disukai untuk pada keadaan
darurat hyperkalemia.
Pengkonsumsian SPS secara peroral berguna pada pasien dengan
gagal ginjal yang belum dialisis. Namun, penggunaan SPS untuk
hiperkalemia, masih dipertanyakan keamanan dan kemanjuran.
Menurut Food and Drug Administration (FDA) menyarankan
penggunaan SPS tidak digunakan pada pasien yang memiliki
gangguan fungsi usus (misalnya, pasien pasca operasi yang belum
buang air besar) atau pasien yang berisiko untuk sembelit atau
impaksi. SPS harus dihentikan pada pasien yang mengalami
konstipasi, dan dosis berulang tidak boleh diberikan kepada pasien
yang belum buang air besar.
Selain itu, FDA memperingatkan bahwa pemberian SPS dengan
sorbitol, sebuah katarsis osmotik digunakan untuk mencegah impaksi
tinja dari SPS dan untuk mempercepat resin ke usus besar, telah
dikaitkan dengan kasus nekrosis usus.
4. Hemodialisis dilakukan bagi pasien yang mengalami hiperkalemia
yang sudah parah, yang tidak responsif terhadap langkah-langkah
yang lebih konservatif atau untuk pasien yang mengalami gagal ginjal.
2.6 Terapi Non Farmakologi
1. Hilangkan makanan alergen
Salah satu penyebab munculnya penyakit hiperkalemia adalah
makanan yang banyak memicu alergen pada organ, terutama organ yang
bertugas mengolah darah yakni jantung dan ginjal, oleh sebab itu terapi
non farmakologi yang paling tepat adalah dengan menghindari makanan
yang memicu alergen. Makanan yang dapat memicu alergen antara lain
seperti susu, keju, margarin, gandum, pengawet, es krim dan bahan kimia
tambahan untuk makanan.
2. Hindari makanan yang banyak mengadung kalium
Penyakit hiperkalemia terjadi karena kadar kalsium dalam tubuh
meningkat secara drastis, terutama untuk kadar kalium yang berada pada
bagian peredaran darah. maka dari itu, agar penyakit hiperkalemia yang
Anda derita tidak semakin parah, Anda harus mengurangi konsumsi
makanan yang banyak mengandung senyawa kalium yang tinggi. Makanan
yang banyak mengandung senyawa kalium antara lain seperti pisang, buah
persik, kentang, lentil, salmon, tomat, semangka dan kacang-kacangan.
3. Hindari makanan olahan dengan minyak
Terapi non farmakologi penyakit hiperkalemia selanjutnya adalah
dengan menghindari makanan olahan dengan menggunakan minyak.
Makanan yang diolah dengan menggunakan minyak, sangatlah tidak baik
bagi penderita penyakit hiperkalemia, karena dengan adanya minyak
tersebut, organ ginjal tidak mampu mengolah secara optimal kandungan
kalium yang terdapat pada makanan. Anda bisa mengganti makanan
olahan minyak dengan makanan yang dikukus ataupun direbus. Akan
tetapi jika Anda tidak bisa menghindari makanan olahan minyak, maka
Anda dapat mengganti minyak goreng tersebut dengan minyak sehat,
seperti minyak zaitun ataupun minyak sayur.
BAB III
KESIMPULAN

Hiperkalemia berarti kenaikan kadar potassium secara abnormal dalam


darah. Penyebab utama dari hiperkalemia adalah disfungsi ginjal, penyakit-
penyakit dari kelenjar adrenal, penyaringan potassium yang keluar dari sel-sel
kedalam sirkulasi darah, dan obat-obat. Terapi non farmakologi untuk
hiperkalemia antara lain menghindari makanan yang menyebabkan alergi,
menghindari makanan yang banyak mengadung kalium, menghindari makanan
olahan dengan minyak. Sedangkan langkah – langkah untuk teapi farmakologi
antara lain pemberian kalsium secara intravena (IV), pemberian secara IV insulin
dan cairan glukosa, pemberian secara IV garam disertai dengan loop diuretik
(misalnya, furosemide) atau SPS secara peroral/ melalui rectal, hemodialisis.
DAFTAR PUSTAKA

Anja Lehnhardt & Markus J. Kemper. 2011. Pathogenesis, diagnosis and


management of hyperkalemia. Department of Pediatric
Nephrology,University Medical Center Hamburg-Eppendorf.
Klevay LM, Bogden JD, Aladjem M, Sandstead HH, Kemp FW, Li W, Skurnick
J, Aviv A (2007) Renal and gastrointestinal potassium excretion in
humans: new insight based on new data and review and analysis of
published studies. J Am Coll Nutr 26:103–110 2.
Kemper MJ (2009) Potassium and magnesium physiology. In: Ronco C, Bellomo
R, Kellum JA (eds) Critical Care Nephrology, pp 478–482
Lawrence S. Weisberg, MD (2008) Management of severe hyperkalemia. Division
of Nephrology, Department of Medicine, UMDNJ-Robert Wood
Johnson Medical School, Cooper University Hospital, Camden, NJ.
Vol. 36, No. 12.

Anda mungkin juga menyukai